• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jenis – Jenis Bawang

2.1.1. Bawang Merah ( Allium cepa L.)

Bawang merah merupakan komoditi holtikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Bawang merah tergolong tanaman semusim atau setahun. Tanaman bawang merah lebih banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah yang beriklim kering, tanaman ini tidak menyukai tempat-tempat yang tergenangi air (Rahayu. E, 1999).

2.1.1.1 Botani tanaman bawang merah

Kedudukan tanaman bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Class : Monocotyledonae

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa L.

Nama Lokal : Bawang Merah

Gambar 2.1 Bawang Merah (Allium cepa L.)

Tanaman ini diduga berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu sekitar India, Pakistan sampai Palestina. Dari berbagai penelusuran dalam literature dan nara sumber terdapat kesamaan pandangan bahwa bawang merah merupakan tanaman yang tertua dari silsilah budidaya tanaman oleh manusia, hal ini antara lain ditunjukkan pada zaman I dan II Dynasti (3.200 – 2.700 SM) bangsa Mesir sering melukiskan bawang merah pada patung dan tugu- tugu mereka (Rukmana. R, 1994).

Di Jepang budidaya bawang merah dikenal pada akhir abad ke-19, pada tahun 1975, Jepang memproduksi bawang sebanyak 1 juta ton dari 30 ribu hektar, sehingga menjadi produsen nomor dua di dunia. Di Indonesia, sentra (pusat) pertanaman dan diduga sebagai daerah penyebaran bawang merah adalah Tegal, Cirebon, Pekalongan, Brebes dan Solo. Pusat produksi bawang merah masih terkonsentrasi di pulau Jawa. Tahun 1991 provinsi yang paling luas mengembangkan bawang merah adalah Jawa Timur, kemudian diikuti Jawa Tengah dan Jawa Barat. Diluar pulau Jawa bawang merah berkembang cukup pesat antara

lain NTB, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Bali, Sumatera Barat dan Sulawesi Tengah pada kisaran luas panen 1000-3000 hektar.

Di Indonesia bawang merah juga telah merambah ke berbagai daerah sehingga komoditi ini memiliki nama khas masing-masing daerah. Bahkan di daerah tertentu terdapat beberapa nama panggilan yang beragam. Di Minahasa misalnya, paling tidak terdapat lima nama panggilan khas untuk bawang merah. Untuk lebih jelasnya, tabel di bawah ini memuat nama –nama khas bawang merah di berbagai daerah dan Negara (Rahayu. E,1999).

Tabel 2.1 Nama bawang merah di beberapa daerah dan Negara

No. Daerah/Negara Nama- nama lain Bawang Merah

1. Nama di Daerah Sumatera

Bawang abang mirah (Aceh), Bawang megaren (Alas), pia (Batak), bawang sirah ,dasun merah (Minang), bawang abang, bawang suluh (Lampung), bawang merah, bawang abang (Melayu).

2. Nama di daerah Jawa Bawang beureum (Sunda), bawang abang, brambang (Jawa), bhabang mera (Madura).

3. Nama di Daerah Nusa Tenggara

Jasun bang, jasun Mirah (Bali), laisona piras (Roti), kalpeo meh (Timor).

4. Nama di Daerah Sulawesi

Lasuna mahamu, lasuna randang, lasuna raindang, rasuna mahendong, jantuna mopura (Minahasa), bawangi (Gorontalo), lasuna eja (Makassar), lasuna cela (Bugis).

5. Nama di Daerah Maluku Bawang nawuli (Tanibar), bowing wul-wul (Kai), kosai mina (Buru), bawa, bawang (Halmahera), bawa roriha (Ternate), bawa kohori (Tidar).

6. Nama Asing Allium cepa var. ascalonicum, allium

ascalonicum (Nama Ilmiah), shallot

(Inggris), syalot (Belanda), eschlauch (Jerman), echalote (Prancis), tamanagi (Jepang).

Sumber : Wibowo. S ,1988.

Bawang merah termasuk salah satu sayuran multiguna, paling penting didayagunakan sebagai bahan bumbu dapur sehari-hari dan penyedap berbagai masakan. Bahkan akhir-akhir ini umbi bawang merah diolah menjadi bawang goring yang pemasarannya sudah menembus sasaran ekspor. Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional untuk pelayanan masyarakat. Sudah sejak lama nenek moyang menggunakan umbi bawang merah sebagai obat nyeri perut karena masuk angin dan penyembuhan luka atau infeksi. Pada masa lalu konon bawang merah di makan segera sesudah makan sebagai tindakan pencegahan terhadap kolera, disentri dan diare. Menurut pengobatan tradisional di India , bawang merah goreng dianggap sebagai obat disentri basiler.

Berkhasiatnya umbi bawang merah sebagai obat, diduga karena mempunyai efek antiseptic dari senyawa alliin atau allisin. Senyawa alliin ataupun allisin oleh enim liase diubah menjadi asam piruvat, ammonia , dan allisin anti mikroba yang bersifat bakterisida. Dalam industri makanan, umbi bawang merah sering diawetkan dalam kaleng (canning), saus, sop kalengan, dan tepung bawang. Keuntungan mengkosumsi bawang merah, selain penyedia bahan pangan bergizi dan berkhasiat obat, juga sangat baik untuk kesehatan. Fungsi dalam tubuh antara lain memperbaiki dan memudahkan pencernaan serta menghilangkan lendir-lendir dalam kerongkongan.

Bagian tanaman bawang merah lainnya seperti daun dan tungkai bunga termasuk bahan sayuran yang melezatkan. Mengkonsumsi sayuran tersebut diduga dapat membantu pencernaan, memperbanyak air ludah, menyembuhkan penyakit kuning, memperkuat hati, dan membantu penyembuhan wasir (Rukmana. R,1994).

Ditinjau dari segi kandungan gizinya, bawang merah bukan merupakan sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, atau mineral. Namun komponen-komponen tersebut ada di dalam bawang merah walaupun dalam jumlah yang sedikit. Komponen lainnya, seperti minyak atsiri juga terkandung di dalam umbi bawang merah. Komponen inilah yang sebenarnya banyak dimanfaatkan untuk penyedap rasa makanan, bakterisida, fungisida dan berkhasiat untuk obat-obatan. Daftar komposisi selengkapnya disajikan pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Komposisi kimia umbi bawang merah per 100 gram bahan

No. Komponen Komposisi

1. Air (g) 88,00 2. Karbohidrat (g) 9,20 3. Protein (g) 1,50 4. Lemak (g) 0,30 5. Vitamin B1 (mg) 0,03 6. Vitamin C (mg) 2,00 7. Kalsium , Ca (mg) 36,00 8. Besi, Fe (mg) 0,80 9. Fosfor, P (mg) 40,00 10. Energy (kalori) 39,00

11. Bahan yang dapat dimakan (%) 90,99

Sumber : Rahayu. E ,1999.

Di dalam umbi bawang merah juga terdapat komponen lain yang dinamakan allin. Allin merupakan suatu senyawa yang mengandung asam amino yang tidak berbau, tidak berwarna, dan dapat larut dalam air. Karena sesuatu hal, allin kemudian berubah menjadi senyawa allicin. Senyawa allicin dengan thiamin (vitamin B1) dapat membentuk ikatan kimia yang disebut allithiamin. Senyawa bentukan ini ternyata lebih mudah diserap tubuh daripada

vitamin B1 nya sendiri. Dengan demikian allicin dapat membuat vitamin B1 menjadi lebih efisien dimanfaatkan tubuh (Rahayu. E, 1999).

Dokumen terkait