• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Konsep Dasar a. Pengertian

Bayi baru lahir atau disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaikan diri dari kehidupan

intrauterin ke kehidupan ekstra uterin (Dewi,2010). Bayi baru

lahir normal adalah bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan 2500-4000 g (Ekayanthi, 2018). b. Perubahan Fisiologis Bayi Segera Setelah Lahir

1) Termoregulasi

Menurut Dewi (2010), ada empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas : a) Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.

b) Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang segera bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela atau membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin.

c) Radiasi

Panas di pancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara dua objek yang mempunyai suhu berbeda). Sebagai contoh, membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa di berikan pemanas (radiant warmer), membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat tembok). d) Evaporasi

Panas hilang melali proses penguapan yang bergantung pada kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas dengan cra mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini di pengaruhi oleh jumlah panas yang di pakai, tingkat kelembaba udara, dan aliran udara yang melewati.

Apabila BBL di biarkan dalam suhu kamar 250C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200 kg/ BB, sedangkan yang di bentuk hanya sepersepuluhnya saja. Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal berikut :

(1) Keringkan bayi secara seksama

(2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan hangat.

(3) Tutup bagian kepala bayi.

(4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. (5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi

baru lahir.

(6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

2) Sistem Pernafasan

Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. 3) Sistem Pencernaan

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek muntah dan reflek batuk yang matang

sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerrna makanan (selain usus) masih terbatas. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas yaitu kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan, dan kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersama dengan pertumbuhanya (Walyani dan Purwoastuti, 2015)

4) Sistem Kardiovaskuler dan Darah

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna menghantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan di luar rahim, harus menjadi 2 perubahan besar berikut ini : a) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.

b) Penutupan duktus arteriosus antara anteri paru dan aorta. Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah adalah pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan

kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru untuk menjalini proses oksigenasi ulang.

Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertamanya ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru (menurunkan resistensi pembuluh darah paru). Peningkatan sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup (Ekayanthi, 2018).

5) Metabolism Glukosa

Dalam menajalankan fungsinya, otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir, seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi lahir, glukasadarah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam).

Menurut Ekayanthi (2018), koreksi penurunan glukosa dapat dilakukan dengan 3 cara :

a) Melalui pengunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).

b) Melalui penggunaan cadangan glikogen.

c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis).

6) Sistem Ginjal

Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium juga relatif lebih besar dibandingkan dengan kalium karena ruangan ekstra seluler yang luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena :

a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa. b) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan

volume tubulus proksimal.

c) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa (Walyani dan prurwoastuti, 2015).

c. Asuhan bayi baru lahir dalam 2 jam pertama 1) Penilaian awal pada bayi segera setelah lahir

Segera setelah bayi lahir sambil meletakkan bayi diatas kain bersih dan kering (yang telah disiapkan pada perut bawah ibu)

a) Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap ?

b) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?

Dalam alur manajemen BBL alur penatalaksanaan BBL mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan keadaan BBL.

Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban bersih dan langsung menangis atau bernafas spontan dan bergerak aktif dilakukan manajemen BBL normal (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

2) Pemotongan Tali Pusat

a) Menyepit tali dengan klem dengan jarak 3cm dari pusat dengan jarak 3cm dari pusat, lalu mengurut tali pusat ke arah ibu dan memasang klem ke-2 dengan jarak 2cm dari kelm pertama.

b) Menegangkan tali pusat di atara 2 kelm dengan menggunakan tangan kiri (jari tengan melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat di antara 2 klem.

c) Mengikat tali pusat dengan jarak ±1 cm dari umbilikus dengan simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati. Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu memasukkannya dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.

d) Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya kepada ibu (Dewi, 2010).

3) Resusitasi (Bila Perlu)

Hal yang mendasari dilaksanakannya resusitasi pada bayi adalah terjadinya asfiksia. Tiga kondisi patologis yang menyebabkan asfiksia yaitu kurangnya oksigenasi, retensi

karbon dioksida yang berlebih, dan asidosis metabolic (Walyani dan Purwastuti, 2015).

Tujuan resusitasi adalah intervensi tepat waktu untuk mengembalikan efek-efek biokimia asfiksia sehingga mencegah kerusakan otak dan organ yang akibatnya akan ditanggung sepanjang hidupnya (Walyani dan Purwastuti, 2015).

a) Sebelum memutuskan untuk melakukan resusitasi perlu adanya identifikasi dari kondisi bayi yang didasarkan pada beberapa hal berikut :

T : Trauma U : Asfiksia janin M : Medikasi internal M : Malformasi : Sepsis : Syok

b) Teknik resusitasi bayi baru lahir yang efektif menurut Dewi (2010), antara lain :

(1) Penghisapan lender

Beberapa BBL tidak segera melakukan pernapasan secara spontan karena tidak dapat mengeluarkan lendir sendiri maka bidan harus melakukan penghisapan lendir. Penghisapan lendir dimulai dari

mulut kemudian dilanjutkan ke hidung. Alat penghisap lendir yang digunakan adalah suction dengan selang yang lembut (Walyani dan Purwastuti, 2015).

(2) Posisi yang benar

Setiap bayi dengan gangguan pernapasan spontan sebaiknya ditempatkan dalam posisi tidur terlentang dengan posisi leher sedikit ekstensi. Tindakan ini membantu meminimalkan penyempitan trakea dan memaksimalkan aliran udara. Apabila oksiput bayi sangat bengkak, letakkan gulungan kain setinggi 1-2 cm dibawah bahu bayi untuk mempertahankan jalan nafas agar sedikit hiperekstensi (Walyani dan Purwastuti, 2015).

(3) Rangsangan taktil

Sambil melakukan evaluasi usaha nafas bayi, bidan melakukan stimulasi taktil untuk merangsang nafas bayi. Apabila bayi abnea memberikan respons terhadap rangsangan taktil, berarti bayi berada dalam periode abnea primer (Walyani dan Purwastuti, 2015).

(4) Pemberian oksigen

Apabila setelah stimulasi taktil bayi dapat bernafas dengan teratur dan spontan namun warna kulit bayi masih kehitaman maka dapat diberikan oksigen 100% yang mengalir dengan bebas. Untuk memberikan oksigen dalam aliran bebas ini bidan dapat menggunakan selang oksigen yang dihubungkan dengan masker wajah atau bag anastesi yang ditempatkan didekat wajah bayi. Warna kulit bayi yang kemerahan mengindikasikan adanya peningkatan kondisi bayi dan pemberian oksigen dapat dikurangi secara bertahap (Walyani dan Purwastuti, 2015).

(5) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah lahir. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah darri tuhan yang sudah disusun untuk kita, melakukannya juga tidak sulit, hanya memerlukan waktu sekitar satu hingga dua jam(Nuraisiah dkk, 2014).

4) Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam asuhan bayi baru lahir menurut Kementerian Kesehatan RI, 2010) antara lain

a) Langkah 1

Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan dan letakkan diatas perut bawah ibu.

b) Langkah 2

Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit 1 jam.

c) Langkah 3

Biarkan bayi mencari dan menemukan puting susu dan anjurkan ibu dan keluarga untuk tidak mengintruksi menyusu, misalnya memindahkan payudara satu ke payudara yang lain. Bila bayi harus dipindah sebelum 1 jam usahakan ibu dan bayi dipindahkan bersamaan dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi. Jika bayi belum menemukan puting dalam 1 jam posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu. Biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi belum menemukan puting dalam waktu 2 jam pindahkan ibu keruang pemulihan dengan bayi tetap didada ibu, lanjutkan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, memberi vitamin K, dan salep mata) dan kemudian kembalikan bayi pada ibu untuk menyusu.

d. Teori evidence base pada bayi baru lahir dan neonates 1) Pengertian evidence base

Evidence base adalah proses sistematis untuk mencari, menilai

dan menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.

2) Manfaat evidence base

Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence

Base antara lain:

a) Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah

b) Meningkatkan kompetensi (kognitif)

c) Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan asuhan yang bermutu

d) Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3) “Menurut penelitian Nor Asiyah, Islami , Lailatul Mustagfiroh terkait dalam pemberian asuhan kebidanan dengan judul “Perawatan tali pusat terbuka sebagai upaya mempercepat pelepasan tali pusat”. Nor Asiyah, Islami , Lailatul Mustagfiroh (2017)

a) Hasil

Tali pusat yang dirawat dengan dibiarkan terbuka (tidak dibungkus) sesuai anjuran KEMENKES (2011) akan lebih cepat kering dan puput sehingga meminimalisir resiko terjadinya infeksi neonatorum. Tali pusat yang terbuka akan banyak terpapar dengan udara luar sehingga air dan

Wharton,s jelly yang terdapat didalam talli pusatakan lebih

cepat menguap. Hal ini dapat lebih mempercepat proses pengeringan (gangrene) tali pusat sehingga lebih cepat puput. Sebagaimana diketahui, bahwa tali pusat yang masih menempel pada psar bayi merupakan satu - satunya pintu masuk spora kuman Clostridium tetani kedalam tubuh bayi. Dengan mempercepat proses pelepasan tali pusat, maka meminimalisir risiko bayi terkena tetanus neonatorum

b) Kesimpulan

Tali pusat yang dirawat dengan dibiarkan terbuka lebih cepat kering bila dibndingkan dengan yang tertutup kasa 2. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Menurut Wildan dan Hidayat (2008), laporan asuhan kebidanan didokumentasikan dalam bentuk SOAP :

Berisi tentang data dari pasien melalui anamnesa (wawancara) yang merupakan ungkapan langsung

1) Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin...dan saat lahir menangis kuat

2) Ibu mengatakan senang atas kelahiran anaknya (Wildan dan Hidayat, 2008).

b. O : (Objective)

Data ini didapatkan dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik. Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, HR : 124x/menit, respirasi : 48x/menit, suhu : 37ºC, berat badan : 3100 g, panjang badan : 29cm, lingkar kepala : 30 cm,lingkar dada : 30cm (Wildan dan Hidayat, 2008).

c. A (Assessment)

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, antisipasi diagnosa atau masalah potensial perlu ada tidaknya tindakan segera

By.Ny.X umur X jam berjenis kelamin x normal (Wildan dan Hidayat, 2008).

d. P (Planning)

Merupakan rencana dari tindakan yang aan diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium serta konseling untuk tindak lanjut

2) Memberikan salep mata pada bayi

3) Memberikan vit K pada paha kiri secara IM segera setelah lahir

4) Membungkus tali pusat dengan kassa steril

5) Menjaga kehangatan bayi dengan dibedong dan dihangatkan dibawah lampu penghangat

6) Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan bayi dengan cara mengganti popok dan pakaian bayi jika bayi basah

7) Menjelaskan kepada ibu tentang ASI eksklusif yaitu bayi yang hanya diberikan ASI selama 6 bulan tanpa tambahan makanan atau minuman apapun(Wildan dan Hidayat, 2008).

D. NIFAS

1. Konsep Dasar a. Pengertian

Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Nugroho dkk, 2014). b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Menurut Nugroho dkk, (2014) :

1) Perubahan Sistem Reproduksi

Selama masa nifas,alat-alat reproduksi internal maupun ekstimalberangsur-angsur kembali ke keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genitalia ini disebut involusi. Pada

masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut :

2) Uterus

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus maka dimulailah masa nifas. Oksitosin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior menginduksi kontraksi miometrium yang saling berkaitan dan kuat. Rongga uterus telah kosong, maka uterus secara keseiuruhan berkontraksi ke arah bawah dan dinding uterus kembali menyatu satu sama lain, dan ukuran uterus secara bertahap kembali seperti sebelum hamil. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

a) Iskemia myometrium

Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi uterus yang ternsmenerus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

b) Atrofi jaringan

Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon

estrogen saat pelepasan plasenta.

c) Autolisis

Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga

panjangnya sepuluh kali panjang sebelum hamil dan lebamya lima kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.

d) Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi perdarahan.

Gambar 2.9 Perubahan uterus pada pasien setelah

postpartum (Rohani dkk, 2011)

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan – perubahan normal pada uterus selama post partum.

Tabel 2.7 Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum Involusi Uteri TFU Berat Uterus Diameter Uterus

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm 7 hari Pertengahan pusat & 500 gram 7,5 cm

simfisis

14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

Gambar 2.10 Penurunan TFU pada proses involusi (Rohani dkk, 2011)

e) Genitalia Eksterna, Vagina, dan Perineum

Selama proses persalinan, vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan. Beberapa setelah hari persalinan, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Rugae dalam vagina secara berangsur-angsur mulai tampak pada minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai jaringan sikatriks (scar) atau penonjolan kulit dan setelah mengalami sikatrisasi berubah menjadi karunkula

vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.

Perubahan pada perineum pascamelahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan

episiotomi atas indikasi tertentu. Robekan perineum

umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang Iebih besar daripada

sirkumferensial suboksipita bregmatika. Apabila ada

laserasi jalan lahlr atau luka bekas episiotomi lakukan penjahitan dan perawatan dengan baik.

3) Perubanan Sistem Pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah, dan melambatkan kontraksi otot -otot polos. Pascamelahirkan, kadar progesteron mulai menurun. Namun faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain sebagai berikut.

a) Nafsu Makan

Rasa lelah yang amat berat setelah proses persalinan dapat memengaruhi nafsu makan ibu. Sebagian ibu tidak merasakan lapar sampai rasa lelah itu hilang. Ada juga yang merasakan lapar segera setelah persalinan. Sebaiknya setelah persalinan segera mungkin berikan ibu minuman hangat dan manis untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Secara bertahap berikan makanan yang sifatnya ringan karena alat pencernaan juga perlu waktu untuk memulihkan keadaannya.

b) Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Pada persalinan bedah sesar kelebihan analgesik dan anestesi bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal

c) Pengosongan Usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa nifas, diare sebelum persalinan,

enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid, ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan

pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.

4) Perubahan Sistem Perkemihan

Saluran kemih kembali normal dalam waktu dua sampai delapan minggu Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan/status sebelum persalinan, lamanya partus kala II dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Kandung kemih pada masa nifas sangat kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urine residual (normal ± 15 cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kemih waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.

5) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan.

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendur. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamen,

fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendur. Stabilitas secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

6) Perubahan Tanda-Tanda Vital

Pemeriksaan tanda tanda vital adalah suatu proses pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang dilakukan oleh tenaga medis untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Pada masa nifas perubahan yang sering tenadn adalah sebagai berikut.

a) Suhu tubuh

Setelah persalinan, dalam 24 jam pertama ibu akan mengalami sedikit peningkatan suhu tubuh (38°C) sebagai respons tubuh terhadap proses persalinan, terutama dehidrasi akibat pengeluaran darah dan cairan saat persalinan. Peningkatan suhu ini umumnya terjadi hanya sesaat. Jika peningkatan suhu tubuh menetap mungkin menandakan infeksi.

b) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Pada saat proses persalinan denyut nadi akan mengalamipeningkatan. Denyut nadi yang melebihi 100 x/ menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.

c) Tekanan darah

Tekanan darah normal untuk sistole berkisar 110-140 mmHg dan untuk diastole 60-80 mmHg. Setelah persalinan, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg pada sistole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya hipertensi atau preeklampsia postpartum. d) Pernapasan

Pada ibu postpartum pada umumnya pernapasan menjadi lambat atau kembali normal seperti saat sebelum hamil pada bulan keenam setelah persalinan. Hal ini karena ibu dalam kondisi pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila nadi, suhu tidak normal, pernapasan juga akan mcngikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran pernapasan. Bila pada masa nifas pernapasan menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. 7) Perubahan Sistem Kardiovaskular

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterus. Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat

sehingga volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskular pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-samadengan trauma masa persalinan. Pada persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan dengan SC, pengeluran dua kali lipatnya. Perubahan terdiri atas volume darah dan kadar HT (hematokrit).

Dokumen terkait