DAFTAR PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Konsep Taman Nasional
2.11. Beberapa Contoh BLU 1. Pendidikan dan Pelatihan
Satuan kerja (satker) yang menerapkan PPK-BLU pada bidang pendidikan dan pelatihan per 15 Februari 2012 adalah sebanyak 62 satker meliputi beberapa perguruan tinggi dan lembaga pendidikan negeri. Adapun jenis layanan yang disediakan meliputi paket pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Dokter pada perguruan tinggi serta paket pelatihan sesuai dengan tupoksi satker masing-masing. Balai Besar Pengembangan Latihan kerja Luar Negeri dlh contoh satker yang menyediakan pelatihan bahasa, elektronik industri, fabrikasi, listrik dan lainnya dengan tarif tertentu (Kemenkeu 2012). Fasilitas yang disediakan diantaranya adalah ruangan kelas, fasilitas internet, pengajar yang professional dan lainnya. Pada beberapa perguruan tinggi yang menerapkan BLU maka Pemimpin Universitas atau Rektor bertanggungjawab terhadap penyiapan Rencana Strategis Bisnis dan Rencana Bisnis dan Anggaran.
2.11.2.Penelitian
Satuan kerja (satker) yang menerapkan PPK-BLU pada bidang penelitian per 15 Desember 2011 adalah sebanyak 3 satker diantaranya adalah Balai Besar Industri Agro (BBIA) yang memiliki tupoksi penelitian, pengembangan, kerjasama, standarisasi, pengujian, sertifikasi dan pengembangan kompetensi industri agro dengan jenis layanan meliputi jasa pengujian (analisis proksimat, mikrobiologi, label nutrisi, dan lain-lain), jasa kalibrasi (kalibrasi massa, volume, suhu, optik), jasa riset (pengembangan produk dan proses, mengatasi permasalahan teknlogi, rekayasa dan rancang bangun peralatan industry agro, studi kelayakan usaha), jasa sertifikasi (sertikikasi Sistem Manajemen Mutu, sertifikasi produk, dan lainnya), jasa konsultasi (pemecahan masalah teknologi, penganekaragaman produk, perbaikan produksi, pengembangan produk, penggunaan bahan tambahan makanan, pendirian usaha). Fasilitas yang disediakan meliputi laboratorium analisis komoditi (LAK) yang melaksanakan uji yang telah terakreditasi oleh National Accreditation of Territory Agency(NATA) Australia dan Komite Akreditasi Nasional (KAN) serta tersedia peneliti profesional yang berpengalaman. BBIA memiliki Kepala Seksi Pemasaran yang secara khusus menangani pemasaran produk dan layanannya.
2.11.3.Kesehatan
Satker yang menerapkan PPK-BLU pada bidang kesehatan per 15 Februari 2012 adalah sebanyak 48 satker di antaranya adalah Rumah Sakit dan Balai Kesehatan Masyarakat. Layanan yang diberikan berupa konsultasi dokter, layanan rawat inap dan rawat jalan, tindakan gawat darurat, tindakan operasi dan lain-lain. Fasilitas yang tersedia antara lain ruang pemeriksaan, laboratorium, kamar rawatan, ruang ICU, ruang operasi dan tenaga medis professional.
2.12. Kesatuan Bisnis Mandiri Perusahaan Umum Kehutanan Negara (KBM Perum Perhutani)
Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyelenggarakan kegiatan usaha pengelolaan hutan dan usaha-usaha lain yang dapat menunjang maksud dan tujuan perusahaan (Perhutani 2010). Dalam melaksanakan kegiatan usaha pengelolaan hutan dan usaha-usaha lain tersebut
perlu dilakukan secara efektif, efisien dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan.
Wilayah kerja perusahaan terbagi menjadi 3 Unit dengan 57 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH). Dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan perusahaan, Perum Perhutani didukung pula oleh 13 Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM), satuan kerja perencanaan sumberdaya hutan (SDH) yang terdiri dari 13 Seksi Perencanaan Hutan (SPH), dengan rincian sebagai berikut :
1. Unit I Jawa Tengah terdiri dari : 20 KPH ; 2 KBM Pemasaran; 2 KBM Industri Kayu; 1 KBM Industri Non Kayu; 1 KBM Agroforestry dan 1 KBM Jasa Lingkungan dan Produksi lainnya serta 4 SPH ; seluas 630.720 Ha. 2. Unit II Jawa Timur terdiri dari: 23 KPH ; 3 KBM Pemasaran; 1 KBM Industri
Kayu; 1 KBM Industri Non Kayu; 1 KBM Agroforestry dan 1 KBM Jasa Lingkungan dan Produksi lainnya serta 5 SPH ; seluas 1.126.958 Ha.
3. Unit III Jawa Barat dan Banten terdiri dari:14 KPH ; 1 KBM Pemasaran; 1 KBM Industri Kayu Non Kayu; 1 KBM Agroforestry, Ekologi dan Jasa Lingkungan (AEJ) serta 4 SPH ; seluas 684.423 Ha. Selain itu Perum Perhutani juga memiliki satuan kerja pendukung yaitu Kantor Pusat, 3 Kantor Unit, 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) SDH, 1 Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) SDM dan 3 Kantor Biro Perencanaan.
Satuan organisasi yang berada di bawah kantor unit adalah KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan). KPH dipimpin oleh seorang Administrator/Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (Adm/KKPH) yang bertugas menyususn rencana pengelolaan hutan serta rencana kerja dan anggaran, memimpin penyelenggaraan aktivitas pengelolaan sumberdaya hutan, melaksanakan tata laksana administrasi dan pembukuan perusahaan, melaksanakan pembinaan SDM di wilayah KPH, melaksanakan pembinaan masyarakat, memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
Satuan organisasi lainnya di bawah kantor unit adalah KBM yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan usaha bisnis perusahaan secara mandiri untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor : 1080/Kpts/Dir/2011 tentang Struktur Organisasi Perum Perhutani maka pada kantor unit terdiri dari beberapa KBM
tergantung pada jenis usaha yang akan dikembangkan meliputi KBM Kayu, KBM Industri Hasil Hutan Non Kayu, KBM Jasa Lingkungan dan Produksi Lainnya, KBM Agroforestry, KBM Perdagangan (Trading) dan KBM Industri Kayu.
Masing-masing KBM dipimpin oleh seorang General Manager dan membawahi seorang Kepala Tata Usaha dan beberapa orang Manager. KBM pada masing-masing unit dibentuk guna lebih memfokuskan serta mendukung kegiatan pemasaran hasil hutan secara maksimal yang berfokus kepada pelayanan pelanggan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Struktur Organisasi Kantor Pusat dan Kantor Unit Perhutani dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Beberapa produk dan layanan yang dihasilkan Perum Perhutani adalah
sustainable product (kayu olahan dan kayu bundar), produk kimia hutan
(gondorukem, terpentin, minyak kayu putih, kopal, lak, minyak ylang-ylang) ekoturisme, flora dan fauna, produk pangan dan kesehatan (madu Perhutani, madu Wanajava, Air Perhutani, minuman madu Perhutani), benih dan bibit (jati plus Perhutani), Forestry Training and Development (paket training dan konsultasi bisnis kehutanan), Clean Energy (mikro hydro) dan zona komersial (area pameran, papan reklame, tower, penyewaaan gedung pertemuan dan sebagainya).
Fasilitas yang tersedia untuk mendukung usahanya adalah sarana dan prasarana gedung dan obyek wisata, outlet pemasaran, pabrik produk kimia hutan, pabrik produk pangan dan kesehatan dan lainnya serta tenaga yang profesional dan handal.
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan Juni 2012. Tempat yang menjadi lokasi penelitian, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA), Balai TN Komodo (BTNK) dan Balai Besar TN Bromo Tengger Semeru (BBTN BTS). BTNK dan BBTN BTS dipilih karena merupakan TN Efektif sesuai dengan Road Map Pembangunan Kehutanan Berbasis Taman Nasional yang menjadi target untuk dijadikan TN Mandiri pada Milestone I (Kemenhut 2011). Selain itu, BNTK dan BBTN BTS merupakan TN yang merupakan target BLU Ditjen PHKA.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan informan kunci. Data sekunder diperoleh dari berbagai dokumen terkait dengan tujuan penelitian yang berasal dari Kementerian Kehutanan, Kementerian Keuangan, satuan kerja yang telah menerapkan BLU, Perum Perhutani, pemerintah daerah, pihak swasta, petugas TN, organisasi non pemerintah, masyarakat dan penelusuran online. Data yang dikumpulkan meliputi sejarah pengelolaan TN, kegiatan pengelolaan TN, produk/jenis layanan yang dihasilkan TN, sumber-sumber PNBP, jenis dan jumlah sumber daya, rencana strategi bisnis, laporan keuangan, struktur organisasi dan tata kerja, pelibatan stakeholder dan peraturan perundangan.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan kajian dokumen. Wawancara dilakukan melalui wawancara mendalam dengan informan kunci yang dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono 2011). Wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan yang dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama (Prastowo 2011). Informan kunci berasal dari Kementerian Kehutanan yang
terkait, Kementerian Keuangan, satuan kerja yang telah menerapkan BLU, Perum Perhutani, pemerintah daerah, pihak swasta, petugas TN, organisasi non pemerintah dan masyarakat. Kajian dokumen dilaksanakan dengan mempelajari berbagai tulisan, gambar atau karya monumental yang terkait dengan topik penelitian (Sugiyono 2011).
Tabel 3 Jenis data yang dikumpulkan dan sumber data
Ruang Lingkup Data yang dikumpulkan Sumber Data
Identifikasi Penjabaran Tupoksi TN
Penjabaran tupoksi berdasarkan inovasi kreasi pengelolaan TN, program dan kegiatan TN
Dokumentasi TN dan informan kunci Ketepatan Penerapan Model BLU - Persyaratan Substantif - Persyaratan Teknis
Barang dan jasa yang dihasilkan TN, dokumentasi terkait, peraturan perundangan
Dokumentasi terkait anggaran dan biaya pengelolaan, sumber dan jumlah pendapatan PNBP, jenis dan jumlah sumber daya, jumlah pengunjung, tarif, peraturan perundangan, dokumentasi terkait pelibatan stakeholder.
Dokumentasi terkait dan informan kunci
Implikasi Penerapan BLU bagi Pengelolaan TN Mmandiri yang Berkelanjutan.
Penerapan BLU satker lain, penerapan bisnis mandiri dan persiapan sistem pengelolaan BLU Ditjen PHKA
Dokumentasi terkait dan informan kunci
3.4. Metode Analisa Data
Analisis data dilakukan secara bertahap berdasarkan ruang lingkup penelitian, yaitu identifikasi penjabaran tupoksi TN, analisis ketepatan penerapan model BLU dalam pengelolaan menuju TN Mandiri, dan analisis implikasi model BLU menuju pengelolaan TN Mandiri yang berkelanjutan.
3.4.1. Identifikasi Penjabaran Tupoksi TN
Identifikasi penjabaran tupoksi TN dilaksanakan melalui analisis deskriptif (Miles & Huberman 1992) dan analisis isi (content analysis) (Neuman 2006). Penjabaran tupoksi TN diidentifikasi untuk kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu periode 2007 sampai 2011 sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional yang menyatakan bahwa tugas pokok TN adalah melakukan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan
pengelolaan kawasan TN sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menjalankan fungsi yang meliputi :
1. Penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan TN.
2. Pengelolaan kawasan TN.
3. Penyidikan, perlindungan, dan pengamanan kawasan TN. 4. Pengendalian kebakaran hutan.
5. Promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. 6. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya.
7. Kerja sama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan kemitraan.
8. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan TN.
9. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam. 10. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Masing-masing penjabaran tupoksi TN kemudian diidentifikasi barang dan/atau jasa yang dihasilkannya berdasarkan PP No. 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang menyatakan bahwa TN dapat dimanfaatkan untuk kegiatan :
1. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam.
3. Penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air, panas, dan angin serta wisata alam.
4. Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar.
5. Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya.
6. Pemanfaatan tradisional berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisional, serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi.
Menurut Sinambela et al. (2008) pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara.
3.4.2. Analisis Ketepatan Penerapan Model BLU
Ketepatan penerapan model BLU dalam pengelolaan menuju TN Mandiri dilaksanakan melalui analisis deskriptif dan analisis isi terhadap pelaksanaan tupoksi TN dan membandingkannya dengan persyaratan substantif dan teknis BLU sesuai dengan PP No.23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU. Penelitian ini membatasi kajian pada persyaratan substantif dan persyaratan teknis yang menjadi persyaratan mutlak sebagai dasar pertimbangan penetapan BLU. Persyaratan administrasi belum dikaji karena penetapan BLU dapat dilakukan bertahap yaitu apabila persyaratan substantif dan teknis telah terpenuhi namun persyaratan administrasi belum terpenuhi secara memuaskan. Persyaratan administrasi pada BLU dengan status Bertahap berlaku paling lama 3 tahun.
3.4.2.1. Persyaratan Substantif
Persyaratan substantif dilaksanakan melalui analisis deskriptif dan analisis isi dengan melakukan pengkajian terhadap hasil penjabaran tupoksi TN yang memenuhi kriteria layanan umum yang berhubungan dengan :
1. Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum, yaitu barang dan jasa yang merupakan barang/jasa semi publik (quasi public goods) yang dapat dijual kecuali yang bersifat pelayanan sipil yang hanya merupakan kewajiban (monopoli) Pemerintah karena peraturan perundang-undangan.
2. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum.
3. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat.
Jika penjabaran tupoksi TN mengandung salah satu kriteria dan/atau beberapa kriteria tersebut di atas, maka TN dinyatakan memenuhi persyaratan substantif untuk menjadi BLU.
3.4.2.2. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis dilaksanakan melalui analisis deskriptif dan analisis isi melalui 2 pendekatan yaitu :
1. Melalui identifikasi terhadap tupoksi yang kinerja pelayanannya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU yaitu identifikasi penjabaran tupoksi berupa kegiatan-kegiatan yang menghasilkan pendapatan dan
berpotensi untuk ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU. Jika penjabaran tupoksi TN mengandung kegiatan-kegiatan yang menghasilkan pendapatan dan/atau berpotensi untuk dapat ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU maka memenuhi persyaratan teknis butir pertama ini.
2. Melalui penilaian kinerja kesehatan keuangan satuan kerja yang bersangkutan sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU dengan kriteria :
(1) Pendapatan satker menunjukkan tren naik dari tahun ke tahun, sehingga satker cenderung akan dapat lebih mandiri,
(2) Ada potensi pendapatan yang dapat ditingkatkan.
3.4.2.3. Analisis Manfaat Biaya (Cost Benefit Analysis)
Analisis Manfaat Biaya (Cost Benefit Analysis (CBA)) ditambahkan sebagai salah satu bahan pertimbangan pengambilan keputusan yaitu dengan membandingkan akumulasi perolehan pendapatan (Benefit) dengan besarnya akumulasi biaya (Cost) untuk kegiatan pengelolaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Gittinger 1982) :
B/C =
di mana B/C adalah Benefit-Cost Ratio, B adalah Benefit, C adalah Cost, t adalah tahun dan i adalah tingkat suku bunga (%). Jika B/C>1 maka layak untuk dilaksanakan, tetapi jika B/C<1 dan maka tidak layak untuk dilaksanakan (Gittinger 1982). Menurut Muhsonim dan Nuraini (2006) pada pemanfaatan sumberdaya maka yang digunakan untuk menghitung kelayakan adalah B/C, jika B/C >1 maka layak untuk dilaksanakan jika B/C<1 tidak layak dilaksanakan.
Perhitungan pendapatan dan biaya mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU. Pendapatan satker BLU adalah pendapatan arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas BLU selama satu periode yang mengakibatkan penambahan ekuitas bersih. Klasifikasi pendapatan BLU adalah Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan, Hibah, Pendapatan APBN, Pendapatan
Usaha Lainnya, Keuntungan Penjualan Aset Non Lancar dan Pendapatan dari Kejadian Luar Biasa.
Biaya satker BLU adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar kas atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas bersih. Klasifikasi biaya BLU adalah Biaya Layanan, Biaya Umum dan Administrasi, Biaya Lainnya, Rugi Penjualan Aset Non Lancar dan Biaya dari Kejadian Luar Biasa.
Sesuai definisi TN Mandiri menurut Hartono (2008a) yaitu TN yang mampu membiayai sebagian atau seluruh pelaksanaan tupoksi di luar gaji dan kegiatan rutin lainnya, maka dalam perhitungan pendapatan TN, pendapatan yang diperhitungkan dalam pendapatan APBN hanyalah pendapatan dari Belanja Pegawai dan Belanja Modal sedangkan untuk pendapatan dari Belanja Barang tidak dimasukkan ke dalam unsur pendapatan karena diharapkan mampu dibiayai dari pendapatan layanan sehingga TN Mandiri dapat terwujud.
3.4.3. Analisis Implikasi Penerapan BLU
Analisis implikasi penerapan BLU menuju pengelolaan TN Mandiri yang berkelanjutan dilaksanakan melalui analisis terhadap hasil kajian pada tujuan pertama dan hasil kajian pada tujuan kedua dan membandingkannya dengan persyaratan BLU. Implikasi lainnya ditentukan sesuai hasil analisis yang berkembang selama penelitian.
4.1. Taman Nasional Komodo 4.1.1. Sejarah Kawasan
Taman Nasional Komodo (TNK) merupakan salah satu TN pertama di Indonesia. Kawasan TNK ditetapkan melalui pengumuman Menteri Pertanian Republik Indonesia pada tanggal 6 Maret 1980 dan kemudian dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 306/Kpts-II/1992 tanggal 29 Februari 1992 tentang Perubahan Fungsi Suaka Margasatwa Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar seluas 40.728 ha serta Penunjukan Perairan Laut di Sekitarnya seluas 132.572 ha yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Manggarai, Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Komodo dan ditetapkan sesuai SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 172/Kpts-II/2000 tanggal 29 Juni 2000 tentang Penetapan KPA Perairan TN Komodo. Pengelolaan TNK merupakan upaya untuk mempertahankan keaslian suatu ekosistem kawasan dengan menjaga kelestarian keanekaragaman hayati dan unsur-unsur non hayati secara insitu (BTNK 2012a).
Penunjukan TNK tahun 1980 berdasarkan pengumuman Menteri Pertanian tanggal 6 Maret 1980 bersamaan dengan dideklarasikannya 4 TN pertama lainnya di Indonesia yaitu TN Ujung Kulon, TN Gunung Gede Pangrango, TN Gunung Leuser, dan TN Baluran. TNK juga dinyatakan sebagai Cagar Biosfer pada tahun 1986 dan Warisan Alam Dunia pada tahun 1991 oleh UNESCO (BTNK 2012a).
Menurut BTNK (2012a) satwa komodo menjadi terkenal di dunia sejak tahun 1911 ketika JKH. Van Steyn van Hensbroek, seorang perwira Pemerintah Hindia Belanda melaporkannya kepada PA. Ouwens, yang menjadi kurator Museum Zoologi Bogor. Komodo yang unik dan langka tersebut kemudian menjadikan Pulau Padar, dan bagian-bagian Selatan dan Barat Pulau Rinca dibentuk menjadi Suaka Margasatwa (SM) pada tahun 1938. Pada tahun 1965 Pulau Komodo ditetapkan sebagai SM di bawah wewenang Departemen Kehutanan (SK No. 66 tanggal 21 Oktober 1965), sehingga terdapat 2 (dua) SM yaitu SM Padar dan sebagian Rinca, dan SM Komodo.
TNK juga merupakan kawasan laut paling kaya di dunia (BTNK 2012a). TNK meliputi 121.400 ha habitat laut dengan keanekaragaman tinggi, termasuk
karang, mangrove, rumput laut, gunung laut, dan teluk yang semi tertutup. Habitat-habitat tersebut mempunyai lebih dari 1.000 spesies ikan, sekitar 260 spesies karang, dan 70 spesies bunga karang. Dugong (Dugong dugon), lumba-lumba (10 spesies), paus (6 spesies), penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas) beruaya di TN ini.
4.1.2. Luas, Lokasi dan Batas
TNK memiliki luas 173.300 ha sesuai dengan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 172/Kpts-II/2000 tanggal 29 Juni 2000 tentang Penetapan KPA Perairan Taman Nasional Komodo. Penetapan Kawasan TNK terletak di antara 119o09’00’’ - 119o55’00” Bujur Timur dan 8o20’00” - 8o53’00” Lintang Selatan jika dilihat secara astronomis. Letak TNK secara geografis merupakan pemisah antara Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Kawasan TNK merupakan pintu masuk dari Propinsi NTB ke Propinsi NTT. Secara administrasi TNK terletak di Kecamatan Komodo Kabupaten Manggarai Barat Propinsi NTT (Gambar 1).
4.1.3. Zonasi
Sistem zonasi TNK ditetapkan sesuai dengan SK Dirjen PHKA No. 65/Kpts/DJ-V/2001 tertanggal 30 Mei 2001 tentang Zonasi TNK yang kemudian mengalami perubahan sesuai dengan Surat Keputusan Ditjen PHKA Nomor : SK.21/IV-SET/2012 tanggal 24 Februari 2012. Zonasi TNK terdiri dari 9 tipe zonasi yang meliputi daratan dan perairan. Zona-zona yang meliputi kawasan darat dan laut memiliki peraturan khusus sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemya (KSDAE). Penentuan zonasi yang ada di Taman Nasional didasarkan atas hasil pengkajian secara teknis konservasi, bukan berdasarkan aspek kepentingan ekonomis semata (BTNK 2012a). Tipe-tipe zona tersebut sebagaimana pada Tabel 4.
Tabel 4 Zonasi TNK
No. ZONA Luas
1 Zona inti + 34.311 Ha
2 Zona rimba + 66.921 Ha
3 Zona bahari 36.308 Ha
4 Zona pemanfaatan khusus pelagis 59.601Ha
5 Zona pemanfaatan tradisional bahari 17.308 Ha
6 Zona pemanfaatan tradisional daratan + 879 Ha
7 Zona pemanfaatan wisata bahari 1.584 Ha
8 Zona pemanfaatan wisata daratan + 824 Ha
9 Zona pemukiman masyarakat tradisional + 298 Ha
4.1.4. Terestrial
Kondisi iklim kering yang panjang dengan curah hujan yang rendah sangat mempengaruhi ekosistem terestrial di TNK. Flora dan fauna yang ada di TNK merupakan peralihan antara Australia dan Asia. Ekosistem terestrial TNK mencakup vegetasi seperti :
a. Padang savana terbuka b. Hutan tropika deciduous c. Hutan kuasi awan
4.1.5. Perairan
Wilayah perairan di TNK mengelilingi Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, Gili Motang, Nusa Kode dan pulau-pulau kecil lainnya. Ekosistem perairan di TNK mencakup 67 % dari total kawasan TNK. Daerah-daerah penting di
ekosistem perairan antara lain perairan pelagis, terumbu karang, padang lamun dan mangrove.
4.1.6. Organisasi BTNK
Struktur organisasi Balai TNK mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. BTNK dipimpin oleh Kepala Balai TNK (Eselon IIIA) yang dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Eselon IVA), Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Pulau Rinca (Eselon IVA), Kepala SPTN Wilayah II Pulau Komodo (Eselon IVA), dan Kepala SPTN Wilayah III Pulau Padar (Eselon IVA).
4.2. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru 4.2.1. Sejarah Kawasan
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 278 / kpts – VI / 1997 tanggal 23 Mei 1997 dengan luas 50.276, 20 ha (BBTNBTS 2012). Potensi ekosistem atau kekayaan alam yang melatarbelakangi ditunjuknya kawasan ini sebagai taman nasional adalah :
1. Fenomena atau gejala alam yang unik yaitu berupa aktivitas gunung berapi (gunung Tengger) yang saat ini telah berubah menjadi 5 (lima) buah yaitu : Gunung (G.) Bromo (2.392 m dpl), G. Batok (2.440 m dpl), G. Widodaren (2.614 m dpl), G. Watangan (2.601 m dpl) dan G. Kursi (2.581 m dpl) serta Laut Pasir sebagai akibat dari letusan Gunung Tengger tersebut. Di samping itu, adanya G. Semeru yang merupakan gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa yang sampai saat ini masih sangat aktif.
2. Flora langka endemik yaitu dari famili Orchidaceae terdapat 40 jenis anggrek langka, 15 jenis di antaranya endemik Jawa Timur dan 3 jenis anggrek langka endemik Semeru Selatan yang merupakan anggrek yang dilindungi oleh Undang-undang.
3. Potensi hidrologis yaitu sebagai daerah tangkapan air bagi daerah aliran sungai (DAS) penting di Jawa Timur yaitu antara lain DAS Brantas dan DAS Sampeyan Madura. Potensi hidrologis ini amat menonjol sebagai penyangga sistem kehidupan.
4.2.2. Luas, Lokasi dan Batas
Luas kawasan TNBTS adalah 50.276,20 ha, terdiri atas daratan dan perairan yang berupa danau atau ranu. Secara geografis kawasan TNBTS terletak antara 7051"39' - 8019"35' Lintang Selatan dan 1120 47" 44' - 1130 7" 45' Bujur Timur. Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan, TN BTS termasuk dalam 4