BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
1. Definisi kehamilan
Konsepsi didefinisikan sebagai pertemuan antara sperma dan sel
telur yang menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangkaian
kejadian yang meliputi pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi
(pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio didalam
uterus (Kusmiyati dkk, 2009; hal:33 )
Kehamilan adalah suatu proses penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dituba falopi yang akan dilanjutkan dengan terjadinya fertilisasi atau
pembuahan dan kemudian terjadi penempelan pada dinding rahim yaitu
nidasi. Hasil dari konsepsi meliputi janin, ketuban, selaput ketuban, dan
plasenta. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 39-40 minggu
atau 9 bulan, dalam kehamilan terdapat tiga trimester yaitu trimester I sampai
trinester III. Kehamilan merupakan kejadian yang fisiologis, akan tetapi
kehamilan juga bisa menjadi patofisiologis (Sarwono, 2009; h. 213).
a. Terjadinya kehamilan
Prinsip terjadinya kehamilan menurut Sukarni (2013;hal: 65), yaitu:
1) Pembuahan (fertilisasi) yaitu bertemunya sel telur atau ovum wanita
dengan sel benih atau spermatozoa pria.
3) Nidasi atau implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi
4) Pertumbuhan dan perkembangan zigot-embrio-janin menjadi bakal
individu baru.
Kehamilan dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron,
human chorionic gonadotropin, human somatomammotropin, prolaktin.
Terjadi pula perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ
sistem reproduksi dan organ-organ sistem tubuh lainnya, yang
dipengaruhi terutama oleh perubahan keseimbangan hormonal.
b. Tanda-tanda kehamilan
1) Tanda dugaan kehamilan
a) Terlambat datang bulan
Selain hamil, terlambat datang bulan bisa disebabkan oleh
peningkatan atau penurunan berat badab secara drastis. Selain
itu, masalah hormon, kelelehan, stres, pil kontrasepsi, dan
sedang menyusui juga bisa jadi penyebab terlambatdatang bulan.
b) Mual dan muntah
Pengaruh estrogendan progesteron menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan.
c) Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,
d) Sinkope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan
sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia
kehamilan 16 minggu.
e) Payudara tegang
Pengaruh estrogen-progesteron dan stomatomamotrofin
menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.
Payudara membesar dan tegang. Ujung syaraf tertekan
menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
f) Sering miksi
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi.
g) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus,
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
h) Pigmentasi kulit
Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma
gravidarum), pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea
alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola
mamae, puting susu makin menonjol, kelenjar montgometri
i) Epulis
Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil.
j) Varises atau penampakan pembuluh darah vena
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang
mempunyai bakat.
2) Tanda tidak pasti kehamilan
a) Rahim membesar sesuai tuanya hamil.
b) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda hegar, tanda chadwicks,
tanda piscaseck, kontraksi braxton hicks, dan teraba ballottement.
c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, tetapi sebagian
kemungkinan positif palsu.
3) Tanda pasti kehamilan
a) Gerakan janin dalam rahim
b) Terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin
c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop leanec, atal
kardiotokografi, alat doppler. Dilihat dengan ultrasonografi
(Manuaba, 2010; hal: 107)
4) Tanda bahaya kehamilan
Tanda-tanda kehamilan apabila tidak terdeteksi dapat mengakibatkan
kematian ibu. tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan
a) Perdarahan pervaginam
b) Sakit kepala yang hebat
c) Penglihatan kabur
d) Bengkak diwajah dan jari-jari tangan
e) Bengkak pada muka dan jari tangan
f) Keluar cairan pervaginam
g) Gerakan janin tidak terasa
c. Patologi dalam kehamilan
Gangguan (patologi) pada kehamilan yaitu:
1) Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya dan
dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi seorang wanita. Suatu
kehamilan disebut kehamialan ektopik bila zigot terimplantasi di
lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks,
bahkan rongga abdomen.
2) Kehamilan kembar
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kehamilan kembar dapat memberi resiko yang lebih tinggi terhadap
bayi ibu. Bentuk kelainan pertubuhan tersebut secara umum ditujukan
dengan tiap berat janin hamil kembar lebih rendah sekitar 700 sampai
1000 gram dari hamil tunggal. Dalam pertumbuhan yang bersaing,
antara kedua janin hamil kembar dapat terjadi selisih berat badan
3) Preeklamsia
Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang teridiri dari hipertensi, edema dan
protein uria tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler
atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul
setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Sukarni, 2013;
hal:169).
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan
dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Penyulit yang dapat terjadi
pada janin adalah intra uterin fetal growth restiction, solusio plasenta,
prematuritas, sindroma distres napas, kematian janin intra uterin
(Prawirohrdjo, 2009; hal: 542)
4) Anemia pada kehamilan
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan
zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif
mudah, bahkan murah. Pengaruh anemia ibu hamil trimester I
terhadap berat bayi lahir rendah yaitu kurangnya nutrisi pada
trimester I terutama adanya anemia akan menyebabkan terjadinya
kegagalan organogenesis sehingga akan mengganggu
perkembangan janin pada tahap selanjutnya.
Pengaruh anemia ibu hamil trimester II terhadap berat bayi lahir
pertumbuhan dan pembentukan janin, sehingga membentuk manusia
dengan organ–organ tubuh yang mulai berfungsi.
Trimester III kehamilan memang merupakan masa dimana
terjadinya pertumbuhan janin yang lebih cepat dibandingkan trimester
sebelumnya kadar hemoglobin ibu hamil trimester III yang rendah dan
tinggi dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat atau kecil
untuk masa kehamilan.
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu permasalahan
gizi pada ibu hamil. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Ibu hamil yang kondisi
gizi pada pra-hamil maupun saat hamil akan menghasilkan bayi
dengan berat lahir yang lebih besar dibandingkan ibu dengan
gangguan gizi selama kehamilan akan meningkatkan resiko
terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR).
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil, semakin sering seorang
wanita mengalami kahamilan dan melahirkan akan makin banyak
kehilangan zat bsi dan menjadi makin anemis.
Tabel 2.1 Gambaran kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan
Meningkatkan sel darah ibu 500 mg Fe
Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe
Untuk darah janin 100 mg Fe
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut:
Hb 11 g% tidak anemia
Hb 9-10 g% anemia ringan
Hb 7-8 g% anemia sedang
Hb <7 g% anemia berat
d. Kehamilan dengan resiko tinggi
Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat
mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang
dihadapi (Manuaba, 2012;h.241). Untuk menegakkan kehamilan resiko
tinggi pada ibu dan janin adalah dengan cara melakukan anamnesayang
intensif atau baik, melakukan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Beberapa factor yang mempengengaruhi terjadinya kehamilan
dengan risiko tinggi diantaranya yaitu:
a) Terlalu tua
Seorang wanita yang telah menunda masa suburnya atau wanita
yang menginginkan anak lagi setelah usia 35 tahundapat memiliki
kekhawatiran tertentu berkaitan dengan usianya. Masalah yang pasti
genetik, risiko terjadinya komplikasi pada masa kehamilan,
persalinan, dan masa nifas serta pada bayi baru lahir sangat tinggi.
Selain itu, seiring peningkatan usia, risiko wanita untuk menderita
diabetes gestasional, hipertensi, dan penyakit kronis lain meningkat
(Varney, 2007; h.85).
Pengaruh usia terlalu tua terhadap kehamilan yaitu dapat
menimbulkan komplikasi medis yang dapat membahayakan ibu dan
janin. Komplikasi medis tersebut diantaranya yaitu kehamilan ganda,
kahemilan dengan anemia, hipertensi, penyakit jantung, diabetes
mellitus, dan kehamilan dengan.
Untuk menegakan kehamilan dengan risiko usia terlalu tua pada
ibu dan janin adalah dengan melakukan anamnesa pada pasien yang
baik, melakukan pengawasan antenatal, dan pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan laboratorium.
b) Anemnesa
Ananmnesa dilakukan untuk mengetahui apakah usia ibu kurang
dari 19 tahun atau lebih dari 35 tahun, perkawinan lebih dari 5 tahun,
riwayat obstetri yaitu riwayat operasi pada pesalinan atau operasi
pada rahim, riwayat kehmilan yaitu apakah ibu pernah mengalami
keguguran, pkematian intrauterine, sering mengalami perdarahan
saat hamil, dan riwayat persalinan apakah ibu pernah mengalami
persalinan premature, persalinan dengan berat lahir rendah,
c) Pemeriksaan antenatal
Melakukan pengawasan antenatal bertujuan untuk menegakan
secara dini kemungkinan terjadi kelainan bawaan pada janin,
kemungkinan terjadi pnyulit pada kehamilan, apabila perlu dilakukan
terminasi kehamilan, bagaimana teknik terminasi kehamilan sehingga
tidak menambah penyulit pada ibu dan janin (Manuaba,2013;h. 241).
d) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengetahui apakah ibu
mengalami anemia atau tidak dengan cara melakukan pemeriksaan
hemoglobin (hb) pada trimester I dan III.
e) Terlalu muda
Pada ibu dengan usia dini atau terlalu muda merupakan
kehamilan usia pada usia kurang dari 19 tahun dan memiliki risiko
yang tidak kalah berat. Pada usia ini tingkat emosional ibu belum
stabil dan ibu mudah tegang atau tersinggung. Sementara itu
kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam bayi
masih dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional
ketika ibu mengandung bayinya. Dampak kehamilan pada resiko usia
dini yaitu terjadi keguguran, bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR), prematur, anemia pada kehamilan, perdarahan, persalinan
f) Terlalu dekat
Jarak kehamilan yang terlalu dekat akan memiliki risiko terhadap
kesehatan ibu dan janin karena organ reproduksi ibu yang belum
kembali seperti saat tidak hamil.
g) Terlalu sering
Yaitu seorang ibu yang hamil lebih dari satu kali dan atau
grandemultipara memiliki risiko tinggi terhadap kehamilan.
B. Persalinan
1. Definisi persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
danplasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melaui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010; hal:164).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu
maupun janin (Sukarni, 2013; hal:187).
Proses persalinan yang normal akan dimulai dari adanya kontraksi
yang ditandai dengan terjadi pembukan servik secara bertahap dan akan
diakhiri dengan pengeluaran atau kelahiran plasenta dengan lengkap
bantuan atau alat bantu dan tidak dengan kekuatan sendiri (Sulistyawati,
2010; h. 04).
2. Tanda-tanda persalinan
a) Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan
oleh kontraksi braxton hicks, ketegangan dinding perut, ketegangan
ligamentum rotundum, gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah.
Masuknya kepala ke pintu atas panggul dirasakan ibu terasa ringan di
bagian atas, rasa sesaknya berkurang, di bagian bawah terasa sesak,
terjadi kesulitan saat berjalan, dan sering berkemih.
b) Terjadi his permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks.
Kontraksi ini dapat dikemukakan sebagai keluhan, karena dirasakan sakit
dan mengganggu. Kontraksi braxton hicks terjadi karena perubahan
keseimbangan estrogen, progesteron, dan memberikan kesempatan
rangsangan oksitosin. Dengan makin tua usia kehamilan, pengeluaran
estrogen dan progesteron berkurang, sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi yang lebih sering, sabagai his palsu.
c) Terjadinya his persalinan
His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang
kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan
serviks, makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah.
d) Pengeluaran lendir dan darah
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan
lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan
karena kapiler pembuluh darah pecah.
e) Pengeluaran ciran
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran ciran. Sebagian besar ketuban pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam (Manuaba, 2010; hal:172).
3. Tahap persalinan
1) Persalina kala l
Kala ll adalah kala pembukaan yang berkangsung antara pembukaan nol
(0 cm) sampai lengkap (10cm). Lamanya kala ll untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan
kurva friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan
pembukaan multi gravida 2 cm/jam (manuaba, 2012; hal:173)
Peralinan kala 1 dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan aktif
a) Fase laten
Fase laten persalinan dimulai sejak awal kontraksi yang
pembukaan servik kurang dari 4 cm, biasanya berlangsung hingga
dibawah 8 jam.
b) Fase aktif persalinan
Frekuensi dan lama kontraksiuterus umumnya meningkat, servik
membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm), terjadi penurunan
bagian terbawah janin.
c) Fase aktif persalinan dibagi menjadi 3 yaitu:Fase akselerasi yaitu
dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm dan Fase dilatasi
maksimal yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat dari 4 cm menjadi 9 cm. Fase deselerasi yaitu pembukaan
menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
memjadi lengkap (Sukarni, 2013; hal:213)
2) Persalinan kala Il
Persalinan kala II (kala pengeluaran) dimulai dari pembukaan lengkap
(10 cm) sampai bayi lahir. Gajala utama kala II adalah:
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi
50 sampai 100 detik.
b) Menjelang akhir kala l, ketuban pecah dan di tandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala janin
sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak
sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,
hidung dan muka, dan kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala terhadap punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan dibawah dagu,
ditarik curam kebawah untuk melahirkan bahu belakang, setelah
kedua bahu lahir, ketika dikait untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi
lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
g) Lamanya kala ll untuk primigravida 50 menit daan muti gravida 39
menit.
3) Persalinan kala III
Setelah kala ll, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10menit.
Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada
lapisan nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta
sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda uterus
menjadi bundar, uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke
segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi
perdarahan. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan
4) Persalinan kala lV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan meliputi tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda-tanda vital:
tekanan darah, nadi dan pernafasan, kontraksi uterus, trjadinya
perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400 sampai 500 cc.
4. Komplikasi dalam persalinan
Ada beberapa komplikasi dalam perslinan diantaranya yaitu:
1) Ketuban pecah dini
a) Defnisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada
tanda-tanda persalinan.
b) Etiologi
Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui. Faktor predisposisi
ketuban pecah dini ialah infeksi genetalia, serviks inkompeten,
gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik.
c) Komplikasi
Komplikasi yang kemungkinan terjadi yaitu: infeksi, partus preterm,
prolaps tali pusat, distosia (partus kering) (Sukarni, 2013; hal: 242).
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada
usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,
janin meningkatnya insiden sesarea, atau gagalnya persalinan
normal.
d) Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan
atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit. Bila janin hidup
dan terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul
lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi bersujud.
Kalau perlu kepala janin didorong ke atas dengan 2 jari agar tali pusat
pusat tidak tertekan kepala janin.
Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan
konservatif, yaitu tirah baring, diberikan sedatifberupa fenobarbital
3x30 mg. Berikan antibiotic selama 5 hari dan glukokortikosteriod,
berikan pula tokolisis. Bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan. Pada
kehamilan 33-35 minggu, lakukan terapi konservatif selama 24 jam
lalu induksi persalinan, bila terjadi infeksi akhiri persalinan.
Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin
meneran dan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his,
lakukan induksi persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan
skor pelvic kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan
skor pelvic lebih dari 5, seksio sesarea bila ketuban 5 jam dan skor
pelvic kurang dari 5 (Sukarni, 2013; hal: 252)
Bidan sebagai tenaga medis terlatih sikap yang paling penting
mendapat tindaka yang tepat. Setelah mendapatkan penanganan
sebagaimana mestinya, bidan dapat melakukan pengawasan setelah
tindakan dan disertai bebrapa petunjuk khusus (Manuaba, 2009;
hal:284).
2) Kehamilan ganda
a) Definisi
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Angka perbandingan kehamilan kembar dan tunggal (Hukum Hellin)
adalah 1:89, untuk triplet 1:892, untuk kuadruplet 1:893.
b) Etiologi
Faktor predisposisi kehamilan dizigotik: bangsa, herediter, umur,
paritas, obat klomid dan hormon gonadotropin yang merangsang
ovulasi. Semakin tinggi umur frekuensinya. Frekuensi kehamilan
kembar juga meningkat dengan paritas ibu.
c) Komplikasi
Komplikasi pada ibu adalah anemia, hipertensi, partus prematur,
atonia uteri, perdarahan pasca persalinan. Sedangkan pada janin
adalah hidramnion, malpresentasi, plasenta previa, solusio plasenta,
ketuban pecah dini, pertumbuhan janin terhambat (Sukarni, 2013;
hal:244)
d) Penatalaksanaan
(1) Semua persiapan untuk resusitasi dan perawatan bayi prematur
(2) Rujuk pasien ke rumah sakit bila janin pertama letak lintang,
terjadi prolaps funikuli, plasenta previa, dan interlocking.
(3) Setelah janin pertama lahir, segera lakukan pemeruksaan luar
dan dalam untuk mengetahui letak dan keadaan janin kedua.
(4) Bila janin kedua dalam letak lintang, denyut jantung janin tidak
teratur, terjadi prolapsus funikuli, solusio plasenta, atau bila
persalinan spontan tidak terjadi dalam 15 menit, lahirkan janin
dengan tidakan obtetrik.
(5) Dalam pertolongan persalinan hamil kembar dapat dilakukan
seksio sesarea atas indikasi janin pertama letak lintang, prolapsus
funikuli, plasenta previa (Sukarni, 2013; hal: 254).
3) Persalinan preterm atau kurang bulan
a) Definisi
Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur
kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi prematur
adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.
b) Masalah persalinan preterm atau kurang bulan
Kesulitan utama dalam persalinan preterm atau kurang bulan adalah
bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan preterm atau kurang
bualan adalah bayi yang dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
bahkan kemungkinan sangat rendah (BBLSR). Semakin muda usia
umur 32 minggu bayi yang dilahirkan dengan berat bayi lebih dari
1500 gram dan keberhasilan hidup sekitar 85%, sedang pada umur
kehamilan yang sama dengan berat janin kurang dari 1500 gram
angka keberhasilan 80%. Pada umur kehamilan kurang dari 32
minggu bayi yang di lahirkan dengan berat bayi kurang dari 1500
gram angka keberhasilan hanya 59%.
c) Etiologi
Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multi faktoral.
Kombinasi keadaan obstetrik, sosiodemografi, dan faktor medik
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya persalinan prematur.
Banyak kasus persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik
yang merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak
terjadinya kontraksi rahim dan perubahan serviks (Prawirohardjo,
2009; hal: 668).
d) Penatalaksanaan
Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor:
(1) Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak
dihambat bilamana ketuban sudah pecah.
(2) Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila
pembukaan mencapai 4 cm.
(3) Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah
dipertimbangkan berlangsung bila TBJ >2000 atau kehamilan
>34 minggu.
(4) Penyebeb atau komplikasi persalinan preterm.
(5) Kemampuan neonatal intensive care facilities.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm
adalah:
a) Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian
tokolisis
b) Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid
c) Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi
4) Persalinan dengan resiko tinggi
Pada persalinan dengan resiko tinggi memerlukan perhatian
serius, karena pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya kematian
ibu dan neonatus. Komplikasi yang terjadi pada ibu diantaranya yaitu
ketuban pecah dini, persalinan dengan kelainan letak janin, bayi yang
besar, perdarahan antepartum. Sedangkan pada janin yaitu air ketuban
warna hijau, atau prolapses funikuli, dismaturitas, infeksi intra uterin,
distress janin, pembentukan kaput besar, retensio plasenta (Manuaba,
2012;h. 244)
C. Bayi Baru Lahir
1. Definisi
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram,
nilai apgar lebih dari 7 dan tanpa cacat bawaan. Neonatus adalah bayi yang
baru mengalami proses klahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intra uterin ke kehidupan ekstra uterin (Yeyeh rukiyah, 2013; hal: 02)
a. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda
antara lain: Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh
kemerah-merahan, pulse (frekusi jantung) lebih dari 100x/menit, Grimace (reaksi
terhadap rangsangan), menangis, batuk atau besin, Activity (tonus otot),
gerakan aktif, Respiration (usaha nafas), bayi menangis kuat (Yeyeh
rukiyah, 2013; hal: 02)
b. Tanda –tanda bahaya bayi baru lahir 1) Termoregulasi
Bayi baru lahir mudah stress karena perubahan suhu lingkungan.
Oleh karena itu bayi harus dapat menyesuaikan suhu di luar rahim.
Faktor-faktor yang dapat mempercepat kehilangan panas
pada bayi baru lahir dintaranya yaitu:
a) Daerah permukaan tubuh yang luas
b) Tingkat insulasi lemak subkutan berbeda-beda
c) Derajat fleksi otot
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir yaitu:
a) Konveksi
c) Radiasi
d) Evaporasi(Kriebs, 2010; hal: 464)
2) Hipotermia
a) Definisi
Bayi baru lahir yang mengalami hipotermia harus di
evaluasi untuk mengetahui terjadinya hipoglikemia dan hipoksia.
Butuh waktu untuk menghangatkanya kembali. Proses
menghangatkan bayi secara cepat dan dapat menimbulkan
b) Etiologi
Stres dingin
Peningkatan metabolisme Peningkatan konsumsi oksigen
Peningkatan penggunaan glukosa Metabolisme Peningkatan frek pernafasan
Jaringan adiposa
Peningkatan penggunaan Pelepasan asam Hipoksia
Cadangan glikogen lemak
Hipoglikemia Metabolisme anaerobik dan
Produksi asam laktat
Penurunan PH asidosis
metabolik
Penurunan produksi surfaktan
(memerlukan O2, glukosa, perfusi Vasokonstriksi paru paru yang adekuat )
Gawat napas Hipoksia lanjut
Penurunan berat badan atau
berat badan gagal naik (menggunakan asupan
kalori untuk energi versus pertumbuhan)
Gambar 2.1 Bagan proses kehilangan panas pada bayi baru lahir (Kriebs, 2010; hal:
c) Penatalaksanaan
(1) Hipotermia sedang
(a) Lepaskan baju yang dingin atau basah, jika ada
(b) Jika ibu ada, mintalah ia untuk mengahangatkan bayinya
dengan menggunakan kontak langsung jika bayinya tidak
bermasalah
(c) Jika ibu tidak ada, maka pakaikan topi,bedong dan selimuti
bayi lalu gunakan pemanas radian.
(d) Menganjurkan ibunya untuk sering menyusui bayinya, bila
bayi tidak mau menyusu maka menggunakan cara
alternativ, yaitu dengan memeras ASI ibu lalu berikan
dengan menggunakan sendok
(e) Ukur glukosa darah, jika glukosa darah < 45 mg/dl maka
atasi gula darah yang rendah
(f) Bila bayi mengalami pernafasan lebih dari 60 kali/menit
dan ada tarikan dinding maka atasi kesulitan bernafasnya
(Sudarti, 2010).
(2) Hipotermi berat
(a) Hangatkan bayi segera menggunakan pemanas radian
yang telah dihangatkan
(b) Lepaskan baju yang basah atau dingin, lalu gunakan
(c) Ukur glukosa darah, jika glukosa darah < 45 mg/dl maka
atasi gula darah yang rendah
(d) Nilai bayi:
(1) Bila bayi mengalami pernafasan lebih dari 60
kali/menit dan ada tarikan dinding maka atasi kesulitan
bernafasnya
(2) Ukur suhu tubuh bayi
(a) Jika meningakt 0,5°C perjam selama 3 jam
terakhir, bila penghangatan berhasil maka pantau
setiap 2 jam
(b) Jika suhu tidak meningakat 0,5°C maka atur
pemanas radian
(3) Jika frekuensi pernafasan bayi lebih dari 60 kali/menit
atau bayi mengalami tarikan dinding dada ke dalam
atau grunting pada saat ekspirasi lalu atasi kesulitan
bernafas
(4) Kaji kesiapan makan setiap empat jam sampai suhu
tubuh bayi dalam rentang normal
(5) Jika bayi menunjukkan tanda-tanda mau menyusu,
maka izinkan bayi untuk menyusu
(a) Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI dengan
(b) Jika bayi tidak mampu menyusu sama sekali, maka
berikan ASI melalui selang lambung
(6) Ketika suhu tubuh bayi normal, ukur suhu tubuh setipa
3 jam selama 12 jam
(7) Jika bayi makan dengan baik dan tidak terdapat
masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi,
pulangkan bayi. Beri saran kepada ibu tentang cara
menjaga bayi agar tetap hangat (Manajemen Bayi
Baru Lahir, 2008)
3) Asfiksia
a) Definisi
Asfiksia adalah keadan bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut.
Asfiksia akan bertanbah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna, sehingga tindakan perawatan
dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan
mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul (Manuaba, 2010; hal:
b) Etiologi
Penyebab terjadinya asfiksia yaitu adanya gangguan
pertukaran gas atau pengankutan oksigen dari ibu kejanin pada
c) Penatalaksanaan
Langkah tindakan khusus asfiksia
Gambar. 2.2
Bagan penatalaksanaan asfiksia (Manuaba, 2010;hal:423). NILAI APGAR
7-10 (Normal)
4-6 (Gangguan pernafasan ) 0-3 (Tidak bernafas)
Pernfasan yg teratur
Dalam waktu beberapa detik
>100
Perfusi baik
Pernafasan dangkal Pernafasan
atau teratur berhenti stlh
napas
Biasanya dlm beberapa dtk pertama
>100
Kering, diletakan di bwh pemanas radian, isap mulut dan hidung
Kering, diletakan di bwh pemanasa radian, isap mulut
Perbaikan Bila tdk segera
membaik
Reaksi segera
1. panggil resusitator yg berpengalaman 2. Lakukan resusitasi dasar yaitu:
a. Atur letak bayi
b. Berikan ventilasi dengan face mask c. Lakukan kompresi jantung luar bila denyut
jantung <60 x/mnt atau denyut nadi buruk atau tidak ada
Lihat tanda-tanda
a. Gerakan dada simetris
b. Timbulnya pernapasan yg teratur c. Perbaikan denyut jantung, perfusi, warna,
gerakan, dan tonus Bila tidak ada perbaikan,
tindakan selanjutnya resusitasi lanjut dengan A. R. N. B yaitu:
I. Intubasi trakea dan ventilasi
II. Kompresi jantung luar III. Obat bila dibutuhkan Mekonium yang tidak diantisipasi
I. Sedot mulut bayi segera setelah kepala lahir
II. Panggil resusitator yg berpengalaman
III. Letakan bayi datar atau kepala sedikit lebih rendah
4) Bayi dengan berat badan lahir rendah
a) Definisi
Bayi dengan berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa
kehamilan (Proverawati, 2010; hal: 01). Pada tahun 1961 oleh
semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500
gram disebut Low Birth Weight Infant (BBLR). (Manuaba, 2010;
hal: 436)
b) Klasifikasi dan karakteristik
Menurut harapan hidup bayi berat lahir rendah dapat di
kategorikan dalam 3 kategori yaitu:
(1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu bayi dengan berat lahir
berkisar antara 1500-2500 gram.
(2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu bayi dengan
berat lahir < 1500 gram
(3) Bayi berat lahir eksterm rendah (BBLER), yaitu bayi dengan
berat lahir < 1000 gram
c) Tanda-tanda bayi dengan BBLR
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri:
(1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
(3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada
sama dengan atau kurang dari 30 cm
(4) Rambut lanugo masih banyak
(5) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
(6) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
(7) Tumit mengkilap, telapak kaki halus
(8) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh
labia mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis
belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada
skrotum kurang (pada laki-laki)
(9) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan
lemahFungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisannya lemah
(10) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan
otot dan jaringan lemak masih kurang
(11) Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
d) Etiologi dan faktor predisposisi
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat
multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulutan untuk
melakukan tindakan pencegahan.
Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR
(1) Faktor ibu
Ibu mengalami komplikasi dalam kehamilan seperti:
(a) Anemia dan kekurangan gizi
Bahaya anemia terhadap janin akan mengurangi
kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
(Manuaba, 2010; hal: 240)
(b) Hipertensi, preeklamsi, dan eklamsi
Kejang dapat menimbulkan asfiksia mendadak,
disebabkan spasme pembuluh darah menimbulkan
kematian, solusio plasenta, persalinan prematuritas
(Manuaba, 2010; hal:267)
(c) Infeksi masa kehamilan
Infeksi virus yang terjadi pasa masa kehamilan
menyebabkan terjadinya ketuban pecah sebelum
waktunya atau ketuban pecah dini sehingga terjadi
persalinan prematur atau kurang bulan (Proverawati, 2010;
hal:05)
(2) Umur
angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada
usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, kehamilan
ganda atau multi gravida, jarak kehamilan yang terlalu dekat
ibu hamil yang menikah di usia muda karena ibu hamil yang
masih dalam pertumbuhan harus membagi makanan pada
janin yang dikandung maka makan yang diterima oleh janin
tidak seimbang sehingga pertumbuhan janin menjadi lambat
(Proverawati, 2010; hal:05)
(3) Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi
rendah, mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa
istirahat, keadaan gizi yang kurang baik, pengawasan
antenatal yang kurang (Proverawati, 2010; hal:05)
(4) Sebab lain
Ibu hamil dengan kebiasaan buruk seperti perokok, minum
minuman beralkohol, dan ketergantungan obat dapat
memberikan dampak yang buruk terhadap pertumbuhan janin
yang dikandungnya (Proverawati, 2010; hal:06)
(5) Faktor janin
(a) Kehamilan ganda
Dalam pertumbuhan yang bersaing, antara kedua janin
sehingga pada kehamilan kembar sering terjadi BBLR.
(b) Ketuban pecah dini
Persalinan prematur merupakan salah satu komplikasi
yang timbul akibat ketuban pecah dini (Saifudin, 2008;
BBLR dikarenakan apabila ketuban pecah pada umur
kehamilan yang masih preterm yang diharuskan untuk
diakhiri persalinannya kemungkinan besar dapat
melahirkan bayi dengan BBLR. ( Sarwono, 2008 : h. 678).
(6) Komplikasi
Pada bayi BBLR banyak komplikasi yang terjadi oleh karena
kondisi tubuh yang tidak stabil. Pada bayi permatur dengan
BBLR, ada beberapa komplikasi yang mungkin timbul
diantaranya:
(a) Hipotermia
Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem
pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang.
(b) Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan
membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa
berkurang, akibatnya sel-sel saraf di otak mati dan
mempengaruhi kecerdasan bayi. BBLR membutuhkan ASI
sesegera mungkin setelah lahirdan minum sangat sering
(setiap 2 jam) pada minggu pertama.
(c) Hiperglikemia
Hiperglikemia sering merupakan masalah pasa bayi yang
berlebihan secara interval tetapi mungkin juga terjadi pada
bayi BBLR lainnya.
(d) Gangguan imunologik
Daya tahan terhadap infeksi berkutang karena rendahnya
kadar Ig G, maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif
belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis
serta reaksi terhadap infeksi belum baik.
(e) Sindroma gangguan pernafasan
Sindroma gangguan pernafasan pada bayi BBLR adalah
perkembangan imatur pada sitem pernafasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru.
(7) Diagnosis BBLR
Dalam menegakan diagnosa bayi dengan berat badan lahir
rendah maka hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya:
(a) Penghitungan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)
(Proverawati, 2010; hal: 04)
(b) Riwayat persalinan sebelumnya
(c) Riwayat kehamilan sebelumnya
(d) Riwayat kesehatan ibu saat hamil ( Proverawati, 2010; hal:
05)
(e) Penilaian secara klinis pada BBLR:
(1) Berat badan kurang dari 2500 g
(3) Lingkar dad kurang dari 30 cm
(4) . Lingkaran kepala kurang dari 33 cm
(5) Us1ia kehamilan kurang dari 37 minggu
(6) Kepala relatif lebih besar
(7) Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak
kulit kurang
(8) Otot hipotonik lemah
(9) . Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea atau
gagal nafas.
(10) Ekstermitas: paha abduksi, sendi lututatau kaki fleksi
lurus
(11) Kepala tidak mampu tegak
(12) Pernfasan sekitar 45 sampai 50 denyut per menit
(13) Frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut per menit
(Manuaba, 2010; hal: 438)
(f) Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinis dan berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas,
maka perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
ditunjukan pada pengaturan suhu tubuh bayi, pemberian
(1) Pengaturan suhu tubuh
Bayi dengan BBLR dengan cepat akan kehilangan
panas tubuh dan menjadi hipotermia, karena pusat
pengaturan panas badan belum berfungsi dengan
baik, metabolismenya rendah, dan permukaan tubuh
relatif luas. Oleh karena itu, bayi dengan BBLR harus
dirawat di dalam inkubator sehingga panas tubuhnya
mendekati panas didalam rahim.
(Manuaba, 2010; hal: 438).
Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas
yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi minimal
sehingga bayi telanjangpun dapat mempertahankan
suhu tubuhnya sekitar 36,50-37,0 0C. Tingginya suhu
tergantung pada besar dan kematangan bayi. Sebelum
memasukan bayi ke dalam inkubator, inkobator
terlebihdahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,40C
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi
Tabel 2.2 suhu incubator (Atikah, 2010; h. 32).
(2) Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi
Organ pencernaan bayi prematur masih belum
sempurna, lambung kecil, enzim pencenaan belum
matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 g/kg
berat badan dan kalori 110 kal/kg berat badan,
sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi
yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama,
sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila
faktor mrngisapnya kurang maka ASI dapat diperas
dan diminumkan dengan sendok pelahan-lahan atau
dengan memasang sonde menuju lambung.
Berat bayi Suhu inkubator (oC) menurut umur
35oC 34oC 33oC 32oC
<1500 gr 1-10 hari 11 hari- 3 mg 3 - 5 mg >5 minggu
1500-200 gr 1 – 10 hari 11 hari – 4 mg >4 minggu
2100- 2500 gr 1 – 2 hari 3 hari -3 mg >3 minggu
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60
cc/kg berat badan per hari dan terus dinaikan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kg berat badan per hari
(Manuaba, 2010; hal: 439).
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus
diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah
terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam
usus. Pada bayi dalam inkubator kotak yang minimal,
tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan
bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi
lebih besar dapat diberi makanan dalam posisi
dipangku.
Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat
dan mengisapdan sianosis ketika minum melalui botol
atau menetek pada ibunya makanan diberikan melalui
Naso Gastrik Tube (NGT). Jadwal pemberian mekanan
disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi
BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan
pada bayi dengan berat badan lebih rendah (Atikah,
2010; hal: 33).
(3) Pencegahan infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman
sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama
disebabkan oleh infeksi nosokomial. Rentan terhadap
infeksi ini disebabkan oleh kadar immunoglobulin
serum pada bayi BBLR masih rendah, aktivitas
bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih
rendah dan fungsi imun belum berpengalaman (Atikah,
2010; hal: 34).
(4) Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi
atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan
tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.
(5) Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius
bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli
dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar
30-35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi
O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi
Gambar 2.3 Bagan Penatalaksanaan kelainan atau penyakit pada neonatus
Pengawasan postpartum
Rawat gabung dan evaluasi bayi
Pengawasan antenatal
1. Mengenal penyakit yang menyertai hamil 2. Mengenal komplikasi hamil
3. Menetapkan hamil dengan resiko 4. Vaksinasi tetanus
5. Persiapan mental dan fisik untuk persalinan dan laktasi
Menyingkirkan faktor predisposisi
1. Meningkatkan KIE 2. Meningkatkan gizi
3. Mengatasi penyakit ibu saat hamil 4. Menerima NNKBS
5. Meningkatkan kerja sama dengan dukun
D. Nifas
1. Definisi nifas
Masa nifas atau purperium dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika atal-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
(Ambarwati, 2008; hal: 01).
Masa nifas atau purperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu (42 hari), merupakan waktu yang di perlukan
untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Vivian, 2012; hal
1).
2. Tahapan masa nifas
Nifas dibagi menjadi 3 tahap:
a. Puerpurium dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
c. Remote puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pilih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan (Ambarwati,
3. Perubahan fisiologis masa nifas
a. Perubahan sitem reproduksi
1) Involusi atau pengeluaran uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60
gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi
otot-otot polos uterus (Ambarwati, 2008;hal: 73)
Proses involusi uteri adalah:
Pada akhir kala lll persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira
2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada
promotoriumsakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama
dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan
berat 1000 gram.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut
a) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi dalam otot uterine.
b) Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam
jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap
penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan
plesenta. Selai perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan
desidua mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan
c) Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
d) Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum
Tabel 2.3 Perubahan uterus masa nifas (Ambarwati, 2008; hal. 75)
Involusi uteri Tinggi
fundus uteri
Berat uterus Diameter
uterus
Palpasi cervik
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/lunak
7 hari (minggu 1) Pertengahan antara
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan:
a) Lochea Rubra
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasanta, dinding rahim, lemak
b) Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan kerena
mengandung serum, leukosit dan robekan atau laserasi
plasenta. muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 postpartum.
d) Lochea alba
Lochea ini berwarna putih karena mengandung leukosit,
sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama
2 sampai 6 minggu postpartum (Wulandari, 2008; hal:78)
b. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada waktu malahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran acarian
yang berlebihan pada waktu persalinan(dehidrasi), kurang makan,
haemoroid, laserasi jalan lahir
c. Perubahan sitem perkemihan
Kandung kemih dalam puerperium sangat kurang sensitive dan
kapasitasnya bertambah, sehingga masih tertinggal urine residual
(normal kurang lebih 15 cc). Sisa urine dan trauma pada waktu
d. Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu badan
24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,50
C-380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan
dan kelelahan, apabila keadaan normalsuhu badan akan biasa lagi.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.
Setelah melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Setiap
denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal ini mungkin
disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda.
3) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya
preeklamsi postpartum.
4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal
pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus
pada sluran pernafasan.
e. Penatalaksanaan
Orang tua, terutama ibu yg telah melahirkan bayinya, secara fisik
BBLR harus dapat merawat bayinya setelah terlepas dari pengawasan
tenaga kesehatan. Ibu harus percaya diri dan berani merawat bayinya
sendiri, karena dari situlah akan terjadi kontak untuk menciptakan
bonding antara ibu dan bayi.
Berikut beberapa konseling yang di berikan saat ibu akan pulang:
1) Pemberian konseling tentang metode kanguru
Metode kanguru adalah metode yang tepat dalam merawat
BBLR, yakni dengan kangaroo mother care atau metode kanguru.
Metode kanguru adalah perawatan bayi baru lahir seperti bayi
kanguru dalam kantung ibunya. Caranya: Bayi diletakan dalam
dekapan ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala
miring ke kiri atau ke kanan.
Keunggulan metode ini: bayi mendapatkan sumber panas
alami (36-37oC) terus menerus langsung dari kulit ibu, mendapatkan
kehangatan udara dalam kantung atau baju ibu, serta ASI menjadi
lancar. Dekapan ibu adalah energi bagi si kecil. Pada bayi berat
badan sangt rendah (kurang dari 1000 g) metode kanguru di tunda
sampai usia sampai usia 2 minggu, atau sampai keadaan si bayi
stabil (Atikah, 2010; hal:57)
2) Konseling ASI Eksklusif
Asi adalah makanan terbaik bagi bayi, begitupun bagi bayi
dengan BBLR. Bayi-bayi kecil biasanya belum mampu mengisap
formulakhusus untuk BBLR bila ASI ibu belum keluar dilakukan
melalui pipa lambungdan diberikan secara bertahap sampai jumlah
kebutuhannya terpenuhi.
Prinsip utama pemberian makanan pada BBLR adalah sedikit
demi sedikit, secara perlahan dan hati-hati. Pemberian makanan ini
berupa glukosa, ASI atau PASI akan mengurangi resiko hipoglikemia,
dehidrasi, dan hiperbilirubunemia.
3) Konseling Pijat Bayi
Pijat bayi dapat dilakukan pada bayi BBLR, karena menurut
penelitian bermanfaat bagi tumbuh kembang fisik dan emosi bayi.
Bayi-bayi prematur yang di pijat secara teratur setiap hari menujukan
perkembangan fisik dan emosional yang lebih baik ketimbang
bayi-bayi yang tidak dipijat.
Manfaat yang dapat diperoleh dari pijat bayi, terutama pada
bayi BBLR adalah sebagai berikut:
a) Penurunan kadar hormon cotecolamin (stress)
b) Penurunan jumlah dan sitotoksitas dari sistem imun (sel
pembunuh alami)
c) Memperbaiki sirkulasi darah dab pernafasan
d) Merangsan fungsi pencernaan serta pembuangan
e) Meningkatkan berat badan
f) Mengurangi depresi dan ketegangan
h) Mengurangi rasa sakit (pegal-pegal)
i) Mengurangi kembung dan colik
j) Meningkatkan produksi ASI
k) Meningkatkan hubungan kasih sayang orang tua dan bayi
(bonding) (Atikah, 2010;hal: 91)
Pengaruh risiko usia tinggi terhadap masa nifas yaitu:
1) Atonia uteri
Perdarahan yang terjadi segera setelah kelahiran plasena
lengkap, yang menandai akhir kala tiga persalinan dengan disertai
kontraksi uterus yang lemah dan keadaan umum ibu lemah. (Varney,
2008;h.841)
2) Rupture uteri
Yaitu laserasi yang terjadi pada segmen awah uterus yang dapat
menyebabkan perdarahan pascapartum (Varney, 2008;h. 843)
3) Robekan perineum yang luas
Yaitu laserasi yang terjadi pada perineum yang luas yang dapat
menyebabkan perdarahan pascapartum (Varney, 2008;h. 842)
E. Masa Antara
1. Definisi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel
2. Metode keluarga berencana (KB)
Dalam melakukan pemilihan metode kontrasepsi perlu diperhatikan
ketetapan bahwa makin rendah pendidikan masyarakat, semakin efektif
metode KB yang dianjurkan yaitu kontap, suntikan KB, susuk KB, atau AKBK
(alat susuk bawah kulit), AKDR/IUD.
Pada ibu dangan bayi BBLR semua alat kontrasepsi dapat digunakan
karena tidak ada pengaruhnya terhadap BBLR.
3. Macam-macam alat kontrasepsi
a) KB metode sederhana
Metode KB sederhana adalah metode KB yang digunakan tanpa bantuan
orang lain. Yang termasuk metode KB sederhana adalah kondom,
pantang berkala, senggama terputus, dan spermisid.
b) Kondom
cara kerja kondom adalah menampung spermatozoa sehingga tidak
masuk kanalis sevikalis. Kegagalan kondom terjadi bila karet kondom
bocor atau robek, dan menarik penis setelah lemah sehingga sebangian
sperma dapat masuk vagina.
c) Pantang berkala
Syarat utama metode pantang berkala adalah patrun menstruasi teratur
dan kerjasama dengan suami harus baik. Metode pantang berkala
mempunyai kegagalan tinggi bila patrun menstruasi tidak teratur, apalagi
d) KB metode efektif atau kontrasepsi hormonal
1) Kontrasepsi hormonal pil
Keuntungan :
(a) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin berhasil 100 %.
(b) Dapat dipakai pengobatan terhadap beberapa masalah
(c) Ketegangan menjelang menstruasi
(d) Perdarahan mestruasi yang tidak teratur
(e) Nyeri saat menstruasi
(f) Pengobatan pasangan mandul
(g) Pengobatan penyakit endometriosis
(h) Dapat meningkatkan libido
Kerugian :
(a) Harus diminum pil secara teratur
(b) Dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium
(c) Penyulit ringan (berta badan bertambah, rambut rontok, tumbuh
jerawat, mual sampai muntah
(d) Mempengaruhi funfsi hati dan ginjal
2) Kontrasepsi hormonal suntikan
Keuntungan :
(a) Pemberiannya sederhana setiap 8 sampai 12 minggu
(b) Tngkat efektifitasnya tinggi
(c) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas
(e) Dapat diberikan pasca peersalinan, pasca keguguran atau pasca
menstruasi
(f) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang
bayi
(g) Sutikan KB cyclofem diberikan setiap bulan dan ibu akan
mendapatkan menstruasi
Kerugian
(a) Perdarahan yang tidak menentu
(b) Terjadi amenorea (tidak haid) berkepanjangan
(c) Masih terjadi kemungkinan hamil
3) Kontrasepsi hormonal susuk
Keuntungan
(a) Dipasang selama lima tahun
(b) Kontrol medis ringan
(c) Penyulit medis tidak terlalu tinggi
(d) Biaya murah
Kerugian
(a) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat
menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur
(b) Berat badan bertambah
(c) Menimbulkan jerawat, ketegangan payudara
e) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Keuntungan:
1) Alat kontrasepsi dalam rahim dapat diterima masyarakat dunia,
termasuk indonesia dan menempati urutan ke tiga dalam pemakaian
2) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulut
3) Kontrol medis yang ringan
4) Penyulit tidak berat
5) Pulihnya kesuburan
6) Setelah AKDR dicabut berlangsung dengan baik
Kerugian :
1) Masih terjadi kehamilan dengan in situ
2) Terdapat perdarahan
3) Dapat terjadi infeksi
4) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder
dan kehamilan ektopik
5) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
mengganggu hubungan seksual
Ibu dengan risiko usia tinggi harus menggunakan alat kontrasepsi
jangka panjang atau tidak bolh menggunakan alat kontrasepsi sederhana
karena akan menbebkan kemungkinan untuk hamil lebih besar atau tinggi.
F. Landasan Hukum
tenaga kesehatan, selain itu pasien atau klien sebagai penerima jasa kesehatan
juga mempunyai dasar hukum jadi antara tenaga kesehatan dan klien
sama-sama memiliki dasar hukum sehingga segala macam
penyimpangan-penyimpangan hukum dapat dihindari (Norma, 2013; hal : 265).
Landasan hukum yang dipakai seorang bidan dalam melakukan
asuhan kebidanan bayi baru lahir adalah tercantum dalam permenkes Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 pasal 11 ayat (2) yaitu bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang
untuk melakukkan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin k, perawatan bayi
baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), perawatan tali pusat.
Di dalam permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 juga tercantum
tentang penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan,
pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah, serta
pemberian konseling dan penyuluhan, surat keterangan kelahiran, surat
keterangan kematian (Kepmenkes 2010).
Sedang dalam pasal 18 ayat (1) seorang bidan harus menghormati
hak pasien, memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan
pelayanan yang dibutuhkan, merujuk kasus yang bukan kewenangan atau tidak
dapat ditangani dengan tepat waktu, meminta persetujuan tindakan yang akan
Selain itu bidan juga harus menyimpan rahasia pasien sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, melakukan pencatatan asuhan
kebidanan dan pelayanan lainnya secara sistematis dan mematuhi standar, serta
melakukan pencatatan dan pelaporan praktik kebidanan termasuk pelaporan
kelahiran dan kematian (Kepmenkes 2010).
Dalam standar pelayanan kebidanan yaitu standar 13 : tentang
Perawatan Bayi Baru Lahir adalah bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir
untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder,
menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia.
Pada standar 15 : tentang Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa
Nifas adalah Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui
kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan
tali pusat yang benar; penemuanan dini penanganan atau rujukan komplikasi
yang mungkin terjadi pada masa nifas; serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan
bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
G. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan yang dugunakan oleh
sistematis dimulai dari langkah pengkajian dan analisa data, diagnosa
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (PP IBI, 2006; h. 135).
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan/ masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan,
nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana (PP IBI, 2006; h. 136).
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan manajemen
kebidanan yaitu 7 langkah Varney meliputi : pengkajian, interpretasi data,
diagnosa potensial, identifikasi akan tindakan segera atau kolaborasi dan
konsultasi, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
1. Pengkajian
Yaitu suatu pengumpulan data tentang status kesehatan klien atau
pasien dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang
diperoleh dicatat dan dianalisis (PP IBI, 2006; h.136).
a. Data Subjektif
Yaitu data yang didapatkan dari pasien atau orang lain yang
menjadi saksi dalam kasus ini (Sayuti, 2009; h.54).
1) Biodata yang menyangkut identitas pasien
a) Nama
Nama jelas atau nama lengkap, jika tidak memakai nama
b) Umur
Dicacat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko tinggi,
seperti kurang dari 20 tahun atau alat reproduksi belum matang,
sedangkan umur lebih dari 35 tahun sangat rentan terjadinya
pedarahan masa nifas.
c) Agama
Untuk mengetahui dalam membimbing dan mengarahkan dalam
berdo’a.
d) Suku bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
e) Pendidikan
Mempengaruhi terhadap tindakan kebidanan dan untuk menilai
seberapa jauh tingkat intelektualnya, sehingga dalam memberikan
kionseling sesui dengan pendidikannya.
f) Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi, karena mempengaruhi
gizi pasien
g) Alamat
Mungkin memiliki nama yang sama dengan alamat yang berbeda.
2) Keluhan utama
3) Riwayat menstruasi
Menarche umur, lamanya haid, siklus, banyaknya, teratur atau tidak,
sifat darah nya bagaimana cair atau terdapat bekuan, disminorhea,
dan flour albus.
4) Riwayat perkawinan
Yang dikaji antara nya tentang nikah berapa kali, syah atau tidak,
karena jika melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya, dan akan berlanjut sampai masa nifas.
5) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Ditanyakan untuk mengetahui jumlah kehamilan yang lalu dan
apakah ad riwayat seksio cesarea, riwayat curetase, dan riwayat
manual plasenta.
6) Riwayat kehamilan sekarang
Dilakukan untuk mengetahui dan mengawasi perkembangan
kehamilan dengan pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan
fisik, pemeriksaan obstetri.
7) Riwayat persalinan dahulu dan sekarang
Dikaji untuk mengetahui cara persalinan, penolong persalinan, lama
persalinan, penyulit yng menyertai dan lamanya dalam pada kala II.
8) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan ibu, usia perkawinan kurang
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun yang akan terjadi penurunan
b. Data Objektif
Yaitu data yang dapat diperiksa oleh tenaga medik dengan
menggunakan pemeriksaan fisik pada pasien dan pemeriksaan
penunjang (Sayuti, 2009; h.55).
2. Interpretasi Data
Diagnosa kebidanan yang dirumuskan berdasarkan analisis data
yang telah dikumpulkan (PP IBI, 2006; h.136).
3. Diagnose Potensial
Mengantisipasi masalah atau diagnosis yang akan tejadi lainnya,
yang dapat menjadi tujuan yang diharapkan, karena telah ada masalah atau
diagnosis yang teridentifikasi (Varney, 2007; h. 26).
4. Identifikasi akan tindakan segera atau kolaborasi dan konsultasi
Kolaborasi adalah bidan dan dokter bersama-sama mengatur
perawatan kesehatan wanita atau bayi baru lahir yang mangalami komplikasi
medis, ginekologis, atau obstetrik.
Konsultasi adalah nasehat atau pendapat seorang dokter atau
anggota lain tim perawatan kesehatan dicari sementara bidan memegang
tanggung jawab utama perawatan kesehatan wanita (Varney, 2007; h.25).
5. Perencanaan
Suatu rencana asuhan kebidadan yang dibuat berdasarkan diagnosa
6. Pelaksanaan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasatkan rencana dan
perkembangan keadaan klien : tindakan kebidanan dilanjutkan dengan
evaluasi keadaan klien atau pasien (IPI IBI, 2006;h.137).
7. Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring
dengan tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana
yang telah dirumuskan (IPI IBI, 2006;h.138).
H. Metode SOAPIE
S (Subjektif) : Data subjektif berhubungan dengan masalah
pasien, ekspresi pasien kekhawatiran dan
keluhan yang dicatat sebagai kutipan atau
ringkasan yang akan berhubungan langsung
dengan diagnosis.
O (Objektif) : Data yang diperoleh melalui hasil observasi,
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.
A (Assessment) : Kesimpulan apa yang dibuat dari data-data
subjektif atau objektif.
P (Planning) : Rencana dari tindakan yang akan dilakukan
saat ini dan akan datang (Muslihatun, dkk,