• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa Model Pendidikan yang Direkomendasikan

behaviroisme, tetapi ia terbangun dalam paradigma empirisme

DAYA DORONG AGAMA TERHADAP KEMAJUAN PENDIDIKAN

C. Beberapa Model Pendidikan yang Direkomendasikan

Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, negara, maupun pemerintah. Karena penting, maka pendidikan harus selalu ditumbuh kembangkan secara sistimatis oleh para pengambil kebijakan. Upaya pendidikan yang dilakukan suatu bangsa selalu memiliki hubungan yang signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang. Pendidikan selalu dihadapkan pada perubahan, baik perubahan zaman maupun perubahan masyarakat. Merupakan keniscayaan bahwa pendidikan harus didesain mengikuti irama perubahan tersebut, kalau tidak pendidikan akan ketinggalan. Oleh karena itu, tuntutan perubahan pendidikan selalu relevan dengan kebutuhan masyarakat, baik pada konsep, kurikulum, proses, fungsi,

277

134 tujuan, manajemen lembaga-lembaga pendidikan, dan sumber daya pengelolah pendidikan.278

Problem utama kehidupan dalam era pluralitas agama adalah terjadinya konflik, baik antar individu maupun kelompok. Konflik ini dapat dikatakan sebagai entitas yang abadi dalam setiap perbedaan. Karena itu, menghilangkannya semasih ada perbedaan adalah “mustahil”, tetapi yang bisa dilakukan adalah meminimalisir. Strateginya adalah penerapan pendidikan multikultural279 dalam kurikulum, selain adanya kesepakatan dialog dari kalangan yang berbeda. Namun, perlu ditegaskan bahwa sesuai dengan peran dan fungsi pokok pendidikan sebagai transfer nilai, pendidikan multikultural memiliki cita-cita ideal, yaitu terwujudnya perdamaian, keadilan dan persaudaraan social, anti konflik, kekerasan dan diskriminatif280.

Sebagai sebuah cara pandang sekaligus gaya hidup,

multikulturalisme menjadi gagasan yang cukup kontekstual dengan realitas masyarakat kontemporer saat ini. Prinsip mendasar tentang kesetaraan, keadilan, keterbukaan, pengakuan terhadap perbedaan adalah prinsip nilai yang dibutuhkan manusia di tengah himpitan budaya global. Oleh karena itu, sebagai sebuah gerakan budaya, multikulturalisme adalah bagian integral dalam pelbagai sistem budaya dalam masyarakat yang salah satunya dalam pendidikan, yaitu melalui pendidikan yang berwawasan multikultural. Pendidikan dengan wawasan mutlikultural dalam rumusan James A. Bank adalah konsep, ide atau falsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of

believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman

budaya dan etnis di dalam membentuk membentuk gaya hidup, pengalaman

278

Suyanto dan Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di

Indonesia Memasuki Milenium III, (Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, 2000), h. 17.

279

Secara sederhana multikulturalisme berarti keberagaman budaya. Lihat Scott Lash dan Mike Featherstone (ed.), Recognition And Difference: Politics,

Identity, Multiculture (London: Sage Publication, 2002), p. 2-6.

280Ruslan Ibrahim, “Pendidikan Multikultural : Upaya Meminimalisisr Konflik dalam Era Pluralitas Agama”, dalam Jurnal El-Tarbawi, No. 1, Vol. 1 Tahun 2008, h. 115.

135 sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara281.

Sementara menurut Sonia Nieto, pendidikan multikultural adalah proses pendidikan yang komprehensif dan mendasar bagi semua peserta didik. Jenis pendidikan ini menentang bentuk rasisme dan segala bentuk diskriminasi di sekolah, masyarakat dengan menerima serta mengafirmasi pluralitas (etnik, ras, bahasa, agama, ekonomi, gender dan lain sebagainya) yang terrefleksikan diantara peserta didik, komunitas mereka, dan guru-guru. Menurutnya, pendidikan multikultural ini haruslah melekat dalam kurikulum dan strategi pengajaran, termasuk juga dalam setiap interaksi yang dilakukan diantara para guru, murid dan keluarga serta keseluruhan suasana belajar mengajar. Karena jenis pendidikan ini merupakan pedagogi kritis, refleksi dan menjadi basis aksi perubahan dalam masyarakat, pendidikan multikultural mengembangkan prisip-prinsip demokrasi dalam berkeadilan sosial.282

Sementara itu, Bikhu Parekh mendefinisikan pendidikan multikultur sebagai “an education in freedom, both in the sense of freedom from

ethnocentric prejudices and biases, and freedom to explore and learn from other cultures and perpectives283

Pendekatan multidimensional yang merupakan agenda pendidikan multikultural dapat merupakan jalan alternatif untuk megurangi lahirnya

prejudice atau prasangka buruk yang memicu social conflict dalam era

pluralitas agama284

Selain hal-hal tersebut di atas – kaitannya dengan pendidikan multikultural era pluralitas agama – perlunya dilakukan pengembangan desain

281

James A.Bank dan Cherry A. McGee (ed). Handbook of Research on

Multicultural Education (San Francisco: Jossey-Bass, 2001), p. 28.

282

Sonia Nieto. Language, Culture and Teaching (Mahwah, NJ: Lawrence Earlbaum, 2002), p. 29.

283

Bikhu Parekh. Rethingking Multiculturalism: Cultural Diversity and

Political Theory (Cambridge: Harvard University Press, 2000), p. 230.

284

S. Nasution, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 45-50.

136 kurikulum dan metode pendidikan agama yang mampu menumbuhkan sikap saling menghargai antar pemeluk agama dan kepercayaan.

Menurut Azyumardi Azra bahwa kurikulum pendidikan

multikultural mestilah mencakup tema-tema mengenai toleransi; tema-tema mengenai perbedaan ethnokultural, dan agama; bahaya diskriminasi, penylesasian atau resolusi konflik dan mediasi, Hak Asasi Manusia (HAM); demokrasi dan pluralitas; kemanusiaan universal dan tema-tema lain yang relevan dengan kontek pluralitas. Tema-tema tersebut sangat urgen untuk mengurangi ketegangan-ketegangan sosial keagamaan, terutama di tanah air yang terjadi konflik horizontal. Disinilah pendidikan agama lintas kepercayaan (inter-religius education)285

Pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural. Dengan pendidikan multikultural, diharapkan adanya kekenyalan dan kelenturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial sehingga persatuan bangsa tidak mudah patah dan retak286

Salah satu tujuan penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua siswa agar memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik serta diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama287.

Dalam implementasinya, paradigma pendidikan multikultural dituntut untuk berpegang pada prinsip-prinsip berikut ini:

285

Shalahuddin, “Humanisasi, Inklusifisasi Konteks Multikulturalisme” dalam Millah Jurnal Studi Agama, Vol. V Nomor 1 Agustus 2005. h. 118.

286

Ruslan Ibrahim, op. cit., h. 123.

287Pupu Saeful Rahmat “Wacana Pendidikan Multikultural di Indonesia http://www.gusdur.net/Opini/Detail/?id=71/hl=id/Masa_Depan_Pendidikan_Multikult ural

137

1. Pendidikan multikultural harus menawarkan beragam kurikulum yang merepresentasikan pandangan dan perspektif banyak orang.

2. Pendidikan multikultural harus didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada penafsiran tunggal terhadap kebenaran sejarah.

3. Kurikulum dicapai sesuai dengan penekanan analisis komparatif dengan sudut pandang kebudayaan yang berbeda-beda.

4. Pendidikan multikultural harus mendukung prinsip-prinisip pokok dalam memberantas pandangan klise tentang ras, budaya dan agama288.

5. Pendidikan multikultural mencerminkan keseimbangan antara pemahaman

persamaan dan perbedaan budaya mendorong individu untuk

mempertahankan dan memperluas wawasan budaya dan kebudayaan mereka sendiri.

288

138

BAB X

MEMBANGUN BANGSA DENGAN PENDIDIKAN YANG