• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bunyi jantung janin dapat terdengar pertama kali pada usia kehamilan 10 minggu dengan menggunakan Doppler, dan

4. Bayi Baru Lahir a. Pengertian

Menurut (Sondakh, 2013; h. 150) dikutip dari (Sarwono, 2005) pengertian bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.

b. Menurut Sondakh (2013; h. 151-) adaptasi fisiologis bayi baru lahir yaitu: 1) Adaptasi pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakan diafragma, serta otot-otot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per vaginam mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari cairan yang hilang tersebut akan diganti dengan udara.

2) Adaptasi kardiovaskuler

a) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir, beberapa perubahan terjadi dengan cepat dan sebagian lagi terjadi seiring dengan waktu.

Tabel 2.6 adaptasi kardiovaskuler.

Struktur Sebelum lahir Setelah lahir Vena umbilikalis Membawa darah arteri ke

hati dan jantung

Menutup menjadi ligamentum teres hepatis

Arteri umbilikalis Membawa drah

arteriovenosa ke plasenta

Menutup menjadi ligamentu venosum Duktus venosus Pirau darah arteri ke dalam

vena cava inferior

Menutup menjadi ligamentum

arteriosum Foramen ovale Menghubungkan atrium

kanan dan kiri

Biasanya menutup : kadang-kadang terbuka Paru-paru Tidak mengandung udara

dan sangat sedikit mengandung darah berisi cairan.

Berisi udara dan disuplai darah dengan baik Arteri pulmonalis Membawa sedikit darah ke

paru

Membawa banyak darah ke paru Aorta Menerima darah dari

kedua ventrikel

Menerima darah hanya dari ventrikel kiri

Vena cava inferior Membawa darah vena dari tubuh dn darah arteri dari plasenta.

Membawa darah hanya dari atrium kanan

Sumber (Sondakh, 2013).

b) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis (pada tangan,kaki, dan sekitar mulut).

c) Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100 kali/menit saat tidur.

d) Rata-rata tekanan darah 80/46 mmHg dan bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.

Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya tekanan karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi pembuluh darah dan arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus tertutup. Setelah tali pusat dipotong aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen ovale tertutup.

3) Perubahan termoagulasi dan metabolik

a) Suhu tubuh bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan pada uterus. b) Suplai lemak sub kutan yang terbatas dan area permukaan kulit

yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan.

c) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi.

d) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungannya dengan asidosis metabolik dapat bersifat mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.

Sesaat sesudah bayi lahir, ia akan berada di tempat yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadan basah. Keadaan basah bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25 derajat celcius, maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi, dan radiasi sebanyak 200 kalori/kgBB/menit.

Sementara itu pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya sepersepuluh dari pada yang tersebut diatas dalam waktu yang bersamaan. Hal ni akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2 derajat celcius dalam waktu 15 menit. Suhu lingkungan yang tidak baik akan menyebabkan bayi menderita hipotermi dan trauma dingin.

4) Adaptasi neurologis

a) Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang sempurna.

b) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidk terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut dan tremor pada ekstremitas.

c) Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalnya kontrol kepala, tersenyum dan merah dengan tujuan) akan berkembang.

d) Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan normal.

Tabel 2.7 Refleks pada bayi baru lahir

Refleks Respon normal Respon abnormal Rooting dan

menghisap

Bayi baru lahir menolehkan kepala ke arah stimulus, membuka mulut dan mulai

menghisap bila pipi, bibir, atau sudut mulut bayi disentuh denga jari atau puting

Respon yang lemah atau tidak ada respon terjadi pada prematuritas,

penurunan, atau cedera neurologis, atau depresi sistem saraf pusat

Menelah Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan mengisap bila cairan ditaruh bi belakang lidah

Muntah, batuk, atau regurgitasi, cairan dapat terjadi, kemungkinan berhubungan dengan sianosis sekunder karena prematurus, defisit neurologis atau cedera.

Ekstrusi Bayi barulahir menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau puting.

Ekstrusi lidah secara kontinu atau menjulurkan lidah yang berulang

Morro Ekstensi simetris bilateral dan abduksi seluruh ekstremitas, dengan ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf c, diikuti dengan adduksi ekstremitas dan kembali ke fleksi relaks jika posisi bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakkan terlentang pada permukaan yang datar.

Respon asimetris terlihat padacedera saraf perifer atau fraktur klavikula atau fraktur tulang panjang legan atau kaki.

Merangkak Bayi akan berusaha untuk merangkak ke depan dengan kedua tangan dan kaki bila diletakkan tekungkup pada permukaan datar

Respon asimetris terlihat pada cedera saraf SSP dan gangguan neurologis.

Melangkah Bayi akan melangkah dengan satu kaki dan kemudian kaki lainnya dengan gerakkan berjalan bila satu kaki disentuh pada permukaan rata

Respon asimetris terlihat pada cedera saraf SSP atau perifer atau fraktur tulang panjang kaki.

Tonik leher atau fancing

Ekstremitas pada satu sisi dimana saat kepala ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremits yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi beristirahat.

Respon persisten setelah bulan keempat dapat menandakan cedera neurologis. Respon menetap tampak pada cedera SSP dan gangguan neurologis.

Ekstensi silang Kaki bayi yang berlawanan akan fleksi dan kemudian ekstensi dengan cepat seolah-olah berusaha untuk memindahkan stimulasi ke kaki yang lain bila diletakkan terlentang,

bayi akan

mengekstensikan satu kaki sebagai respon terhadap stimulus pada telapak kaki

Respon yang lemah atau tidak ada respon yang terlihat pada cedera saraf perifer atau fraktur tulang panjang.

Glabellar blink Bayi akan berkedip bila dilakukkan 4 atau 5 ketuk pertama pada batang hidung saat mata terbuka

Terus berkedip dan gagal untuk berkedip menandakan

kemungkinan gangguan neurologis. Palmar grasp Jari bayi akan melekuk di

sekeliling benda dan menggenggamnya seketika bila jari diletakkan di tengah jari

Respon ini berkurang pada prematurus. Asimetris terjadi pada kerusakan saraf perifer (pleksus brakialis) atau fraktur humelus. Tidak ada respons yang terjadi pada defisit neurologis yang berat. Tanda babinski jari-jari kaki bayi akan

hiperekstensi dan terpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki digosok dari tumit ke atas melintas bantalan kaki

Tidak ada respon yang terjadi pada defisit SSP

Sumber (Sondakh, 2013). 5) Adaptasi gestrointestinal

Oleh karena kadar gula darah tali usat 65 mg/100 ml akan menurun menjadi 50 mg/100ml dalam waktu dua jam sesudah lahir, energi tambahan yang diperlukana neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula

akan mencapai 120 mg/100ml. Bila perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya gangguan metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan bayi mengalami hipoglikemia.

6) Adaptasi ginjal

a) Laju filtrasi glomelurus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomelurus.

b) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam

7) Adaptasi hati

a) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati terus membantu pembentukan darah.

b) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan darah.

c) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan kehidupan ekstrauterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan terhadap defisiensi zat besi.

d) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.

8) Adaptasi imun

a) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang di pintu masuk

b) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama periode neonatus.

c. Penilaian APGAR

Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir dengan menggunakan nilai apgar, penilaian berikutnya dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak (Sondakh, 2013; h. 158).

Tabel 2.8 Nilai Apgar

0 1 2

Appearance (warna kulit)

Pucat Badan merah ekstremitas biru

Seluruh tubuh kemerah-merahan Pulse rate

(frekuensi nadi)

Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100 Grimace (reaksi

rangsang)

Tidak ada Sedikit gerakan mimik (grimace)

Batuk/bersin Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstremitas dalam

sedikit fleksi

Gerakan aktif Respiration

(pernpasan)

Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis

Sumber : (Sndakh, 2013).

Menurut Mead (1996) dikutip dari Sondakh (2013) setiap variabel diberi nilai 0, 1, 2 sehingga nilai tertinggi adalah 10, nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan bahwa bayi berada dalam kondisi baik. Nilai 4-6 menunjukkan adanya deresi sedang dan membutuhkan beberapa jenis

tindakan resusitasi. Bayi dengan nilai 0-3 menunjukkan depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera dan mungkin memerlukan ventilasi. d. Menurut (Sondakh, 2013; h.159) Perawatan bayi baru lahir

1) Pertolongan pada saat bayi baru lahir

a) Sambil menilai penanganan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk di atas perut ibu.

b) Dengan kain yang bersih dan kering atau kasa, bersihkan darah atau lendir dari wajah bayi agar jalan udara tidak terhalang. Periksa ulang pernapasan bayi, sebagian besar bayi akan menangis atau bernapas secara spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir. 2) Perawatan mata

Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk mencegah penyakit mata akibat klamidia (penyakit menular seksual). Obat perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan.

3) Pemeriksaan fisik bayi

a) Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura menutup/melebar, adanya caput succedancum, cepal hematoma. b) Mata: pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva,

tanda-tanda infeksi.

c) Hidung dan mulut: pemeriksaan terhadap labioskisis, labiopalatoskisis dan refleks isap ( dinilai dengan mengamati bayi saat menyusu.

e) Leher: pemeriksaan terhadap hematom sternocleidomastoideus, ductus thyroglossalis, hygroma colli.

f) Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah dada, pernapasan, retraksi intercostal, subcostal sifoid, merintih, pernapasan cuping hidung, serta bunyi paru-paru (senor, vesikular, bronkial dan lain-lain).

g) Jantung: pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung.

h) Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati, limpa, tumor aster), scaphoid (kemungkinan bayi menderita diafragmatika/atresia esofgus tanpa fistula).

i) Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan, jumlah darah pada tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di talipusat atau di selangkangan.

j) Alat kelamin: pemeriksaan terhadap testis apakah berada dalam skrotum, penis berlubang pada ujung (pada bayi laki-laki), vagina berlubang, apakah laboa mayora menutupi labia minora (pada bayi perempuan).

k) Lain-lain: mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila tidak harus waspada terhadap atresia ani atau obstruksi usus. Selain itu, urin juga harus keluar dalam 24 jam. Kadang pengeluaran urin tidak diketahui karena pada saat bayi lahir, urin keluar bercampur dengan air ketuban. Bila urin tidak keluar dalam

24 jam, maka harus diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih.

4) Pemeriksaan antropometri

a) Berat badan bayi normal : 2500-4000 gram

b) Panjang badan : 48 – 52 cm

c) Lingkar kepala : 33-34 cm

d) Lingkar lengan atas : 10-11 cm (Sondakh, 2013; h.164).

5) Perawatan lain-lain

a) Lakukan perawatan tali pusat

(1) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan ditutupi dengan kain bersih secara longgar. (2) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, dicuci dengan sabun

dan air bersih, kemudian dikeringkan sampai benar-benar kering.

b) Orangtua diajarkan tanda-tanda bahaya bayi dan mereka diberitahu agar merujuk bayi dengan segera untuk perawatan lebih lanjut jika ditemui hal-hal berikut:

(1) Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali/menit.

(2) Warna: kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat.

(3) Tali pusat: merah, bengkak, keluar. 6) Kunjungan neonatal

1) Kunjungan neonatal 1 pada usia 6-48 jam 2) Kunjungan neonatal ke 2 pada usia 3-7 hari 3) Kunjungan neonatal ke 3 pada usia 8 – 28 hari

(Kemenkes, 2013; h. 56). 7) Komplikasi neonatus

1) Asfiksia neonaturum

Adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah kelahiran (Mochtar, 2012; h. 291).

2) Kaput suksedaneum

Kaput suksedaneum muncul karena kepala janin terlalu lama tertekan di dalam panggul. Kaput melampaui batas tulang dan akan menghilang beberapa hari, dan segera berkurang setelah hari pertama (Manuaba, 2010; h. 424).

3) Sefalhematoma

Sefalhematoma adalah perdarahan subperitonial, dengan batas jelas pada satu tulang tengkorak. Sefalhematoma dapat terjadi pada persalinan normal dan terutama pada persalinan dengan cunam (Forsep) (Manuaba, 2010; h. 424).

4) Fraktur tulang klavikula

Sering terjadi pada kesulita persalinan bahu, gejala yang mungkin terjadi adalah hilangnya kekuatan pada sisi fraktur dan refleks morro hilang. Diagnosa pasti adalah dengan melakukkan palpasi

untuk menemukan letak fraktur dan melakukan foto rontgen (Manuaba, 2010; h. 429).

5) Kelainan kongenital

Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pembuahan. Kelainan kongenital yang sering di jumpai adalah anensefali (tidak terbentuk otak janin sehingga bentuk janin seperti kodok), kelainan fusi jaringan organ tubuh, labiokisis, palatokisis, labiopalatokisis, gangguan pembentukan alat tubuh (atresia ani(tidak terbentuk anus)), atresia vagina (tidak terbentuk vagina), gangguan migrasi alat tubuh seperti migrasi testis, hipospadia, atresia esofagus (Manuaba, 2010; h. 429)

6) Sepsis neonaturum dan meningitis

Sepsis neonatus atau meningitis sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan sebelumnya seperti : ibu telah menderita penyakit infeksi, ketuban pecah dini, persaliann lama atau terlambat, persalinan dengan tindakan operasi.

Gejala klinis infeksi neonaturum yaitu bayi malas minum, tampak gelisah, pernapasan cepat, berat badan cepat menurun, terjadi diare, panas, pergerakan makin melemah, pada pemeriksaan mungkin dijumpai bayi berwarna kuning, pembesarah hati dan limpa dan kejang-kejang. (Manuaba, 2010; h. 432-433).

Masuknya kuman tetanus sebagian besar melalui tali pusat. Tetanus neonaturum menyebabkan kerusakan pada pusat motorik, jaringan otak, pusat pernapasan, dan jantung (Manuaba, 2010; h. 434).

a) Gambaran klinis

(1) Kejang-kejang sampai pada otot pernapasan. (2) Leher kaku diikuti spasme umum.

(3) Dinding abdomen keras.

(4) Mulut mecucu seperti mulut ikan. 8) Ikterus neonaturum

Ikterus atau warna kuning sering dijumpai pada bayi baru lahir dalam batas normal pada hari kedua sampai hari ketiga dan menghilang pada hari kesepuluh (Manuaba, 2010; h. 435).

9) Bayi dengan berat badan lahir rendah

Istilah prematuritas telah diganti dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat lebih rendah dari semstinya, sekalipun cukup bulan karena kombinasi keduanya (Manuaba, 2010; h. 436).

e. Menurut (M0chtar, 2012; h. 306) Perawatan bayi berat badan lahir rendah yaitu yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungannya, pemberian makanan dan siap sedia dengan tabung oksigen.

1. Pengaturan suhu lingkungan

Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur bayi berat badan dibawah 2 kg suhu 35 derajat celcius, bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg suhu 34 derajat celcius.

Suhu inkubator diturunkan 1 derajat celcius setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan 24-27 derajat celcius. 2. Makanan bayi berat badan lahir rendah

Umumnya bayi prematur belum sempurna refleks menghisap dan batuknya, kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan, terutama lipase, masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet sedikit-sedikit namun lebih sering.

5. Keluarga Berencana

Dokumen terkait