BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Tinjauan Medis
A. KEHAMILAN
1. Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9
bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3
trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Prawirohardjo, 2010: 213).
Menurut Wiknjosastro (1991) kehamilan adalah urutan kejadian
yang terdiri atas pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio,
pertumbuhan janin dan berakhir pada kehamilan bayi. Ketika
spermatozoa bertemu dengan ovum maka dimulailah awal
kehamilan, setiap kehamilan selalu diawali dengan konsepsi yaitu
Menurut Saifuddin (2009) kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
sampai lahirnya bayi kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga ke-40) (Walyani, 2015: 69).
Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa
embrio atau fetus didalam tubuhnya. Masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan mulai dari
ovulasi sampai partus kira – kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih
dari 300 hari (43 minggu) (kuswanti, 2014: 99).
Jadi, kehamilan adalah fertilisasi dari spermatozoa dan ovum
yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan
berlangsung selama 40 minggu yang terbagi atas tiga trimester.
Trimester I (0-12 minggu), trimester II (minggu ke-13 sampai ke-27),
dan trimester III (minggu ke-28 sampai ke-40).
2. Proses Kehamilan
Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan
(konsepsi). Pembuahan atau konsepsi sering disebut fertilisasi.
Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki-laki dengan ovum
ekor yang panjang sehingga memungkinkan untuk bergerak dalam
media cair dan dapat mempertahankan fertilisasiya selama 2 sampai
4 hari. Sel telur (ovum) akan hidup maksimal 48 jam setelah ovulasi.
Oleh karena itu agar fertilisasi berhasil, senggama harus dilakukan
dalam waktu 5 hari di sekitar ovulasi (Hutahaean, 2013: 27).
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung
dan terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba, 2013: 75).
Berikut adalah penjelasan proses kehamilan menurut Manuaba:
a. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi
oleh sistem hormonal yang kompleks.Selama masa subur yang
berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang
dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.
b. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang
kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus,
menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi
spermatid, akhirnya spermatozoa.
c. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut
d. Nidasi atau Implantasi
Dengan masuknya inti spermatozoa kedalam sitoplasma,
“vitelus” membangkitkan kembali pembuahan dalam inti ovum
yang dalam keadaan “metafase”.
e. Pembentukan Plasenta
Terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula
mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan
eksoselom membentuk entoderm dan yolk sac (kantong kuning
telur) sedangkan sel lain membentuk ectoderm dan ruangan
amnion. Plat embrio terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang
amnion dan kantung yolk sac. Plat embrio terdiri dari unsur
ectoderm, entoderm, dan mesoderm. Ruangan amnion dengan
cepat mendekati korion sehingga jaringannya yang terdapat
diantara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali
pusat (Manuaba, 2013: 75).
3. Perubahan Fisiologi pada Kehamilan
a. Uterus
Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau
beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia,
sehingga menjadi berat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot
rahim mengalami hipertrofi dan hyperplasia menjadi lebih besar,
lunak, dan dapat mengikuti pembesaran Rahim karena
pertumbuhan janin (Manuaba, 2013: 83). Menurut Varney (2007:
progresif janin dan merupakan cara penapisan mendasar untuk
mendeteksi masalah yang terkait dengan tinggi fundus yang terlalu
besar atau terlalu kecil untuk perkiraan umur kehamilan sesuai
tanggal.
Tabel 2.1 Ukuran tinggi fundus uteri menurut spiegelberg.
Umur kehamilan
Sumber: Rustam Mochtar, 2012: 41
Tabel 2.2 Hubungan tua kehamilan, besar uterus dan tinggi fundus uteri.
Akhir bulan Besar uterus Tinggi fundus uteri 1 Lebih besar dari biasa Belum teraba (palpasi) 2 Telur bebek Di belakang simfisis 3 Telur angsa 1 – 2 jari di atas simfisis 4 Kepala bayi Pertengahan simfisis – pusat 5 Kepala dewasa 2 – 3 jari di bawah pusat 6 Kepala dewasa Kira – kira setinggi pusat 7 Kepala dewasa 2 – 3 jari di atas pusat
8 Kepala dewasa Pertengahan pusat – prosesus xiphoideus 9 Kepala dewasa 3 jari dibawah Px atau sampai setinggi Px 10 Kepala dewasa
Sama dengan kehamilan 8 bulan, tetapi melebar ke samping
Sumber: Rustam Mochtar, 2012: 42.
b. Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah
karena pengaruh estrogen sehigga tampak makin berwarna merah
c. Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang
mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan
fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada
usia 16 minggu (Manuaba, 2013: 92).
d. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi (Manuaba,
2013: 92).
e. Sirkulasi Darah Ibu
Menurut (Manuaba, 2013 : 92) perubahan peredaran darah
ibu hamil dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat
memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumuuhan janin
dalam rahim.
2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada
sirkulasi retroplasenter.
3) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron makin
meningkat.
Menurut (Manuaba, 2013: 93) akibat dari faktor-faktor yang
mempengaruhi peredaran darah dijumpai beberapa perubahan,
sebagai berikut:
sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi), dengan
puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu.
2) Sel darah. Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertmbuhan janin dalam rahim, tetapi
pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan
volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai
anemia fisiologis. Jumlah sel darah putih meningkat hingga
mencapai 10.000/ml.
3) Sistem Respirasi. Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen.
Disamping itu terjadi desakan diafragma Karena dorongan
rahim yang membesar pada usia kehamilan 32 minggu.
Menurut Sukarni (2013: 67) kebutuhan oksigen saat hamil
meningkat sampai 20 %, respirasi normal yaitu (20–24
x/menit).
4) Sistem Pencernaan. Oleh karena pengaruh estrogen,
pengeluaran asam lambung meningkat dan dapat
menyebabkan: pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi),
daerah lambung terasa panas, terjadi mual dan sakit/pusing
kepala terutama pagi hari yang disebut morning sickness,
muntah yang terjadi disebut emesis gravidarum, muntah
berlebihan sehingga menggangu kehidupan sehari-hari
gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan
obstipasi.
5) Traktus urinarius. Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi
dalam bentuk sering berkemih. Desakan tersebut
menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
6) Perubahan pada kulit. Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae
gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae,
linea nigra, pipi (khloasma gravidarum). Setelah persalinan
hiper pigmentasi ini akan menghilang.
7) Metabolisme. Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana
kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan
persiapan memberikan ASI.
f. Sistem Musculoskeletal
Menurut Hutahaean (2013) pada sistem musculoskeletal
terjadi juga perubahan, seperti sebagai berikut:
1) Pembesaran payudara dan rotasi anterior panggul
2) Ibu sering mengalami nyeri dibagian punggung dan pinggang
karena mempertahankan posisi stabil, beban meningkat pada
otot punggung dan kolumna vertebrae.
3) Adaptasi musculoskeletal
a) Pengaruh hormonal
(1) Relaksasi persendian karena pengaruh hormone
relaksin.
(2) Mobilitas dan pliabilitas (pelunakan) meningkat
pada sendi sakroiliaka.
b) Pengaruh mekanik
(1) Peningkatan berat badan karena pembesaran
uterus.
(2) Perubahan postur.
(3) Diastasis rekti.
(4) Sindroma carpal tunnel.
c) Relaksasi dan hipermobilitas sendi pada masa hamil
kembali stabil dan ukuran sama dengan sebelum hamil,
kecuali pada kaki (Hutahaean, 2013: 45).
g. Sistem Endrokin
Menurut Hutahaean pada sistem endokrin terjadi juga
perubahan, seperti sebagai berikut:
1) Kelenjar tiroid
a) Pembesaran kelenjar tiroid merupakan akibat hiperplasia
b) Konsumsi oksigen (O2) dan peningkatan basal metabolic
rate (BMR) merupakan akibat aktivitas janin. 2) Kelenjar paratiroid
a) Kehamilan menginduksi hiperparatiroidisme sekunder
ringan, suatu refleks peningkatan kebutuhan kalsium (Ca)
dan vitamin D.
b) Saat kebutuhan raangka janin mencapai puncak
(pertengahan kedua kehamilan), kadar parathormon
plasma meningkat, kadar meningkat antara minggu ke-15
dan ke-35 gestasi.
3) Pankreas
a) Janin butuh glukosa sebagai bahan bakar pertumbuhan,
tidak hanya menghasilkan simpanan glukosa ibu tetapi
juga menurunkan kemampuan ibu menyintesis glukosa
dengan menyedot habis asam amino ibu.
b) Kadar glukosa ibu menurun, insulin ibu tidak dapat
menembus plasenta untuk sampai ke janin. Akibatnya,
pada awal kehamilan pankreas meningkatkan produksi
insulinnya.
c) Seiring peningkatan usia kehamilan, plasenta bertumbuh
dan secara progresif memproduksi hormon dalam jumlah
yang lebih besar (misalnya: human placental lactogen
(HPL), estrogen, dan progesteron). Peningkatan produksi
d) Estrogen, progesteron, dan kortisol secara kolektif
menurunkan kemampuan ibu untuk menggunakan insulin.
Hal ini merupakan mekanisme protektif yang menjamin
suplai glukosa untuk mencukupi kebutuhan unit
feto-plaental. Akibatnya, tubuh ibu hamil membutuhkan lebih
banyak insulin.
4) Prolaktin hipofisis
a) Pada kehamilan, prolaktin serum mulai meningkat secara
progresif pada trimester I sampai aterm.
b) Secara umum diyakini bahwa walaupun semua unsur
hormonal (estrogen, progesteron, tiroid, insulin, dan
kortisol bebas) yang diperlukan untuk pertumbuhan
payudara dan produksi susu terdapat dalam kadar yang
meningkat selama kehamilan, kadar estrogen yang tinggi
menghambat sekresi alveolar aktif dengan menghambat
peningkatan prolaktin pada jaringan payudara, sehingga
menghambat efek prolaktin pada epitel target.
c) Progesteron meyebabkan lemak disimpan dalam jaringan
subkutan di abdomen, punggung, dan paha atas. Lemak
berfungsi sebagai cadangan energi, baik pada masa
hamil maupun menyusi.
d) Beberapa hormon lain yang memengaruhi nutrisi adalah
sebagai berikut:
(2) Tiroksin mengatur metabolism.
(3) Paratiroid mengatur metabolisme kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg).
(4) Human placental lactogen (HPL) berperan sebagai hormon pertumbuhan kelenjar susu di dalam
payudara dan berbagai perubahan metabolik yang
mengiringinya.
(5) Human chorionic gonadotropin (HCG) menginduksi mual dan muntah pada beberapa wanita selama awal
kehamilan (Hutahaean, 2013: 46).
h. Sistem Integumen
Menurut Hutahaean, sistem integument mengalami
perubahan selama hamil disebabkan oleh perubahan
keseimbangan hormon dan peregangan mekanis yang ditandai
dengan beberapa kondisi berikut:
1) Peningkatan aktivitas melanophore stimulating hormon mengakibatkan hiperpigmentsi wajah (kloasma gravidarum),
payudara, linea alba, dan striae gravidarum. Jaringan elastis
kulit mudah pecah, menyebabkan striae gravidarum, atau
tanda regangan.
2) Perubahan umum lainnya yang timbul adalah peningkatan
ketebalan kulit dan lemak subdermal, hiperpigmentasi,
keringat dan sebasea, serta peningkatan sirkulasi dan
aktivitas vasomotor (Hutahaean, 2013: 47).
i. Sistem Gastrointestinal
Menurut (Hutahaean, 2013: 48) selama masa hamil, nafsu
makan meningkat, sekresi usus berkurang, fungsi hati berubah,
dan absorbs nutrien meningkat. Aktivitas peristaltik (motilitas)
menurun, akibatnya bising usus menghilang, sehingga
menyebabkan konstipasi, mual serta muntah. Aliran darah ke
panggul dan tekanan vena meningkat, sehingga menyebabkan
hemoroid terbentuk pada akhir kehamilan.
j. Sistem Kardiovaskuler
Hipertrofi atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan
oleh peningkatan volume darah dan curah jantung. Oleh karena
diafragma terdorong ke atas, jantung terangkat ke atas lalu
berotasi ke depan dan ke kiri. Peningkatan ini juga menimbulkan
perubahan hasil auskultasi yang umum terjadi selama masa hamil.
Perubahan pada auskultasi mengiringi perubahan ukuran dan
posisi jantung (Hutahaean, 2013: 50).
Menurut (Hutahaean, 2013: 50) perubahan sistem
kardiovaskuler dapat mempengaruhi perubahan-perubahan lain,
seperti sebagai berikut: tekanan darah, volume dan komposisi
k. Sistem Neurologi
Menurut Hutahaean pada sistem neurologi terjadi juga
perubahan, seperti sebagai berikut:
1) Kompresi saraf panggul atau stasis vaskuler akibat
pembesaran uterus dapat menyebabkan perubahan sensori di
tungkai bawah.
2) Lordosis dorsolumbar dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan
pada saraf atau kompresi akar saraf.
3) Akroestesia (rasa baal dan gatal di tangan) timbul akibat
posisi bahu yang membungkuk, terkait dengan tarikan pada
segmen pleksus brakialis.
4) Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu cemas,
atau juga gangguan penglihatan seperti kesalahan reflaksi,
sinusitis, atau migraine (Hutahaean, 2013: 51).
l. Plasenta
Plasenta merupakan akar janin untuk mengisap nutrisi dari
ibu dalam bentuk O2, asam amino, vitamin, mineral, dan zat
lainnya ke janin dan membuang sisa metabolisme janin dan CO2.
Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm x 20 cm dengan
tebal 2,5 sampai 3 cm dan berat plasenta 500 g. Tali pusat yang
menghubungkan plasenta panjangnya 25 sampai 60 cm. Plasenta
terbentuk sempurna pada minggu ke-16 dimana desidua parietalis
dan desidua kapsulari telah menjadi satu. Sebelum plasenta
fungsinya dilakukan oleh korpus luteum gravidarum. Saat nidasi
vili korialis mengeluarkan hormon korionik gonadotropin sehingga
korpus luteum dapat bertahan (Manuaba, 2013: 96).
Menurut Manuaba beberapa hormon yang dihasilkan
plasenta: korionik gonadotropin, korionik somatomamotrofin,
estrogen plasenta, dan progestron.
Menurut Manuaba fungsi plasenta adalah sebagai berikut:
1) Sebagai alat nutritive.
2) Sebagai alat pernapasan dimana janin mengambil O2 dan
membuang CO2.
3) Menghasilkan hormon pertumbuhan dan persiapan pemberian
ASI. Hormon yang dihasilkan oleh plasenta adalah: korionik
gonadotropin, korionik somatomamotrofin (plasenta laktogen),
estrogen dan progesteron, eorionik tirotropin, relaksin.
4) Sebagai alat penyalur antibodi ketubuh janin.
5) Sebagai barrier atau filter. Sel trofoblas cukup kuat untuk
bertindak sebagai barrier terhadap beberapa bakteri atau virus
(Manuaba, 2013: 97).
m. Likuor amnii
Jumlah likuor amni (air ketuban) sekitar 1000 ml sampai
1500 ml pada kehamilan aterm. Berat jenisnya antara 1,007
sampai 1,008. Likuor amnii terdiri dari 2,3% bahan organik
(protein, vernik kaseosa, rambut lanugo, zat lemak, lesitin, dan
yang larut dalam air). Menurut (Manuaba, 2013: 98) fungsi air
ketuban ada beberapa macam, sebagai berikut:
1) Saat kehamilan berlangsung, fungsinya sebagai berikut:
a) Memberikan kesempatan berkembangnya janin dengan
bebas ke segala arah.
b) Menyebarkan tekanan bila terjadi trauma langsung.
c) Sebagai penyangga terhadap panasdan dingin.
d) Menghindari trauma langsung terhadap janin.
2) Saat in partu, fungsinya sebagai berikut:
a) Menyebarkan kekutan HIS sehingga serviks dapat
membuka.
b) Membersihkan jalan lahir karena mempunyai kemampuan
sebagai desinfektan.
c) Sebagai pelicin saat persalinan.
4. Perubahan Fisiologi Janin pada Kehamilan
a. Perkembangan Konseptus
Konseptus adalah semua jaringan yang membagi diri
menjadi berbagai jaringan embrio, korion, amnion, dan plasenta.
Sejak konsepsi perkembangan konseptus terjadi sangat cepat
yaitu zigot mengalami pembelahan menjadi morula (terdiri atas 16
sel blastomer), kemudian menjadi blastokisis (terdapat cairan di
tengah) yang mencapai uterus, dan kemudian sel-sel
ke-7). Setelah minggu ke-10 hasil konsepsi disebut janin
besar dan tonjolan jari (Prawirohardjo, 2009: 157).
Tabel 2.3 Perkembangan Fungsi Organ Janin
Usia gestasi Organ
6 Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru. Jari-jari telah terbentuk, namun masih tergenggam. Jantung telah terbentuk penuh.
7 Tampak mata pada muka. Pembentukan alis dan lidah.
8 Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genetalia eksterna. Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk.
9 Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk namun tak akan membuka sampai 28 minggu.
13-16 Janin berukuran 15 cm. ini merupakan awal dari trimester ke-. Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo. Janin bergerak aktif yaitu menghisap dan menelan air ketuban. Telah terbentuk mekonium dalam usus. Jantung berdenyut 120-150x/menit.
17-24 Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai refleks.
25-28 Ini permulan trimester ke-3 dimana terdapat perkembanan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila lahir.
29-32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup. Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan napas telah regular, suhu relative stabil.
33-36 Berat janin 1500-2500 gram. Lanugo mulai berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan dapat hidup tanpa kesulitan.
c. Sistem Kardiovaskuler
Semua kebutuhan janin disalurkan melalui vena umbilikal,
maka sirkulasi menjadi khusus. Tali pusat berisi 1 vena dan 2
arteri. Vena menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke
janin. Sebaliknya kedua arteri menjadi pembuluh balik yang
menyalurkan darah ke arah plasenta untuk dibersihkan dari sisa
metabolisme. Setelah bayi lahir semua pembuluh umbilikal, duktus
venosus, dan duktus arteriosus akan mengerut. Pada saat lahir
akan terjadi perubahan sirkulasi, dimana terjadi pengembangan
paru dan vena pulmonalis, duktus arteriosus akan menutup dalam
3 hari dan total pada minggu ke-2 (Prawirohardjo, 2009: 159)
d. Darah Janin
Proses pembentukan darah janin yaitu bermula diproduksi
yolk sac kemudian di hati dan akhirnya di sum-sum tulang. Eritrosit janin relatif besar dan berinti. Hemoglobin mengalami peningkatan
dari 12g/dl pada pertengahan kehamilan menjadi 18 g/dl pada
aterm (Prawirohardjo, 2009: 160).
e. Sistem Respirasi
Gerakan napas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan 12
minggu dan pada 34 minggu secara reguler gerak napas ialah
40-60x/menit dan diantara jeda adalah periode apnea (Prawirohardjo,
f. Sistem Gastrointestinal
Pada 26 minggu enzim sudah terbentuk meskipun amilase
baru nyata pada periode neonatal janin meminum air ketuban dan
akan tampak gerakan peristaltik usus. Protein dan cairan amnion
yang ditelan akan menghasilkan mekonium di dalam usus
(Prawirohardjo, 2009: 161).
g. Sistem Ginjal
Pada 22 minggu akan tampak pembentukan korpuskel ginjal
di zona jukstaglomerularis yang berfungsi filtrasi. Ginjal terbentuk
sempurna pada minggu ke-36. Pada janin hanya 2% dari curah
jantung mengalir ke ginjal, mengingat sebagian besar sisa
metabolisme dialirkan ke plasma. Sementara itu, tubuli juga
mampu filtrasi sebelum glomerulus berfungsi penuh. Urin janin
menyumbang cukup banyak pada volume cairan amnion. Bila
terdapat kondisi oligohidramnion itu merupakan pertanda
penurunan fungsi ginjal atau kelainan sirkulasi (Prawirohardjo,
2009: 162).
h. Sistem Saraf
Mielinisasi saraf spinal terbentuk pada pertengahan
kehamilan dan berlanjut sampai usia bayi 1 tahun. Fungsi saraf
sudah tampak pada usia 10 minggu yaitu janin bergerak, fleksi
kaki, sedangkan genggaman tangan lengkap dapat dilihat pada 4
bulan. Janin sudah dapat menelan pada 10 minggu, sedangkan
mendengar sejak 16 minggu. Kemampuan untuk melihat cahaya
baru jelas pada akhir kehamilan. Janin mampu membuat hormon
sendiri misalnya tiroid, ACTH. Korteks adrenal dirangsang oleh
ACTH (Prawirohardjo, 2009: 162).
i. Kelenjar Endokrin
Sistem endokrin janin telah bekerja sebelum sistem saraf
mencapai maturitas. Kelenjar hipofisis anterior mempunyai 5 jenis
sel yang mengeluarkan 6 hormon yaitu laktotrop menghasilkan
prolaktin, somatotrop menghasilkan hormon pertumbuhan,
kortikotrop menghasilkan kortikotropin (ACTH), tirotrop
menghasilkan TSH, dan gonadotrop menghasilkan LH, FSH.
Nerohipofisis juga sudah berkembang pada usia 10-12 minggu
sehingga oksitosin dan AVP (arginine vasopressin) sudah
dihasilkan (Prawirohardjo, 2009: 162).
j. Pembentukan Kelamin
Sel benih primordial yang berasal dari yolk sac bermigrasi
ke lekukan bakal gonad. Perkembangan testis diatur oleh gen
testis determining factor (TDF) atau disebut sex determining region (SRY). Sel sertoli pada testis mengeluarkan zat mullerian-inhibiting substance yang berfungsi represi duktus Muller. Testosteron diproduksi oleh testis akibat rangsang HCG dan LH.
Sebaliknya apabila tidak terdapat testis, akan terbentuk gonad dan
terpapar androgen berlebihan, akan timbul genitalia ambiguitas
(Prawirohardjo, 2009: 163).
5. Tanda dan Gejala Kehamilan
Menurut (Manuaba, 2013: 107) tanda dan gejala kehamilan
dibagi 3, sebagai berikut:
a. Tanda Dugaan Kehamilan, dijabarkan sebagai berikut: amenorea
(terlambat datang bulan), mual dan muntah (emesis), ngidam,
sinkope atau pingsan, payudara tegang, sering miksi, konstipasi
atau obstipasi, pigmentasi kulit, epulis, varises atau penampakan
pembuluh darah vena.
b. Tanda tidak Pasti Kehamilan, dijabarkan sebagai berikut: rahim
membesar, pada pemeriksaan dalam dijumpai (tanda hegar,
tanda chadwicks, tanda piscaseck, kontraksi Braxton hicks,
teraba ballottement), pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.
c. Tanda Pasti Kehamilan, dijabarkan sebagai berikut: gerakan
janin dalam rahim, terlihat/teraba gerakan janin dan teraba
bagian-bagian janin, denyut jantung janin terdengar.
6. Ketidaknyamanan dalam Kehamilan dan Cara Mengatasinya
Menurut (Varney, 2007: 536) ketidaknyamanan pada kehamilan
dibagi berdasarkan usia kehamilan, yaitu sebagai berikut:
a. Trimester 1
1) Nausea
Nausea disertai muntah-muntah ditafsirkan keliru
atau sore hari atau bahkan sepanjang hari. Cara mengatasi
Nausea diantaranya yaitu: makan porsi kecil tetapi sering,
jangan menyikat gigi anda segera setelah makan untuk
menghindari stimulasi reflek gak, minum lah minuman yang
mengandung karbohidra, hindari makanan beraroma kuat
atau menyengat, batasi lemak dalam diet anda, istirahat,
gunakan obat–obatan anti mual.
2) Ptialisme (Salivasi Berlebihan)
Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang
dapat disebabkan oleh peningkatan keasaman didalam mulut
atau peningkatan asupan zat pati yang menstimulasi kelenjar
saliva pada wanita yang rentan mengalami sekresi yang
berlebihan.
3) Keletihan
Keletihan diakibatkan oleh penurunan drastis laju
metabolisme dasar pada awal kehamilan, tetapi alasan hal ini
terjadi masih belum jelas. Dugaan lain adalah bahwa
peningkatan progesteron memiliki efek menyebabkan tidur.
4) Nyeri punggung bagian atas (non patologis)
Nyeri punggung akibat peningkatan ukuran payudara,
yang membuat payudara menjadi berat. Metode untuk
mengurangi nyeri ini adalah menggunakan bra yang
berukuran sesuai ukuran payudara dengan mengurangi
juga untuk menguraingi ketidaknyamanan akibat nyeri
tekanan pada payudara yang timbul karena pembesaran
payudara.
5) Leukorea
Sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan
konsentrasi kental atau cair, sekresi ini bersifat asam akibat
pengubahan sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina
menjadi asam laktak oleh basil doderlain untuk mengatasi
leukorea adalah dengan memperhatikan kebersihan tubuh
pada area tersebut dan mengganti pakaian dalam berbahan
katun dengan sering, wanita sebaiknya tidak melakukan
douch atau menggunakan semprot untuk menjaga kebersihan
area genetalia.
6) Peningkatan frekuensi berkemih (non patologis)
Terjadi akibat peningkatan berat pada fundus uterus.
Peningkatan berat pada fundus uterus ini membuat istimus
menjadi lunak (tanda hegar), menyebabkan antefleksi pada
uterus yang membesar, hal ini menimbulkan tekanan
langsung pada kandung kemih. Cara mengatasinya:
mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam sehingga
tidak perlu bolak balik kekamar mandi pada saat mencoba
7) Nokturia
Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat
wanita sedang berbaring pada posisi lateral rekumben karena
uterus tidak lagi menekan pembuluh darah panggul dan vena
kafa inferior. Satu–satunya cara untuk mengatasi nokturia
adalah menjelaskan mangapa hal ini terjadi lalu membiarkan
memilih cara yang nyaman baginya dan menganjurkan
mengurangi cairan setelah makan sore sehingga asupannya
selama sisa hari tersebut tidak akan memperberat masalah.
b. Trimester II
1) Konstipasi
Konstipasi dapat diduga terjadi akibat penurunan
parites yang disebabkan relaksasi otot polos pada uterus
besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesteron
pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran
uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan
motilitas dan saluran gastroinstetinal sehingga
menyebabkan konstipasi. Cara penanganan konstipasi
yang paling efektif menurut yaitu: asupan cairan yang
adekuat, yakni minuman air mineral 8 gelas sehari
(ukuran gelas minum), mengkonsumsi buah-buahan,
berjalan setiap hari, pertahankan postur yang baik,
mekanisme tubuh yang baik, latihan kontraksi otot
memfasilitasi sirkulasi vena sehingga mencegah kongesti
pada usus besar, makan makanan (berserat, dan
mengandung serat alami (misalnya): slada, daun sledri,
kulit padi).
2) Hemoroid
Progesteron menyebabkan relaksasi dinding vena
dan usus besar. Pembesaran uterus mengakibatkan
peningkatan tekanan, secara spesifik juga secara umum
pada vena hemoroid. Tekanan ini akan mengganggu
sirkulasi vena dan mengakibatkan kongesti pada vena
panggul. Cara penanganan hemoroid antara lain: hindari
konstipasi, hindari mengejan saat defekasi, mandi
berendam air hangat, tirah baring dengan cara
mengelevasi panggul dan ekstermitas bagian bawah.
3) Kesemutan dan baal pada jari
Perubahan pada pusat gravitalis akibat uterus yang
membesar dan bertambah berat dapat menyebabkan
wanita mengambil prostur dengan posisi bahu terlalu jauh
kebelakang dan kepala antefleksi sebagai upaya
menyeimbangkan berat bagian depanya dan lengkung
punggungnya. Postur ini diduga menyebabkan
penekanan pada syaraf median dan ulnar lengan, yang
c. Trimester III
1) Nokturia
Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat
wanita sedang berbaring pada posisi lateral rekumben
karena uterus tidak lagi menekan pembuluh darah panggul
dan vena kava inferior. Cara untuk mengatasi nokturia
adalah cairan setelah makan sore sehingga asupan selama
sisa hari tersebut tidak akan memberatkan masalah.
2) Nyeri ulu hati
Penyebab nyeri ulu hati adalah sebagai berikut:
a) Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat
pengaruh yang ditimbulkan peningkatan jumlah
progesteron.
b) Penurunan mortilitas gastrointestinal yang terjadi
akibat relaksasi otot halus yang kemungkinan
disebabkan peningkatan jumlah progesteron dan
tekanan uterus.
c) Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat
perubahan tempat dan penekanan oleh uterus.
Saran yang dapat diberikan untuk nyeri ulu hati
antara lain: makan dengan porsi kecil, tetapi sering, untuk
menghindari lambung menjadi terlalu penuh, regangkan
lengan anda melampaui kepala untuk memberi ruang bagi
menghindari makanan dingin, menghindari makanan pedas
atau makanan lain yang dapat menyebabkan gangguan
pencernaan, menghindari makanan berserat atau makanan
lengkap saat sebelum tidur.
3) Dispareunia
Nyeri pada saat berhubungan seksual dapat berasal
dari sejumlah penyebab selama kehamilan. Cara
menangani dispareunia antara lain: perubahan posisi
dapat mengurangi masalah yang disebabkan oleh
pembesaran abdomen atau nyeri akibat penetrasi yang
terlalu dalam, kompres es dapat mengurangi kongesti yang
dapat ditangani juga menimbulkan ketidaknyamanan
tersendiri.
4) Hiperventilasi dan sesak nafas
Peningkatan jumlah progesterone selama kehamilan
diduga mempengaruhi langsung pusat pernafasan untuk
menurunkan kadar karbon dioksida dan meningkatkan
kadar oksigen. Hiperventilasi akan menurunkan kadar
karbon dioksida. Cara–cara penanganannya antara lain:
melakukan berdiri dan meregangkan lengannya diatas
kepalanya secara berkala dan mengambil nafas dalam,
mempertahankan postur yang baik, jangan menjatuhkan
peregangan yang sama ditempat tidur seperti saat sedang
berdiri.
5) Varises
Perubahan ini diakibatkan penekanan uterus yang
membesar pada vena panggul saat wanita tersebut duduk
atau berdiri dan penekanan pada vena kava inferior saat ia
berbaring. Penanganan untuk mengatasi varises vulva
sebagai berikut: menghindari menggunakan pakaian ketat,
menghindari berdiri lama, menyediakan waktu istirahat,
dengan kaki dielevasi secara periodik sepanjang hari,
mempertahankan tungkai anda tidak menyilang saat
duduk, melakukan latihan kegel untuk mengurangi varises
vulva atau hemoroid untuk meningkatkan sirkulasi.
7. Komplikasi selama kehamilan
Menurut Prawirohardjo & Mochtar komplikasi selama kehamilan
antara lain:
a. Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan
dibawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Pada
umumnya disebabkan oleh molahidatidosa. Perdarahan pada
kehamilan muda dengan uji kehamilan yang tidak jelas,
pembesaran uterus yang tidak sesuai (lebih kecil) dari usia
kehamilan, dan adanya massa di adneksa biasanya disebabkan
atau diatas 20 minggu pada umumnya disebabkan oleh plasenta
previa (Prawirohardjo, 2010: 282)
b. Preeklamsi
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20
minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal
sering diasosiasikan dengan preeklamsia. Menurut
(Prawirohardjo, 2010: 283) gejala dan tanda yang lain dari
preeklamsi adalah sebagai berikut:
1. Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak
membaik dengan pengobatan umum.
2. Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata,
silau, atau berkunang–kunang.
3. Nyeri epigastrik.
4. Oliguria (iuaran kurang dari 500 ml/24 jam).
5. Tekanan darah sistolik 20–30 mmhg dan diastolik 10-20
mmhg diatas normal.
6. Protein uria (diatas positif 3).
7. Oedem menyeluruh
c. Hiperemesis Gravidarum
Adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 2012:
d. Abortus (keguguran) dan Kelain dalam Kehamilan Tua
Menurut (Mochtar, 2012: 150) keguguran adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Abortus dibagi menjadi:
1) Abortus imminens. Keguguran mengancam keguguran belum
terjadi kehamilan dapat dipertahankan.
2) Abortus insipien, adalah proses keguguran yang sedang
berlangsung. Ditandai dengan adanya rasa sakit karena telah
terjadi kontraksi rahim untuk mengelurakan hasil konsepsi.
Ostium bisa ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak
dapat dipertahankan lagi.
3) Abortus inkompletus (keguguran bersisa): hanya sebagian
dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah
desidua atau plasenta.
4) Abortus komplektus (keguguran lengkap). Artinya seluruh
hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga
rongga rahim kosong.
5) Missed abortion. Adalah keadaan dimana janin yang telah
mati masih berada di dalam rahim.
e. Dismaturitas
Dismaturitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukan
ketidak sesuaian tuanya kehamilan dengan berat janin lahir
f. Postmatur
Kehamilan postmatur adalah kehamilan yang berlangsung
lebih lama dari 42 minggu, dihitung bedasarkan rumus Neagele
dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Partusnya disebut partus
postmaturus atau serotinus dan bayinya disebut post-maturitas
(serotinus) (Mochtar, 2012: 156).
g. Kematian Janin dalam Kandungan
Hal ini adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan
janin dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Kandungan
(KJDK) atau intra uterine fetal death (IUFD) sering dijumpai, baik pada kehamilan di bawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan
20 minggu (Mochtar, 2012: 157).
h. Kelainan Letak Kehamilan (Kehamilan Ektopik)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi
berimplantasi di luar endometrium Rahim (Mochtar, 2012: 159).
i. Penyakit Trofoblas
Menurut (Mochtar, 2012: 167), penyakit trofoblas dalam
komplikasi kehamilan dapat menyebabkan seperti:
1) Molahidatidosa, adalah jontot-jontot korion yang tumbuh
berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah
anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur
atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas
2) Mola ivasif, muncul dari invasif myometrium melalui
penyebaran langsung maupun aliran darah vena. Dianogsia
ditegakkan secara klinis bedasarkan peningkatan atau
pendataran kadar B HCG yang tidak kunjung normal sesudah
evakuasi mola hidatidosa.
3) Choriokarsinorma, adalah penyakit keganasan dengan karakteristik hiperplasia dan anaplasia trofoblas abnormal.
4) Placental site throphoblastic tumor. Berasal dari tempat implantasi plasenta yang mirip dengan syncytial endomyometritis. Secara patologi sel tumor menginfiltrasi miometrium dan tumbuh diantara sel-sel otot polos dan
menginvasi pembuluh darah.
j. Penyakit dan Kelainan Plasenta dan Tali Pusat
Plasenta normal beratnya kira-kira 500 gr atau 1/6 dari berat
badan janin, diameternya rata-rata 15-20 cm dengan tebal 2,5 cm.
kelainan yang dapat dialami plasenta yaitu kelainan ukuran dan
bobot dan kelainan bentuk dan variasi bentuk (Mochtar, 2012:
171).
k. Air Ketuban
Menurut (Mochtar, 2012: 175), terdapat komplikasi
kehamilan pada air ketuban, seperti:
1) Oligohidramnion, adalah suatu keadaan dimana air ketuban
2) Hidramnion, adalah suatu keadaan di mana jumlah air
ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih
dari 2 liter.
3) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum ini
perlu.
l. Perdarahan Antepartum (Hamil Tua)
Menurut (Mochtar, 2012: 187), perdarahan antepartum
adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.
Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan
kehamilan sebelum 28 minggu. Perdarahan sebelum, sewaktu,
dan sesudah bersalin adalah kelainan yang tetap berbahaya dan
mengancam jiwa ibu, perdarahan dalam kehamilan terjadi bisa
saja karena: plasenta previa dan solusio plasenta.
8. Perubahan Psikologis Ibu Hamil
Menurut Kusmiyati (2009) perubahan psikologis ibu hamil setiap
trimesternya sebagai berikut:
a. Trimester I
Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa
penentuan. Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam
keadaan hamil. Pada saat inilah tugas psikologis pertama
sebagai calon ibu untuk dapat menerima kenyataan akan
kehamilannya. Akibat dari peningkatan hormon estrogen dan
progesteron pada tubuh ibu hamil, banyak ibu hamil yang
Akan timbul kebingungan tentang kehamilannya terkait
pengalaman buruk sebelum kehamilan, efek kehamilan yang
akan terjadi pada hidupnya, tanggung jawab baru atau tambahan
yang akan dipikul, kecemasannya tentang kemampuan dirinya
untuk menjadi seorang ibu, dan penerimaan kehamilannya oleh
orang lain. Kebingungan ini biasanya akan berakhir spontan
pada saat dia menerima kehamilannya, dan penerimaan terjadi
pada akhir trimester pertama. Pada trimester pertama ini juga
timbul kekhawatiran dalam menunggu kehamilan menjadi aman.
Pada trimester ini seorang ibu akan selalu mencari
tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil.
Perubahan pada hasrat untuk melakukan hubungan seksual
kebanyakan mengalami penurunan libido, ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti fisik, emosi, maslah disfungsi seksual,
dan perubahan fisik pada wanita. Maka ibu hamil perlu diberi
kasih sayang dan perhatian yang lebih dari biasanya.
b. Trimester II
Pada trimester ini ibu hamil sudah bisa menerima
kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energy dan
pikirannya secara lebih konstruktif. Mulai merasakan kehadiran
bayinya dari gerakan yang ditimbulkan sang bayi.
Trimester kedua dibagi menjadi 2 fase yaitu prequickening
dan postquickening. Akhir dari trimester pertama dan selama
mengevaluasi segala aspek yang menghubungkannya dengan
ibunya sendiri. Sebagai pembelajaran menjadi seorang ibu.
Hubungan sosial wanita akan meningkat dengan wanita hamil
lainnya atau yang baru menjadi ibu. Ketertarikan dan aktivitasnya
terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan untuk peran
yang baru.
Quickening mungkin menyerang wanita untuk memikirkan
bayinya sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.
Kesadaran yang baru ini memulai perubahan dalam memusatkan
dirinya ke bayi. Perhatian ditujukan pada kesehatan bayi dan
kehadiran didalam keluarga.
c. Trimester III
Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian.
Pada periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai
bagian dari dirinya dan tidak sabar ingin cepat melihat bayinya.
Kegelisahan terjadi jika bayinya tidak lahir tepat pada waktunya.
Perhatiannya terpusat pada kelahiran bayi, maka wanita
mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua.
Wanita mungkin khawatir terhadap hidupnya dan bayinya,
dia tidak akan tahu kapan dia melahirkan. Ibu mulai merasa takut
akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu
melahirkan. Rasa tidak nyaman timbul kembali karena
perubahan body image yaitu merasa dirinya aneh dan jelek. Ibu
juga mengalami proses berduka seperti kehilangan perhatian
dan hak istimewa yang dimiliki selama kehamilan, terpisahnya
bayi dari bagian tubuhnya, dan merasa kehilangan kandungan
dan menjadi kosong. Perasaan mudah terluka juga terjadi karena
merasa canggung, jelek, tidak rapi, dia membutuhkan perhatian
yang lebih besar dari pasangannya.
9. Pemeriksaan Leopold
Pada saat melakukan pemeriksaan ANC, pada ibu hamil
trimester II perlu dilakukan pemeriksaan leopold. Menurut Manuaba
tahapan pemeriksaan Leopold sebagai berikut:
1) Leopold I, dilakukan dengan cara sebagai berikut
a) Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menetukan
tinggi fundus uteri, sehingga perkiraan usia kehamilan dapat
dapat disesuaikan dengan tanggal haid terakhir.
b) Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur
sungsang, kepala bulat keras dan melintang pada goyangan;
pada letak kepala akan teraba bokong pada fundus: tidak
keras tak melenting, dan tidak bulat; pada letak lintang, fundus
uteri tidak diisi oleh bagian-bagian janin.
2) Leopold II, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus
untuk menentukan bagian apa yang terletak disamping.
b) Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang
c) Pada letak lintang dapat ditetapkan dimana letak kepala janin.
3) Leopold III, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Menetapkan bagian apa yang terdapat diatas simfisis pubis.
b) Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba
tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang simfisis pubis
akan kosong.
4) Leopold IV, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa menghadap kea
rah kaki ibu untuk menetapkan bagian terendah janin yang
masuk ke pintu atas panggul.
b) Bila bagian terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran
terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksaan
divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum masuk
PAP maka tangan pemeriksa konvergen (Manuaba, 2013:
117).
10. Pengawasan Antenatal
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan
ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara
dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan
langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Ibu hamil dianjurkan untuk
melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap
trimester, sedangkan trimester terakhir sebanyak dua kali (Manuaba,
Menurut (Manuaba, 2013: 110) WHO Expert Commite on the Midwife in Maternity Care mengemukakan tujuan maternity care (pelayanan kebidanan) yaitu:
a. Pengawasan serta penanganan wanita hamil dan saat persalinan.
b. Perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan.
c. Perawatan neonatus bayi.
d. Pemeliharaan dan pemberian laktasi.
(Manuaba, 2013: 111) mengemukakan, dengan memerhatikan
batasan dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal pemeriksaan
adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan pertama : pemeriksaan pertama dilakukan segera
setelah diketahui terlambat haid
b. Pemeriksaa ulang :
1) Setiap bulan sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan.
2) Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan.
3) Setiap minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi
persalinan
c. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu
Menurut (Manuaba, 2013: 114) jadwal pemeriksaan
antenatal care:
Trimester I dan II
a. Setiap bulan sekali.
b. Diambil data tentang laboratorium.
d. Nasehat tentang diet empat sehat lima sempurna, tambahan
protein 0,5g/kg BB (satu telur/hari).
e. Observasi adanya penyakit yang dapat memengaruhi
kehamilan, komplikasi kehamilan.
f. Rencana untuk pengobatan penyakitnya, menghindari
terjadinya komplikasi kehamilan, dan imunisasi tetanus 1.
Trimester III
a. Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran.
b. Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan.
c. Diet empat sehat lima sempurna.
d. Pemeriksaan ultrasonografi.
e. Imunisasi tetanus II.
f. Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan,
komplikasi hamil trimester ketiga.
g. Rencana pengobatan.
h. Nasihat tentang tanda inpartu, kemana harus datang untuk
melahirkan.
B. PERSALINAN
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
Persalinan atau kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi karena cukup bulan (36-42 minggu) dan bersifat
spontan kurang dari 18 jam tanpa ada faktor penyulit dan komplikasi
baik bagi ibu maupun janin (Yongki, Judha, Rodiyah, Sudarti, 2012:
47).
Menurut (Johariyah dan Ningrum, 2012: 1) persalinan adalah
proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan diebut normal apabila prosesnya terjadi pada usia
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai danya penyulit atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
Dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah pengeluaran hasil
konsepsi yang telah cukup bulan melalui jalan lahir dengan bantuan
maupun tanpa bantuan (persalinan spontan).
Bentuk persalinan berdasarkan definisi menurut (Manuaba,
2013: 164) dan (Johariyah dan Ningrum, 2012: 1) adalah sebagai
berikut:
a. Persalinan spontan. Bila persalinan seluruhnya berlangsung
dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan. Bila proses perssalinan dengan bantuan
tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran (partus presipitatus).bila kekuatan yang
diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
Beberapa istilah yang berkaitan dengan usia kehamilan dan
berat janin yang dilahirkan menurut (Manuaba, 2013: 166) dan
(Johariyah dan Ningrum, 2012: 1) adalah sebagai berikut:
a. Abortus, terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum
mampu hidup di luar kandungan; usia kehamilan 28 minggu;
berat janin kurang dari 1000 g.
b. Persalinan prematuritas. Persalinan sebelum usia kehamilan 28
sampai 36 minggu; berat janin kurang dari 2499 g.
c. Persalinan aterm. Persalinan antara usia kehamilan 37 dan 42
minggu; berat janin diatas 2500 g.
d. Persalinan serotinus. Persalinan melampaui usia kehamilan 42
minggu. Pada janin terdapaat tanda postmaturitas.
e. Persalinan presipitatus. Persalinan berlangsung cepat kurang
dari 3 jam.
2. Proses Terjadi Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai
terjadinya kekuatan His (Manuaba, 2013: 166).
Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat
hamil menurut Manuaba dan Johariyah & Ningrum, yaitu:
a. Estrogen yang meningkatkan sensitivitas otot rahim,
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan
b. Progesteron yang menurunkan sensitivitas otot rahim,
menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan
mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi
(Johariyah dan Ningrum, 2012: 2).
Oksitosin diduga bekerja bersama prostaglandin yang makin
meningkat mulai dari usia kehamilan minggu ke-15. Di samping itu,
faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim. Berdasarkan uraian
terseut dapat dikemukakan beberapa teori yang menyatakan
kemungkinan proses persalinan (Manuaba, 2013: 167).
3. Mekanisme Persalinan
Menurut (Varney, 2008: 754) mekanisme persalinan adalah:
a. Enggagement: terjadi ketika diameter biparental kepala janin telah
melalui pintu atas panggul.
b. Penurunan: terjadi selama persalinan. Penurunan merupakan hasil
dari sejumlah kekuatan yang meliputi kontraksi dan pada kala dua,
dorongan yang dilakukan ibu disebabkan karena kontraksi otot –
otot abdomennya
c. Fleksi: melalui mekanisme ini, diameter suboksipitobregmatik yang
lebih kecil digantikana dengan diameter kepala janin yang lebih
besar. Fleksi terjadi ketika kepala janin bertemu dengan tekanan,
tahapan ini meningkat ketika terjadi penurunan dan yang kali
pertama ditemui adalah dari serviks, lalu dari sisi–sisi dinding
d. Rotasi internal: mekanisme ini menyebabkan diametir
anteroposterior kepala janin menjadi sejajar dengan diametir
anteroposterior pelvis ibu. Oksiput berotasi kebagian anterior
pelvis ibu, dibawah simfisis pubis.
e. Pelahiran kepala: berlangsung melalui ekstensi kepalan untuk
mengeluarkan oksiput-anterior-ektensi harus terjadi ketika oksiput
berada dibagian anterior karena kekuatan tahanan pada dasar
pelvis yang membentuk sumbu carus yang mengarahkan kepala
menuju pintu bawah vulva dengan demikian, kepala dilahirkan
dengan ekstensi meliputi oksiput, sutura sagital,fontanela anterior,
alis, orbit, hidung, mulut, dan dagu secara berurutan muncul dari
perinium.
f. Rotasi eksternal: terjadi pada saat bahu berotasi 45 derajat
menyebabkan diameter bisakromial sejajar dengan diameter
anteroposterior pada pintu bawah panggul.
g. Pelahiran bahu: bahu anterior terlihat pada orifisum vulvovagina
yang menyentuh dibawah simfisis pubis, bahu posterior kemudian
menggembungkan perinium dan lahir dengan fleksi lateral. Setelah
bahu lahir, bagian badan yang tersisa mengikuti sumbu carus dan
segera lahir. Sumbu carus adalah ujung keluar paling bawah pada
lengkung pelvis.
4. Faktor-faktor dalam Persalinan
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta.
Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai janin adalah ukuran
kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin; sedangkan
yang perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar, dan
luasnya.
b. Jalan lahir (passage).
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan
lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras
adalah ukuran dan bentuk tulang pangggul; sedangkan yang
perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah
uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina
dan introitus vagina.
c. Kekuatan (power).
Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu:
1) Kekuatan primer (kontraksi involuter)
2) kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal
dan hihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang.
3) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)
4) Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks,
tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup
penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus
d. Posisi ibu (positioning).
Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk
menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan
memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak (contoh: posisi berdiri,
berjalan, duduk, dan jongkok) memberi sejumlah keuntungan,
salah satunya adalah memungkinkan gaya gravitasi membantu
penurunan janin (Sondakh, 2013. Hal: 5).
e. Respons psikologis (psychology response).
Respon psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh:
1) Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan.
2) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan.
3) Saudara kandung bayi selama persalinan.
5. Tanda Persalinan
Menurut Manuaba tanda-tanda persalinan dijabarkan sebagai
berikut:
a. Kekuatan His, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek.
b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lender,
lender bercampur darah).
c. Dapat disertai ketuban pecah.
d. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks
(perlunakan serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan
e. Kekuatan yang Mendorong Janin dalam Persalinan (Manuaba,
2013: 169).
6. Tanda-tanda Vital saat Persalinan
Selama kontraksi persalinan tekanan darah meningkat sistolik
15 mmHg dan diastolik 5-10 mmHg, peningkatan tersebut
dikarenakan rasa cemas, takut dalam menghadapi persalinan.
Peningkatan suhu dianggap normal tidak lebih 0,5 sampai 1°C yang
disebabkan peningkatan metabolisme. Saat menjelang persalinan
pernapasan akan sedikit terjadi peningkatan dikarenakan adanya
peningkatan metabolisme. Frekuensi denyut nadi akan mengalami
sedikit kenaikan saat ada kontraksi, dan akan kembali rendah saat
penurunan HIS (Varney, 2008: 686-687).
7. Gambaran Perjalanan Persalinan secara Klinis
a. Tanda persalinan sudah dekat
Terjadi lightening. Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena bayi sudah
masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh kontraksi
Braxton Hicks, ketegangan dinding perut, ketegangan
ligamentum rotundum, gaya berat janin dimana kepala ke arah
bawah (Manuaba, 2013: 172).
Terjadi His Permulaan. Kontraksi Braxton Hicks terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron, dan
memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin
makin berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan
kontraksi yang lebih sering, sebagai His palsu. Saat His
permulaan (palsu) adalah rasa nyeri ringan dibagian bawah,
datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan pada serviks atau
pembawa tanda, durasinya pendek, dan tidak bertambah bila
beraktivitas (Manuaba, 2013: 172).
b. Tanda persalinan
Terjadinya His persalinan. His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya
teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar,
mempunyai pegaruh terhadap perubahan serviks, makin
beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah (Manuaba,
2013).
Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan His persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan
menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas. Terjadi perdarahan karena apiler pembuluh darah pecah
(Manuaba, 2013 173).
c. Tahap persalinan
Kala I. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada
permulaan His, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan untuk
multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman,
diperhitungkan pembukaan primigravida 1cm/jam dan
pembukaan multigravida 2cm/jam (Manuaba, 2013: 173).
Menurut (Johariyah dan Ningrum, 2012: 4) kala I dibagi
menjadi dua fase, yaitu:
1) Fase laten, ciri-ciri fase laten: dimulai sejak awal kontraksi
yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka
kurang dari 4 cm, pada umumnya, fase laten berlangsung
hampir atau hingga 8 jam, kontraksi mulai teratur tetapi
lamanya masih antara 20-30 detik.
2) Fase aktif, ciri-ciri fase aktif: frekuensi dan lama kontraksi
uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih), dari pembukaan 4 cm sampai dengan 10 cm,
akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm/jam
(nullipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2
cm pada multipara, terjadi penurunan bagian terbawah
janin. Fase aktif dibagi kedalam 3 fase, yaitu:
a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat. Dalam
waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Menurut Maryunani (2016: 275) persiapan asuhan
persalinan pada kala 1 yaitu : menyiapkan kelahiran (ruangan
dan perlengkapan persalinan), menyiapkan perlengkapan,
bahan-bahan dan obat-obatan yang dibutuhkan, memberikan
asuhan sayang ibu kala 1 persalinan, kaji prinsip-prinsip umum
asuhan sayang ibu, mengatur posisi, pencatatan pada partograf
(DJJ, HIS, nadi setiap ½ jam, pembukaan, penurunan bagian
terbawah janin, TD, dan suhu setiap 4 jam, pengosongan urin
setiap 2-4 jam (APN, 2008: 58)).
Kala II dimulai dengan pembukaan lengkap (10 cm)
sampai janin lahir. Lama kala II 1-2 jam (Yongky, Judha,
Rodiyah, Sudarti, 2012: 48).
Kala II atau kala pengusiran. Menurut (Yongky, Judha, Rodiyah, Sudarti, 2012: 48) gejala utama kala II (pengusiran)
adalah:
a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit,
dengan durasi 50 sampai 100 detik.
b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya pleksus
Frankenhauser.
d. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan
multigravida 30 menit.
Kala III dimulai dari setelah janin lahir sampai
pengeluaran plasenta, lamanya proses ini harus kurang dari 30
menit, menurut (Yongky, Judha, Rodiyah, Sudarti, 2012: 48).
Kala III (pelepasan uri). Setelah kala II, kontraksi uterus berheni sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahrnya bayi, mulai
berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch,
karena sifat retraksi otot rahim dan terasa mules. Lepasnya
plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memerhatikan
tanda-tanda: uterus menjadi bundar, uterus terdorong kearah
atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali
pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan. Melahirkan
plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara Crede pada
fundus uteri (Manuaba, 2013, 174). Uterus setelah kelahiran
plasenta dapat ditemukan di tengah-tengah abdomen kurang
lebih dua pertiga sampai tiga perempat antara simfisis pubis
dan umbilikus atau 2–3 jari dibawah pusat. Uterus yang
berkontraksi normal harus keras ketika disentuh (Varney, 2008:
Kala IV (obserasi). Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi
pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan
darah, nadi dan pernapasan, kontraksi uterus, terjadinya
perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 2013: 174).
d. Langkah-langkah persalinan normal
Menurut (APN, 2008: 18) langkah-langkah persalinan
normal ada 58 langkah, sebagai berikut:
1) Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala
dua, seperti sebagai berikut: adanya keinginan untuk
meneran, tekanan pada rektum dan vagina, perineum
menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan
obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk
sfiksia: tempat datar dank keras, 2 kain dan 1 handuk
bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
dari tubuh bayi.
a) menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi
dan ganjal bahu bayi.
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
3) Memakai celemek plastik.
4) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai,
cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan tangan dengan tisu atau handuk
pribadi yang bersih dan kering.
5) Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa
dalam.
6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik memakai
sarung tangan DTT dan steril.
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hai-hati dari depan ke belakang, dengan menggunakan
kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT.
a) Jika introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.
b) Membuang kapas atau kasa pembersih
(terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c) Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan
klorin 0,5%)
8) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah dan
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua
tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10) Memeriksa denyut jantung janin untuk memastikan DJJ
setelah kontrasksi dalam batas normal (120-160 x/menit).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,
DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan
lainnya pada partograf
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu memposisikan diri dengan
nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a) Menunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin
(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana
peran mereka untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.
kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain
yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13) Melaksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran:
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
b) Medkung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman.
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e) Mengajurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
f) Menganjurkan makan minum.
g) Menilai DJJ tiap kontraksi uterus selesai.
h) Segera merujuk jika bayi belum atau tidak akan segera
lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida)
atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada
dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membka vulva dengan