• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian bayi baru lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sarwono, 2005). dalam Sondakh, 2013). Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38- 42 minggu dengan berat badan sekitar 2500 -3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm (Sarwono, 2005 dalam Sondakh, 2013). 2. Asuhan pada bayi baru lahir

Menurut Saifudin (2009). tujuan utama perawatan bayi segera setelah lahir, yaitu:

a. Untuk membersihkan jalan nafas b. Memotong dan merawat tali pusat c. Mempertahankan suhu tubuh bayi

d. Memberikan vitamin k1 dan mengoleskan salep mata e. Identifikasi sebagai alat pengenal / identitas bayi f. Pencegahan infeksi

3. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir

a. Setiap bayi baru lahir akan mengalami periode transisi, yaitu:

1) Merupakan fase tidak stabil selama 6-8 jam pertama kehidupan dengan mengabaikan usia gestasi, sifat persalinan maupun cara melahirkan.

2) Periode segera setelah lahir akan terjadi pernapasan cepat mencapai 80 kali/menit dan pernapasan cuping hidung yang berlangsung sementara, retraksi, serta suara seperti mendengkur. Denyut jantung dapat mencapai 180x/menit selama beberapa menit pertama kehidupan.

3) Tidur pertama bayi dikenal sebagai fase tidur yang terjadi dalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.

4) Periode kedua reaktivitas, dimulai ketika bayi bangun ditandai dengan respons aktif terhadap stimulus, perubahan warna kulit dari merah muda menjadi agak kebiruan serta denyut jantung menjadi cepat.

5) Lendir mulut bayi dapat menyebabkan masalah pada bayi seperti tersedak, tercekik maupun batuk.

b. Adaptasi pernapasan

Menurut Sondakh (2013). Pernapasan pertama pada bayi sehat terjadi dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran.

c. Adaptasi kardiovaskuler

Menurut Sondakh (2013). adaptasi kardiovaskuler pada bayi baru lahir diantaranya:

1) Denyut nadi bayi saat bangun berkisar antara 120-160 kali/menit dan nadi saat bayi tertidur berkisar 100 kali/menit

2) Rata-rata tekanan darah bayi 80/46 mmhg 3) Nilai hematologi normal pada bayi.

Pada saat berkembangnya paru-paru pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan oksigen, sedangkan tekanan karbon dioksida

akan mengalami penurunan, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus tertutup dan setelah tali pusat dipotong, aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen ovale tertutup d. Adapatasi neurologis

Segera setelah bayi lahir system neurologis bayi secara fisiologis belum berkembang sempurna menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas yang disertai dengan

reflek bayi baru lahir yang menunjukan incikator penting perkembangan normal bayi.

e. Adaptasi gastrointestinal

1) Enzim-enzim aktif saat lahir dapat menyokong kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu, seperti perkembangan otot-otot dan refleks yang penting untuk menghantarkan makanan 2) Kelenjar saliva yang membuat sedikit saliva diolah sampai bayi

berusia 3 bulan.

3) Pengeluaran mekonium berwarna hitam kehijauan, lengket, dan mengandung darah samar

4) Beberapa bayi baru lahir menyusui segera bila diletakkan pada payudara, sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusu secara efektif.

f. Adaptasi ginjal

Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan ketidakseimbangan cairan. Sehingga sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada hari ke 1-2 dan setelah itu akan berkemih 5-20 kali salam 24 jam.

g. Adaptasi hati

Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati terus membantu pembentukan darah.Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan darah.Hati juga mengontrol jumlah bilirubin.

h. Adaptasi imun

Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu masuk, sehingga jumlah system pelindung secara signifikan meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir.

1) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu.

2) Immunoglobulinakan hilang dari saluran pernapasan dan perkemihan, kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI (varney, 2008).

i. Perubahan termoregulasi dan metabolik

1) Terjadi penurunan suhu beberapa derajat celcius pada bayi baru lahir karena lingkungan eksternal lebih dingindari pada suhu pada rahim.

2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat badan, menyebabkan bayi mudah untuk mengahantarkan panas pada lingkungan.

3) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadu melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.

4) Hipotermi pada bayi baru lahir dapat bersifat mematikan, bahkan bayi cukup bulan yang sehat (Varney, 2008).

4. Tanda-tanda bayi baru lahir normal

Menurut Sonadkh (2013). Bayi lahir dikatakan normal dengan kriteria antara lain:

b. Panjang badan bayi 48-50 cm c. Lingkar dada bayi 32-34cm d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm

e. Bunyi jantung dalam menit pertama kurang lebih 180x/menit sampai kemudian turun antara 120-160x/menit dalam usia bayi 30 menit

f. Pernafasan cepat pada menit menit pertama kira kira 80x/menit disertai pernafasan caping hidung dan rintihan hanya berlangsung 10-15 menit

g. Terdapat vernik caseosa dan cairan surfaktan dilapisan kulit kemerahan bayi

h. Rambut kepala tumbuh baik sedangkan rambut lanuago telah hilang i. Kuku panjang dan lemas

j. Mempunyai reflek hisap, moro dan menelan

k. Testis sudah turun pada jenis kelamin laki laki dan labia mayora telah menutupi labia minora pada jenis kelamin perempuan

l. Sudah buang air kecil dan besar maksimal dalam 24 jam dan konsistensi mekonium hitam kehijauan dan lengket

5. Tanda bahaya bayi baru lahir

Menurut Saifudin (2009). tanda tanda bayi lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu maupun beberapa tanda yang akan disebutkan dibawah ini antara lain:

a. Sesak nafas

b. Frekuensi pernafasan 60x/menit c. Gerak retraksi dinding dada

d. Malas minum ataupun kesulitan minum e. Panas atau suhu badan bayi rendah f. Kurang aktif

g. Berat lahir rendah (1500-2500 gram). 6. Reflek pada bayi normal

Menurut Sondkah (2013). Bayi lahir normal mempunyai berbagai macam reflek antara lain:

a. Reflek menggenggam dilakukan dengan cara mendekatkan jari pemeriksa ketelapak tangan bayi apakah bayi berusaha menggenggam atau tidak

b. Reflek rooting dilakukan apabila kita memberikan sentuhan ke pipi bayi apakah bayi akan mencari sentuhan atau tidak

c. Reflek moro/terkejut merupakan gerak terkejut bayi yang dilakukan dengan cara memberi sentuhan dengan jari maupun tangan secara tiba tiba

d. Reflek sucking / Menghisap untuk mengetahui apakah bayi berusaha menghisap dengan cara memasukkan putting/ dot kedalam mulut bayi e. Reflek slowing untuk mengetahui apakah bayi bisa menelan ASI yang

diberikan atau tidak

f. Glabella reflek merupakan kedipan mata dan pengerutan pada kening bayi pada saat bayi disentuh pada daerah os glabella dengan jari tangan pemeriksa

paha kanan dan kiri disentuh oleh pemeriksa

h. Tonick Neck untuk mengetahui usaha bayi mengangkat kepalanya jika bayi digendong

6. Kegawatdaruratan pada bayi baru lahir

Menurut Saifudin (2009). tanda tanda kegawatdaruratan pada bayi antara lain:

a. Sulit minum b. Lidah biru

c. Henti nafas dalam beberapa menit d. Perut kembung

e. Kejang berulang f. Merintih

g. Perdarahan talipusat h. Seluruh badan kuning

i. Berat badan lahir kurang dari 1500 gram j. Inisiasi menyusui dini

7. Bayi yang beresiko tinggi

a. Respiratory distress syindrom (RDS)

Respiratory distress syindrom (RDS) adalah kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernafasan besar 60x/i, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retrasi di daerah epigastrium, suprosternal, interkostal pada saat inspirasi.

b. Pendarahan tali pusat

pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukan trombus normal. selain itu, pendarahan pada tali pusat juga bisa jadi petunjuk adanya penyakit pada bayi.

c. Kejang neonatus

Suatu gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan susunan saraf pusat. penyebab utama terjadinya kejang adalah kelainan bawaan pada otak, sedangkan sekunder adalah gangguan metabolik atau penyakit infeksi.

d. Asfiksia neonatorum

Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Sudarti dkk, 2010).

Respiratory Distress Syindrom (RDS) a. Definisi RDS

Respiratory distress syndrom (RDS) di sebut juga hyaline membrane disease (HMD), merupakan syndrom gawat nafas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang (Rukiyah, 2010).

Sindrom distres pernafasan (RDS) adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.

RDS dikatakan sebagai hyaline membrane diseasae (HMD) (Suriadi, dkk, 2006). Sindrom gawat nafas atau (RDS) pada neonatus yang juga

di sebut sebagai hyaline membrane disease (HMD) merupakan suatu penyakit paru-paru akut pada neonatus yang di sebabkan karena kekurangan subkutan (Maryunani, 2009).

b. Klasifikasi

Menurut Maryunani (2009). Respiratory Distress Syndrome (RDS) atau sindrom gawat nafas dikelompokan sebagai berikut:

1) Syndrom gawat nafas Klasik/Clasik Respyratory distress syndrome. Thoraks/dada berbentuk seperti bel disebabkan karena kekurangan aerasi (underaration). Volume paru-paru menurun, parenkhim paru-paru memiliki pola retikulogranuler difusi, dan terdapat gambaran broncho gram udara yang meluas ke perifer.

2) Sindrom Gawat Nafas Sedang-Berat/Moderately severe

Respiratory Distress Syndrome. Pola retikulogranuler lebih menonjol dan terdisribusi lebih merata. Paru-paru hypoaerated. Dapat dilihat pada bronkhogram udara meningkat.

3) Sindrom Gawat Nafas Berat/ Severe Respiratory Distress Syndrome terdapat retikulogranuler yang berbentuk opaque pada kedua paru-paru area cystic pada paru-paru kanan bisa manunjukan alveoli yang berdilatasi atau empisema interstitial pulmonal dini. Terjadi retrasi iga, dan terdapat ekspirasi ngorok, menangis lemah, mulut berbusa dan sianosis semakin berat. Bila tidak ditangani, lebih dari setengah bayi meninggal dalam 18 jam setelah lahir.

Menurut Cecily Lynnbetz (2009). Adanya tanda-tanda gajala gawat nafas adalah:

1) Takipnea (nafas lebih dari 60 kali per menit). 2) Sianosis sejalan dengan hipoksia.

3) Dengkur ekspiratori 4) Pernafasan cuping hidung

5) Hipotensi sistemik (pucat perifer, edema, pengisian kapiler tertunda dari 3 sampai 4 detik).

6) Menurunya komplians paru (nafas turun-naik paradoksal) 7) Penurunan pengeluaran urine.

8) Penurunan bunyi napas dengan bising.

c. Etiologi

1) Bayi yang lahir sebelum paru-parunya siap berfungsi dengan efisien sebagai organ pertukaran gas atau karena sistem surfaktan yang belum matur.

2) Surfaktan bertindak sebagai deterjen untuk mengurangi tekanan permukaan cairan yang melapisi alveoli dan saluran pernafasan. 3) Hal ini memungkinkan ekspansi keseluruhan paru dan mencengah

kolaps paru-paru setiap kali setelah bernafas.

4) Tanpa surfaktan, bayi harus bekerja keras untuk mengembangkan kembali kantung udara setiap kali bernafas.

5) Sehingga bisa terjadi atelektasis (kolapa paru-paru), hipoksia (oksigen dalam darah tidak adekuat), dan hiperkapnea (kelebihan

karbondioksida) (Anik, 2014). d. Diagnosis

1) Menurut Maryunani (2009). penyakit membran hialin atau sindrom gawat nafas biasanya di diagnosa dengan beberapa pemeriksaan yaitu:

2) Keadaan umum, warna kulit atau membran mukosa dan usaha (mengidentifikasi kebutuhan bayi terhadap oksigen).

3) Pemeriksaan fhoto rontgen dada/ x-rays (sering kali menunjukan suatu gambaran “seperti kaca/ ground glass” yang unik yang disebut polaretikulogranuler seragam dan bron-chogram udara), x-rays merupakanenergi elektromagnetik yang digunakan untuk menghasikan bayangan tulang dan organ-organ dalam/internal pada film.

4) Gas darah (pemeriksaan untuk oksigen, karbondioksida dan asam pada darahaetri), sering kali menunjukan penurunan jumlah dan peningkatan karbondioksida

5) Elektrokardiografi (EKG), kadang-kadang digunakan untuk menyingkirkan masalah jantung yang bisa menyebabkan gejala yang mirip dengan HMD/ sindrom gawat nafas, EKG merupakan suatu test yang mencatat aktivitas jantung, menunjukkan irama yang abnormal (aritmia atau disritmia) dan mendekteksi kerusakan otot jantung.

e. Patofisiologi

syndrome pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding thorak masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfakatan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernapasan menjadi berat (Rukiyah, 2010). Sindrom gawat nafas atau penyakit atau penyakit membran hialin merupakan akibat dari imaturitas anatomi paru-paru dan kekurangan surfaktan. Sintesa surfaktan paru-paru pada penumocytes tipe II, dimulai pada usia kehamilan 24-28 minggu dan secara berangsur-angsur meningkat sampai usia kehamilan aterm. Surfaktan paru-paru menurunkan tegangan permukaan dalam alveolus selama ekspirasi, yang memungkinkan alveolus sebagian tetap mengembang, yang dapat mempertahankan kapisitas residual fungsional (Maryunani, 2009). 6. Komplikasi

a. Komplikasi jangka pendek (akut)

Ruptur alveoli, bila di curigai terjadi kebocoran uadara (pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel), pada bayi dengan Respirasi Dystress Syndroma yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.

Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan

thrombositopeni. infeksi dapat timbul karna tindakan invasif seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi.

Perdarahan intrakranial dan leukomalacial periventrikular, perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi Respirasi Dystress Syndroma dengan ventilasi mekanik.

b. Komplikasi jangka panjang

Bronchopulmonary dysplasia (BPD), merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi,inflamasi, dan defisiensi vitamin. Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi. Retinopathy prematur, kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi (Rukiyah, 2010).

7. Penatalaksanaan

a. Tindakan khusus untuk bayi dengan sindrom gawat nafas atau penyakit membran hialin akan ditentukan oleh dokter bayi berdasarkan pada:

1) Usia kehamilan ibu pada saat bayi lahir, riwayat kesehatan dan medis secara menyeluruh

3) Toleransi bayi terhadap obat-obatan, prosedur, dan terapi yang spesifik.

4) Harapan terhadap kondisi tersebut 5) Pendapat atau pilihan orang tua.

b. Tindakan untuk bayi dengan sindrom gawat nafas atau penyakit membran hialin (HMD) meliputi:

1) Pengaturan suhu 2) Cairan parenteral

3) Pemantauan berkesinambungan

4) Pasang selang ETT (intubai endotrakeal)

5) Alat bantu/ ventilasi mekanik (untuk membantu kerja nafas bayi) 6) Oksigen suplementasi (jumlah oksigen yang banyak)

7) Pemasangan CPAP (continuous positive airway pressure (CPAP), suatu mesin pernafasan mekanik yang mendorong aliran udara atau oksigen yang terus-menerus ke jalan nafas untuk menjaga agar aliran udara dalam paru-paru terbuka.

8) Pengatian surfaktan tiruan-paning efektif jika dimulai dalam 6 jam pertama setelah lahir. Pengganti surfaktan telah menunjukkan dapat mengurangi beratnya penyakit membran fialin atau sindrom gawat nafas. surfaktan diberikan sebagai tindakan profilaksis (pencegahan) untuk beberapa bayi yang sangat berisiko tinggi terhadap penyakit membran hialin (HMD) atau juga dapat

diberikan sebagai metode penyelamatan/ pengomatan.

9) obat-obatan (untuk membantu sedasi dan mengurangi nyeri pada bayi selama terapi/ tindakan) (Maryunani, 2009).

8. Pencegahan

Mencegah terjadinya/ lahirnya bayi prematur merupakan cara yang paling utama dalam mencegah terjadinya penyakit membran hialin (HMD). Jika bayi prematur tidak dapat mencegah, ibu biasanya diberikan obat yang disebut kortikosteroid sebelum persalinan dan telah menunjukkan penurunan resiko dan beratnya HMD yang sangat drastis pada bayi. Steroid ini sering kali diberikan pada ibu antara usia kehamilan 24 samapi 34 minggu yang telah diketahui akan berisiko pada awal persalinan (Maryunani, 2009).

9. Karakteristik bayi baru lahir dengan kejadian RDS

Karakteristik adalah ciri khas seseorang dalam menyakini, bertindak ataupun merasakan. Berbagai teori pemikiran dari karakteristik tumbuh untuk menjelaskan berbagai kunci karakteristik (Boeree, 2008).

a. Berdasarkan usia kehamilan

Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu, dihitung dari hari pertama haid yang terakhir. Lama kehamilan dapat dibedakan atas: 1) Partus prematurus, adalah persalinan dari hasil konsepsi pada

kehamilan 20-36 minggu, janin dapat hidup tetapi prematur. Berat janin antara 1.000-2.5000 gram.

2) Partus matures atau aterm (cukup bulan), adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan diatas 2.500 gram.

3) Partus posmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi dua minggu atau lebih dari waktu partus cukup bulan (Parwirohardjo, 2005).

b. Kelahiran prematur

Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi pada kehamilan ke-37 minggu (Antara 20-ke-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2006). Menurut Varney (2007). persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal minggu gestasi ke 37.

Persalinan kurang bulan (prematur) adalah terjadi sebelum minggu kehamilan ke-37 (Simkin, 2007). Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi tapi belum cukup bulan. Menurut Bararah (2010), menyebutkan bahwa lebih dari 90 bayi prematur yang lahir dengan berat 800 gram atau lebih bisa bertahan hidup, sedangkan jika beratnya sekitar 500 gram atau lebih hanya memiliki 40-50% kesehatan hidup. Prematur adalah satu-satunya faktor paling signifikan yang berkolerasi dengan RDS.

Resiko meningkat sebanding dengan penurunan berat lahir. Bayi yang lahir prematur mempunyai berat badan lahir rendah, namun bayi yang mempunyai berat badan lahir rendah belum tentu mengalami kelahiran prematur. Bayi prematur rentan mengalami RDS, karena pada usia <37 minggu terjadi penurunan fungsi akibat tidak berkembangnya atau

terjadinya klasifikasi dan aerosklerosis pembuluh darah. Penurunan kemampuan nutrisi plasenta, plasenta menimbulkan perubahan metabolisme anaerobic, pada keadaan ini akan menyebabkan terjadinya Respiratory Distress Syndrom (gawat janin) (Manuaba, 2008).

Sedangkan kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu disebut post term atau kehamilan lewat waktu, sehingga fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali lebih besar dari kehamilan aterm. Akibat penuaan plasenta maka pemasokan makanan dan oksigen akan menimbulkan metabolisme anaerob sehingga terjadi penimbunan karbon dioksida, asidosis darah dan cairan tubuh yang berdampak terjadinya Respiratory Distress Syndrom.

7. Faktor resiko berat badan bayi baru lahir besar a. Resiko pada Ibu

1) Ibu mengalami robekan perineum 2) Persalinan dengan operasi Caesar

3) Kehilangan darah dalam jumlah banyak saat persalinan 4) Ruptur uteri dan serviks

b. Resiko pada bayi

1) Bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadang kala bayi lahir dengan trauma tulang leher dan bahu.

2) Distosia atau macet pada bahu 3) Hipoglikemia

Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hipoglikemia apabila kadar glukosa

darah kurang dari 30 mg/dL pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hipoglikemia. Umumnya

hipoglikemia terjadi pada neonatus usia 1-2 jam. Menurut (Prawirohardjo, 2006).

8. Klasifikasi nilai APGAR Skor

Menurut Mochtar (2012). Klasifikasi klinik nilai APGAR: a. Nilai 7-10 bayi normal

b. Nilai 4-6 bayi asfiksia ringan – sedang c. Nilai 0-3 bayi asfiksia berat

Tabel 2.7 Nilai APGAR

Skor 1 2 3

A : Appearance color (warna kulit)

P : Pulse (Frekuensi DJJ) G : Grimace (reaksi terhadap

rangsangan)

A : Activity (Tonus otot) R : Respiration (usaha bernafas) Pucat Tidak ada Tidak ada Lumput Tidak ada Badan merah, ekstermitas biru Kurang dari 100 Sedikit gerakan mimic Ekstermitas sedikit fleksi Lemah Seluruh tubuh kemerah-merahan Diatas 10 Menangis, batuk, bersin Gerakan aktif Menangis kuat Sumber : Mochtar (2012).

9. Iniasi Menyusui Dini

Inisiasi dilakukan dengan cara bayi diletakkan di dadaibu minimal satu jam dimulai segera setelah lahir untuk memberi kesempatan pada bayi

untuk mencari dan menemukan puting susu ibunya dengan cara mencium bau ibunya. Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menajga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial, kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir.Skin to skin dengan bayi membuat bayi lebih tenang sehingga bayi tidur nyenyak. Dengan demikian, berat badan dapat meningkat serta menguatkan ikatan batin antara bayi dan ibunya (Prawirohardjo, 2010).

10.Kunjungan neonatal

Terdapat minimal tiga kali kunjungan ulang bayi baru lahir (Profil Kesehatan Indonesia (2012) :

a. Kunjungan Neonatal pertama pada usia 6-48 jam b. Kunjungan Neonatal kedua pada usia 2-7 hari c. Kunjungan Neonatal ketiga pada usia 8-28 hari

1) Pemantauan 2 jam

Pemantauan 2 jam pertama bayi baru lahir bertujuan untuk melihat adanya kemampuan bayi menghisap dengan kuat, bayi tampak aktif atau lunglai dan warna kulit kemerahan atau biru seorang bidan sebelum meninggalkan bayi perlu melihat apakah terdapat gangguan pernafasan, hipotermi, infeksi, dan cacat bawaan.

2) Pemantauan 0-6 jam

lahir dan diletakan didekat ibu serta dalam ruangan yang sama. b) Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan dalam

ruangan ibu atau di dalam ruangan khusus. 3) Asuhan 2-6 hari

Pemeriksaan bayi baru lahir antara lain a) Menilai pertumbuhan bayi

b) Pemberian minuman dan nutrisi c) Pemberian asi eksklusif

4) Asuhan 6-28 hari

a) Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat di laksanakan di pelayanan kesehatan atau meliputi kunjungan rumah

b) Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi, pingir ibu atau keluarga saat dilakukan pemeriksaan (Prawirohardjo, 2008).

11.Penyulit pada neonatus a. Asfiksia neonatorum

Adalah dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah kelahiran

(Manuaba, 2010).

b. Perlukaan kelahiran persalinan 1) Perlukaan kulit

Kaput suksedaneum muncul karena kepala janin terlalu lama tertekan dasar panggul. Kaput melampaui batas tulang dan akan menghilang beberapa hari (Manuaba, 2010).

Sefalhematoma adalah perdarahan subperitonial, dengan batas jelas pada satu tulang tengkorak. Dapat terjadi disertai fraktur tulang tengkorak. Bila tidak ada kelainan penyerta, maka tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang 2 sampai 12 minggu ( Manuaba, 2010).

3) Perdarahan subkonjungtiva

Dapat terjadi pada persalinan spontan, tidak menimbulkan bahaya dan akan diserap setelah beberapa hari ( Manuaba, 2010).

4) Paralisis pleksus brakialis

Terjadi pada tarikan kepala yang terlalu berat, sehingga merusak pleksus brakialis. Bentuk kelainan otot lengan: kelemahan pada

Dokumen terkait