• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.6 Batasan Penelitian

Untuk menghindari ketidaksamaan pandangan dalam pengertian maka terdapat beberapa hal yang perlu diberi batasan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian. Adapun batasan-batasan tersebut meliputi hal-hal pokok yaitu:

1. Tenaga kerja adalah orang dewasa yang terikat secara resmi dalam hubungan kerja dengan IUPHHK-HA dan karenanya menerima gaji/upah.

2. Kondisi kerja adalah keadaan yang dirasakan tenaga kerja di tempat kerja yang dilihat dari keamanan dan kesehatan, suasana yang mendukung dalam bekerja, kebersihan dan kerapihan dan kelengkapan serta kesiapan peralatan kerja. 3. Kompensasi perusahaan adalah segala fasilitas serta jaminan yang diberikan

4. Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh IUPHHK-HA yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib IUPHHK-HA. 5. Hubungan sesama tenaga kerja adalah hubungan kerjasama atau interaksi yang

terjadi diantara sesama tenaga kerja.

6. Hubungan dengan atasan adalah hubungan kerjasama atau interaksi yang terjadi antara tenaga kerja dengan atasan (dalam hal ini pihak atasan yang dimaksud adalah manajer produksi).

7. Tingkat pendidikan adalah jumlah tahun pendidikan formal (sekolah) yang pernah dijalani responden selama hidupnya (tahun).

8. Masa kerja adalah masa responden mulai bekerja pada IUPHHK-HA PT. Ratah Timber hingga penelitian ini dilaksanakan.

9. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang ditangggung seluruh/sebagian biaya penghidupannya oleh responden.

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT. Ratah Timber merupakan perusahaan swasta nasional yang pada tahun 1970 telah memperoleh kepercayaan dari pemerintah RI, Menteri Pertanian untuk mengusahakan hutan dalam bentuk HPH melalui SK HPH No. 526/Kpts/Um/II/1970 tanggal 7 November 1970. Luas areal IUPHHK-HA adalah sebesar 125.000 Ha yang terletak di kelompok hutan Sungai Ratah Selatan di Provinsi Kalimantan Timur.

Dasar pemberian hak pemanfaatan hasil hutan kayu tersebut adalah Forest Agreement (FA) No. FA/J/003/1970 tanggal 30 Januari 1976. Hak pemanfaatan hasil hutan kayu tersebut di atas, sesuai dengan diktum terakhir disebutkan bahwa berlaku selama dua puluh tahun terhitung sejak dikeluarkannya SK HPH. Dengan demikian maka IUPHHK-HA ini telah berakhir pada tanggal 6 Nopember 1990.

Setelah berakhirnya jangka pengusahaan hutan tersebut, perusahaan memperoleh perpanjangan sementara dengan luas areal sebesar ± 115.000 Ha. Luas areal ini didasarkan pada dokumen Project Proposal Perpanjangan. Perubahan luas dari 125.000 Ha menjadi 115.000 Ha tersebut disebabkan oleh pengurangan luas areal sebesar 10.000 Ha karena termasuk areal hutan lindung (HL). Ijin prinsip perpanjangan ini tertuang di dalam Surat Menhut No. 477/Menhut-IV/1993 tanggal 27 Februari 1993.

Berdasarkan Surat Menhut No. 2039/Menhut-IV/1993 tanggal 20 November 1993, PT. Ratah Timber memperoleh tambahan areal seluas 12.000 Ha yang berasal dari eks IUPHHK-HA PT. Budi Dharma Bhakti Djayaraya, sehingga luas areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber menjadi 127.000 Ha.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 95/Kpts-II/2000 tanggal 22 Desember 2000 luas areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber ditetapkan seluas 97.690 Ha. Pengurangan areal tersebut terjadi karena sebagian areal IUPHHK-HA termasuk dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) seluas 29.310 Ha. Pada penyusunan RKUPHHK periode 1990-2010 ini luas yang digunakan adalah

luas berdasarkan SK Menhut No. 95/Kpts-II/2000 tersebut yakni seluas 97.690 Ha.

4.2 Lokasi Perusahaan

PT. Ratah Timber terletak di kelompok hutan Sungai Ratah, Kabupaten Kutai, Kalimntan Timur. Secara geografis terletak pada 114° 55’ - 115° 30’ Bujur Timur dan 0° 2’ LS - 0° 15’ LU. Menurut pembagian wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), areal kerja termasuk ke dalam Kelompok Hutan Sungai Ratah, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Mamahak Besar, Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Mahakam Hulu, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan menurut pembagian wilayah administratif pemerintahan termasuk dalam Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.

Batas-batas areal kerja PT. Ratah Timber adalah:

• Sebelah Utara : KBNK, Areal Perkebunan KSU Dayakaltim Abadi dan IUPHHK-HA PT. INHUTANI I (eks. IUPHHK-HA PT. Mulawarman Bhakti)

• Sebelah Timur : KBNK dan eks. IUPHHK-HA PT. Haciendawood Nusantara Industries

• Sebelah Selatan : Hutan Lindung Batu Buring Ayok (eks. IUPHHK-HA PT. Budi Dharma Bhakti Djayaraya)

• Sebelah Barat : Hutan Lindung Batu Buring Ayok (eks. areal kerja PT. Gata Rota)

4.3 Topografi, Iklim dan Jenis Tanah

Hasil analisis kelas lereng berdasarkan Peta Garis Bentuk dari Potret Udara Skala 1 : 25.000 menunjukkan bahwa sebagian besar areal kerja (± 68,50 %) tergolong datarhingga landai. Disamping itu juga terdapat areal dengan kelerengan > 40 % (sangat curam) seluas 705 Ha. Kondisi topografi areal kerja selengkapnya disajikan pada Tabel 2.

Menurut sistem klasifikasi Schmidt and Fergusson, iklim di areal kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber termasuk iklim sangat basah atau tipe A dengan jumlah bulan basah adalah 12 bulan (nilai Q = 0 %).

Tabel 2 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber

Klasifikasi Unit I (Ha) Unit II

(Ha) Jumlah Kelas Lereng HP HPT HP Ha % A : 0 - 8 % Datar 33.634 6.741 2.518 43.893 43,91 B : 9 - 15 % Landai 15.304 6.937 1.779 24.020 24,59 C : 16 - 25 % Agak Curam 7.605 6.370 2.593 16.569 16,96 D : 26 - 40 % Curam 2.508 4.956 1.048 8.512 8,71 E : > 40 % Sangat Curam - - 142 705 0,72

Tidak ada data 939 4.053 - 4.992 5,11

Jumlah 59.990 29.620 6.080 97.690 100,00

Sumber : Pengukuran Planimetris Peta Kelas Lereng IUPHHK-HA PT. Ratah Timber yang didasarkan pada peta garis bentuk skala 1 : 25.000

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Kalimantan Skala 1 : 250.000 tahun 1976, areal kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber memiliki tiga jenis tanah, yaitu podsolik merah kuning, latosol dan aluvial. Luas masing-masing jenis tanah berdasarkan letak arealnya secara rinci disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber berdasarkan jenis tanah

No. Jenis Tanah Unit I Unit II Total

Ha % Ha % Ha %

1 Podsolik Merah Kuning 77.701 87 3.826 47 81.527 83

2 Latosol 9.650 11 4.254 53 13.904 14

3 Aluvial 2.259 3 - - 2.259 2

Jumlah 89.610 100 8.080 100 97.690 100

Sumber : Pengukuran Planimetris Peta Tanah Hijau, Skala 1 : 250.000 (Badan Pertanahan Nasional Unit Kalimantan Timur)

4.4 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya

Di Kecamatan Long Hubung terdapat 12 desa dan 7 diantaranya berada di sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, yaitu: Desa Mamahak Teboq, Lutan, Datah Bilang Hulu, Datah Bilang Hilir, Danum Paroi, Long Hubung, dan Desa Long gelawang. Jumlah penduduk di tujuh desa ini dalam angka tahun 2000

sebesar 7.129 jiwa. Kepadatan penduduk ketujuh desa tersebut berkisar antara 0,99-36,64 jiwa/km2.

Sebagian besar masyarakat menggantungkan sumber kehidupan dari alam. Pola berladang berpindah, usaha mencari ikan serta mencari rotan merupakan bentuk ketergantungan masyarakat terhadap alam sekitarnya. Masuknya beberapa perusahaan industri kayu IUPHHK-HA serta tenaga kerja pendatang mempengaruhi pola berpikir dan pola hidup masyarakat Dayak lokal, akibatnya masyarakat mulai menerjuni sektor mata pencaharian non pertanian seperti berdagang atau bekerja di IUPHHK-HA.

Kehidupan masyarakat ditandai dengan pola pemukiman yang mengelompok atau pola desa (rural resettlement type) dan terpusat dalam kampung-kampung hunian yang berada di sekitar Sungai Mahakam atau Sungai Ratah. Komunikasi antar desa dilakukan melalui air. Rumah-rumah mereka beratap sirap sebagian beratap seng. Dinding rumah umumnya terbuat dari kayu.

Suku Dayak membuat rumah dengan cara mengambil kayu dari hutan atau kadang-kadang mendapat bantuan bahan baku dari perusahaan IUPHHK-HA PT. Ratah Timber. Salah satu hak sosial masyarakat yang hingga sekarang masih dijunjung tinggi dan dilestarikan keberadaannya secara non formal adalah hak ulayat. Tata cara penggunaan tanah ulayat yang menyangkut luas, batas dan sebagainya masih diatur oleh hukum adat.

Berdasarkan mata pencahariannya, masyarakat desa di dalam dan sekitar IUPHHK-HA sebagian besar bertani, berdagang dan berusaha di bidang pertambangan emas tradisional.

4.5 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur organisasi IUPHHK-HA-HA PT. Ratah Timber tertinggi dipegang oleh Direktur Utama. Selanjutnya pemegang kedudukan tertinggi di masing-masing Departemen adalah Direktur Keuangan, Direktur Produksi dan Direktur Umum. Manager Camp bertanggung jawab kepada Direktur Produksi dalam kegiatan operasional di lapangan (Camp Mamahak Teboq). Di bawah kedudukan Manager Camp terdapat beberapa Asisten Manager di empat unit (Unit Perencanaan Hutan, Unit Pembinaan Hutan, Unit Bina Lingkungan dan Unit

Produksi). Setiap unit ini terbagi lagi menjadi beberapa Kepala Urusan (Kaur). Adapun struktur organisasinya dapat dilihat pada Lampiran 8.

Berdasarkan sifaat pekerjaan dan jangka waktu hubungan kerja, maka status tenaga kerja PT. Ratah Timber dibedakan atas 3 status, yaitu:

a. Tenaga kerja waktu tertentu/tidak tetap, adalah tenaga kerja yang terikat hubungan kerja untuk waktu tertentu dan jenis pekerjaan tertentu sesuai perjanjian kerja yang disepakati. Segala hal yang berkaitan dengan tenaga kerja waktu tertentu akan dituangkan dalam suatu perjanjian kerja waktu tertentu yang menuat hak dan kewajiban kedua belah pihak. Perjanjian kerja waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

b. Tenaga kerja waktu tidak tertentu/tetap, adalah tenaga kerja yang terikat hubungan kerja yang tidak terbatas waktunya. Masa percobaan diperhitungkan sebagai masa kerja apabila tenaga kerja yang bersangkutan telah diangkat sebagai tenaga kerja tetap. Seorang tenaga kerja baru yang telah menyelesaikan masa percobaan atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu dengan prestasi dan dedikasi yang baik, maka dapat diangkat menjadi tenaga kerja tetap perusahaan sesuai dengan status golongan, pangkat dan jabatannya. c. Tenaga kerja harian, adalah tenaga kerja yang terikat hubungan kerja untuk

jenis pekerjaan tertentu dan waktu yang berubah-ubah sesuai kebutuhan, serta menerima upah berdasarkan kehadiran kerjanya setiap hari.

4.6 Hari dan Jam Kerja

Dengan tetap memperhatikan Undang-Undang yang berlaku, maka jam kerja perusahaan dalam seminggu adalah 40 (empat puluh) jam kerja efektif. Tetapi, khusus pada kegiatan operasional di lapangan, waktu kerja ditentukan secara tersendiri sesuai dengan kebutuhan operasional di lapangan.

Kerja lembur adalah waktu jam kerja yang dijalani dalam sehari atau seminggu selebihnya dari 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu pada hari-hari kerja biasa atau hari libur resmi atau hari istirahat mingguan. Tenaga kerja yang memerlukan atau menghendaki bekerja melebihi

waktu kerja demi pelaksanaan tugas yang lebih baik dianggap sebagai melaksanakan kewajiban karena tanggungjawabnya, oleh karena itu tidak mendapat upah lembur. Batas kerja lembur adalah tidak boleh melebihi 14 (empat belas) jam seminggu kecuali jika perusahaan telah mendapat ijin dispensasi dari pejabat tenaga kerja yang berwenang. Upah lembur dibayarkan bersamaan dengan gaji pada tiap akhir bulan atas dasar surat perintah kerja lembur dari atasan.

4.7 Aturan Tata Tertib Kerja

Tata tertib dan disiplin kerja mempunyai maksud untuk mendidik dan sebagai tindakan korektif yang bersifat pengarahan terhadap sikap/tingkah laku tenaga kerja. Adapun diantaranya peraturan yang dikeluarkan perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Tertib waktu

Setiap tenaga kerja harus berada di tempat tugasnya masing-masing tepat pada waktu kerjanya sesuai perjanjian kerja, demikian pula pada waktu istirahat keluar dan meninggalkan kerja. Setiap tenaga kerja yang datang terlambat atau atau pulang lebih awal dari waktu kerja yang telah ditentukan, wajib melapor dan mendapat persetujuan dari atasan. b. Tertib kehadiran

Setiap tenaga kerja wajib mengisi daftar absensi atau mempergunakan kartu kehadiran kerjanya sendiri pada saat masuk dan pulang kerja. Tenaga kerja tidak diperkenankan menandai kartu absen/kartu kehadiarn tenaga kerja lain. Pelanggaran ini akan dikenakan sangsi. Apabila tenaga kerja berhalangan karena sakit atau kecelakaan atau sebab lain, maka wajib untuk memberitahukan kepada atasannya masing-masing.

c. Tertib berpakaian kerja

Setiap tenaga kerja diwajibkan mengenakan pakaian kerja sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Pakaian seragam diberikan kepada tenaga kerja tertentu menurut jenis pekerjaan. Tenaga kerja yang mendapat pakaian seragam dari perusahaan wajib mengenakannya

pada hari kerja dan jam kerja secara lengkap serta tidak dibenarkan untuk dipakai di luar waktu kerja atau di luar keperluan dinas.

Demi tegaknya disiplin kerja di perusahaan, seluruh tenaga kerja bertanggung jawab atas pelaksanaan tata tertib perusahaan dan tegaknya disiplin kerja di perusahaan di bawah pengawasan para pemimpin, pimpinan departemen atau atasan langsung. Setiap tindakan tenaga kerja yang melanggar peraturan perusahaan, ketentuan hukum atau ketentuan lain yang merugikan perusahaan dapat dikenakan sangsi atau pemutusan hubungan kerja. Sangsi berupa Surat Peringatan (SP) yakni SP biasa (SP-I dan SP-II) dan SP keras (SP-III) dengan ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Dalam hal tenaga kerja memperoleh 3 (tiga) surat peringatan untuk kasus yang berbeda, akan diskorsing 1 (minggu). Apabila tenaga kerja masih melakukan pelanggaran lagi walaupun kasusnya berbeda makan akan dikenakan PHK.

4.8 Kompensasi

Setiap tenaga kerja berhak memperoleh imbalan dalam bentuk gaji dengan jumlah bersih (setelah dipotong pajak), yang mana pembayaran kepada tenaga kerja tersebut tidak lebih rendah dari upah minimum regional (UMR) yang ditetapkan Pemerintah serta pelaksanaannya berpedoman terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyesuaian gaji tenaga kerja sepenuhnya merupakan kebijaksanaan perusahaan. Penyesuaian gaji tenaga kerja tersebut mencakup pertimbangan yang terkait dengan prestasi kerja tenaga kerja, tingkat perkembangan biaya hidup dan keadaan keuangan serta kemampuan perusahaan.

Sistem penggajian diatur menurut golongan/jabatan dengan komponen sebagai berikut:

a) Gaji pokok sesuai dengan golongannya

b) Tunjangan-tunjangan lain, yang akan ditentukan oleh Pimpinan Perusahaan dengan mempertimbangkan lokasi dan fungsi masing-masing tenaga kerja.

4.9 Tunjangan, Bonus dan Fasilitas

Perusahaan memberikan beberapa tunjangan kepada tenaga kerja, diantaranya tunjangan dukacita, tunjangan sukacita, tunjangan kecelakaan kerja,

Tunjangan Hari Raya (THR), dan adanya bonus apabila produktivitas yang dihasilkan dalam pertahun melebihi target produksi.

Perusahaan memberikan THR setiap tahunnya kepada tenaga kerja yang sudah mempunyai masa kerja minimal 3 bulan di perusahaan dan akan dilakukan selambat-lambatnya 2 minggu sebelum hari raya. Perusahaan juga memberikan bantuan berupa sumbangan meninggal dunia (uang dukacita) kepada para tenaga kerja dan uang sukacita (perkawinan pertama dan kelahiran anak sampai anak ketiga. Di samping itu, perusahaan juga telah mengikutsertakan tenaga kerja sebagai peserta JAMSOSTEK.

Fasilitas yang diberikan perusahaan yaitu mess tenaga kerja yang terletak di KM 0 (mess utama) yang letaknya dekat dengan kantar Camp Mamahak Teboq, juga terdapat beberapa mess tenaga kerja di Unit Produksi (KM 22) dan di Unit Pembinaan Hutan (KM 26). Perusahaan juga menyediakan fasilitas dapur umum bagi tenaga kerja, koperasi, musholla, gereja, sarana olahraga seperti lapangan sepak bola, volli, bulutangkis, dan tenis meja. Perusahaan juga menyediakan pelayanan antar-jemput bagi tenaga kerja untuk kegiatan operasional IUPHHK- HA-HA. Fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan perusahaan berupa poliklinik dengan 1 orang tenaga medis (perawat).

4.10 Kegiatan Produksi

4.10.1 Penataan Areal Kerja (PAK)

Penataan areal dilakukan berdasarkan RKUPHHK yang ada. Biasanya tidak semua kawasan hutan dapat dipanen. Berdasarkan rencana alokasi areal kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber yang termasuk areal tidak efektif untuk produksi antara lain Petak Ukur Permanen (PUP), kebun benih, sarana dan prasarana (TPn, Camp, dll). Sedangkan kawasan lindung yang ada di areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber antara lain daerah berlereng sangat curam (>40 %), sempadan sungai, kawasan pelestarian plasma nutfah, areal lindung (hutan kerangas/prenget) dan areal buffer zone hutan lindung. Disamping itu terdapat areal penanaman tanah kosong dan non hutan yang juga termasuk areal tidak efektif untuk produksi.

Penataan areal kerja (kompartemenisasi) areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber terbagi menjadi 7 blok RKL-UPHHK dan setiap blok RKL tersebut dibagi

lagi menjadi 5 blok RKT yang luasnya disesuaikan dengan target tebangan tahunan yang ditetapkan sehingga terdapat 35 blok RKT. Dari 35 blok RKT tersebut kemudian dibuat petak-petak kerja seluas ± 100 Ha.

Kegiatan PAK dipimpin oleh ketua regu dan pengawasan proses kerja di lapangan di lakukan oleh kaur PAK. Pelaksanaan kegiatan PAK dilakukan oleh regu kerja yang terdiri atas 6 orang dengan pembagian tugas: sebagai pencatat dan pemegang clinometers (1 orang), pemegang kompas merangkap pembuat jalur (1 orang), pembuat rintis batas (2 orang), pemegang tali ukur (1 orang), penanda pemasang tanda batas ( 1 orang).

4.10.2 Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)

Tahapan dalam pelaksanaan ITSP pada PT. Ratah Timber yaitu dengan terlebih dahulu membuat peta rencana berdasarkan pembagian RKUPHHK. Kemudian dilakukan cek lapangan yang kemudian dikoreksi apabila terdapat perbedaan keadaan antara dipeta dan di lapangan. Membuat jalur cruising dengan lebar jalur sebesar 20 m. Setelah itu dilakukan pengukuran dimensi (diameter dan tinggi) pohon, dimana inventarisasi dilakukan pada survey 100%. Kemudian dilakukan pemasangan label merah pada pohon berdiameter 50 up dan label kuning pada pohon berdiameter 20-49 cm. Selain pengukuran dimensi pohon, juga dilakukan pengukuran jarak lapang, kelerengan, beda tinggi, sudut elevasi, sudut azimuth dan sketsa, serta pendataan koordinat masing-masing pohon untuk pengolahan data dan pembuatan peta pohon serta peta kontur. Hasil data dari seluruh pengukuran ini direkapitulasi dalam komputer.

Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan ITSP 2008 adalah setengah bulan dengan regu yang dibutuhkan sebanyak 4 regu dan masing-masing regu terdiri dari 8 orang dengan susunannya 1 orang compassman, 2 orang perintis, 2 orang pengukur, 2 orang pengenal jenis dan 1 orang pencatat. Peralatan yang digunakan antara lain kompas, tally sheet, tali op (untuk mengukur jarak), alat tulis, dan camp unit.

4.10.3 Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

Kegiatan PWH yang dilakukan di lapangan adalah dengan mengacu pada peta rencana/trase jalan, dilakukan survey (orientasi situasi lapangan) untuk

penyesuaian antara yang direncanakan di peta dengan yang ada di lapangan. Kemudian melakukan perintisan jalan dengan memasang tanda pita merah untuk PWH dan pita kuning untuk topografi. Sedangkan untuk penandaan pada jalan utama diberi tanda strip 3 cat warna merah dan pada jalan cabang diberi tanda strip 2 cat warna merah. Pengambilan data kemiringan (helling) dan azimuth juga diperlukan yang kemudian dimasukkan ke buku ukur khusus PWH dan diolah di komputer. Aktivitas PWH ini dilakukan dengan menggunakan traktor.

4.10.4 Penebangan

Penebangan adalah kegiatan pengambilan kayu dari pohon dalam tegakan yang berdiameter sama atau lebih dari batas diameter yang ditetapkan. Aktivitas penebangan yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan penebangan mulai dari persiapan tebang sampai pohon tumbang, pengukur volume kayu dan administrasi kayu. Kegiatan yang dilakukan dalam persiapan penebangan adalah pemakaian alat pelindung diri oleh operator Chainsaw, pemeriksaaan keadaan dan bahan bakar chainsaw, menentukan arah rebah dilihat dari kondisi tajuk dan kemiringan pohon, jika pohon berbanir maka dilakukan pemotongan banir kemudian membuat takik rebah dan takik balas dan menebang pohon. Untuk meminimalisasi kerusakan kayu yang akan ditebang, setiap operator chainsaw harus menguasai teknik pembuatan takik rebah dan takik balas serta arah rebah pohon. Pohon besar yang akan ditebang memiliki karakter yang berbeda-beda, oleh karena itu operator chainsaw harus dapat menguasai teknik penebangan pohon besar tersebut dengan baik sehingga pelaksanaan penebangan pohon besar tersebut dapat dilakukan dengan aman.

Operator chainsaw harus memastikan bahwa pohon yang akan ditebang dilakukan penandaan dengan benar sehingga pada bontos kayu yang ditebang dan tunggaknya memilki nomor identitas yang sama dengan label ITSP di pohon tersebut. Prosedur penandaan pohon yang ditebang adalah :

• Label merah ITSP ditempelkan pada tunggak pohon.

• Potongan kedua label merah ITSP ditempelkan pada pangkal atau bontos pertama kayu yang ditebang (bontos A).

• Potongan ketiga label merah ITSP dibawa oleh operator chainsaw sebagai bukti untuk melihat produktivitas penebangan oleh operator tersebut.

4.10.5 Penyaradan

Penyaradan adalah kegiatan penarikan kayu dari tempat penebangan menuju ke tempat pengumpulan kayu (TPn). Maksud kegiatan ini adalah untuk mempermudah dalam pengangkutan atau hauling ke logyard/logpond. Jenis traktor yang digunakan oleh PT. Ratah Timber adalah Buldozer Traktor D7G Caterpillar yang dilengkapi dengan tali baja (winch). Penyaradan tergantung pada keadaan lapangan dan jarak pohonnya terhadap TPn. Biasanya jumlah log yang dapat disarad per hari sebanyak 25 batang. Dalam melakukan penebangan chainsawman tidak berfokus pada 1 petak, tetapi menyebar pada beberapa petak dan pengawasan penebangan ada 2 yaitu merintis dan mencat kayu sebagai batas kerjaan antara chainsawman yang satu dengan yang lainnya.

4.10.6 Pembagian batang

Pembagian batang adalah kegiatan memotong batang kayu sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan kapasitas alat angkut. Pembagian batang ini dilakukan juga pada kayu-kayu yang cacat. Kegiatan pembagian batang dilakukan apabila telah disarad ke TPn. Pembagian batang dilakukan seoptimal mungkin, hal ini dilakukan untuk memperhatikan kapasitas angkut. Pada umumnya panjang maksimum batang adalah 15 meter dan minimum 8 meter. Jika ada batang kayu yang panjangnya lebih dari panjang tersebut maka dilakukan pembagian batang menjadi 2 (dua) bagian kemudian diberi kode huruf A untuk bagian pangkal dan huruf B untuk bagian ujung. Setelah itu dilakukan penomoran pada bontos kayu yang berisikan nomor petak tebangan, nomor pohon, kode jenis dan diameter dengan menggunakan kapur dan selanjutnya diperjelas dengan menggunakan cat berwarna putih dan kemudian dipahat agar tanda tidak sampai hilang sampai ke pemasaran.

Selain itu juga dilakukan pemasangan paku ”S” pada bontos kayu yang terlihat pecah atau retak dengan tujuan untuk mencegah retakan atau pecahan pada bontos kayu agar tidak bertambah sehingga kualitas kayu dapat dijaga

4.10.7 Pengangkutan

Pengangkutan merupakan kegiatan memindahkan/mengangkut kayu dari tempat pengumpulan kayu (TPn) ke tempat penimbunan kayu (TPK). Pengangkutan kayu bulat dari TPn ke TPK dilakukan dengan menggunakan logging truck. Dengan mengetahui jumlah kayu yang diangkut dan dapat menjadi

Dokumen terkait