• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bayi Baru Lahir 1. Definisi

Dalam dokumen Ening Susilo Wati BAB II (Halaman 21-49)

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37

minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar lebih dari 7 dan tanpa cacat bawaan. Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses klahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin (Yeyeh rukiyah, 2013; hal: 02)

a. Tanda-tanda bayi baru lahir normal

Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda antara lain: Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh kemerah-merahan, pulse (frekusi jantung) lebih dari 100x/menit, Grimace (reaksi terhadap rangsangan), menangis, batuk atau besin, Activity (tonus otot), gerakan aktif, Respiration (usaha nafas), bayi menangis kuat (Yeyeh rukiyah, 2013; hal: 02)

b. Tanda –tanda bahaya bayi baru lahir 1) Termoregulasi

Bayi baru lahir mudah stress karena perubahan suhu lingkungan. Oleh karena itu bayi harus dapat menyesuaikan suhu di luar rahim.

Faktor-faktor yang dapat mempercepat kehilangan panas pada bayi baru lahir dintaranya yaitu:

a) Daerah permukaan tubuh yang luas

b) Tingkat insulasi lemak subkutan berbeda-beda c) Derajat fleksi otot

Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir yaitu: a) Konveksi

c) Radiasi

d) Evaporasi(Kriebs, 2010; hal: 464) 2) Hipotermia

a) Definisi

Bayi baru lahir yang mengalami hipotermia harus di evaluasi untuk mengetahui terjadinya hipoglikemia dan hipoksia. Butuh waktu untuk menghangatkanya kembali. Proses menghangatkan bayi secara cepat dan dapat menimbulkan apnea (Kriebs, 2010; hal: 464)

b) Etiologi

Stres dingin

Peningkatan metabolisme Peningkatan konsumsi oksigen

Peningkatan penggunaan glukosa Metabolisme Peningkatan frek pernafasan

Jaringan adiposa

Peningkatan penggunaan Pelepasan asam Hipoksia

Cadangan glikogen lemak

Hipoglikemia Metabolisme anaerobik dan

Produksi asam laktat

Penurunan PH asidosis

metabolik

Penurunan produksi surfaktan

(memerlukan O2, glukosa, perfusi Vasokonstriksi paru paru yang adekuat )

Gawat napas Hipoksia lanjut

Penurunan berat badan atau

berat badan gagal naik (menggunakan asupan

kalori untuk energi versus pertumbuhan)

Gambar 2.1 Bagan proses kehilangan panas pada bayi baru lahir (Kriebs, 2010; hal: 464)

c) Penatalaksanaan

(1) Hipotermia sedang

(a) Lepaskan baju yang dingin atau basah, jika ada

(b) Jika ibu ada, mintalah ia untuk mengahangatkan bayinya dengan menggunakan kontak langsung jika bayinya tidak bermasalah

(c) Jika ibu tidak ada, maka pakaikan topi,bedong dan selimuti bayi lalu gunakan pemanas radian.

(d) Menganjurkan ibunya untuk sering menyusui bayinya, bila bayi tidak mau menyusu maka menggunakan cara alternativ, yaitu dengan memeras ASI ibu lalu berikan dengan menggunakan sendok

(e) Ukur glukosa darah, jika glukosa darah < 45 mg/dl maka atasi gula darah yang rendah

(f) Bila bayi mengalami pernafasan lebih dari 60 kali/menit dan ada tarikan dinding maka atasi kesulitan bernafasnya (Sudarti, 2010).

(2) Hipotermi berat

(a) Hangatkan bayi segera menggunakan pemanas radian yang telah dihangatkan

(b) Lepaskan baju yang basah atau dingin, lalu gunakan bedong topi dan selimuti bayi

(c) Ukur glukosa darah, jika glukosa darah < 45 mg/dl maka atasi gula darah yang rendah

(d) Nilai bayi:

(1) Bila bayi mengalami pernafasan lebih dari 60 kali/menit dan ada tarikan dinding maka atasi kesulitan bernafasnya

(2) Ukur suhu tubuh bayi

(a) Jika meningakt 0,5°C perjam selama 3 jam terakhir, bila penghangatan berhasil maka pantau setiap 2 jam

(b) Jika suhu tidak meningakat 0,5°C maka atur pemanas radian

(3) Jika frekuensi pernafasan bayi lebih dari 60 kali/menit atau bayi mengalami tarikan dinding dada ke dalam atau grunting pada saat ekspirasi lalu atasi kesulitan bernafas

(4) Kaji kesiapan makan setiap empat jam sampai suhu tubuh bayi dalam rentang normal

(5) Jika bayi menunjukkan tanda-tanda mau menyusu, maka izinkan bayi untuk menyusu

(a) Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI dengan metode alternative

(b) Jika bayi tidak mampu menyusu sama sekali, maka berikan ASI melalui selang lambung

(6) Ketika suhu tubuh bayi normal, ukur suhu tubuh setipa 3 jam selama 12 jam

(7) Jika bayi makan dengan baik dan tidak terdapat masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi, pulangkan bayi. Beri saran kepada ibu tentang cara menjaga bayi agar tetap hangat (Manajemen Bayi Baru Lahir, 2008)

3) Asfiksia a) Definisi

Asfiksia adalah keadan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

Asfiksia akan bertanbah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul (Manuaba, 2010; hal: 421).

b) Etiologi

Penyebab terjadinya asfiksia yaitu adanya gangguan pertukaran gas atau pengankutan oksigen dari ibu kejanin pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.

c) Penatalaksanaan

Langkah tindakan khusus asfiksia

Gambar. 2.2

Bagan penatalaksanaan asfiksia (Manuaba, 2010;hal:423). NILAI APGAR

7-10 (Normal)

4-6 (Gangguan pernafasan ) 0-3 (Tidak bernafas)

Pernfasan yg teratur

Dalam waktu beberapa detik

>100

Perfusi baik

Pernafasan dangkal Pernafasan

atau teratur berhenti stlh

napas

Biasanya dlm beberapa dtk pertama

>100

Biasanya normal

Tidak bernafas

Tidak pernah bernafas

>100 >100

Bervariasi Buruk

Sering brkrng

Isap bila perlu

Kering, diletakan di bwh pemanas radian, isap mulut dan hidung

Kering, diletakan di bwh pemanasa radian, isap mulut dan hidung

Kering, bungkus dlm handuk yg hangat kering

Berikan oksigen melalui corong stimulasi taktil

Jangan tunda lagi

Perbaikan Bila tdk segera

membaik

Reaksi segera

1. panggil resusitator yg berpengalaman 2. Lakukan resusitasi dasar yaitu:

a. Atur letak bayi

b. Berikan ventilasi dengan face mask c. Lakukan kompresi jantung luar bila denyut

jantung <60 x/mnt atau denyut nadi buruk atau tidak ada

Lihat tanda-tanda

a. Gerakan dada simetris

b. Timbulnya pernapasan yg teratur c. Perbaikan denyut jantung, perfusi, warna,

gerakan, dan tonus Bila tidak ada perbaikan,

tindakan selanjutnya resusitasi lanjut dengan A. R. N. B yaitu:

I. Intubasi trakea dan ventilasi

II. Kompresi jantung luar III. Obat bila dibutuhkan Mekonium yang tidak diantisipasi

I. Sedot mulut bayi segera setelah kepala lahir

II. Panggil resusitator yg berpengalaman

III. Letakan bayi datar atau kepala sedikit lebih rendah

IV. Berikan oksigen melalui corong Hand to mother

4) Bayi dengan berat badan lahir rendah a) Definisi

Bayi dengan berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan (Proverawati, 2010; hal: 01). Pada tahun 1961 oleh semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infant (BBLR). (Manuaba, 2010; hal: 436)

b) Klasifikasi dan karakteristik

Menurut harapan hidup bayi berat lahir rendah dapat di kategorikan dalam 3 kategori yaitu:

(1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu bayi dengan berat lahir berkisar antara 1500-2500 gram.

(2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu bayi dengan berat lahir < 1500 gram

(3) Bayi berat lahir eksterm rendah (BBLER), yaitu bayi dengan berat lahir < 1000 gram

c) Tanda-tanda bayi dengan BBLR

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri: (1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu (2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram

(3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm

(4) Rambut lanugo masih banyak

(5) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

(6) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya (7) Tumit mengkilap, telapak kaki halus

(8) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada laki-laki)

(9) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan lemahFungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah

(10) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang

(11) Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada. d) Etiologi dan faktor predisposisi

Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulutan untuk melakukan tindakan pencegahan.

Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu:

(1) Faktor ibu

Ibu mengalami komplikasi dalam kehamilan seperti: (a) Anemia dan kekurangan gizi

Bahaya anemia terhadap janin akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 2010; hal: 240)

(b) Hipertensi, preeklamsi, dan eklamsi

Kejang dapat menimbulkan asfiksia mendadak, disebabkan spasme pembuluh darah menimbulkan kematian, solusio plasenta, persalinan prematuritas (Manuaba, 2010; hal:267)

(c) Infeksi masa kehamilan

Infeksi virus yang terjadi pasa masa kehamilan menyebabkan terjadinya ketuban pecah sebelum waktunya atau ketuban pecah dini sehingga terjadi persalinan prematur atau kurang bulan (Proverawati, 2010; hal:05)

(2) Umur

angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, kehamilan ganda atau multi gravida, jarak kehamilan yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun). BBLR dapat terjadi pada

ibu hamil yang menikah di usia muda karena ibu hamil yang masih dalam pertumbuhan harus membagi makanan pada janin yang dikandung maka makan yang diterima oleh janin tidak seimbang sehingga pertumbuhan janin menjadi lambat (Proverawati, 2010; hal:05)

(3) Keadaan sosial ekonomi

Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah, mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat, keadaan gizi yang kurang baik, pengawasan antenatal yang kurang (Proverawati, 2010; hal:05)

(4) Sebab lain

Ibu hamil dengan kebiasaan buruk seperti perokok, minum minuman beralkohol, dan ketergantungan obat dapat memberikan dampak yang buruk terhadap pertumbuhan janin yang dikandungnya (Proverawati, 2010; hal:06)

(5) Faktor janin

(a) Kehamilan ganda

Dalam pertumbuhan yang bersaing, antara kedua janin sehingga pada kehamilan kembar sering terjadi BBLR. (b) Ketuban pecah dini

Persalinan prematur merupakan salah satu komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini (Saifudin, 2008; h.678). Ketuban pecah dini dapat menyebabkan terjadinya

BBLR dikarenakan apabila ketuban pecah pada umur kehamilan yang masih preterm yang diharuskan untuk diakhiri persalinannya kemungkinan besar dapat melahirkan bayi dengan BBLR. ( Sarwono, 2008 : h. 678). (6) Komplikasi

Pada bayi BBLR banyak komplikasi yang terjadi oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Pada bayi permatur dengan BBLR, ada beberapa komplikasi yang mungkin timbul diantaranya:

(a) Hipotermia

Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. (b) Hipoglikemia

Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa berkurang, akibatnya sel-sel saraf di otak mati dan mempengaruhi kecerdasan bayi. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahirdan minum sangat sering (setiap 2 jam) pada minggu pertama.

(c) Hiperglikemia

Hiperglikemia sering merupakan masalah pasa bayi yang sangat amat prematur yangbmendapat cairan glukosa

berlebihan secara interval tetapi mungkin juga terjadi pada bayi BBLR lainnya.

(d) Gangguan imunologik

Daya tahan terhadap infeksi berkutang karena rendahnya kadar Ig G, maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik.

(e) Sindroma gangguan pernafasan

Sindroma gangguan pernafasan pada bayi BBLR adalah perkembangan imatur pada sitem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru.

(7) Diagnosis BBLR

Dalam menegakan diagnosa bayi dengan berat badan lahir rendah maka hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya: (a) Penghitungan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)

(Proverawati, 2010; hal: 04) (b) Riwayat persalinan sebelumnya (c) Riwayat kehamilan sebelumnya

(d) Riwayat kesehatan ibu saat hamil ( Proverawati, 2010; hal: 05)

(e) Penilaian secara klinis pada BBLR: (1) Berat badan kurang dari 2500 g (2) Panjang badan kurang dari 45 cm

(3) Lingkar dad kurang dari 30 cm (4) . Lingkaran kepala kurang dari 33 cm (5) Us1ia kehamilan kurang dari 37 minggu (6) Kepala relatif lebih besar

(7) Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang

(8) Otot hipotonik lemah

(9) . Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea atau gagal nafas.

(10) Ekstermitas: paha abduksi, sendi lututatau kaki fleksi lurus

(11) Kepala tidak mampu tegak

(12) Pernfasan sekitar 45 sampai 50 denyut per menit (13) Frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut per menit

(Manuaba, 2010; hal: 438) (f) Penatalaksanaan

Dengan memperhatikan gambaran klinis dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan bayi prematuritas ditunjukan pada pengaturan suhu tubuh bayi, pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi.

(1) Pengaturan suhu tubuh

Bayi dengan BBLR dengan cepat akan kehilangan panas tubuh dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan tubuh relatif luas. Oleh karena itu, bayi dengan BBLR harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas tubuhnya mendekati panas didalam rahim.

(Manuaba, 2010; hal: 438).

Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi minimal sehingga bayi telanjangpun dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,50-37,0 0C. Tingginya suhu tergantung pada besar dan kematangan bayi. Sebelum memasukan bayi ke dalam inkubator, inkobator terlebihdahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,40C untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil (Atikah, 2010; hal: 32)

Tabel 2.2 suhu incubator (Atikah, 2010; h. 32).

(2) Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi

Organ pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencenaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 g/kg berat badan dan kalori 110 kal/kg berat badan, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.

ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor mrngisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok pelahan-lahan atau

dengan memasang sonde menuju lambung.

Berat bayi Suhu inkubator (oC) menurut umur

35oC 34oC 33oC 32oC

<1500 gr 1-10 hari 11 hari- 3 mg 3 - 5 mg >5 minggu

1500-200 gr 1 – 10 hari 11 hari – 4 mg >4 minggu

2100- 2500 gr 1 – 2 hari 3 hari -3 mg >3 minggu

Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kg berat badan per hari dan terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg berat badan per hari (Manuaba, 2010; hal: 439).

Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator kotak yang minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makanan dalam posisi dipangku.

Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dan mengisapdan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya makanan diberikan melalui Naso Gastrik Tube (NGT). Jadwal pemberian mekanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan berat badan lebih rendah (Atikah, 2010; hal: 33).

(3) Pencegahan infeksi

Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya mikroba. Bayi BBLR

sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini disebabkan oleh kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktivitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman (Atikah, 2010; hal: 34).

(4) Penimbangan berat badan

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.

(5) Pemberian oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.

Gambar 2.3 Bagan Penatalaksanaan kelainan atau penyakit pada neonatus

Pengawasan postpartum Rawat gabung dan evaluasi bayi

Pengawasan antenatal

1. Mengenal penyakit yang menyertai hamil 2. Mengenal komplikasi hamil

3. Menetapkan hamil dengan resiko 4. Vaksinasi tetanus

5. Persiapan mental dan fisik untuk persalinan dan laktasi

Menyingkirkan faktor predisposisi

1. Meningkatkan KIE 2. Meningkatkan gizi

3. Mengatasi penyakit ibu saat hamil 4. Menerima NNKBS

5. Meningkatkan kerja sama dengan dukun

Kelainan penyakit BBLR Tujuan

1. Well haelth mother 2. Well born baby

Pelaksanaan 1. Lahir spontan 2. Forsep PAP 3. Vakum PAP 4. Seksio sesaria Asfiksia /perlukaan Kelainan kongenital BBLR Preventif :

Perawatan asfiksia dan evaluasi intra uterin

Pengobatan penunjang Penyakit neonatus 1. Sepsis neonatorum 2. Aspirasi pneumonia 3. Meningitis 4. Tetanus neonatorum Prevetiv /kuratif Persalinan legearis

D. Nifas

1. Definisi nifas

Masa nifas atau purperium dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika atal-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Ambarwati, 2008; hal: 01).

Masa nifas atau purperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu (42 hari), merupakan waktu yang di perlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Vivian, 2012; hal 1).

2. Tahapan masa nifas

Nifas dibagi menjadi 3 tahap: a. Puerpurium dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. b. Puerpurium intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu c. Remote puerpurium

Waktu yang diperlukan untuk pilih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan (Ambarwati, 2008; hal: 03).

3. Perubahan fisiologis masa nifas a. Perubahan sitem reproduksi

1) Involusi atau pengeluaran uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Ambarwati, 2008;hal: 73)

Proses involusi uteri adalah:

Pada akhir kala lll persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promotoriumsakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut a) Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi dalam otot uterine.

b) Atrofi jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plesenta. Selai perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium baru.

c) Efek oksitosin (kontraksi)

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.

d) Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum

Tabel 2.3 Perubahan uterus masa nifas (Ambarwati, 2008; hal. 75)

Involusi uteri Tinggi fundus uteri

Berat uterus Diameter uterus

Palpasi cervik

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/lunak 7 hari (minggu 1) Pertengahan antara

pusat dan shymphisis

500 gr 7,5 cm 2 cm

14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm

6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit

2) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.

Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan: a) Lochea Rubra

Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasanta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.

b) Lochea Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.

c) Lochea serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan kerena mengandung serum, leukosit dan robekan atau laserasi plasenta. muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 postpartum. d) Lochea alba

Lochea ini berwarna putih karena mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum (Wulandari, 2008; hal:78) b. Perubahan sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu malahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran acarian yang berlebihan pada waktu persalinan(dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir

c. Perubahan sitem perkemihan

Kandung kemih dalam puerperium sangat kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga masih tertinggal urine residual (normal kurang lebih 15 cc). Sisa urine dan trauma pada waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.

d. Perubahan tanda-tanda vital 1) Suhu badan

24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,50 C-380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normalsuhu badan akan biasa lagi. 2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Setelah melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda. 3) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada sluran pernafasan.

e. Penatalaksanaan

Orang tua, terutama ibu yg telah melahirkan bayinya, secara fisik mesti mampu dan siap merawat bayinya. Ibu yang memiliki bayi dengan

BBLR harus dapat merawat bayinya setelah terlepas dari pengawasan tenaga kesehatan. Ibu harus percaya diri dan berani merawat bayinya sendiri, karena dari situlah akan terjadi kontak untuk menciptakan bonding antara ibu dan bayi.

Berikut beberapa konseling yang di berikan saat ibu akan pulang: 1) Pemberian konseling tentang metode kanguru

Metode kanguru adalah metode yang tepat dalam merawat BBLR, yakni dengan kangaroo mother care atau metode kanguru. Metode kanguru adalah perawatan bayi baru lahir seperti bayi

Dalam dokumen Ening Susilo Wati BAB II (Halaman 21-49)

Dokumen terkait