• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Analisis Data

4.4.1 Pengaturan Privasi Komunikasi Santriwati Pada

4.4.1.2 Batasan Privat

Asumsi yang kedua adalah batasan privat (private boundaries). Bahwa terdapat garis antara bersikap publik dan bersikap privat. Pada satu sisi batasan ini, orang menyimpan informasi privat untk diri mereka sendiri dan pada sisi yang lain, orang membuka beberapa informasi privat kepada orang lain di dalam relasi sosial dengan mereka. Ketika informasi privat dibagikan, batasan di sekelilingnya disebut batasan kolektif (collective boundary), dan informasi itu tidak hanya mengenai diri, informasi ini menjadi milik hubungan yang ada. Ketika informasi privat tetap disimpan oleh seseorang individu dan tidak dibuka, maka batasannya disebut batasan personal (personal boundary.

Disini semua informan memiliki suatu informasi privat atau yang mempunyai sifat pribadi. Maka dari itu pada sub-bab ini peneliti akan menganalasis dari setiap informan pada tahapan batasan privat yang bagaimana dilakukan oleh setiap santriwati dalam mengatur priasinya.

Pada informan pertama, dapat dilihat juga memiliki suatu informasi yang sifatnya pribadi, sehingga informan pertama juga melakukan suatu batasan tersendiri dalam mengatur informasi privatnya sebagai berikut.

P (4)

“kalau gitu kamu menjaga privasi ketika berkomunikasi di facebook itu gimana?”

Infor man 1

“Kalau saya sih mbak, sembunyi sembunyi pakai facebook soalnya nanti ketahuan kamtib saya kena hukuman, biasanya saya lebih suka kirim pesan, kan kalau pesan enak gak bisa di lihat orang lain selain saya, ya jadi Cuma saya aja yang tahu”

P (6)

“oh jadi kamu punya tahapan – tahapan nya ya? Terus kamu punya batasan tersendiri gak untuk privasi kamu ?”

Infor man 1

“ kalau batasan iya, jadi ya saya gak sembarangan lah ”

Disini NH sudah mengatakan bahwa dia mempunyai privasi di dalam akun facebooknya, maka dari itu peneliti langsung mengutip pertanyaan selanjutnya yang sudah di cantumkan sebelumnya pada pertanyaan ke 4. Dari jawaban yang diberikan oleh NH, disini NH juga menjaga privasi ketika

melakukan komunikasi terhadap teman – temannya atau orag lain melalui facebook miliknya.

Pada informan 2 juga sama dengan informan sebelumnya. Melakukan batasan privat untuk menjaga suatu informasi privat atau informasi pribadi yang dimiliknya.

P (5)

“ kalau gitu caranya gimana biar privasi komunikasi kamu atau aktifitas kamu tidak menjadi hal yang umum?”

Infor man 2

“ mmmh apalagi ya, biasanya aku gak mau kasih tahu ke teman – teman aja sih, terus kalau cerita – cerita gitu ya Cuma beberapa saja yang aku ceritakan sama teman – teman, terus juga akun facebook aku kunci biar semua orang termasuk teman aku gak bisa lihat obrolan – obrlan aku sama oran lain, jadi ya aku bener- bener buat itu semuanya rahasia “

Pada hasil kutipan wawancara di atas dpaat dilihat informan kedua melakukan suatu batasn tersendiri agar informasi privat yang dimilikinya tetap aman. Dengan cara memilah mana yang dapat diceritakan terhadap orang lain dan mana yang tidak dapat diberitahukan ke orang lain.

Untuk informan selanjutnyam yaitu informan ketiga juga melakukan tahapan asumsi yang kdua dari teori CPM. Disini informan ketiga melakukan batasan privat pada penggunaan akun facebooknya.

P (5)

“ nah kalau kamu menjaga itu, bagaimana? “

Infor man 3

“ Kalau menjaga ya saya gak kasih tau ke teman saya, terus kalau main facebook sembunyi – sembunyi biar gak ketahuan sama kamtib, saya juga gak sembarang chat sama orang lain “

NN mengatakan bahwa dia juga menjaga privasi komunikasinya di dalam akun fecabook miliknya. Sehingga peneliti akan melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya yang masih bersangkutan dengan pertanyaan ini yaitu cara yang digunakan NN untuk melakukan pengaturan privasi komunikasinya ketika dia sedang melakukan aktifitas di dalam facebook. Batasan privat yang dilakukan terhadap informan yang ketiga ini dengan cara menggunakan facebook secara sembunyi – sembunyi serta lebih selektif dalam hal memilih dan menjaga suatu informasi pribadi yang dimilikinya.

Pada informan 4, yaitu berinisial FA. Juga melakukan tahapan asumsi yang kedua yaitu batasan privat. Dan berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan FA.

P (5)

“ gimana kamu menjaga privasi ketika berkomunikasi di facebook itu?”

Infor man 4

“ mmh apa ya. . kalau menjaga ya aku tidak boleh ceroboh lah mbak kalau lagi pakai facebook, pokoknya harus super hati – hatilah. He. He.. he”

Disini penelitian merasakan bahwa FA memiliki banyak privasi dalam aktifitasnya di dalam akun facebook miliknya. Sehingga peneliti memberikan pertanyaan yang lebih mendalam seputar pengaturan privasi komunikasi yang dilakukannya.

Pada informan yang terakhir, dari hasil kutipan wawancara oeneliti dengan informan 5. Dapat dilihat, juga sama dari informan sebelumnya melakukan suatu batasan tersendiri yang dimilikinya dalam mengatur suatu privasi komunikasi.

P (4)

“ gimana kamu menjaga privasi waktu melakukan aktifitas di facebook itu?”

Infor man 5

“ apa yaa, ya aku pastinya gak sembarangan kasih tau ke orang lain kalau itu hal yang pribadi jadi biar aman juga, kan terkadang orang lain itu ngomong ke siapa – siapa”

NL mengatakan bahwa tidak mudah untuk memberitahu kepada orang lain dan NL merasa takut untuk memberitahukan privasi komunikasinya kepada orang lain karena terkadang menurutnya orang lain itu akan menceritakan ke orang lain.

4.4.1.3 Kontr ol dan Kepemilikan

Asumsi yang ketiga berkaitan dengan kontrol dan kepemilikan. Asumsi ini bergantung pada ide bahwa orang merasa mereka memiliki informasi privat mengenai diri mereka sendiri. sebagai pemilik informasi ini, mereka percaya bahwa mereka harus ada dalam posisi untuk mengontrol.

Untuk informan 1 pada asumsi yang ketiga ini yaitu kontrol dan kepemilikan. Pada informan yang pertama juga melakukan suatu kontrol dan kepemilikan dalam mnegatur privasi konunikasinya. Berikut hasil kutipan wawancara yang dilakukan oleh peneliti.

P (5)

“ jadi gini, kamu kan sering melakukan interaksi atau berkomunikasi sama orang lain lewat facebook, terus tadi kamu juga menjaga itu biar tidak ketahuan, nah cara kamu mengatur privasi komunikasi nya biar aman gimana ?”

Infor man 1

“ oh, ya jangan dikasih tau ke siapa – siapa, kalau bisa username sama password facebook Cuma kita saja yang tahu, jangan sampai yang lain

tahu. Terus kita ya ngobrol sama teman lewat pesan saja, jangan di kasih tau sama teman – teman. Jadi saya itu bedakan yang mana harus di kasih tahu terus mana yang tidak boleh gitu mbak. Itu juga saya tidak semua teman – teman saya yang tahu, Cuma tertentu saja, yang akrab lah. Soalnya kalau gak gitu sya bisa dilaporkan ke kamtib nanti mbak”

Sesuai dengan teori yang ada bab 2 NH juga melakukan tahapan – tahapan atau asumsi dari teori manajemen privasi komunikasi, dapat dilihat dari jawaban yang diberikan oleh NH, bahwa dia memilih untuk memberitahukan informasi pribadinya terhadap orang lain, serta pada wawancara dan jawaban setelah itu mengatakan bahwa dia juga melakukan batasan privat serta lainnya dari asumsi yang ada. Berikut pernyataan dari NH.

Dapat dilihat dari pernyataan di atas bahwa NH juga melakukan batasan privat bahkan dia juga merasakan kontrol dan kepemlikina dalam asumsi yang ada di dalam teori manajemen privasi komunikasi.

Pada informan selanjutnya yaitu informan kedua, tidak jauh beda dengan informan sebelumnya. Disini informan kedua melakukan kontrol dan suatu kepemilikan tersendiri menurut informan kedua dari hasil kutipan wawancara yang dilakukan.

P (4)

“ Terus kamu kan ini pakai facebook tadi juuga bilang kalau ada hal yang pribadi, nah untuk menjaga privasi ketika berkomunikasi di facebook seperti apa?”

Infoman 2

“ Oh kalau itu aku menjaga banget ya, soalnya kalau akau ketahuan susah jadinya, yang bikin malas kalau sudah kena hukuman itu, makannya aku gak sembarang buat ngobrol di facebook, yah paling – paling kirim pesan atau akun facebook aku kunci biar rang lain gak bisa lihat akun aku gitu, jadina ya aman – aman saja”

Setelah AS memberitahukan bahwa dia juga menjaga privasi komunikasi nya dalam menggunakan facebook, peneliti kemudian bertanya kepada AS apa saja cara yang dilakukannya dalam melakukan pengaturan privasi komunikasinya pada akun facebook nya, apakah cara yang digunakan AS sama dengan informan sebelumnya.

Dari pernyataan AS di atas, menunjukkan bahwa dia juga melakukan cara yang sama halnya dengan informan 1 yaitu mempunyai informasi prifat, batasan prifat, kontrol dan kepemilikan serta asumsi selanjutnya. Disini peneliti ingin meyakinkan kembali terhadap AS dalam hal yang dilakukannya yaiu perihal mengatur privasi komunikasi pada aktifitasnya di dalam akun faecbook.

Informan 3 juga melakukan asumsi yang ketiga dalam teori CPM ini, yaitu suatu kontrol dan kepemilikan tersendiri dalam melakukan pengaturan yang dilakukan olehnya.

P (6)

“ oh gitu ya, ada cara tersendiri tidak kamu mengatur privasi komunikasi dengan orang lain di facebook? “

Infor man 3

“ mmh apa ya, ya pokoknya yang paling utama saya gak sembarangan kasih tahu tentang apa yang saya lakukan di facebook itu, terus saya itu harus bisa apa ya istilahnya mengontrol lah gitu mbak, jadi saya harus hati – hatilah seperti itu “

Dapat dijelaskan bahwa NN memiliki cara yang tidak jauh beda dengan informan sebelumnya, dia mengatakan bahwa tidak sembarangan memberi tahu dengan apa yang dia lakukan di dalam faceboook, serta NN juga memiliki cara yaitu menjadikan dirinya adalah kontrol dan kepemilikan dari sebuah rahasia atau privasi dirinya di dalam akun facebook. Serta NN juga mengontrol apa yang harus dilakukannya dalam menggunakan dan melakukan suatu aktivitas dalam facebook.

Informan keempat juga sama dengan informan sebelumnya. Dalam kutipan wawancara yang ada, dapat dilihat informan ini juga melakukan suatu kontrol dan kepemilikan tersendiri, berikut kutipannya.

P (6)

Infor man 4

“ ya gini misal aku punya rahasia apa gitu ya, nah itu aku tidak sembarangan kasih tahu ke orang lain jadi Cuma tertentu saja terus aku juga harus punya seperti lingkup sendiri gitu loh mbak, mana yang harus diceritakan terus mana yang tidak boleh gitu lah”

Ternyata FA juga memiliki cara untuk mengatur privasi komunikasinya pada saat melakukan interaksi atau aktifitas lainnya. Sehingga membuat FA, lebih merasa aman atas apa yang dilakukannta dengan cara tidak mudah memberitahu orang lain dan FA juga membedakan mana yang bisa diceritakan dan mana yang tidak.

Pada informan terakhir, yaitu informan kelima juga melakukan asumsi yang ketiga dalam teori ini dan berikut hasil kutipan yang dilakukan peneliti dengan informan kelima.

P (5)

“ terus punya cara sendiri gak buat mengatur privasi komunikasi pada saat menggunakana facebook ? “

Infor man 5

“ mmh, gimana ya, ya caranya yang pasti aku gak sembarangan kalau mau kasih tahu privasi ku di dalam facebook biar gak tersebar kemana – mana, terus ya punya kontrol lah dalam hal apapun itu “

NL memiliki cara untuk mengatur privasi komunikasi pada aktifitasnya di dalam media sosial facebook. Dan NL juga mengatakan bahwa memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri selain itu juga NL tidak mudah percaya dengan orang lain untuk menceritakan informasi privat nya.

4.4.1.4 Sistem Manajemen Berdasar kan Atur an

Asumsi keempat dari teori CPM adalah sistem manajemen berdasarkan aturan. Sistem ini adalah kerangka untuk memahami keputusan yang dibuat orang mengenai informasi privat. Sistem manajemen berdasarkan aturan memungkinkan pengelolaan pada level individual dan kolektif serta merupakan pengaturan rumit yang terdiri atas tiga proses yaitu karakteristik aturan privasi, koordinasi batasan, dan turbulensi batasan.

Pada asumsi yang keempat ini, sudah dikatakan pada kutipan – kutipan di atas pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan. Jadi menurut peneliti, pada asumsi termasuk dalam golongan memiliki informasi privat, melakukan batasan privat serta mempunyai kontrol dan kepemilikan. Sehingga hasil kutipan yang peneliti lampirkan akan sama dengan hasil kutipan di atas yang sudah di analisis.

Pada informan 1 yang memang benar – benar sesuai dengan asumsi keempat ini adalaah sebagai berikut :

Infor man 1

“Kalau saya sih mbak, sembunyi sembunyi pakai facebook soalnya nanti ketahuan kamtib saya kena hukuman, biasanya saya lebih suka kirim pesan, kan kalau pesan enak gak bisa di lihat orang lain selain saya, ya jadi Cuma saya aja yang tahu”

Infor man 1

“ kalau batasan iya, jadi ya saya gak sembarangan lah ”

Dapat dilihat pada informan pertama, sistem manajemen berdasarkan aturan yang dimiliki oleh informan pertama ini memungkinkan pengelolaan pada level individual dan kolektif serta merupakan pengaturan rumit yang terdiri atas tiga proses yaitu karakteristik aturan privasi, koordinasi batasan, dan turbulensi batasan.

Untuk informan selanjutnya tidak jauh beda penjelasan dari informan pertama, kutipan yang peneliti berikan adalah hasil kutipan yang sama pada asumsi sebelumnya.

Infor man 2

“ mmmh apalagi ya, biasanya aku gak mau kasih tahu ke teman – teman aja sih, terus kalau cerita – cerita gitu ya Cuma beberapa saja yang aku ceritakan sama teman – teman, terus juga akun facebook aku kunci biar semua orang termasuk teman aku gak bisa lihat obrolan – obrlan aku sama oran lain, jadi ya aku bener- bener buat itu semuanya rahasia “

Infor man 2

“ Oh kalau itu aku menjaga banget ya, soalnya kalau akau ketahuan susah jadinya, yang bikin malas kalau sudah kena hukuman itu, makannya aku gak sembarang buat ngobrol di facebook, yah paling – paling kirim pesan atau akun facebook aku kunci biar rang lain gak bisa lihat akun aku gitu, jadina ya aman – aman saja”

Tentunya pada asumsi hanya memastikan bahwa memang setiap orang yang melakukan pnegturan privasinya harus sadar akan untuk memahami keputusan yang dibuat orang mengenai informasi privat serta memungkinkan pengelolaan pada level individual dan kolektif. Dapat dilihat dari kutipan di atas pada informan kedua, dia melakukan tahapan pada asumsi ini yaitu sistem manajemen berdasarkan aturan.

Informan ketiga juga sama dengan kedua informan sebelumnya, pada informan ini menghadapi asumsi ketiga pada teori CPM. Dan berikut hasi kutipan wawancara yang sudah di analisis oleh peneliti.

Infor man 3

“ Kalau menjaga ya saya gak kasih tau ke teman saya, terus kalau main facebook sembunyi – sembunyi biar gak ketahuan sama kamtib, saya juga gak sembarang chat sama orang lain “

Infor man 3

“ mmh apa ya, ya pokoknya yang paling utama saya gak sembarangan kasih tahu tentang apa yang saya lakukan di facebook itu, terus saya itu harus bisa apa ya istilahnya mengontrol lah gitu mbak, jadi saya harus hati – hatilah seperti itu “

Disini peneliti tidak perlu menganalisis hasil dari kutipan wawancara di atas pada informan ketiga, karena kutipan di atas adalah pokok ide dari asumsi kedua dan ketiga dari teori CPM. Karena asumsi kedua dan ketiga sudah mencakup asumsi yang keempat pada teori ini.

Selanjutnya informan keempat, juga melakukan tahapan pada asumsi ini dan peneliti mengambil hasi kutipan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan keempat.

Infor man 4

“ mmh apa ya. . kalau menjaga ya aku tidak boleh ceroboh lah mbak kalau lagi pakai facebook, pokoknya harus super hati – hatilah. He. He.. he”

Infor man 4

“ ya gini misal aku punya rahasia apa gitu ya, nah itu aku tidak sembarangan kasih tahu ke orang lain jadi Cuma tertentu saja terus aku juga harus punya seperti lingkup sendiri gitu loh mbak, mana yang harus diceritakan terus mana yang tidak boleh gitu lah”

Pada informan terkahir tidak jauh beda dari keempat informan sebelumnya, hasil kutipan wawancara yang sudah di analisis oleh peneliti akan dilampirkan kembali pada tahapan asumsi keempat dari teori CPM.

Infor man 5

“ apa yaa, ya aku pastinya gak sembarangan kasih tau ke orang lain kalau itu hal yang pribadi jadi biar aman juga, kan terkadang orang lain itu ngomong ke siapa – siapa”

Infor man 5

“ mmh, gimana ya, ya caranya yang pasti aku gak sembarangan kalau mau kasih tahu privasi ku di dalam facebook biar gak tersebar kemana – mana, terus ya punya kontrol lah dalam hal apapun itu “

Pada asumsi keempat ini yaitu sistem manajemen berdasarkan aturan, untuk infroman kelima dapat dilihat, bahwa dia benar – benar sadar akan informasi yang dia punya dan menjaga serta mengontrol setiap langkah – langkah yang akan dimilikinya.

4.4.1.5 Dialektika Manajemen

Asumsi yang kelima, dialektika manajemen privasi, berfokus pada ketegangan – ketegangan antara keinginan untuk mengungkapkan informasi privat dan keinginan untuk menuutupinya. Petronio (2002) menyatakan bahwa teori ini didasrkan pada kesatuan dialektika, yang merujuk pada ketegangan –

ketegangan yang dialami oleh orang sebagai akibat dari oposisi dan kontradiksi.

Informan pertama, melakukan tahapan pada asumsi ini cukup meyakinkan peneliti dari hasil kutipan wawancara yang akan dilampirkan dan di analisis oelh peneliti, berikut kutipannya.

Infoman 1

“ Oh iya mbak, saya takut soalnya kalau gak saya rahasiakan atau simpan pribadi lah gitu. Jadi harus benar benar rahasia gitu mbak punya saya”.

Peneliti melihat dari semua pernyataan yang diberikan dari “NH” sebagai informan 1 peneliti, disini “NH” memang sering menggunakan media sosial facebook dan juga sudah memiliki banyak teman di dalam akunnya. Selain itu “NH” juga sering melakukan interaksi terhadap teman – teman nya dengan cara mengirim wall ke akun facebook lain, atau memberikan comment terhadap status temannya dan juga melakukan interaksi berupa pesan yang memang sifatnya lebih pribadi di bandingkan cara interaksi yang lainnya dalam akun facebook. Disini “NH” juga melakukan pengaturan terhadap akun nya sendiri dengan cara tidak memberi tahukan terhadap orang lain aktifitas – aktifitas yang dilakukannya serta interaksinya kepada orang lain. “NH” benar – benar menjaga privasi komunikasi nya dan aktifitasnya dalam menggunakan media sosial facebook. Karena “NH” benar – benar takut akan hukuman yang sudah ditetapkan dalam pondok Darul ‘Ulum. Serta “NH” mempunyai cara

tersendiri untuk mengatur privasi komunikasi dan aktifitas yang sudah di share ke dalam facebook tersebut.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa informan 1 yaiu “NH” melakukan pengaturan privasi komunikasi nya sesuai dengan teori manajemen privasi komunikasi dan “NH” juga melakukan semua asumsi dasar yaitu “NH” mempunyai rahasia tentang dirinya dalam hal apapun itu atau sifatnya pribadi dan hanya “NH” yang tahu. Setelah itu “NH” juga melakukan asumsi yang kedua yang batasan privat, disini informan 1 memiliki batasan – batasan terhadap siapa pun dalam hal interaksinya dan aktifitas yang udah dilakukan dalam facebook miliknya tapi “NH” juga memberitahukan beberapa rahasianya terhadap teman – teman yang terdekat saja atau yang sudah dipercaya oleh “NH”. Setelah itu “NH” juga melakukan asumsi yang ketiga yaitu kontrol dan kepemilikan dengan cara “NH” tidak memberitahukan username dan password terhadap orang lain serta “NH” benar – benar takut, jadi dia memberitahukan rahasia itu terhadap temannya dengan berharap temannya tidak membocorkan hal tersebut. Setelah itu “NH” melakukan asumsi selanjutnya yaitu sistem manajemen berdasarkan aturan, disini dia memahami keputusan yang dibuatnya perihal memberitahu informasi privat nya. Dan yang terakhir “NH” juga melakukan tahapan asumsi yang terakhir adalah dialketika manajemen, disini dia mempunyai rasa titik kebingungan dalam hal mengungkapkan informasi atau menutupi informasi tersebut. Jadi informan 1 melakukan pengaturan privasi komunikasi pada aktifitasnya di media sosial facebook sesuai dengan teori pada bab 2 dengan 5 asumsi dasar yang ada.

Untuk infroman kedua juga tdak jauh beda dengan informan pertama, disini informan kedua juga merasakan bagaimana rasa ketegangan yang dimilikinya saat dia melakukan pengeturan privasi komunikasi.

Infor man 2

“ Iyalah benar aku atur itu, kalau gak aku bisa kena hukuman soalnya hukumannya itu banyak terkadang sampai ada yang ketahuan teman aku janjian sama cowok nya di akun facebok itu terus teman aku dikeluarkan, jadi ya aku takut lah kayak gitu, jangan samapai. Jadi benar – benar aku atur lagi pakai facebook “

AS benar meyakinkan kepada peneliti bahwa dia memang melakukan pengaturan privasi komunikasi pada akun facebooknya. Dari pertanyaan – pertanyaan yang sudah di ajukan oleh peneliti, peneliti merasa sudah mendapatkan hasil yang sesuai dari apa yang akan dijelaskan.

Tidak jauh beda dengan informan sebelumnya, AS adalah sosok yang memang pandai bergaul terhadap semua orang tapi dia masih tetap mempunyai sisi privasi yang tidak banyak diketahui oleh teman – teman nya atau orang lain. Sehingga AS juga melakukan cara – cara yang menurut dia itu sudah aman dalam melakukan aktifitasnya di dalam akun facebook meskipun statsu

Dokumen terkait