• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ening Susilo Wati BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Ening Susilo Wati BAB II"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

1. Definisi kehamilan

Konsepsi didefinisikan sebagai pertemuan antara sperma dan sel

telur yang menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangkaian

kejadian yang meliputi pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi

(pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio didalam

uterus (Kusmiyati dkk, 2009; hal:33 )

Kehamilan adalah suatu proses penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dituba falopi yang akan dilanjutkan dengan terjadinya fertilisasi atau

pembuahan dan kemudian terjadi penempelan pada dinding rahim yaitu

nidasi. Hasil dari konsepsi meliputi janin, ketuban, selaput ketuban, dan

plasenta. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 39-40 minggu

atau 9 bulan, dalam kehamilan terdapat tiga trimester yaitu trimester I sampai

trinester III. Kehamilan merupakan kejadian yang fisiologis, akan tetapi

kehamilan juga bisa menjadi patofisiologis (Sarwono, 2009; h. 213).

a. Terjadinya kehamilan

Prinsip terjadinya kehamilan menurut Sukarni (2013;hal: 65), yaitu:

1) Pembuahan (fertilisasi) yaitu bertemunya sel telur atau ovum wanita

dengan sel benih atau spermatozoa pria.

(2)

3) Nidasi atau implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi

4) Pertumbuhan dan perkembangan zigot-embrio-janin menjadi bakal

individu baru.

Kehamilan dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron,

human chorionic gonadotropin, human somatomammotropin, prolaktin.

Terjadi pula perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ

sistem reproduksi dan organ-organ sistem tubuh lainnya, yang

dipengaruhi terutama oleh perubahan keseimbangan hormonal.

b. Tanda-tanda kehamilan

1) Tanda dugaan kehamilan

a) Terlambat datang bulan

Selain hamil, terlambat datang bulan bisa disebabkan oleh

peningkatan atau penurunan berat badab secara drastis. Selain

itu, masalah hormon, kelelehan, stres, pil kontrasepsi, dan

sedang menyusui juga bisa jadi penyebab terlambatdatang bulan.

b) Mual dan muntah

Pengaruh estrogendan progesteron menyebabkan

pengeluaran asam lambung yang berlebihan.

c) Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,

(3)

d) Sinkope atau pingsan

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan

sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia

kehamilan 16 minggu.

e) Payudara tegang

Pengaruh estrogen-progesteron dan stomatomamotrofin

menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.

Payudara membesar dan tegang. Ujung syaraf tertekan

menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

f) Sering miksi

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat

terasa penuh dan sering miksi.

g) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus,

menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

h) Pigmentasi kulit

Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior

menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma

gravidarum), pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea

alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola

mamae, puting susu makin menonjol, kelenjar montgometri

(4)

i) Epulis

Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil.

j) Varises atau penampakan pembuluh darah vena

Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi

penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang

mempunyai bakat.

2) Tanda tidak pasti kehamilan

a) Rahim membesar sesuai tuanya hamil.

b) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda hegar, tanda chadwicks,

tanda piscaseck, kontraksi braxton hicks, dan teraba ballottement.

c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, tetapi sebagian

kemungkinan positif palsu.

3) Tanda pasti kehamilan

a) Gerakan janin dalam rahim

b) Terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin

c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop leanec, atal

kardiotokografi, alat doppler. Dilihat dengan ultrasonografi

(Manuaba, 2010; hal: 107)

4) Tanda bahaya kehamilan

Tanda-tanda kehamilan apabila tidak terdeteksi dapat mengakibatkan

kematian ibu. tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan

(5)

a) Perdarahan pervaginam

b) Sakit kepala yang hebat

c) Penglihatan kabur

d) Bengkak diwajah dan jari-jari tangan

e) Bengkak pada muka dan jari tangan

f) Keluar cairan pervaginam

g) Gerakan janin tidak terasa

c. Patologi dalam kehamilan

Gangguan (patologi) pada kehamilan yaitu:

1) Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya dan

dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi seorang wanita. Suatu

kehamilan disebut kehamialan ektopik bila zigot terimplantasi di

lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks,

bahkan rongga abdomen.

2) Kehamilan kembar

Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.

Kehamilan kembar dapat memberi resiko yang lebih tinggi terhadap

bayi ibu. Bentuk kelainan pertubuhan tersebut secara umum ditujukan

dengan tiap berat janin hamil kembar lebih rendah sekitar 700 sampai

1000 gram dari hamil tunggal. Dalam pertumbuhan yang bersaing,

antara kedua janin hamil kembar dapat terjadi selisih berat badan

(6)

3) Preeklamsia

Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita

hamil, bersalin dan nifas yang teridiri dari hipertensi, edema dan

protein uria tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler

atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul

setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Sukarni, 2013;

hal:169).

Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan

dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Penyulit yang dapat terjadi

pada janin adalah intra uterin fetal growth restiction, solusio plasenta,

prematuritas, sindroma distres napas, kematian janin intra uterin

(Prawirohrdjo, 2009; hal: 542)

4) Anemia pada kehamilan

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan

zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif

mudah, bahkan murah. Pengaruh anemia ibu hamil trimester I

terhadap berat bayi lahir rendah yaitu kurangnya nutrisi pada

trimester I terutama adanya anemia akan menyebabkan terjadinya

kegagalan organogenesis sehingga akan mengganggu

perkembangan janin pada tahap selanjutnya.

Pengaruh anemia ibu hamil trimester II terhadap berat bayi lahir

(7)

pertumbuhan dan pembentukan janin, sehingga membentuk manusia

dengan organ–organ tubuh yang mulai berfungsi.

Trimester III kehamilan memang merupakan masa dimana

terjadinya pertumbuhan janin yang lebih cepat dibandingkan trimester

sebelumnya kadar hemoglobin ibu hamil trimester III yang rendah dan

tinggi dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat atau kecil

untuk masa kehamilan.

Anemia defisiensi besi merupakan salah satu permasalahan

gizi pada ibu hamil. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi

pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Ibu hamil yang kondisi

gizi pada pra-hamil maupun saat hamil akan menghasilkan bayi

dengan berat lahir yang lebih besar dibandingkan ibu dengan

gangguan gizi selama kehamilan akan meningkatkan resiko

terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR).

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil, semakin sering seorang

wanita mengalami kahamilan dan melahirkan akan makin banyak

kehilangan zat bsi dan menjadi makin anemis.

Tabel 2.1 Gambaran kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan

Meningkatkan sel darah ibu 500 mg Fe

Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe

Untuk darah janin 100 mg Fe

(8)

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan

menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat

digolongkan sebagai berikut:

Hb 11 g% tidak anemia

Hb 9-10 g% anemia ringan

Hb 7-8 g% anemia sedang

Hb <7 g% anemia berat

d. Kehamilan dengan resiko tinggi

Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat

mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang

dihadapi (Manuaba, 2012;h.241). Untuk menegakkan kehamilan resiko

tinggi pada ibu dan janin adalah dengan cara melakukan anamnesayang

intensif atau baik, melakukan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang.

Beberapa factor yang mempengengaruhi terjadinya kehamilan

dengan risiko tinggi diantaranya yaitu:

a) Terlalu tua

Seorang wanita yang telah menunda masa suburnya atau wanita

yang menginginkan anak lagi setelah usia 35 tahundapat memiliki

kekhawatiran tertentu berkaitan dengan usianya. Masalah yang pasti

(9)

genetik, risiko terjadinya komplikasi pada masa kehamilan,

persalinan, dan masa nifas serta pada bayi baru lahir sangat tinggi.

Selain itu, seiring peningkatan usia, risiko wanita untuk menderita

diabetes gestasional, hipertensi, dan penyakit kronis lain meningkat

(Varney, 2007; h.85).

Pengaruh usia terlalu tua terhadap kehamilan yaitu dapat

menimbulkan komplikasi medis yang dapat membahayakan ibu dan

janin. Komplikasi medis tersebut diantaranya yaitu kehamilan ganda,

kahemilan dengan anemia, hipertensi, penyakit jantung, diabetes

mellitus, dan kehamilan dengan.

Untuk menegakan kehamilan dengan risiko usia terlalu tua pada

ibu dan janin adalah dengan melakukan anamnesa pada pasien yang

baik, melakukan pengawasan antenatal, dan pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan laboratorium.

b) Anemnesa

Ananmnesa dilakukan untuk mengetahui apakah usia ibu kurang

dari 19 tahun atau lebih dari 35 tahun, perkawinan lebih dari 5 tahun,

riwayat obstetri yaitu riwayat operasi pada pesalinan atau operasi

pada rahim, riwayat kehmilan yaitu apakah ibu pernah mengalami

keguguran, pkematian intrauterine, sering mengalami perdarahan

saat hamil, dan riwayat persalinan apakah ibu pernah mengalami

persalinan premature, persalinan dengan berat lahir rendah,

(10)

c) Pemeriksaan antenatal

Melakukan pengawasan antenatal bertujuan untuk menegakan

secara dini kemungkinan terjadi kelainan bawaan pada janin,

kemungkinan terjadi pnyulit pada kehamilan, apabila perlu dilakukan

terminasi kehamilan, bagaimana teknik terminasi kehamilan sehingga

tidak menambah penyulit pada ibu dan janin (Manuaba,2013;h. 241).

d) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengetahui apakah ibu

mengalami anemia atau tidak dengan cara melakukan pemeriksaan

hemoglobin (hb) pada trimester I dan III.

e) Terlalu muda

Pada ibu dengan usia dini atau terlalu muda merupakan

kehamilan usia pada usia kurang dari 19 tahun dan memiliki risiko

yang tidak kalah berat. Pada usia ini tingkat emosional ibu belum

stabil dan ibu mudah tegang atau tersinggung. Sementara itu

kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam bayi

masih dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional

ketika ibu mengandung bayinya. Dampak kehamilan pada resiko usia

dini yaitu terjadi keguguran, bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR), prematur, anemia pada kehamilan, perdarahan, persalinan

(11)

f) Terlalu dekat

Jarak kehamilan yang terlalu dekat akan memiliki risiko terhadap

kesehatan ibu dan janin karena organ reproduksi ibu yang belum

kembali seperti saat tidak hamil.

g) Terlalu sering

Yaitu seorang ibu yang hamil lebih dari satu kali dan atau

grandemultipara memiliki risiko tinggi terhadap kehamilan.

B. Persalinan

1. Definisi persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

danplasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lahir atau melaui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan

(kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010; hal:164).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu

maupun janin (Sukarni, 2013; hal:187).

Proses persalinan yang normal akan dimulai dari adanya kontraksi

yang ditandai dengan terjadi pembukan servik secara bertahap dan akan

diakhiri dengan pengeluaran atau kelahiran plasenta dengan lengkap

(12)

bantuan atau alat bantu dan tidak dengan kekuatan sendiri (Sulistyawati,

2010; h. 04).

2. Tanda-tanda persalinan

a) Terjadi lightening

Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus

uteri karena kepala sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan

oleh kontraksi braxton hicks, ketegangan dinding perut, ketegangan

ligamentum rotundum, gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah.

Masuknya kepala ke pintu atas panggul dirasakan ibu terasa ringan di

bagian atas, rasa sesaknya berkurang, di bagian bawah terasa sesak,

terjadi kesulitan saat berjalan, dan sering berkemih.

b) Terjadi his permulaan

Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks.

Kontraksi ini dapat dikemukakan sebagai keluhan, karena dirasakan sakit

dan mengganggu. Kontraksi braxton hicks terjadi karena perubahan

keseimbangan estrogen, progesteron, dan memberikan kesempatan

rangsangan oksitosin. Dengan makin tua usia kehamilan, pengeluaran

estrogen dan progesteron berkurang, sehingga oksitosin dapat

menimbulkan kontraksi yang lebih sering, sabagai his palsu.

c) Terjadinya his persalinan

His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang

(13)

kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan

serviks, makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah.

d) Pengeluaran lendir dan darah

Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan

lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan

karena kapiler pembuluh darah pecah.

e) Pengeluaran ciran

Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan

pengeluaran ciran. Sebagian besar ketuban pecah menjelang

pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan

berlangsung dalam waktu 24 jam (Manuaba, 2010; hal:172).

3. Tahap persalinan

1) Persalina kala l

Kala ll adalah kala pembukaan yang berkangsung antara pembukaan nol

(0 cm) sampai lengkap (10cm). Lamanya kala ll untuk primigravida

berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan

kurva friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan

pembukaan multi gravida 2 cm/jam (manuaba, 2012; hal:173)

Peralinan kala 1 dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan aktif

a) Fase laten

Fase laten persalinan dimulai sejak awal kontraksi yang

(14)

pembukaan servik kurang dari 4 cm, biasanya berlangsung hingga

dibawah 8 jam.

b) Fase aktif persalinan

Frekuensi dan lama kontraksiuterus umumnya meningkat, servik

membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau

lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm), terjadi penurunan

bagian terbawah janin.

c) Fase aktif persalinan dibagi menjadi 3 yaitu:Fase akselerasi yaitu

dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm dan Fase dilatasi

maksimal yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat

cepat dari 4 cm menjadi 9 cm. Fase deselerasi yaitu pembukaan

menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm

memjadi lengkap (Sukarni, 2013; hal:213)

2) Persalinan kala Il

Persalinan kala II (kala pengeluaran) dimulai dari pembukaan lengkap

(10 cm) sampai bayi lahir. Gajala utama kala II adalah:

a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi

50 sampai 100 detik.

b) Menjelang akhir kala l, ketuban pecah dan di tandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan

(15)

d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala janin

sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak

sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,

hidung dan muka, dan kepala seluruhnya.

e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala terhadap punggung.

f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong

dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan dibawah dagu,

ditarik curam kebawah untuk melahirkan bahu belakang, setelah

kedua bahu lahir, ketika dikait untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi

lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

g) Lamanya kala ll untuk primigravida 50 menit daan muti gravida 39

menit.

3) Persalinan kala III

Setelah kala ll, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10menit.

Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada

lapisan nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta

sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda uterus

menjadi bundar, uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke

segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi

perdarahan. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan

(16)

4) Persalinan kala lV

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan

postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang

dilakukan meliputi tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda-tanda vital:

tekanan darah, nadi dan pernafasan, kontraksi uterus, trjadinya

perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak

melebihi 400 sampai 500 cc.

4. Komplikasi dalam persalinan

Ada beberapa komplikasi dalam perslinan diantaranya yaitu:

1) Ketuban pecah dini

a) Defnisi

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada

tanda-tanda persalinan.

b) Etiologi

Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui. Faktor predisposisi

ketuban pecah dini ialah infeksi genetalia, serviks inkompeten,

gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik.

c) Komplikasi

Komplikasi yang kemungkinan terjadi yaitu: infeksi, partus preterm,

prolaps tali pusat, distosia (partus kering) (Sukarni, 2013; hal: 242).

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada

usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,

(17)

janin meningkatnya insiden sesarea, atau gagalnya persalinan

normal.

d) Penatalaksanaan

Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan

atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit. Bila janin hidup

dan terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul

lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi bersujud.

Kalau perlu kepala janin didorong ke atas dengan 2 jari agar tali pusat

pusat tidak tertekan kepala janin.

Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan

konservatif, yaitu tirah baring, diberikan sedatifberupa fenobarbital

3x30 mg. Berikan antibiotic selama 5 hari dan glukokortikosteriod,

berikan pula tokolisis. Bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan. Pada

kehamilan 33-35 minggu, lakukan terapi konservatif selama 24 jam

lalu induksi persalinan, bila terjadi infeksi akhiri persalinan.

Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin

meneran dan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his,

lakukan induksi persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan

skor pelvic kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan

skor pelvic lebih dari 5, seksio sesarea bila ketuban 5 jam dan skor

pelvic kurang dari 5 (Sukarni, 2013; hal: 252)

Bidan sebagai tenaga medis terlatih sikap yang paling penting

(18)

mendapat tindaka yang tepat. Setelah mendapatkan penanganan

sebagaimana mestinya, bidan dapat melakukan pengawasan setelah

tindakan dan disertai bebrapa petunjuk khusus (Manuaba, 2009;

hal:284).

2) Kehamilan ganda

a) Definisi

Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.

Angka perbandingan kehamilan kembar dan tunggal (Hukum Hellin)

adalah 1:89, untuk triplet 1:892, untuk kuadruplet 1:893.

b) Etiologi

Faktor predisposisi kehamilan dizigotik: bangsa, herediter, umur,

paritas, obat klomid dan hormon gonadotropin yang merangsang

ovulasi. Semakin tinggi umur frekuensinya. Frekuensi kehamilan

kembar juga meningkat dengan paritas ibu.

c) Komplikasi

Komplikasi pada ibu adalah anemia, hipertensi, partus prematur,

atonia uteri, perdarahan pasca persalinan. Sedangkan pada janin

adalah hidramnion, malpresentasi, plasenta previa, solusio plasenta,

ketuban pecah dini, pertumbuhan janin terhambat (Sukarni, 2013;

hal:244)

d) Penatalaksanaan

(1) Semua persiapan untuk resusitasi dan perawatan bayi prematur

(19)

(2) Rujuk pasien ke rumah sakit bila janin pertama letak lintang,

terjadi prolaps funikuli, plasenta previa, dan interlocking.

(3) Setelah janin pertama lahir, segera lakukan pemeruksaan luar

dan dalam untuk mengetahui letak dan keadaan janin kedua.

(4) Bila janin kedua dalam letak lintang, denyut jantung janin tidak

teratur, terjadi prolapsus funikuli, solusio plasenta, atau bila

persalinan spontan tidak terjadi dalam 15 menit, lahirkan janin

dengan tidakan obtetrik.

(5) Dalam pertolongan persalinan hamil kembar dapat dilakukan

seksio sesarea atas indikasi janin pertama letak lintang, prolapsus

funikuli, plasenta previa (Sukarni, 2013; hal: 254).

3) Persalinan preterm atau kurang bulan

a) Definisi

Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur

kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi prematur

adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.

b) Masalah persalinan preterm atau kurang bulan

Kesulitan utama dalam persalinan preterm atau kurang bulan adalah

bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan preterm atau kurang

bualan adalah bayi yang dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

bahkan kemungkinan sangat rendah (BBLSR). Semakin muda usia

(20)

umur 32 minggu bayi yang dilahirkan dengan berat bayi lebih dari

1500 gram dan keberhasilan hidup sekitar 85%, sedang pada umur

kehamilan yang sama dengan berat janin kurang dari 1500 gram

angka keberhasilan 80%. Pada umur kehamilan kurang dari 32

minggu bayi yang di lahirkan dengan berat bayi kurang dari 1500

gram angka keberhasilan hanya 59%.

c) Etiologi

Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multi faktoral.

Kombinasi keadaan obstetrik, sosiodemografi, dan faktor medik

mempunyai pengaruh terhadap terjadinya persalinan prematur.

Banyak kasus persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik

yang merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak

terjadinya kontraksi rahim dan perubahan serviks (Prawirohardjo,

2009; hal: 668).

d) Penatalaksanaan

Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor:

(1) Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak

dihambat bilamana ketuban sudah pecah.

(2) Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila

pembukaan mencapai 4 cm.

(3) Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah

(21)

dipertimbangkan berlangsung bila TBJ >2000 atau kehamilan

>34 minggu.

(4) Penyebeb atau komplikasi persalinan preterm.

(5) Kemampuan neonatal intensive care facilities.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm

adalah:

a) Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian

tokolisis

b) Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid

c) Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi

4) Persalinan dengan resiko tinggi

Pada persalinan dengan resiko tinggi memerlukan perhatian

serius, karena pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya kematian

ibu dan neonatus. Komplikasi yang terjadi pada ibu diantaranya yaitu

ketuban pecah dini, persalinan dengan kelainan letak janin, bayi yang

besar, perdarahan antepartum. Sedangkan pada janin yaitu air ketuban

warna hijau, atau prolapses funikuli, dismaturitas, infeksi intra uterin,

distress janin, pembentukan kaput besar, retensio plasenta (Manuaba,

2012;h. 244)

C. Bayi Baru Lahir

1. Definisi

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang

(22)

minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram,

nilai apgar lebih dari 7 dan tanpa cacat bawaan. Neonatus adalah bayi yang

baru mengalami proses klahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan

intra uterin ke kehidupan ekstra uterin (Yeyeh rukiyah, 2013; hal: 02)

a. Tanda-tanda bayi baru lahir normal

Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda

antara lain: Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh

kemerah-merahan, pulse (frekusi jantung) lebih dari 100x/menit, Grimace (reaksi

terhadap rangsangan), menangis, batuk atau besin, Activity (tonus otot),

gerakan aktif, Respiration (usaha nafas), bayi menangis kuat (Yeyeh

rukiyah, 2013; hal: 02)

b. Tanda –tanda bahaya bayi baru lahir 1) Termoregulasi

Bayi baru lahir mudah stress karena perubahan suhu lingkungan.

Oleh karena itu bayi harus dapat menyesuaikan suhu di luar rahim.

Faktor-faktor yang dapat mempercepat kehilangan panas

pada bayi baru lahir dintaranya yaitu:

a) Daerah permukaan tubuh yang luas

b) Tingkat insulasi lemak subkutan berbeda-beda

c) Derajat fleksi otot

Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir yaitu:

a) Konveksi

(23)

c) Radiasi

d) Evaporasi(Kriebs, 2010; hal: 464)

2) Hipotermia

a) Definisi

Bayi baru lahir yang mengalami hipotermia harus di

evaluasi untuk mengetahui terjadinya hipoglikemia dan hipoksia.

Butuh waktu untuk menghangatkanya kembali. Proses

menghangatkan bayi secara cepat dan dapat menimbulkan

(24)

b) Etiologi

Stres dingin

Peningkatan metabolisme Peningkatan konsumsi oksigen

Peningkatan penggunaan glukosa Metabolisme Peningkatan frek pernafasan

Jaringan adiposa

Peningkatan penggunaan Pelepasan asam Hipoksia

Cadangan glikogen lemak

Hipoglikemia Metabolisme anaerobik dan

Produksi asam laktat

Penurunan PH asidosis

metabolik

Penurunan produksi surfaktan

(memerlukan O2, glukosa, perfusi Vasokonstriksi paru paru yang adekuat )

Gawat napas Hipoksia lanjut

Penurunan berat badan atau

berat badan gagal naik (menggunakan asupan

kalori untuk energi versus pertumbuhan)

Gambar 2.1 Bagan proses kehilangan panas pada bayi baru lahir (Kriebs, 2010; hal:

(25)

c) Penatalaksanaan

(1) Hipotermia sedang

(a) Lepaskan baju yang dingin atau basah, jika ada

(b) Jika ibu ada, mintalah ia untuk mengahangatkan bayinya

dengan menggunakan kontak langsung jika bayinya tidak

bermasalah

(c) Jika ibu tidak ada, maka pakaikan topi,bedong dan selimuti

bayi lalu gunakan pemanas radian.

(d) Menganjurkan ibunya untuk sering menyusui bayinya, bila

bayi tidak mau menyusu maka menggunakan cara

alternativ, yaitu dengan memeras ASI ibu lalu berikan

dengan menggunakan sendok

(e) Ukur glukosa darah, jika glukosa darah < 45 mg/dl maka

atasi gula darah yang rendah

(f) Bila bayi mengalami pernafasan lebih dari 60 kali/menit

dan ada tarikan dinding maka atasi kesulitan bernafasnya

(Sudarti, 2010).

(2) Hipotermi berat

(a) Hangatkan bayi segera menggunakan pemanas radian

yang telah dihangatkan

(b) Lepaskan baju yang basah atau dingin, lalu gunakan

(26)

(c) Ukur glukosa darah, jika glukosa darah < 45 mg/dl maka

atasi gula darah yang rendah

(d) Nilai bayi:

(1) Bila bayi mengalami pernafasan lebih dari 60

kali/menit dan ada tarikan dinding maka atasi kesulitan

bernafasnya

(2) Ukur suhu tubuh bayi

(a) Jika meningakt 0,5°C perjam selama 3 jam

terakhir, bila penghangatan berhasil maka pantau

setiap 2 jam

(b) Jika suhu tidak meningakat 0,5°C maka atur

pemanas radian

(3) Jika frekuensi pernafasan bayi lebih dari 60 kali/menit

atau bayi mengalami tarikan dinding dada ke dalam

atau grunting pada saat ekspirasi lalu atasi kesulitan

bernafas

(4) Kaji kesiapan makan setiap empat jam sampai suhu

tubuh bayi dalam rentang normal

(5) Jika bayi menunjukkan tanda-tanda mau menyusu,

maka izinkan bayi untuk menyusu

(a) Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI dengan

(27)

(b) Jika bayi tidak mampu menyusu sama sekali, maka

berikan ASI melalui selang lambung

(6) Ketika suhu tubuh bayi normal, ukur suhu tubuh setipa

3 jam selama 12 jam

(7) Jika bayi makan dengan baik dan tidak terdapat

masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi,

pulangkan bayi. Beri saran kepada ibu tentang cara

menjaga bayi agar tetap hangat (Manajemen Bayi

Baru Lahir, 2008)

3) Asfiksia

a) Definisi

Asfiksia adalah keadan bayi yang tidak dapat bernafas

spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin

meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam

kehidupan lebih lanjut.

Asfiksia akan bertanbah buruk apabila penanganan bayi

tidak dilakukan secara sempurna, sehingga tindakan perawatan

dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan

mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul (Manuaba, 2010; hal:

(28)

b) Etiologi

Penyebab terjadinya asfiksia yaitu adanya gangguan

pertukaran gas atau pengankutan oksigen dari ibu kejanin pada

(29)

c) Penatalaksanaan

Langkah tindakan khusus asfiksia

Gambar. 2.2

Bagan penatalaksanaan asfiksia (Manuaba, 2010;hal:423). NILAI APGAR

7-10 (Normal)

4-6 (Gangguan pernafasan ) 0-3 (Tidak bernafas)

Pernfasan yg teratur

Dalam waktu beberapa detik

>100

Perfusi baik

Pernafasan dangkal Pernafasan

atau teratur berhenti stlh

napas

Biasanya dlm beberapa dtk pertama

>100

Kering, diletakan di bwh pemanas radian, isap mulut dan hidung

Kering, diletakan di bwh pemanasa radian, isap mulut

Perbaikan Bila tdk segera

membaik

Reaksi segera

1. panggil resusitator yg berpengalaman 2. Lakukan resusitasi dasar yaitu:

a. Atur letak bayi

b. Berikan ventilasi dengan face mask c. Lakukan kompresi jantung luar bila denyut

jantung <60 x/mnt atau denyut nadi buruk atau tidak ada

Lihat tanda-tanda

a. Gerakan dada simetris

b. Timbulnya pernapasan yg teratur c. Perbaikan denyut jantung, perfusi, warna,

gerakan, dan tonus Bila tidak ada perbaikan,

tindakan selanjutnya resusitasi lanjut dengan A. R. N. B yaitu:

I. Intubasi trakea dan ventilasi

II. Kompresi jantung luar III. Obat bila dibutuhkan Mekonium yang tidak diantisipasi

I. Sedot mulut bayi segera setelah kepala lahir

II. Panggil resusitator yg berpengalaman

III. Letakan bayi datar atau kepala sedikit lebih rendah

(30)

4) Bayi dengan berat badan lahir rendah

a) Definisi

Bayi dengan berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan

berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa

kehamilan (Proverawati, 2010; hal: 01). Pada tahun 1961 oleh

semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500

gram disebut Low Birth Weight Infant (BBLR). (Manuaba, 2010;

hal: 436)

b) Klasifikasi dan karakteristik

Menurut harapan hidup bayi berat lahir rendah dapat di

kategorikan dalam 3 kategori yaitu:

(1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu bayi dengan berat lahir

berkisar antara 1500-2500 gram.

(2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu bayi dengan

berat lahir < 1500 gram

(3) Bayi berat lahir eksterm rendah (BBLER), yaitu bayi dengan

berat lahir < 1000 gram

c) Tanda-tanda bayi dengan BBLR

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri:

(1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu

(31)

(3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar

kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada

sama dengan atau kurang dari 30 cm

(4) Rambut lanugo masih banyak

(5) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

(6) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya

(7) Tumit mengkilap, telapak kaki halus

(8) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh

labia mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis

belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada

skrotum kurang (pada laki-laki)

(9) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan

lemahFungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan

tangisannya lemah

(10) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan

otot dan jaringan lemak masih kurang

(11) Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.

d) Etiologi dan faktor predisposisi

Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat

multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulutan untuk

melakukan tindakan pencegahan.

Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR

(32)

(1) Faktor ibu

Ibu mengalami komplikasi dalam kehamilan seperti:

(a) Anemia dan kekurangan gizi

Bahaya anemia terhadap janin akan mengurangi

kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim

(Manuaba, 2010; hal: 240)

(b) Hipertensi, preeklamsi, dan eklamsi

Kejang dapat menimbulkan asfiksia mendadak,

disebabkan spasme pembuluh darah menimbulkan

kematian, solusio plasenta, persalinan prematuritas

(Manuaba, 2010; hal:267)

(c) Infeksi masa kehamilan

Infeksi virus yang terjadi pasa masa kehamilan

menyebabkan terjadinya ketuban pecah sebelum

waktunya atau ketuban pecah dini sehingga terjadi

persalinan prematur atau kurang bulan (Proverawati, 2010;

hal:05)

(2) Umur

angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada

usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, kehamilan

ganda atau multi gravida, jarak kehamilan yang terlalu dekat

(33)

ibu hamil yang menikah di usia muda karena ibu hamil yang

masih dalam pertumbuhan harus membagi makanan pada

janin yang dikandung maka makan yang diterima oleh janin

tidak seimbang sehingga pertumbuhan janin menjadi lambat

(Proverawati, 2010; hal:05)

(3) Keadaan sosial ekonomi

Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi

rendah, mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa

istirahat, keadaan gizi yang kurang baik, pengawasan

antenatal yang kurang (Proverawati, 2010; hal:05)

(4) Sebab lain

Ibu hamil dengan kebiasaan buruk seperti perokok, minum

minuman beralkohol, dan ketergantungan obat dapat

memberikan dampak yang buruk terhadap pertumbuhan janin

yang dikandungnya (Proverawati, 2010; hal:06)

(5) Faktor janin

(a) Kehamilan ganda

Dalam pertumbuhan yang bersaing, antara kedua janin

sehingga pada kehamilan kembar sering terjadi BBLR.

(b) Ketuban pecah dini

Persalinan prematur merupakan salah satu komplikasi

yang timbul akibat ketuban pecah dini (Saifudin, 2008;

(34)

BBLR dikarenakan apabila ketuban pecah pada umur

kehamilan yang masih preterm yang diharuskan untuk

diakhiri persalinannya kemungkinan besar dapat

melahirkan bayi dengan BBLR. ( Sarwono, 2008 : h. 678).

(6) Komplikasi

Pada bayi BBLR banyak komplikasi yang terjadi oleh karena

kondisi tubuh yang tidak stabil. Pada bayi permatur dengan

BBLR, ada beberapa komplikasi yang mungkin timbul

diantaranya:

(a) Hipotermia

Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem

pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang.

(b) Hipoglikemia

Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan

membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa

berkurang, akibatnya sel-sel saraf di otak mati dan

mempengaruhi kecerdasan bayi. BBLR membutuhkan ASI

sesegera mungkin setelah lahirdan minum sangat sering

(setiap 2 jam) pada minggu pertama.

(c) Hiperglikemia

Hiperglikemia sering merupakan masalah pasa bayi yang

(35)

berlebihan secara interval tetapi mungkin juga terjadi pada

bayi BBLR lainnya.

(d) Gangguan imunologik

Daya tahan terhadap infeksi berkutang karena rendahnya

kadar Ig G, maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif

belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis

serta reaksi terhadap infeksi belum baik.

(e) Sindroma gangguan pernafasan

Sindroma gangguan pernafasan pada bayi BBLR adalah

perkembangan imatur pada sitem pernafasan atau tidak

adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru.

(7) Diagnosis BBLR

Dalam menegakan diagnosa bayi dengan berat badan lahir

rendah maka hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya:

(a) Penghitungan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)

(Proverawati, 2010; hal: 04)

(b) Riwayat persalinan sebelumnya

(c) Riwayat kehamilan sebelumnya

(d) Riwayat kesehatan ibu saat hamil ( Proverawati, 2010; hal:

05)

(e) Penilaian secara klinis pada BBLR:

(1) Berat badan kurang dari 2500 g

(36)

(3) Lingkar dad kurang dari 30 cm

(4) . Lingkaran kepala kurang dari 33 cm

(5) Us1ia kehamilan kurang dari 37 minggu

(6) Kepala relatif lebih besar

(7) Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak

kulit kurang

(8) Otot hipotonik lemah

(9) . Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea atau

gagal nafas.

(10) Ekstermitas: paha abduksi, sendi lututatau kaki fleksi

lurus

(11) Kepala tidak mampu tegak

(12) Pernfasan sekitar 45 sampai 50 denyut per menit

(13) Frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut per menit

(Manuaba, 2010; hal: 438)

(f) Penatalaksanaan

Dengan memperhatikan gambaran klinis dan berbagai

kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas,

maka perawatan dan pengawasan bayi prematuritas

ditunjukan pada pengaturan suhu tubuh bayi, pemberian

(37)

(1) Pengaturan suhu tubuh

Bayi dengan BBLR dengan cepat akan kehilangan

panas tubuh dan menjadi hipotermia, karena pusat

pengaturan panas badan belum berfungsi dengan

baik, metabolismenya rendah, dan permukaan tubuh

relatif luas. Oleh karena itu, bayi dengan BBLR harus

dirawat di dalam inkubator sehingga panas tubuhnya

mendekati panas didalam rahim.

(Manuaba, 2010; hal: 438).

Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas

yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi minimal

sehingga bayi telanjangpun dapat mempertahankan

suhu tubuhnya sekitar 36,50-37,0 0C. Tingginya suhu

tergantung pada besar dan kematangan bayi. Sebelum

memasukan bayi ke dalam inkubator, inkobator

terlebihdahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,40C

untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi

(38)

Tabel 2.2 suhu incubator (Atikah, 2010; h. 32).

(2) Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi

Organ pencernaan bayi prematur masih belum

sempurna, lambung kecil, enzim pencenaan belum

matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 g/kg

berat badan dan kalori 110 kal/kg berat badan,

sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.

Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan

didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks

menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum

sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi

yang lebih sering.

ASI merupakan makanan yang paling utama,

sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila

faktor mrngisapnya kurang maka ASI dapat diperas

dan diminumkan dengan sendok pelahan-lahan atau

dengan memasang sonde menuju lambung.

Berat bayi Suhu inkubator (oC) menurut umur

35oC 34oC 33oC 32oC

<1500 gr 1-10 hari 11 hari- 3 mg 3 - 5 mg >5 minggu

1500-200 gr 1 – 10 hari 11 hari – 4 mg >4 minggu

2100- 2500 gr 1 – 2 hari 3 hari -3 mg >3 minggu

(39)

Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60

cc/kg berat badan per hari dan terus dinaikan sampai

mencapai sekitar 200 cc/kg berat badan per hari

(Manuaba, 2010; hal: 439).

Cara pemberian makanan bayi BBLR harus

diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah

terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam

usus. Pada bayi dalam inkubator kotak yang minimal,

tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan

bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi

lebih besar dapat diberi makanan dalam posisi

dipangku.

Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat

dan mengisapdan sianosis ketika minum melalui botol

atau menetek pada ibunya makanan diberikan melalui

Naso Gastrik Tube (NGT). Jadwal pemberian mekanan

disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi

BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan

pada bayi dengan berat badan lebih rendah (Atikah,

2010; hal: 33).

(3) Pencegahan infeksi

Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman

(40)

sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama

disebabkan oleh infeksi nosokomial. Rentan terhadap

infeksi ini disebabkan oleh kadar immunoglobulin

serum pada bayi BBLR masih rendah, aktivitas

bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih

rendah dan fungsi imun belum berpengalaman (Atikah,

2010; hal: 34).

(4) Penimbangan berat badan

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi

atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan

tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus

dilakukan dengan ketat.

(5) Pemberian oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius

bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli

dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar

30-35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi

O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan

menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi

(41)

Gambar 2.3 Bagan Penatalaksanaan kelainan atau penyakit pada neonatus

Pengawasan postpartum

Rawat gabung dan evaluasi bayi

Pengawasan antenatal

1. Mengenal penyakit yang menyertai hamil 2. Mengenal komplikasi hamil

3. Menetapkan hamil dengan resiko 4. Vaksinasi tetanus

5. Persiapan mental dan fisik untuk persalinan dan laktasi

Menyingkirkan faktor predisposisi

1. Meningkatkan KIE 2. Meningkatkan gizi

3. Mengatasi penyakit ibu saat hamil 4. Menerima NNKBS

5. Meningkatkan kerja sama dengan dukun

(42)

D. Nifas

1. Definisi nifas

Masa nifas atau purperium dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika atal-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil

(Ambarwati, 2008; hal: 01).

Masa nifas atau purperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai 6 minggu (42 hari), merupakan waktu yang di perlukan

untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Vivian, 2012; hal

1).

2. Tahapan masa nifas

Nifas dibagi menjadi 3 tahap:

a. Puerpurium dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerpurium intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu

c. Remote puerpurium

Waktu yang diperlukan untuk pilih dan sehat sempurna terutama bila

selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk

sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan (Ambarwati,

(43)

3. Perubahan fisiologis masa nifas

a. Perubahan sitem reproduksi

1) Involusi atau pengeluaran uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60

gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi

otot-otot polos uterus (Ambarwati, 2008;hal: 73)

Proses involusi uteri adalah:

Pada akhir kala lll persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira

2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada

promotoriumsakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama

dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan

berat 1000 gram.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut

a) Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang

terjadi dalam otot uterine.

b) Atrofi jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam

jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap

penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan

plesenta. Selai perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan

desidua mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan

(44)

c) Efek oksitosin (kontraksi)

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera

setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap

penurunan volume intrauterin yang sangat besar.

d) Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum

Tabel 2.3 Perubahan uterus masa nifas (Ambarwati, 2008; hal. 75)

Involusi uteri Tinggi

fundus uteri

Berat uterus Diameter

uterus

Palpasi cervik

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/lunak

7 hari (minggu 1) Pertengahan antara

Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan:

a) Lochea Rubra

Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa

postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi

darah segar, jaringan sisa-sisa plasanta, dinding rahim, lemak

(45)

b) Lochea Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.

c) Lochea serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan kerena

mengandung serum, leukosit dan robekan atau laserasi

plasenta. muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 postpartum.

d) Lochea alba

Lochea ini berwarna putih karena mengandung leukosit,

sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut

jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama

2 sampai 6 minggu postpartum (Wulandari, 2008; hal:78)

b. Perubahan sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini

disebabkan karena pada waktu malahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran acarian

yang berlebihan pada waktu persalinan(dehidrasi), kurang makan,

haemoroid, laserasi jalan lahir

c. Perubahan sitem perkemihan

Kandung kemih dalam puerperium sangat kurang sensitive dan

kapasitasnya bertambah, sehingga masih tertinggal urine residual

(normal kurang lebih 15 cc). Sisa urine dan trauma pada waktu

(46)

d. Perubahan tanda-tanda vital

1) Suhu badan

24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,50

C-380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan

dan kelelahan, apabila keadaan normalsuhu badan akan biasa lagi.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.

Setelah melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Setiap

denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal ini mungkin

disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda.

3) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan

rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan

darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya

preeklamsi postpartum.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan

suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal

pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus

pada sluran pernafasan.

e. Penatalaksanaan

Orang tua, terutama ibu yg telah melahirkan bayinya, secara fisik

(47)

BBLR harus dapat merawat bayinya setelah terlepas dari pengawasan

tenaga kesehatan. Ibu harus percaya diri dan berani merawat bayinya

sendiri, karena dari situlah akan terjadi kontak untuk menciptakan

bonding antara ibu dan bayi.

Berikut beberapa konseling yang di berikan saat ibu akan pulang:

1) Pemberian konseling tentang metode kanguru

Metode kanguru adalah metode yang tepat dalam merawat

BBLR, yakni dengan kangaroo mother care atau metode kanguru.

Metode kanguru adalah perawatan bayi baru lahir seperti bayi

kanguru dalam kantung ibunya. Caranya: Bayi diletakan dalam

dekapan ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala

miring ke kiri atau ke kanan.

Keunggulan metode ini: bayi mendapatkan sumber panas

alami (36-37oC) terus menerus langsung dari kulit ibu, mendapatkan

kehangatan udara dalam kantung atau baju ibu, serta ASI menjadi

lancar. Dekapan ibu adalah energi bagi si kecil. Pada bayi berat

badan sangt rendah (kurang dari 1000 g) metode kanguru di tunda

sampai usia sampai usia 2 minggu, atau sampai keadaan si bayi

stabil (Atikah, 2010; hal:57)

2) Konseling ASI Eksklusif

Asi adalah makanan terbaik bagi bayi, begitupun bagi bayi

dengan BBLR. Bayi-bayi kecil biasanya belum mampu mengisap

(48)

formulakhusus untuk BBLR bila ASI ibu belum keluar dilakukan

melalui pipa lambungdan diberikan secara bertahap sampai jumlah

kebutuhannya terpenuhi.

Prinsip utama pemberian makanan pada BBLR adalah sedikit

demi sedikit, secara perlahan dan hati-hati. Pemberian makanan ini

berupa glukosa, ASI atau PASI akan mengurangi resiko hipoglikemia,

dehidrasi, dan hiperbilirubunemia.

3) Konseling Pijat Bayi

Pijat bayi dapat dilakukan pada bayi BBLR, karena menurut

penelitian bermanfaat bagi tumbuh kembang fisik dan emosi bayi.

Bayi-bayi prematur yang di pijat secara teratur setiap hari menujukan

perkembangan fisik dan emosional yang lebih baik ketimbang

bayi-bayi yang tidak dipijat.

Manfaat yang dapat diperoleh dari pijat bayi, terutama pada

bayi BBLR adalah sebagai berikut:

a) Penurunan kadar hormon cotecolamin (stress)

b) Penurunan jumlah dan sitotoksitas dari sistem imun (sel

pembunuh alami)

c) Memperbaiki sirkulasi darah dab pernafasan

d) Merangsan fungsi pencernaan serta pembuangan

e) Meningkatkan berat badan

f) Mengurangi depresi dan ketegangan

(49)

h) Mengurangi rasa sakit (pegal-pegal)

i) Mengurangi kembung dan colik

j) Meningkatkan produksi ASI

k) Meningkatkan hubungan kasih sayang orang tua dan bayi

(bonding) (Atikah, 2010;hal: 91)

Pengaruh risiko usia tinggi terhadap masa nifas yaitu:

1) Atonia uteri

Perdarahan yang terjadi segera setelah kelahiran plasena

lengkap, yang menandai akhir kala tiga persalinan dengan disertai

kontraksi uterus yang lemah dan keadaan umum ibu lemah. (Varney,

2008;h.841)

2) Rupture uteri

Yaitu laserasi yang terjadi pada segmen awah uterus yang dapat

menyebabkan perdarahan pascapartum (Varney, 2008;h. 843)

3) Robekan perineum yang luas

Yaitu laserasi yang terjadi pada perineum yang luas yang dapat

menyebabkan perdarahan pascapartum (Varney, 2008;h. 842)

E. Masa Antara

1. Definisi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan

dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel

(50)

2. Metode keluarga berencana (KB)

Dalam melakukan pemilihan metode kontrasepsi perlu diperhatikan

ketetapan bahwa makin rendah pendidikan masyarakat, semakin efektif

metode KB yang dianjurkan yaitu kontap, suntikan KB, susuk KB, atau AKBK

(alat susuk bawah kulit), AKDR/IUD.

Pada ibu dangan bayi BBLR semua alat kontrasepsi dapat digunakan

karena tidak ada pengaruhnya terhadap BBLR.

3. Macam-macam alat kontrasepsi

a) KB metode sederhana

Metode KB sederhana adalah metode KB yang digunakan tanpa bantuan

orang lain. Yang termasuk metode KB sederhana adalah kondom,

pantang berkala, senggama terputus, dan spermisid.

b) Kondom

cara kerja kondom adalah menampung spermatozoa sehingga tidak

masuk kanalis sevikalis. Kegagalan kondom terjadi bila karet kondom

bocor atau robek, dan menarik penis setelah lemah sehingga sebangian

sperma dapat masuk vagina.

c) Pantang berkala

Syarat utama metode pantang berkala adalah patrun menstruasi teratur

dan kerjasama dengan suami harus baik. Metode pantang berkala

mempunyai kegagalan tinggi bila patrun menstruasi tidak teratur, apalagi

(51)

d) KB metode efektif atau kontrasepsi hormonal

1) Kontrasepsi hormonal pil

Keuntungan :

(a) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin berhasil 100 %.

(b) Dapat dipakai pengobatan terhadap beberapa masalah

(c) Ketegangan menjelang menstruasi

(d) Perdarahan mestruasi yang tidak teratur

(e) Nyeri saat menstruasi

(f) Pengobatan pasangan mandul

(g) Pengobatan penyakit endometriosis

(h) Dapat meningkatkan libido

Kerugian :

(a) Harus diminum pil secara teratur

(b) Dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium

(c) Penyulit ringan (berta badan bertambah, rambut rontok, tumbuh

jerawat, mual sampai muntah

(d) Mempengaruhi funfsi hati dan ginjal

2) Kontrasepsi hormonal suntikan

Keuntungan :

(a) Pemberiannya sederhana setiap 8 sampai 12 minggu

(b) Tngkat efektifitasnya tinggi

(c) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas

(52)

(e) Dapat diberikan pasca peersalinan, pasca keguguran atau pasca

menstruasi

(f) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang

bayi

(g) Sutikan KB cyclofem diberikan setiap bulan dan ibu akan

mendapatkan menstruasi

Kerugian

(a) Perdarahan yang tidak menentu

(b) Terjadi amenorea (tidak haid) berkepanjangan

(c) Masih terjadi kemungkinan hamil

3) Kontrasepsi hormonal susuk

Keuntungan

(a) Dipasang selama lima tahun

(b) Kontrol medis ringan

(c) Penyulit medis tidak terlalu tinggi

(d) Biaya murah

Kerugian

(a) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat

menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur

(b) Berat badan bertambah

(c) Menimbulkan jerawat, ketegangan payudara

(53)

e) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

Keuntungan:

1) Alat kontrasepsi dalam rahim dapat diterima masyarakat dunia,

termasuk indonesia dan menempati urutan ke tiga dalam pemakaian

2) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulut

3) Kontrol medis yang ringan

4) Penyulit tidak berat

5) Pulihnya kesuburan

6) Setelah AKDR dicabut berlangsung dengan baik

Kerugian :

1) Masih terjadi kehamilan dengan in situ

2) Terdapat perdarahan

3) Dapat terjadi infeksi

4) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder

dan kehamilan ektopik

5) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan

mengganggu hubungan seksual

Ibu dengan risiko usia tinggi harus menggunakan alat kontrasepsi

jangka panjang atau tidak bolh menggunakan alat kontrasepsi sederhana

karena akan menbebkan kemungkinan untuk hamil lebih besar atau tinggi.

F. Landasan Hukum

(54)

tenaga kesehatan, selain itu pasien atau klien sebagai penerima jasa kesehatan

juga mempunyai dasar hukum jadi antara tenaga kesehatan dan klien

sama-sama memiliki dasar hukum sehingga segala macam

penyimpangan-penyimpangan hukum dapat dihindari (Norma, 2013; hal : 265).

Landasan hukum yang dipakai seorang bidan dalam melakukan

asuhan kebidanan bayi baru lahir adalah tercantum dalam permenkes Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 pasal 11 ayat (2) yaitu bidan dalam memberikan

pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang

untuk melakukkan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin k, perawatan bayi

baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), perawatan tali pusat.

Di dalam permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 juga tercantum

tentang penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan,

pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah, serta

pemberian konseling dan penyuluhan, surat keterangan kelahiran, surat

keterangan kematian (Kepmenkes 2010).

Sedang dalam pasal 18 ayat (1) seorang bidan harus menghormati

hak pasien, memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan

pelayanan yang dibutuhkan, merujuk kasus yang bukan kewenangan atau tidak

dapat ditangani dengan tepat waktu, meminta persetujuan tindakan yang akan

(55)

Selain itu bidan juga harus menyimpan rahasia pasien sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, melakukan pencatatan asuhan

kebidanan dan pelayanan lainnya secara sistematis dan mematuhi standar, serta

melakukan pencatatan dan pelaporan praktik kebidanan termasuk pelaporan

kelahiran dan kematian (Kepmenkes 2010).

Dalam standar pelayanan kebidanan yaitu standar 13 : tentang

Perawatan Bayi Baru Lahir adalah bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir

untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder,

menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan

kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia.

Pada standar 15 : tentang Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa

Nifas adalah Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui

kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah

persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan

tali pusat yang benar; penemuanan dini penanganan atau rujukan komplikasi

yang mungkin terjadi pada masa nifas; serta memberikan penjelasan tentang

kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan

bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

G. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan yang dugunakan oleh

(56)

sistematis dimulai dari langkah pengkajian dan analisa data, diagnosa

kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (PP IBI, 2006; h. 135).

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi

tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai

kebutuhan/ masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan,

nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana (PP IBI, 2006; h. 136).

Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan manajemen

kebidanan yaitu 7 langkah Varney meliputi : pengkajian, interpretasi data,

diagnosa potensial, identifikasi akan tindakan segera atau kolaborasi dan

konsultasi, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.

1. Pengkajian

Yaitu suatu pengumpulan data tentang status kesehatan klien atau

pasien dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang

diperoleh dicatat dan dianalisis (PP IBI, 2006; h.136).

a. Data Subjektif

Yaitu data yang didapatkan dari pasien atau orang lain yang

menjadi saksi dalam kasus ini (Sayuti, 2009; h.54).

1) Biodata yang menyangkut identitas pasien

a) Nama

Nama jelas atau nama lengkap, jika tidak memakai nama

(57)

b) Umur

Dicacat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko tinggi,

seperti kurang dari 20 tahun atau alat reproduksi belum matang,

sedangkan umur lebih dari 35 tahun sangat rentan terjadinya

pedarahan masa nifas.

c) Agama

Untuk mengetahui dalam membimbing dan mengarahkan dalam

berdo’a.

d) Suku bangsa

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.

e) Pendidikan

Mempengaruhi terhadap tindakan kebidanan dan untuk menilai

seberapa jauh tingkat intelektualnya, sehingga dalam memberikan

kionseling sesui dengan pendidikannya.

f) Pekerjaan

Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi, karena mempengaruhi

gizi pasien

g) Alamat

Mungkin memiliki nama yang sama dengan alamat yang berbeda.

2) Keluhan utama

(58)

3) Riwayat menstruasi

Menarche umur, lamanya haid, siklus, banyaknya, teratur atau tidak,

sifat darah nya bagaimana cair atau terdapat bekuan, disminorhea,

dan flour albus.

4) Riwayat perkawinan

Yang dikaji antara nya tentang nikah berapa kali, syah atau tidak,

karena jika melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan

psikologisnya, dan akan berlanjut sampai masa nifas.

5) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Ditanyakan untuk mengetahui jumlah kehamilan yang lalu dan

apakah ad riwayat seksio cesarea, riwayat curetase, dan riwayat

manual plasenta.

6) Riwayat kehamilan sekarang

Dilakukan untuk mengetahui dan mengawasi perkembangan

kehamilan dengan pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan

fisik, pemeriksaan obstetri.

7) Riwayat persalinan dahulu dan sekarang

Dikaji untuk mengetahui cara persalinan, penolong persalinan, lama

persalinan, penyulit yng menyertai dan lamanya dalam pada kala II.

8) Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan ibu, usia perkawinan kurang

dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun yang akan terjadi penurunan

(59)

b. Data Objektif

Yaitu data yang dapat diperiksa oleh tenaga medik dengan

menggunakan pemeriksaan fisik pada pasien dan pemeriksaan

penunjang (Sayuti, 2009; h.55).

2. Interpretasi Data

Diagnosa kebidanan yang dirumuskan berdasarkan analisis data

yang telah dikumpulkan (PP IBI, 2006; h.136).

3. Diagnose Potensial

Mengantisipasi masalah atau diagnosis yang akan tejadi lainnya,

yang dapat menjadi tujuan yang diharapkan, karena telah ada masalah atau

diagnosis yang teridentifikasi (Varney, 2007; h. 26).

4. Identifikasi akan tindakan segera atau kolaborasi dan konsultasi

Kolaborasi adalah bidan dan dokter bersama-sama mengatur

perawatan kesehatan wanita atau bayi baru lahir yang mangalami komplikasi

medis, ginekologis, atau obstetrik.

Konsultasi adalah nasehat atau pendapat seorang dokter atau

anggota lain tim perawatan kesehatan dicari sementara bidan memegang

tanggung jawab utama perawatan kesehatan wanita (Varney, 2007; h.25).

5. Perencanaan

Suatu rencana asuhan kebidadan yang dibuat berdasarkan diagnosa

(60)

6. Pelaksanaan

Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasatkan rencana dan

perkembangan keadaan klien : tindakan kebidanan dilanjutkan dengan

evaluasi keadaan klien atau pasien (IPI IBI, 2006;h.137).

7. Evaluasi

Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring

dengan tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana

yang telah dirumuskan (IPI IBI, 2006;h.138).

H. Metode SOAPIE

S (Subjektif) : Data subjektif berhubungan dengan masalah

pasien, ekspresi pasien kekhawatiran dan

keluhan yang dicatat sebagai kutipan atau

ringkasan yang akan berhubungan langsung

dengan diagnosis.

O (Objektif) : Data yang diperoleh melalui hasil observasi,

pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.

A (Assessment) : Kesimpulan apa yang dibuat dari data-data

subjektif atau objektif.

P (Planning) : Rencana dari tindakan yang akan dilakukan

saat ini dan akan datang (Muslihatun, dkk,

Gambar

Gambar 2.1  Bagan proses kehilangan panas pada bayi baru lahir (Kriebs, 2010; hal:
Tabel 2.2 suhu incubator (Atikah, 2010; h. 32).
Gambar 2.3  Bagan Penatalaksanaan kelainan atau penyakit pada neonatus    (Manuaba, 2010;hal:441
Tabel 2.3 Perubahan uterus masa nifas (Ambarwati, 2008; hal. 75)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengertian kedua ini, konsep matematika yang dikembangkan dalam Teori Bilangan seperti Teorema Sisa Cina dapat digunakan untuk menghasilkan model matematika dari

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul

Metode apa yang digunakan dalam mencatat investasi pada Anak Perusahaan dalam laporan keuangan

Pendekatan AHP merupakan metode analisis dengan merumuskan suatu keputusan yang komplek sebagaimana masalah pemanfaatan dan pengelolaan lahan kawasan tambang

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan program USGS-PSHA-07 diperoleh nilai percepatan getaran tanah maksimum di batuan dasar yang dipengaruhi oleh sumber

Berdasarkan karakteristiknya maka dapat diinterpretasikan cara hidup organismenya yakni memiliki lingkungan hidup di daratan khususnya hutan rimba yang dimana ia

1) Media ajar interaktif berbasis komputer pokok bahasan segitiga di Sekolah Menengah Pertama yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria valid. Valid terlihat dari hasil

Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini akan memfokuskan untuk meneliti proses pembelajaran praktik menyanyi selama kegiatan pembelajaran kelas berlangsung di SMP