• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Menurut (Sondakh, 2013: 150) bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine (Dewi, 2010: 1). 2. Kriteria Bayi Baru Lahir

Sondakh mengemukakan, bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut:

a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram. b. Panjang badan bayi 48-50 cm.

c. Lingkar dada bayi 32-34 cm. d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.

e. Bunyi jantung dalam menit pertama ±180 kali/menit, kemudian turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit. f. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan intercostal, serta rintihan hanya berlaangsung 10-15 menit. g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik. i. Kuku telah agak panjang dan lemas.

j. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan). k. Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk.

l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket (Sondakh, 2013: 150).

3. Adaptasi Fisiologis BBL terhadap Kehidupan diluar Uterus

Menurut (Sondakh, 2013: 150) adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus antara lain:

a. Adaptasi Pernapasan

1) Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan kimia. 2) Frekuensi pernafasan bayi baru lahir berkisar 30–60

3) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah, terutama selama 12–18 jam pertama.

4) Bayi baru lahir lazimnya bernafas melalui hidung. b. Adaptasi Kardiovaskular

1) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir.

2) Sirkulasi perifer lambat, yaitu menyebabkan akrosianosis (pada tangan, kaki, dan sekitar mulut).

3) Denyut nadi berkisar 120–160 kali/menit saat bangun dan 100 kali/ menit saat tidur.

4) Rata–rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.

c. Adaptasi Neurologis

1) Sistem neurologis bayi secara anatomic atau fisiologi belum berkembang sempurna.

2) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, control otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.

3) Perkembangan neonatus terjadi cepat.

4) Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan normal.

Tabel 2.3 Refleks Pada bayi Baru Lahir

Refleks Respon normal Respon abnormal Rooting dan

menghisap

Bayi baru lahir menolehkan kepala ke arah stimulus, membuka mulut, dan mulai menghisap bila pipi, bibir, atau sudut mulut bayi disentuh dengan jari atau puting.

Respon yang lemah atau tidak ada respons yang terjadi pada prematuritas, penurunan, atau cedera neurologis, atau depresi sistem saraf pusat (SSP). Menelan Bayi baru lahir menelan

berkoordinasi dengan menghisap bila cairan ditaruh di belakang lidah.

Muntah, batuk, atau regurgitasi cairan dapat terjadi kemungkinan berhubungan dengan sianosis sekunder karena prematuritas, defisit neurologis, atau cedera terutama terlihat setelah laringoskopi.

Ekstrusi Bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau puting.

Ekstrusi lidah secara kontinue atau menjulurkan lidah yang berulang-ulang terjadi pada kelainan SSP dan kejang. Moro Ekstensi simetris bilateral dan

abduksi seluruh ekstremitas, dengan ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf c diikuti dengan abduksi ekstremitas dan kembali ke fleksi relaks jika posisi bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakan terlentang pada permukaan yang datar.

Respons asimetris terlihat pada cedera saraf perifer (pleksus brakialis) atau fraktur klavikula atau fraktur tulang panjang lengan atau kaki.

Melangkah Bayi akan melangkah dengan satu kaki dan kemudian kaki lainnya dengan gerakan berjalan bila satu kaki disentuh pada permukan rata.

Respons asimetris terlihat pada cedera saraf SSP atau perifer atau fraktur tulang panjang kaki.

Merangkak Bayi akan berusaha untuk merangkak ke depan dengan kedua tangan dan kaki bila diletakan telungkup pada permukaan datar.

Respon asimetris terlihat pada cedera saraf SSP dan gangguan neurologsi.

Tonik leher atau fencing.

Ekstremitas pada satu sisi dimana saat kepala ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi di tolehkan ke satu sisi di selagi istirahat.

Respons persisten setelah bulan keempat dapat menandakan cedera neurologis, respons menetap tampak pada cedera SSP dan gangguan neurologis. Terkejut Bayi melakukan abduksi dan

fleksi seluruh ekstremitas dan dapat mulai menangis bila

Tidak adanya respon dapat menandakan defisit neurologis atau cidera. Tidak adanya

Sumber: Sondakh (2013)

d. Adaptasi Gastrointestinal.

1) Enzim–enzim digesti aktif saat lahir dan dapat menyongkong kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36–38 minggu.

2) Perkembangan otot dan reflek yang penting untuk menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.

atau suara keras. konsisten terhadap bunyi keras dapat menandakan ketulian. Respons dapat menjadi tidak ada atau berkurang selama tidur malam.

Ekstensi silang Kaki bayi yang berlawanan akan fleksi dan kemudian ekstensi dengan cepat seolah-olah berusaha untuk memindahkan stimulus ke kaki yang lain bila diletakan terlentang : bayi akan mengekstensikan satu kaki sebagai respons terhadap stimulus pada telapak kaki.

Respons yang lemah atau tidak ada respons yang terlihat pada cidera saat perifer atau fraktur tulang panjang

Glabellar “blink” Bayi akan berkedip bila dilakukan 4 atu 5 ketuk pertama pada batang hidung saat mata terbuka.

Terus berkedip dan gagal untuk berkedip menandakan kemungkinan gangguan neurologis.

Palmar grasp Jari bayi akan melengkuk di sekeliling benda dan menggenggamnya seketika bila jari diletakan di tepapak tangan bayi.

Respons ini berkurang pada prematuritas. Asimetris terjadi pada kerusakan saraf perifer (pleksus brakialis) atau fraktur humerus. Tidak ada respons yang terjadi pada defisit neurologis yang berat.

Plantar grasp Jari bayi akan melengkuk disekeliling benda seketika bila jari diletakkan di telapak kaki bayi.

Respons yang berkurang terjadi pada prematuritas. Tidak ada respons yang terjadi pada defisit neurologis yang berat.

Tanda babinski Jari-jari bayi akan hiperektensi dan terpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki digosok dari tumit ke atas melintasi bantalan kaki.

Tidak ada respons yang terjadi pada defisit SSP.

3) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim-enzim penkreas dan lipase.

4) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi berusia 3 bulan.

5) Pengeluaran mekonium, yaitu fases berwarna hitam kehijauan, lengket dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24 jam pada 90 % bayi baru lahir yang normal.

6) Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan dipayudara, sebagian lainya memerlukan 48 jam untuk menyusui secara efektif.

7) Gerakkan tangan acak kemulut dan mengisap jari telah diamati didalam uterus, tindakan–tindakkan ini berkembang baik pada saat lahir dan diperkuat dengan rasa lapar.

e. Adaptasi Ginjal

1) Laju filtrasi glomerulus relative rendah pada saat lahir, disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus.

2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk berespns terhadap stresor.

3) Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan.

4) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, stelah itu berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.

5) Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam urat f. Adaptasi Hati

1) Selama kehidupan hati membantu pembentukan darah. 2) Hati memproduksi zat esensial untuk pembekuan darah.

3) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan setelah lahir, setelah itu bayi rentan tekena defisiensi zat besi.

4) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin.

5) Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem vascular dan menembus jaringan ekstravaskular yang mengakibatkan ikterus.

g. Adaptasi Imun

1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu masuk.

2) Imaturisas jumlah sistem perlindungan secara singnifikan menikatkan risiko infeksi pada bayi baru lahir.

3) Infeks merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama preode neonatus.

4. Perubahan Termogulasi dan Metabolik

Menurut Sondakh bayi baru lahir mengalami perubahan pada termoregulasi dan metabolik, yaitu sebagai berikut:

a. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan eksternal lebih dingin dari pada lingkungan pada uterus.

b. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghatarkan panas pada lingkungan.

c. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.

d. Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungannya dengan asidosis metabolik dapat bersifat mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat (Sondakh, 2013: 152).

5. Perlindungan Termal (termoregulasi)

Menurut Sondakh untuk menjaga agar bayi tidak mengalami termoregulasi dapat dilakukan cara berikut ini:

a. Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antar kulit bayi dengan kulit ibu.

b. Gantilah handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan selimut, serta jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh. c. Mempertahankan pertubuhan terman netral (Sondakh, 2013: 157). 6. Komplikasi pada Bayi Baru Lahir

Menurut Manuaba komplikasi pada bayi baru lahir antara lain: a. Kelainan kongenital

Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pembuhan.

b. Infeksi neonatorum

Penyakit infeksi ini dapat terjadi melalui: infeksi antenatal (terjadi sejak masih dalam kandungan), infeksi intranatal (terjadi saat berlangsungnya persalinan) infeksi postnatal (terjadi setelah bayi berada diluar kandungan).

c. Aspirasi pneumonia

Aspirasi pneumonia menyebabkan kematian terutama bayi dengan berat badan lahir rendah karena reflek menelan dan batuk yang belum sempurna.

d. Diare

Diare merupakan penyakit yang ditakuti masyarakat karena dengan cepat dapat menimbulkan keadaan gawat dan diikuti kematian yang tinggi. Bayi yang baru lahir sudah disiapkan untuk dapat berlangsung minum kolostrum yang banyak mengandung protein, kasein, kalsium, sehingga dapat beradaptasi dengan ASI. e. Tetanus Neonaturum

Masuknya kuman tetanus klostridium tetani sebagaian besar melalui tali pusat. Masa inkubasinya sekitar 3-10 hari. Tetanaus neonaturum menyebabkan kerusakan pada pusat motoric, jaringan otak, pusat pernafasan, dan jantung.

f. Ikterus Neonaturum

Ikterus atau warna kuning sering dijumpai pada bayi baru lahir dalam batas normal pada hari kedua sampai hari ketiga dalam menghilang pada hari kesepuluh. Kernikterus adalah akumulasi bilirubin dalam jaringan otak sehingga dapat mengganggu fungsi otak dan menimbulkan gejala klinis sesuai akumulasi tersebut (Manuaba, 2013: 432).

7. Penilaian APGAR

Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah bayi lahir dengan menggunakan nilai APGAR. Penilaian berikutnya dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak (Sondakh, 2013: 158).

Tabel 2.4 Penilaian Keadaan Umum Bayi Berdasarkan Nilai APGAR

Sumber: Sondakh (2013)

Menurut Mead (1996) setiap variabel diberi nilai 0, 1, atau 2 sehingga nilai tertinggi adalah 10. Nilai 7-10 pada menit pertama

0 1 2

Appearance (warna kulit)

Pucat Badan merah Ekstremitas biru

Seluruh tubuh kemerah-merahan

Pulse rate (frekuensi nadi)

Tidak ada Kurang dari 100 Letih dari 100 Grimace (reaksi

rangsang)

Tidak ada Sedikit gerakan mimik/grimace

Batuk/bersin Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstremitas dalam

sedikit fleksi

Gerakan aktif Respiratory

(pernafasan)

menunjukkan bahwa bayi berada dalam kondisi baik. Nilai 4-6 menunjukkan adanya depresi sedang dan membutuhkan beberapa jenis tindakan resusitasi. Bayi dengan nilai 0-3 menunjukkan depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera dan mungkin memerlukan ventilasi (Sondakh, 2013: 158).

8. Asuhan Bayi Baru Lahir

Asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek penting dari asuhan segera setelah lahir adalah (Yongky, Judha, Rodiyah, Sudarti, 2012: 51):

a. Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu, caranya sebagai berikut:

1) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.

2) Ganti handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.

3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit.

4) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi. 5) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5 derajat celcius, segera

b. Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya sesegera mungkin, caranya sebagai berikut:

1) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini

antara ibu dan bayi penting untuk kehangatan

mempertahankan panas yng benar pada bayi baru lahir dan ikatan batin dan pemberian ASI.

2) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi tetap siap dengan menunjukkan rooting reflek, jangan paksakan bayi untuk menyusu.

3) Jangan pisahkan bayi sedikitnya stau jam setelah persalinan. c. Menjaga pernafasan, caranya sebagai berikut:

1) Memeriksa pernafasan dan warna kulit setiap 5 menit.

2) Jika tidak bernafas, lakukan hal-hal sebagai berikut: keringkan bayi dengan selimut atau handuk hangat, gosoklah punggung bayi dengan lembut.

3) Jika belum bernafas setelah 1 menit mulai resusitasi.

4) Bila bayi sianosis/kulit biru, atau sukar bernafas/frekuensi pernafasan 30>60 kali/menit, berikan oksigen dengan kateter nasal.

d. Merawat mata, caranya sebagai berikut:

1) Berikan eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1%, untuk pencegahan penyakit mata.

2) Berikan tetes mata perak nitrat atau neosporin segera setelah lahir.

Asuhan bayi baru lahir lain yang harus dilakukan yaitu pemeriksaan fisik. Menurut Sondakh (2013) berikut adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada bayi baru lahir:

a. Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura

menutup/melebar, adanya caput succedaneum, cepal

hematoma, kraniotabes, dan sebagainya.

b. Mata: pemeriksaan terhadap pendarahan, subkonjungtiva, tanda-tanda infeksi.

c. Hidung dan Mulut: pemerksaan terhadap labio skisis, labiopalatosksis dan refleks isap dinilai dari bayi menyusu.

d. Telinga: pemeriksaan terhadap preaurical tog. Kelainan daun/bentuk telinga.

e. Leher:pemeriksaan terhadap hematom sternocleidomastoideus, ductus thyroglossalis, hygroma colli.

f. Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan, retraksi intercostal, subcostal sifoid, merintih, pernafasan cuping hidung, serta bunyi paru-paru (sonor, vesikular, bronkial dan lain-lain).

g. Jantung: pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung.

h. Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati, limfa, tumor aster), scaphoid (kemungkinan bayi menderita diafragmatika/atresia esofagus tanpa fistula).

i. Tali Pusat: pemeriksaan terhadap pendarahan, jumlah darah pada tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau di selangkangan.

j. Alat kelamin: pemeriksaan terhadap testis apakah berada dalam skortum, penis berlubang pada ujung pada bayi laki-laki, vagina berlubang, apakah labia mayora menutupi labia minora pada bayi perempuan.

9. Kunjungan neonatal menurut (PERMENKES NO 53, 2014: 3), yaitu: a. KN-1: pada saat bayi berumur (satu) kali pada umur 6-48 jam b. KN-2: pada saat bayi berumur 3-7 hari

c. KN-3: pada saat bayi berumur 8-28 hari

Penatalaksanaan pada kunjungan neonatal berdasarkan waktu kunjungan :

a. Pelayanan neonatal esensial 0-6 jam meliputi : menjaga bayi tetap hangat, IMD, pemotongan dan perawatan tali pusat, pemberian suntikan vitamin K1, pemberian salep mata antibiotic, pemberian imunisasi hepatitis B0, pemeriksaan fisik BBL, pemantauan tanda bahaya, penanganan asfiksia BBL, pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

b. Pelayanan neonatal esensial yang dilakukan setelah lahir 6 jam-28 hari meliputi : menjaga bayi tetap hangat, perawatan tali pusat, pemeriksaan BBL, perawatan dengan metode kanguru

pada bayi berat lahir rendah, pemeriksaan status vitamin K1 profilaksis dan imunisasi, penanganan BBL sakit dan kelainan bawaan, dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

10. Konsep Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi menyusui dini merupakan permulaan menyusu dini atau bayi menyusu sendiri setelah lahir. Kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya dibiarkan setidaknya selama satu jam segera setelah lahir, kemudian bayi akan mencari payudara ibu dengan sendirinya. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan the brest crawl atau merangkak mencari payudara (Sondakh, 2013: 170).

Manfaat inisiasi menyusui dini (IMD) menurut Sondakh yaitu:

a. Keuntungan untuk bayi: makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal, mendapat kolostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi, segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi, meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengoordinasikan (kemampuan menghisap, menelan, dan nafas), meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi, mencegah kehilangan panas, meningkatkan berat badan.

b. Keuntungan inisiasi menyusui untuk ibu: stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko pendarahan pasca persalinan, merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi

ASI, keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi, ibu menjadi lebih tenang, memfasilitasi kelahiran plasenta, dan pengalihan rasa nyeri dari berbagai prosedur pasca persalinan lainnya, meningkatkan produksi ASI, membantu ibu mengatasi stres terhadap berbagai rasa kurang nyaman, memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusui, menunda ovulasi (Sondakh, 2013: 171).

D. NIFAS

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerperium berasal dari bahasa Latin, dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous melahirkan. Jadi Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperrti prahamil (Dewi, 2011: 1).

Kala puerperium (nifas) yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ kandungan pada keadaan yang normal (Manuaba, 2013: 200).

Jadi, masa nifas adalah waktu untuk memulihkan kembali organ-organ reproduksi secara menyeluruh setelah melewati proses kehamilan dan persalinan.

2. Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas

Berdasarkan standar pelayanan kebidanan, standar pelayanan untuk ibu nifas meliputi perawatan bayi baru lahir (standar 13), penanganan 2 jam pertama setelah persalinan (standar 14), serta pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas (standar 15). Sasaran asuhan kebidanan masa nifas menurut Dewi meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis.

b. Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fsik maupun psikis.

c. Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang pemberian makan anak dan peningkatan pengembangan hubungan antara ibu dan anak yang baik.

d. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan

memungkinkan ia melaksanakan peran ibu dala situasi keluarga dan budaya khusus.

e. Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.

f. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu. g. Imunisasi ibu terhadap tetanus (Dewi, 2011: 1). 3. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Dewi asuhan masa nifas memiliki tujuan, tujuan asuhan masa nifas sebagai berikut: mendeteksi adanya perdarahan masa nifas, menjaga kesehatan ibu dan bayinya, melaksanakan

skrining secara komprehensif, memberikan pendidikn kesehatan diri, memberikan pendidikan kesehatan mengenai laktasi dan perawatan payudara, konseling mengenai KB (Dewi, 2011: 2).

4. Tahapan Masa Nifas

Menurut Dewi asuhan masa nifas memiliki tahapan, tahapan asuhan masa nifas sebagai berikut:

a. Puerperium dini, yaitu dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.

b. Puerperium intermediate, yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Puerperium remote, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau perslinan mempunyai komplikasi (Dewi, 2011: 4).

5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Menurut Profil Kesehatan 2015: 144 kunjungan masa nifas dilakukan sebanyak 3 kali yaitu:

a. KF-1: enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan. b. KF-2: pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan.

c. KF-3: pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.

6. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Menurut (Dewi, 2011: 55) perubahan fisik pada masa nifas ada beberapa, dijabarkan sebagai berikut:

a. Perubahan sistem reproduksi 1) Uterus

Pada uterus terjadi involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Menurut Varney (2008: 959) perubahan tinggi fundus pada proses involusi : hari pelahiran dan hari pertama (1 jari dibawah pusat), hari ke 2 (2 jari dibawah pusat), hari ke 3 atau segera pascapartum (3 jari dibawah pusat), hari ke 4 (4 jari dibawah pusat), hari ke 5 (pertengahan pusat simpisis), hari ke 6 (4 jari diatas simfisis), hari ke 7 (3 jari diatas simfisis), hari ke 8 (2 jari diatas simfisis), hari ke 9 (1 jari diatas simfisis), dan hari ke 10 (tidak teraba).

2) Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan perlukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan

pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus (Sukarni, 2013: 317).

3) Perubahan ligament

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan, setelah jalan lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala.

4) Perubahan pada serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perbahan-perubahan yang terdapat pada serviks postpartum

Dokumen terkait