BAB II LANDASAN TEORI
A. BATIK
1. Asal Mula Batik
Batik memiliki ketidakjelasan dari mana asal mulanya dan dimana pertama kali diketemukan. Tetapi teknik pembuatan batik dengan cara menahan warna yang berusia ribuan tahun telah digunakan di Afrika, Eropa, Timur Tengah dan beberapa negara Asia seperti China, India dan Jepang. Di Indonesia sendiri menurut beberapa pakar peneliti, batik dibawa dan dikenalkan oleh para pelancong yang datang. Tetapi di Indonesia lah batik memiliki perkembangan dan mencapai suatu nilai seni yang sangat tinggi dan juga sangat populer khususnya di Pulau Jawa. Batik menjadi sebuah tradisi yang melekat dan menjadi sebuah kultur seni masyarakat yaitu sebagai pakaian tradisional masyarakat Jawa saat itu. Kemudian kebudayaan ini berkembang dan meluas ke seluruh kepulauan di Indonesia dan ke semenanjung Malay. Batik menjadi sangat populer dan disukai oleh masyarakat Indonesia, serta menjadi pakaian resmi nasional Indonesia. Disamping itu juga menjadi suatu pusat industri yang sangat penting yang ikut meramaikan industri pakaian di Indonesia dan juga di Asia (Djoko Dwiyanto, www.batikalhadi.co.id/about.php)
Perkembangan batik di Indonesia sangat dominan di jaman kerajaan Jawa, oleh karena itu pusat batik umumnya berada di Pulau Jawa, seperti Yogyakarta, Solo, Lasem, Pekalongan, Cirebon, Indramayu, Tuban dan lain-lain. Setiap daerah memiliki kelebihan dalam desain, dan motif tersendiri. Pengaruh budaya luar juga sangat kental pada desain batik, seperti masuknya pedagang dari Arab dan Cina dan juga pengaruh dari Eropa khususnya Belanda. Ini semua dapat dilihat di daerah pesisir pulau Jawa seperti Pekalongan dan Cirebon, desain dengan kombinasi motif seperti burung, bunga-bunga dan pohon-pohon. Sehingga untuk batik dari daerah pesisir dikenal dengan batik modern, sedangkan batik dari Jawa Tengah masih kental dengan batik tradisionalnya (Rusnadi, 1986).
Batik tradisional secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar (www.jawatengah.go.id/loader.php). Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri.
2. Pengertian Batik
Batik merupakan rangkaian dari kata ‘mbat’ dan ‘tik’. ‘Mbat’ dalam bahasa Jawa diartikan sebagai ‘ngembat’ atau melempar berkali-kali, sedangkan ‘tik’ berasal dari kata ‘titik’. Jadi membatik berarti melempar titik-titik yang banyak dan berkali-kali pada kain. Sehingga lama-lama bentuk-bentuk titik tersebut berhimpitan menjadi bentuk garis (Kuswadji Kawidrosusanto, 1994). Di dalam seni rupa, garis merupakan kumpulan dari titik. Adalagi yang memberikan arti namun masih ada sangkut paut pengertian yang sama dengan pendapat Kuswadji, yaitu : batik dari kata ‘mbat’ dan ’tik’. ‘Mbat’ adalah kependekan dari membuat, sedangkan ‘tik’ adalah titik. Membatik adalah membuat titik pada kain dengan menggunakan peralatan canting dan sebagai bahannya adalah malam (wak). Dua pengertian di atas memang tidak jauh berbeda yaitu batik adalah salah satu budidaya manusia, manusia menciptakan benda pakai ataupun benda seni dengan menggunakan canting sebagai alat pengungkap ekspresi dengan media kain.
3. Macam-macam Proses Pembatikan a. Batik Tulis
Batik Tulis merupakan proses pembatikan yang menggunakan tangan manusia langsung dengan menggunakan canting ke dalam kain yang telah digambari motif untuk dibatik. Batik tulis tergolong spesial dan mahal dibanding batik yang lain, karena didalam pembuatan batik ini sangat diperlukan keahlian serta pengalaman, ketelitian, kesabaran dan juga waktu yang lama untuk menyelesaikan sebuah batik tulis. Sebuah batik tulis berukuran 2,5 m dan lebar 1,15 meter paling cepat dapat diselesaikan selama dua minggu oleh seorang pembatik, itupun jika cuaca yang cerah dan desain motifnya tidak terlalu rumit.
b. Batik Cetak
Batik cetak atau yang disebut juga dengan batik cap, merupakan proses pembatikan yang menggunakan cap atau alat cetak atau stempel yang terbuat dari tembaga dan pada cap tersebut telah terpola batik. Proses pembatikan cetak (cap) ini jauh lebih cepat dan mudah dibanding dengan pebuatan batik tulis. Pengerjaan batik ini dapat diproduksi secara banyak dan hanya diperlukan waktu satu minggu untuk dapat menyelesaikan sekitar 250 potong.
c. Batik Printing
Batik printing disebut juga dengan batik sablon, karena proses pembatikan ini sangat menyerupai dengan proses penyablonan. Motif batik telah dibuat dan didesain atau diprint diatas alat offset atau sablon,
sehingga sangat memudahkan pengerjaan pembatikan. Pewarnaan dapat langsung dilakukan dengan alat itu juga. Untuk pembatikan dan pewarnaan yang lebih kompleks digunakan lilin malam dengan alat canting.
4. Zat Warna dalam Pengolahan Batik
Zat warna yang digunakan dalam pengolahan batik dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Zat Warna alam
Zat warna alam merupakan suatu zat warna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti pohon nila (Indigofera), pohon soga tingi
(Ceriops Candolleana Am), pohon soga tegeran (Cudrania Javanensis),
pohon soga jambal (Peltophorun ferrugineum), pohon mengkudu
(Morinda Citrifelia), pohon gambir dan pohon pinang.
b. Zat Warna Sintetis
Zat warna sintesis merupakan zat warna buatan dari luar negeri yang sebagian besar berasal dari Eropa. Zat warna sintetis ini dipakai, dikarenakan semakin sulitnya mencari zat warna alam. Disamping itu zat warna sistetis memberi banyak keuntungan dalam hal pemakaiannya yang lebih mudah serta ketahanan warnanya yang lebih baik. Macam-macam zat warna sintetis antara lain zat warna indigo, zat warna napthol, zat warna rapid, zat warna indanthrene.
5. Motif-Motif Batik
Motif batik sangat beragam macamnya, masing-masing motif mengandung makna. Macam-macam motif batik antara lain : motif parang, motif geometri, motif banji, motif tumbuh-tumbuhan menjalar, motif tumbuh-tumbuhan air, motif bunga, dan motif satwa dalam alam kehidupannya.
Motif Parang sendiri dapat dibedakan menjadi Gondosuli, Parang Baris, Parang Centong, Parang Curiga, Parang Jenggot, Parang Kembang, Parang Kirna, Parang Kusuma, Parang Kurung, Parang Menang, Parang Sawut dan lain-lain.
Motif Geometri dapat dibedakan menjadi Bibis Pista, Bintangan, Cakar Melik, Cakar Wok, Cempakamulyo, Gadong Gandok, Gambir Seketi, Jamblang Juwet, Jayakusuma, Jayasentana, Kawung Beton, Kawung Picis, Kembang Blimbing, Kembang Manggar, Kembang Sikatan, Limaran dan lain-lain.
Motif Banji dapat dibedakan menjadi Banji Bengkok, Banji Guling, dan Udan Liris.
Motif Tumbuh-tumbuhan Menjalar dapat dibedakan menjadi Motif Anggur, Cangklet, Cokrak-cakrik, Delima Wantah, Kembang Gempol, Kembang Pudak, Kembang Semak, Lung Pakis, Peleman, Pisang Bali, Semen Ceplokan, Sembagen, Semen Kipas, Semen Kukilo dan lain-lain.
Motif Tumbuh-tumbuhan Air dapat dibedakan menjadi Ganggon, Ganggon Bronta, Ganggon Curiga, Ganggon Rante, Ganggon Sari, Ganggon Turki, Ganggon Wibawa, Ganggon Yojana dan lain-lain.
Motif Bunga dapat dibedakan menjadi Cakrakusuma, Ceplok Kelan, Ceplok Kuwari, Ceplok Manggis, Ceplok Mendut, Ceplok Mundu, Gandosan, Grompol, Gurit Wesi, Jangkaran, Jayakirana, Kembang Cengkeh, Kembang Kapas Baris, Kembang Kenikir, Kembang Waru, Puspa Tunjung, Truntum dan lain-lain.
Motif Satwa dalam Alam Kehidupannya dapat dibedakan menjadi Ayam Puger, Ceplok Koci, Ceplok Kusnia, Gringsing Sisik, Kupu Gandrung, Keyongan, Lintang Trenggono, Nogo Bisikan, Peksi Kingkin, Semen Sinom, Sido Luhur, Sido Mukti dan lain-lain.
B. Konsep Dasar Sistem Informasi Berbasis Web