• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 11. Data Hubungan Pemupukan Kalium dengan Pipilan Kering (Produksi) Jagung pada Berbagai Status Hara yang di Modifikasi dan Dosis pupuk Kalium

Status Hara Persamaan Regresi R2 Rekomendasi Produksi Kalium Kg KCl/ha (K2O)/ha ( t/ha)

Rendah Y = - 29,64 X2 + 29,71 X + 147,9 0,027(tn) 79,28 (47,57) 9,32 Agak Rendah Y = - 63,78 X2 + 96,42 X + 147,8 0,695(* ) 104,58 (62,75) 11,05 Sedang Y = - 4,644 X2 + 9,58 X + 153,7 0,013(tn) 219,45 (131,67) 9,52

Keterangan : Dosis Pupuk Rekomendasi Berdasarkan Metode Kurva Respon Maksimum

Dari Tabel 11 diatas, diperoleh hasil rekomendasi pemupukan Kalium dan produksi pipilan kering jagung yaitu pada status hara rendah sebesar 79,28 Kg KCl/ha (47,57 Kg K2O/ha) dengan pencapaian produksi pipilan kering per hektar sebesar 9,32 ton, pada status hara agak rendah diperoleh hasil rekomendasi pemupukan Kalium dan produksi pipilan kering jagung sebesar 104,58 Kg KCl/ha (62,75 Kg K2O/ha) dengan pencapaian produksi pipilan kering sebesar 11,05 t/ha dan pada

status hara sedang, diperoleh hasil rekomendasi pemupukan sebesar 219,45 Kg KCl/ha (131,67 Kg K2O/ha) dengan pencapaian produksi pipilan kering sebesar 9,52 t/ha (Lampiran

29 - 31).

PEMBAHASAN

Modifikasi Status Hara Kalium (dd) Tanah Melalui Aplikasi Pupuk Kandang

Pupuk Kandang

Pupuk kandang ayam dengan dosis 10 ton/ha pukan (A2) dan 20 t/ha pukan (A3) dapat memberikan peningkatan bagi status hara Kalium tanah, hal ini didukung dengan meningkatnya status hara Kalium pada perlakuan tersebut dibandingkan dengan perlakuan perlakuan tanpa pupuk kandang ayam (A1). Kadar hara K-dd tanah cenderung meningkat dengan meningkatnya dosis (kecuali perlakuan pupuk Kalium). Nilai tersebut termasuk kategori rendah sampai agak tinggi yang hanya didasarkan pada sifat umum tanah secara empiris dan belum dihubungkan dengan hasil tanaman. Kategori tinggi sampai sangat tinggi dalam penelitian ini belum tercapai walaupun pemberian Pupuk kandang ayam dalam jumlah yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan sifat-sifat tanah Inceptisol yang memiliki kandungan Kalium yang bervariasi antara sangat rendah sampai dengan sedang (Puslitanak, 2000).

Peningkatan status hara dari rendah sampai sedang dan menghasilkan status hara sedang sampai tinggi dikarenakan pada tanah Inceptisol (Desa Klumpang) yang kandungan unsur Kalium rendah, selain akibat pemberian pupuk Kalium, pemberian Pupuk kandang ayam diduga telah membantu meningkatkan kandungan hara Kalium.

Pemberian bahan organik yang berasal dari pupuk kandang ayam membantu meningkatkan kemampuan tanah menahan air, dan tanah tetap dalam keadaan lembab. Kelembaban ini mempengaruhi mekanisme pelepasan K dengan mempertahankan lengas tanah lebih baik sehingga kelembaban tanahnya lebih tinggi dan mengurangi fiksasi K yang terjerap oleh mineral liat tipe 2:1 ke dalam larutan tanah menjadi bentuk tersedia. Kalium yang berasal dari dekomposisi pupuk kandang juga mempengaruhi peningkatan K tersedia tanah (Sudadi, dkk. 2007). Selain meningkatkan kelembaban tanah, bahan organik juga mempunyai tapak

jerapan yang bermuatan negatif, yang berperan dalam memegang kation K agar tidak mudah tercuci sehingga dapat tersedia bagi tanaman ( Nursyamsi,2006 ).

Respon dan Produksi Tanaman Pada Aplikasi Pupuk Kalium dan Pupuk Kandang Ayam

Produksi pipilan kering jagung pada status hara rendah lebih kecil dibandingkan pada status hara agak rendah dan sedang. Hal ini dikarenakan pengaruh dari ketersediaan unsur hara Kalium tanah yang lebih rendah pada perlakuan status hara rendah (A1) dibandingkan dengan pada status hara agak rendah (A2) dan sedang (A3). Tetapi pada status hara sedang, produksi pipilan kering lebih kecil dibandingkan dengan status hara agak rendah.

Keadaan ini juga terjadi pada parameter analisa kadar Kalium pada daun, Kalium (K-dd) tanah setelah panen, bobot kering kelobot, bobot brangkasan, dan bobot pipilan kering 100 butir, yaitu diperoleh status hara rendahnya perolehan hasil K-dd tanah pada status hara rendah (A1), kemudian meningkat pada status hara agak rendah (A2) dan menurun kembali pada status hara sedang. Hal ini diduga akibat pengaruh dari ketidak seimbangan hara akibat akumulasi K yang terlalu tinggi. Menurut McLean (1976) dan Mutscher (1995) yang menyatakan bahwa rerata bobot kering tanaman dan hasil biji pipilan tanah berstatus K tinggi lebih rendah dibandingkan tanah berstatus K sedang. Konsentrasi K yang terlalu tinggi dalam tanah kemungkinan akan mengurangi serapan Ca dan Mg oleh tanaman sehingga pertumbuhannya terganggu.

Pemberian pupuk Kalium yang berlebihan berakibat ketidak seimbangan hara yang mengakibatkan pemberian hara Kalium melalui pupuk tidak berpengaruh terhadap produksi karena sifat Kalium yang mobil dan dapat diserap tananaman secara berlebihan atau melebihi kebutuhan sebenarnya (Tisdale and Nelson. 1975). Selanjutnya menurut Black (1968), Ketersediaan K di dalam tanah tergantung kepada proses dan dinamika kalium dalam tanah terutama proses jerapan dan

pelepasan. Bila konsentrasi hara dalam larutan tanah meningkat maka hara segera dijerap oleh tanah menjadi bentuk tidak tersedia (sementara waktu), sebaliknya bila konsentrasi dalam larutan tanah turun karena hara diserap tanaman (imobilisasi) atau tercuci, maka hara terjerap segera lepas (release) ke dalam larutan sehingga bisa diserap oleh tanaman, proses ini disebut sebagai pelepasan (desorption) (Brady, 1984 dalam Nursyamsi, et.al). Apabila proses pelepasan lebih lambat daripada proses jerapan maka ketersediaan kalium akan berkurang sehingga pertumbuhan tanaman terganggu.

Sifat hara Kalium yang mobil memungkinkan pada status hara Kalium yamg tinggi didalam tanah tidak memberikan respon bagi produksi tanaman. Dengan pemberian pupuk Kalium dan Pupuk kandang ayam yang tinggi (20 t/ha Pukan), menyebabkan ketidak seimbangan hara tanah dan mengakibatkan pelandaian produktifitas (leveling off) .

Pada hasil penelitian pengamatan kandungan glukosa, menghasilkan kurva kuadratik terbalik, yaitu pada kondisi kekurangan dan kelebihan hara Kalium, diperoleh hasil yang tinggi dibandingkan dengan pada keadaan hara Kalium yang optimal. Hasil yang tinggi dari penimbunan glukosa karena ketidak mampuan enzim katalase mengubah glukosa menjadi pati. Hal ini disebabkan kurangnya kontribusi hara Kalium sebagai pengaktif enzim katalase.

Menurut Salisbury & Ross (1992) bahwa K berperan dalam proses pembentukan pati yaitu sebagai aktivator enzim pati sintetase. Ini merupakan salah satu alasan mengapa K penting bagi tumbuhan dan kemungkinan mengapa gula dan bukan pati yang tertimbun dalam tumbuhan yang kekurangan kalium.

Pernyataan serupa disampaikan oleh Marschner (1986) bahwa kalium berperanan terhadap lebih dari 50 enzim baik secara langsung maupun tidak langsung apabila kegiatan enzim terhambat maka akan terjadi penimbunan senyawa tertentu karena prosesnya jadi terhenti. Misalnya enzim katalase yang mengubah glukosa menjadi pati, kekurangan kalium menyebabkan enzim katalase ini terhambat sehingga proses pembentukan pati terhenti dan menyebabkan penimbunan glukosa.

Batas Kritis

Batas kritis kadar hara Kalium tanah (K-dd) yang diperoleh pada status hara rendah sebesar 0,50 me/100 g , agak rendah sebesar 0,76 me/100 g dan sedang sebesar 1,03 me/100 g. Nilai batas kritis kadar K-dd tanah dari penelitian ini, menghasilkan status hara sedang sampai dengan tinggi (Peneliti Klasifikasi Tanah PPKS,1990).

Dari penelitian yang dilakukan pada ketiga status hara Kalium yang diaplikasi Pupuk kandang ayam, nilai batas kritis pada status hara rendah, agak rendah dan sedang berada pada kriteria status hara sedang sampai agak tinggi (Peneliti Klasifikasi Tanah PPKS 1990). Keadaan status hara ini berubah lebih baik dengan meningkatnya masing-masing nilai K-dd tanah dan status haranya.

Batas kritis tanah pada status hara rendah lebih kecil dibandingkan dengan batas kritis pada status hara agak rendah dan sedang, sedangkan respon tanaman terhadap pemupukan pada status hara yang rendah, agak rendah dan sedang tergolong tinggi yaitu rata-rata mencapai 90 %, yang berarti tanah pada lokasi penelitian digolongkan pada status hara rendah.

Sesuai yang disampaikan Subiksa dan Sabiham (2006) bahwa status hara K digolongkan rendah apabila respon tanaman cukup tinggi terhadap pemupukan K. Sebaliknya status hara tinggi bila respon tanaman sangat rendah terhadap pemupukan K. Respon K yang tinggi ditandai dengan nilai ∆Ymax yang tinggi, sebaliknya respon K rendah ditandai dengan nilai ∆Ymax yang rendah.

Pada status hara rendah, batas kritis yang diperoleh adalah 0,50 me/100 g tanah. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk kalium untuk mencapai hasil relatif 90 % masih dapat diberikan diatas batas kritis. Pada status hara agak rendah, batas kritis yang diperoleh sebesar 0,76 me/100 g tanah. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk kalium untuk mencapai hasil relatif 90 % masih dapat diberikan diatas batas kritis. Sementara pada status hara sedang, batas kritis yang diperoleh sebesar 1,03 me/100 g tanah dan respon tanaman terhadap pemberian pupuk Kalium untuk mencapai hasil relatif 90 % diberikan dibawah batas kritis. Hal ini disebabkan

pada status hara rendah sampai dengan agak rendah, tanah masih sangat respon terhadap pemberian pupuk kalium. Sementara pada status hara sedang, pemberian pupuk kalium diatas batas kritis diduga akan menurunkan produksi hingga mencapai hasil relatif dibawah 90 %. Hal ini diduga pada tanah kelas status hara sedang terjadi akumulasi Kalium yang lebih tinggi dibandingkan pada status hara rendah dan agak rendah yang menyebabkan terganggunya keseimbangan hara Kalium tanah dan konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan Kalium mudah terfiksasi, tercuci dan dapat menekan serapan unsur Ca dan Mg bagi tanaman, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman tergangu.

Rekomendasi Pupuk Berdasarkan Kurva Respon

Dari hasil penelitian berdasarkan metode kurva respon pemupukan Kalium, diperoleh hasil maksimum produksi pipilan kering untuk untuk masing-masing kelas status hara K-dd tanah adalah 155,34 g/tanaman untuk kelas status hara rendah (A1), 165,82 g/tanaman untuk kelas status hara agak rendah (A2) dan 158,64 g/tanaman untuk kelas status hara sedang (A3).

Dari hasil penelitian rekomendasi pemupukan, pada status hara rendah sebesar 79,28 Kg KCl/ha (47,57 Kg K2O/ha), status hara agak rendah sebesar 104,58 Kg

KCl/ha ( 62,75 K2O/ha) dan pada status hara sedang sebesar 219,45 Kg KCl/ha (131,67 Kg

K2O/ha). Semakin tinggi status hara K tanah, semakin besar pupuk yang dibutuhkan.

Hal ini berbeda dengan penelitian Nursyamsi (2006) menyatakan bahwa takaran pupuk Kalium untuk mencapai hasil maksimum di kelas hara rendah, sedang, dan tinggi pada tanah Ultisol masing-masing 210, 190, dan 150 kg KCl/ha, seperti halnya batas kritis hara, kebutuhan hara tanaman juga tergantung sistem tanah- tanaman. Penelitian yang dilaksanakan di tanah Inceptisol Subang menunjukkan bahwa kebutuhan pupuk K untuk kedelai adalah 110 dan 10 kg KCl/ha masing- masing untuk kelas hara rendah dan tinggi (Nursyamsi dan Sutriadi, 2005).

Sementara itu dalam sistem Oxisol- kedelai takaran optimum pupuk K untuk kedelai adalah 245 dan 68 kg KCl/ha (Nursyamsi et al., 2004) dan sistem Inceptisol- jagung adalah 119 kg MOP/ha (Nursyamsi et al ., 2005). Penelitian yang

dilaksanakan di tanah Inceptisol Subang menunjukkan bahwa kebutuhan pupuk Kalium untuk kedelai di tanah berstatus Kalium rendah dan tinggi berturut-turut adalah 265 dan 165 kg KCl/ha (Nursyamsi et al ., 2005).

Penelitian pemupukan K untuk tomat yang dilaksanakan di tanah Inceptisol Darmaga (Bogor) menunjukkan bahwa rekomendasi pupuk di tanah berstatus K sangat rendah, rendah, dan sedang berturut-turut adalah: 397, 325, dan 272 kg KCl/ha. Tanah yang mempunyai kelas hara K tinggi dan sangat tinggi tidak perlu dipupuk K (Amisnaipa, 2005).

Dari semua penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa pemberian dosis pupuk kalium pada tanah yang status hara K rendah lebih tinggi dari pada tanah dengan status hara K tinggi.

Disamping itu, keadaan status hara berbeda tetapi masih menggunakan lokasi yang sama (lokasi tunggal), sifat dan karakteristik tanah adalah sama yaitu jenis tanah Inceptisol yang salah satu ciri-cirinya adalah mempunyai nilai KTK sedang sampai tinggi (Puslitanak, 2000). Pemberian pupuk kandang ayam ikut meningkatkan nilai KTK tanah, sehingga pada keadaan pemberian pupuk K kemungkinan besar kation- kation K+ terfiksasi dan membutuhkan banyak pemupukan K agar tersedia bagi tanaman.

KESIMPULAN

1. Pemberian Pupuk kandang ayam hingga 40 t/ha meningkatkan status hara K- dd tanah dari rendah hingga agak tinggi pada tanah Inceptisol.

2. Semakin tinggi status hara K-dd tanah, maka pemberian pupuk kalium akan semakin tinggi untuk modifikasi status hara pada lokasi tunggal di tanah Inceptisol.

3. Batas kritis Kalium dapat dipertukarkan (K-dd) tanah Inceptisol pada tanaman jagung semakin tinggi pada status hara rendah dngan kadar 0,50 me/100 g sampai dengan sedang dengan kadar 1,03 me/100 g.

4. Penentuan dosis pupuk Kalium berdasarkan batas kritis dan kurva respon pada tanaman jagung di tanah Inceptisol Klumpang untuk memperoleh hasil maksimum pada status hara rendah adalah 47,57 Kg K2O/ha atau setara dengan 79,28 Kg KCl/ha, status hara agak rendah adalah 62,75 Kg K2O/ha atau setara dengan 104,58 KCl/ha dan sedang yaitu 131,67 Kg K2O atau setara dengan 219,45 Kg KCl.

5. Hasil produksi maksimum pipilan kering jagung pada status hara rendah, agak rendah dan sedang masing-masing adalah 9,32 t/ha, 11,05 t/ha dan 9,52 t/ha.

SARAN

Rekomendasi pemupukan Kalium spesifik lokasi untuk memperoleh hasil pipilan kering jagung yang maksimal pada tanah Inceptisol dengan status hara rendah adalah 79,28 Kg KCl/ha ( 9,32 t/ha) , status hara agak rendah 104,58 Kg KCl/ha (11,05 t/ha) dan pada status hara sedang adalah 219,45 Kg KCl/ha ( 9,52 t/ha) .

Dokumen terkait