• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram. Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran (Sarwono. 2013).

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru lahir sampai umur 28 hari, dapat menyesuaikan diri dari lingkungan didalam uterus ke luar uterus (Prawirohardjo, 2006).

b. Ciri-ciri bayi normal

Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai kriteria sebagai berikut :

1) Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram 2) Panjang badan bayi 48-50 cm

4) Lingkar kepala bayi 33-35 cm

5) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180x/menit kemudian menurun sampai 140-120x/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

6) Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung antara 10-15 menit.

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks caesseose (lemak pada kulit bayi).

8) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tampak baik. 9) Kuku agak panjang dan lemas.

10) Genetalia : testis sudah turun (pada anak laki-laki), labia mayora telah menutupi labia minora (pada anak perempuan).

11) Refleks hisap, menelan dan moro telah terbentuk.

12) Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar dalam 24 jam pertama. Mekonium berwarna hitam kehijauan dan lengket (Sondakh, 2013).

c. Adaptasi Bayi Baru Lahir

Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus.

1) Sistem Pernafasan

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi

pertama kali untuk mempertahankan tekanan

alveoliselain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan didalam. Respirasi pada neonatus biasanya pernafasannya diafragmatik dan abdominal (Wafi Nur. 2010).

2) Suhu tubuh

Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan suhu lingkungan sehingga dapat menyebabkan kehilangan panas pada bayi. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu: konveksi, konduksi, radiasi, dan evaporasi. Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antara lain dengan mengeringkan bayi, menyelimuti bayi, menutup kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya, jangan segera memandikan bayi baru lahir (Wafi Nur. 2010).

3) Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari pada tubuh orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg Bb akan lebih besar. Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat (Wafi Nur. 2010). 4) Keseimbangan air dan fungsi ginjal

Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron belum sebanyak orang dewasa (Wafi Nur. 2010).

5) Traktus Digestivus

Traktus disgtivus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Pada Neonatus traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinjau sudah berbentuk dan berwana biasa.enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecil enzim amilase (Wafi Nur. 2010).

6) Hati

Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna (Wafi Nur. 2010).

7) Keseimbangan asam basa

Derajat keasaman (pH) darah dalam waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkonpensasi asidosis ini (Wafi Nur. 2010).

d. Pengkajian umum bayi baru lahir 1) Tanda vital

a) Bunyi jantung pada menit pertama ±180x/menit kemudian turun sampai 140-120x/menit ketika bayi berumur 30 menit.

b) Pernafasan cepat pada menit-menit pertama ±80x/menit disertai pernafasan cuping hidung (Sondakh, 2013).

c) Bayi cukup bulan memiliki suhu normal yaitu aksila : 36,5oC-37oC dan suhu kulit 36oC-36,5oC (Varney, 2007).

2) Antropometri

a) Berat badan antara 2500-4000 gram. b) Panjang badan 48-50 cm.

c) Lingkar kepala 33-35 cm.

d) Lingkar dada 32-34 cm (Sondakh, 2013). 3) Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

a) Kepala : ukuran, bentuk, sutura menutup/melebar, adanya caput succedaneum, cepal hematoma, kraniotabes.

b) Mata : pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, tanda-tanda infeksi (pus).

c) Hidung dan mulut : periksaan terhadap labio skisis, labiopalatoskisis, dan refleksi isap (dinilai dangan mengamati bayi saat menyusu).

d) Telinga : periksa terhadap preaurical tog, kelainan daun/bentuk telinga.

e) Leher : periksaan terhadap hematom

sternocleidomastoideus, ductus thyroglossalis, hygroma colli.

f) Dada : pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah dada, pernapasan, retraksi intercostol, subcostal sifoid, merintih, pernapasan cuping hidung, serta bunyi paru-paru (sonor, vesikular, bronkial, dan lain-lain).

g) Jantung : pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi janung, kelainan bunyi jantung.

h) Abdomen : pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati, limpa, tumor aster), scaphoid (kemungkinan bayi menderita diafragmatika/atresia esofagus tanpa fistual).

i) Tali pusat : pemeriksaan terhadap perdarahan, jumlah darah pada tali pusat, hernia ditali pusat atau di selangkangan.

j) Alat kelamin : pemeriksaan terhadap testis apakah berada dalam skrotum, penis berlubang pada ujung (pada bayi lai-laki), vagina berlubang, apakah labia mayor menutupi minora (pada bayi perempuan). k) Lain-lain : mekonium harus keluar dalam 24 jam

sesudah lahir, bila tidak, harus waspada terhadap atresia ani atau obstruksi usus. Selain itu, urin juga harus keluar dalam 24 jam. Kadang pengeluaran urin tidak diketahui karena pada saat bayi lahir, uri keluar bercampur dengan air ketuban. Bila urin tidak keluar dalam 24 jam, maka harus diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih (Sondakh, 2013).

e. Asuhan pada Bayi Baru Lahir

Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2008) meliputi :

1) Saat lahir sampai 2 jam pertama

Pemantauan 2 jam pertama bayi baru lahir bertujuan untuk melihat adanya kemampuan bayi menghisap dengan kuat, bayi tampak aktif atau lunglai, dan warna kulit kemerahan atau biru. Seorang bidan sebelum meninggalkan bayi perlu melihat apakah terdapat gangguan pernafasan, hipotermi, infeksi dan cacat bawaan (Prawirohardjo, 2008).

2) Pemantauan 0-8 jam

a) Asuhan bayi baru lahir normal dilaksanakan segera setelah lahir dan diletakkan didekat ibu serta pada ruangan yang sama.

b) Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan dalam 1 ruangan dengan ibunya atau di ruangan khusus.

3) Asuhan 8-48 jam

Asuhan yang diberikan yaitu menjaga kehangatan tubuh bayi baru lahir, pencegahan infeksi, pemberian ASI eksklusif (Prawirohardjo, 2008).

4) Asuhan 2-7 hari

Pemeriksaan pada bayi baru lahir meliputi : a) Menilai pertumbuhan bayi

b) Pemberian minuman dan nutrisi c) Pemberian ASI eksklusif

5) Asuhan 7-28 hari

a) Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di pelayanan kesehatan atau melalui kunjungan rumah.

b) Pemeriksaan neonatus dilakukan didekat ibu, bayi didampingi ibu atau keluarga saat dilakukan pemeriksaan.

6) Asuhan 6 minggu pertama

Asuhan yang diberikan pada bayi usia 6 minggu yaitu mempertahankan suhu normal bayi dan pemberian nutrisi (Prawirohardjo, 2008).

f. Refleks pada Bayi Baru Lahir

Tabel 2.9. Refleks pada Bayi Baru Lahir

Refleks Respons Normal Rooting dan

mengisap

Bayi baru lahir menolehkan kepala kearah stimulus, membuka mulut, dan mulai mengisap bila pipi, bibir, atau sudut mulut bayi disentuh dangan jari atau puting

Menelan Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan mengisap bila cairan di taruh dibelakang lidah Ekstrusi Bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar bila ujung

lidah disentuh dengan jari atau puting

Moro

Ekstensi simetris biateral dan abduksi seluruh ekstremitas, dengan ibu jari dan jari telunjuk membuka huruf ‘c’, diikuti dengan adduksi ekstremitas dan kembali keflesi relaks jika posisi bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakkan telentang pada permukaan yang darat

Melangkah

Bayi akan melangkah dengan satu kaki dan kemudian kaki lainnya dengan gerakan berjalan bila satu kaki disentuh pada permukaan rata Merangkak

Bayi akan berusaha untuk merangkak kedepan dengan kedua tangan dan kaki bila diletakkan telungkup pada permukaan datar

Tonik leher atau fencing

Ekstremitas pada satu sisi dimana saat kapala ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan kesatu sisi selagi istirahat

Terkejut

Bayi melkukan abduksi dan fleksiseluruh ekstremitas dan dapat mulai menangis bila mendapatkan gerakan memdadak atau suara keras

Ekstensi silang

Kaki bayi yang berlawanan akan fleksi dan kemudian ekstensi dengan cepat seolah-olah berusaha untuk memindahkan stimulus kekaki yang lain bila diletakkan telentang; bayi akan mengekstensikan satu kaki sebagai respons terhadap stimulus pada telapak kaki

Glabellar ‘blink’ Bayi akan berkedip bila dilakukan 4 atau 5 ketukan pertama pada batang hidung saat mata terbuka

Palmar grasp

Jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan menggenggamnya seketika bila jari diletakkan di

Plantar grasp Jari bayi akan melekuk disekeliling beban seketika bila jari diletakkan di telapak kaki bayi

Tanda Babinski

Jari-jari bayi akan hiperekstensi dan terpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu jari tumit keatas melintas bantalisi bantalan kaki

Sumber : Sondakh, 2013 g. Inisiasi Menyusu Dini

1) Pengertian IMD

Inisisasi menyusui dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya dibiarkan setidaknya selama satu jam segera setelah lahir, kemudian bayi akan mencari payudara ibu sendiri. Cara bayi melakukan inisisasi menyusu dini ini dinamakan the brest crawl atau merangkak mencari payudara (Sondakh, 2013).

2) Prinsip pemberian IMD

a) Setelah bayi lahir tali pusat segera diikat.

b) Tengkurapkan bayi di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu, selimuti bayi dan beri topi.

c) Biarkan kontak kulit berlangsung setidaknya satu jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri.

d) Beri dukungan pada ibu untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir.

f) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam, mintalah ibu untuk memeluk dan membelainya. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 30-60 menit.

g) Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu (Sondakh, 2013).

3) Manfaat IMD bagi ibu dan bayi

a) Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan dan menunda ovulasi.

b) Merangsang pengeluaran kolostrum dan

meningkatkan produksi ASI.

c) Memberikan kekebalan pasif pada bayi. d) Meningkatkan kecerdasan.

e) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan menghisap, menelan dan bernafas.

f) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. g) Mencegah kehilangan panas.

h) Meningkatkan berat badan (Sondakh, 2013).

h. Kebutuhan dasar bayi 1) Cairan dan nutrisi

Semua bayi harus mendapatkan cukup cairan dan nutrisi dalam satu jam pertama kehidupan, baik entera/maupun parentera. Untuk bayi prematur atau sakit kebutuhan

cairan atau kalori dapat dihitung yaitu mengusahakan asupannya sampai 150-175 ml/kg per 24 jam pada hari ke 5-7 kehidupan. Berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan keinginan ibu (jika payudara sudah penuh) atau sesuai kebutuhan bayi yaitu setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam) pergantian antara payudara kiri dan kanan. Berikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan selanjutnya berikan ASI selama 2 tahun dengan makan pendamping ASI (MPASI) (Vivian, 2011).

2) Eliminasi

a) Berkemih (BAK)

Bayi baru lahir harus berkamih dalam 12 jam pertama kehidupan dan jika diberikan susu dengan tepat. Harus berkemih minimal 6-10 kali setiap 24

jam. Umumnya bayi cukup bulan akan

mengeluarkan urien 15-16 ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih dan kering maka setelah BAK harus diganti pokoknya (Vivian, 2011).

b) Defekasi (BAB)

Mekonium harus dikeluarkan dalam 24 jam pertama kehidupan dan dapat berlangsung selama 48 jam dengan catatan bayi deberi susu dengan tepat. Warna dan konsistensi feses akan berubah menjadi terang, lebih berwarna kuning hijau dan kurang lengket dibandingkan mekonium. Feses yang

berubah ini dapat berlanjut selama 48 jam dan kemudian feses menjadi kuning, dan lebih lunak. Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak antara hari ketiga dan keempat karenan feses transisi. Jumlah feses akan berkurang pada minggu kedua yang awal frekuensi sebanyak 5-6 kali setiap hari minggu 1 dan 2 kali sehari. Bayi mulai memiliki pola defekasi yang normal pada minggu kedua kehidupannya (Vivian, 2011).

3) Tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi terbangun sampai malam hari pada usia 3 bulan (Vivian, 2011).

4) Kebersihan kulit

Kebersihan kulit bayi perlu dijaga. Mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan setiap hari, tetapi bagian seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur. Dan jika ingin memegang bayi harus cuci tangan (Vivian, 2011).

5) Keamanan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya jangan

meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Selain itu perlu dihindari untuk memberikan apapun ke mulut bayi selain ASI (Vivian, 2011).

i. Tanda bahaya bayi

1) Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit. 2) Terlalu hangat (>38oC) atau terlalu dingin (<36oC).

3) Kulit bayi kering terutama 24 jam pertama, biru, pucat atau memar.

4) Isapan lemah, rewel, sering muntah, dan mengantuk berlebihan.

5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah.

6) Terdapat tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, keluar cairan dan pernafasan sulit.

7) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek atau cair, berwarna hijau tua dan terdapat lendir atau darah (Vivian, 2011).

j. Komplikasi bayi baru lahir dan penanganannya

Macam-macam komplikasi yang terjadi pada BBL yaitu : 1) Asfiksia neonatorum

Ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini

disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus. Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin seperti denyut jantung janin menurun, terdapat mekonium dalam air ketuban, pemeriksaan pH darah janin turun sampai dibawah 7,2. Tindakan yang dilakukan ialah dengan melakukan resusitasi (Prawirohardjo, 2007).

2) Kaput suksadaneum

Kelainan ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Kaput suksadaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari (Prawirohardjo, 2007).

3) Cephalhematoma

Kelainan ini disebabkan oleh perdarahan subperiostal tulang tengkorak dan terbatas tegas pada tulang yang bersangkutan, tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya. Kelainan ini dapat terjadi pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat seperti ekstraksi cunam atau ekstraktor vakum. Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephalhematoma tidak memerlukan perawatan khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu (Prawirohardjo, 2007).

4) Brachial palsy

Kelainan ini akibat tarikan yang kuat didaerah leher pada saat bayi lahir, sehingga terjadi kerusakan pada pleksus brakialis. Hal ini ditemukan pada persalinan letak sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam usaha melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat terjadi pada janin dengan bahu lebar. Disini kadang-kadang dilakukan tarikan pada kepala agak kuat ke belakang untuk melahirkan bahu depan (Prawirohardjo, 2007).

Penanggulangannya ialah dengan jalan meletakkan lengan atas dalam posisi abduksi 90o dan putaran ke luar. Siku berada 90o disertai supinasi lengan bawah dengan ekstensi pergelangan dan telapak tangan menghadap ke depan. Posisi ini dipertahankan beberapa waktu. Penyembuhan biasanya terjadi setelah beberapa hari, kadang-kadang sampai 3-6 bulan (Prawirohardjo, 2007).

5) Fraktura klavikula

Fraktur ini mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan melahirkan bahu pada persalinan. Hal ini dapat timbul pada persalinan presentasi kepala dengan bayi besar atau kelahiran sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Gejala yang tampak pada keadaan ini adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena disertai

menghilangnya refleks morro pada sisi tersebut. Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dalam posisi abduksi 60o dan fleksi 90o dari siku yang terkena (Prawirohardjo, 2007).

6) Fraktura humeri

Kelainan ini terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi kepala atau pada sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks morro sisi tersebut hilang. Prognosis penderita sangat baik dengan dilakukannya imobilisasi lengan selama 2-4 minggu (Prawirohardjo, 2007).

7) Hernia diafragmatika

Disini terdapat lubang diafragma yang hanya ditutup oleh lapisan pleura dan peritoneum, yang memungkinkan sebagian isi rongga perut dapat masuk kedalam rongga dada. Pengobatannya ialah tindakan bedah. Prognosis bayi disamping tindakan bedahnya sendiri ditentukan pula ada tidaknya hipoplasi paru pada segmen yang tertekan serta ada tidaknya komplikasi kardiologi akibat hipoplasi paru tersebut (Prawirohardjo, 2007).

8) Omfalokel

Terdapat hernia pada dinding perut di sekitar pusat, sehingga isi rongga perut dapat masuk ke dalam suatu

kantong di atas permukaan rongga perut. Pengobatan terdiri atas tindakan bedah dengan tujuan untuk menutup hernia tersebut. Pada herniasi yang besar, tindakan bedah dilakukan bertahap (Prawirohardjo, 2007).

9) Meningokel

Merupakan benjolan berbentuk kista di garis tengah tulang belakang yang umumnya terdapat di daerah lumbo-sakral (Prawirohardjo, 2007).

10) Hidrochepalus

Merupakan suatu keadaan dimana terdapat timbunan likuor serebrospinalis yang berlebihan dalam ventrikel-ventrikel, yang disertai dengan kenaikan tekanan intrakranial. Pengobatannya ialah dengan pembedahan bila keadaan memungkinkan (Prawirohardjo, 2007). 11) Anensefalus

Merupakan suatu kelainan kongenital dimana tulang-tulang tengkorak hanya terbentuk bagian basal dari os frontalis, os parientalis dan os osipitalis. Pengobatannya saat ini tidak ada dan biasanya bayi lahir mati, meninggal waktu persalinan atau beberapa jam setelah lahir (Prawirohardjo, 2007).

12) Tetanus neonatorum

Disebabkan oleh Clostridium tetani. Kelainan ini biasa terjadi pada otak, sumsum tulang belakang, dan terutama pada nukleus motorik. Pengobatan utama yaitu untuk

memperbaiki keadaan umum, menghilangkan kejang, mengikat toksin yang masih beredar, dan pemberian antibiotika terhadap infeksi (Prawirohardjo, 2007).

13) Ikterus fisiologis

Ialah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat-lambatnya 10 hari pertama (Prawirohardjo, 2007).

14) Berat badan lahir rendah (BBLR)

Yaitu BBL dengan berat bada <2500 gram. Penatalaksanaannya umumnya sama dengan perawatan neonatus normal, seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-lain, akan tetapi perlu diperhatikan :

a) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan

janin serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan USG.

b) Memeriksa kadar gula darah.

c) Pemeriksaan hematokrit dan mengobati

k. Imunisasi

1) Pengertian

Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Muslihatun, 2010).

2) Imunisasi dasar

Jadwal imunisasi yang diwajibkan sesuai program pengembangan imunisasi adalah :

a) BCG

Tujuan dari pemberian vaksin BCG adalah untuk mengurangi resiko TBC berat. Diberikan pada bayi umur kurang dari atau sama dengan 2 bulan. Kontraindikasinya adalah pengobatan buruk, demam tinggi, infeksi kulit luas, pernah TBC dan kehamilan. Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan karena manfaaatnya diragukan, efektivitas perlindungan hanya 40%.

b) Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B1 diberikan sedini mungkin setelah lahir untuk memutuskan rantai transmisi maternal ibu ke bayi. Jadwal selanjutnya hepatitis B-2 diberikan dengan interval 1 bulan dari hepatitis B-1. Sejak tahun 2005 departemen kesehatan lahir,

dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DPT- hepatitis B umur 2-3-4 bulan.

c) Polio

Vaksin IPV (inectived polimyelitis vaccine) bisa

diberikan pada anak sehat dengan

imunokompromise atau bersamaan dengan vaksin DPT. Jadwal pemberian imunisasi poli adalah polio 1 saat lahir. Imunisasi dasar polio 2,3,4 interval minimal pemberian 4 minggu. Dosis vaksin adalah 2 tetes. Kontraindikasi pemberian imunisasi polio adalah penyakit akut, demam, muntah atau diare.

d) DPT

DPT adalah toksoid difteria, dan tetanus. Kontra indikasi adalah riwayat anafilaksis dan ensefalopati sesudah pemberian vaksis pertusis sebelumnya. Jadwal pemberian imunisasi DPT adalah diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-6 minggu. DPT ulangan diberikan setelah 1 tahun dari DPT 3 yaitu pada umur 18-24 bulan.

e) Campak

Diberikan satu dosis 0,5 ml suntikan subkutan pada umur 9 bulan. Imunisasi ulang diberikan pada anak umur 5-6 tahun, kontraindikasinya adalah demam tinggi, dengan pengobatan imunoglobulin (Muslihatun, 2010).

4. NIFAS

Dokumen terkait