• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. GAMBARAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUTRA-PUTR

B. Liturgi

2. Beberapa Unsur Mengenai Liturgi

Umat kristiani sering mengungkapkan iman secara pribadi maupun di dalam kelompok. Dalam kelompok ada doa bersama misalnya; mengadakan jalan salib dan doa rosaria. Di dalam Gereja umat mengenal tujuh sakramen dan itu semua merupakan sebuah konsekwensi untuk menuju puncaknya pada perayaan Ekaristi. Oleh karena itu, Ekaristi merupakan rangkuman dari seluruh pengungkapan iman Gereja.

Seluruh umat dengan cara dan kebiasaannya masing-masing merayakan perayaan Ekaristi di Gereja-geraja, ibadah di wilayah-wilayah, yang sudah yang ditentukan dan itu semua merupakan liturgi resmi. Petugasnya tidak harus Uskup atau Imam, melainkan petugas lain seperti prodiakon atau katekis. Dengan demikian, perlu diketahui bahwa baik ibadah harian maupun perayaan Ekaristi yang dimimpin oleh Uskup, Imam, prodiakon atau katekis merupakan liturgi resmi karena Kristus sendiri hadir sebagai kepala Gereja dan secara langsung memimpin perayaan liturgi tersebut.

Maka, jelas bahwa Ekaristi tidak dirayakan secara perorangan tetapi dirayakan dalam kebersamaan dan persekutuan seluruh umat beriman, maka di dalam kebersamaan itulah Kristus hadir (Jacobs, 1996: 31). “Sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, disitu Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat 18:20). Maka, Yesus hadir secara nyata dalam rupa roti dan anggur yang sudah dikonsekrasikan sehingga menjadi Tubuh dan Darah Kristus sendiri dan seluruh umat diundang untuk menyambut kehadiran-Nya dalam bentuk perjamuan kudus.

b. Keikut-sertaan Aktif Kaum Beriman dalam Perayaan Ekaristi

Sebagai bukti cinta akan rahmat dan kebaikan Allah yang telah menyelamatkan manusia dari dosa, tidak sekedar hanya mengikuti perayaan Ekaristi semata, namun diharapkan seluruh umat beriman turut berpartisipasi dan ikut mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi tersebut. Dengan kata lain, umat beriman yang menghadiri perayaan Ekaristi tidak hanya sebagai penonton yang bisu, melainkan sungguh-sungguh memahami misteri itu dengan baik dan ikut serta penuh hikmat dan mengambil bagian di dalamnya (SC, art. 48).

Keaktifan umat beriman terjadi melalui bermacam-macam cara dalam perayaan Ekaristi. Ada yang bertugas sebagai misdinar, prodiakon, lektor, dirigen, organis, pembawa persembahan, kolekte dan tata tertib. Keikutsertaan umat secara aktif juga dalam mengucapkan seruan-seruan aklamasi, jawaban-jawaban dalam mengucapkan doa-doa secara bersama-sama, seperti pendarasan mazmur, lagu-lagu serta melakukan sikap liturgis secara bersama-sama seperti; berdiri, duduk dan berlutut. Begitu pula saat hening seluruh umat diharapkan secara bersama-sama menjaga suasana keheningan (SC, art. 30).

c. Liturgi sebagai Perayaan Syukur

Syukur adalah ucapan terimakasih manusia kepada Allah, karena Allah telah melimpahkan rahmat-Nya dan menyatakan karya keselamatan kepada umat-Nya. Dalam perayaan Ekaristi, umat beriman berkumpul untuk mensyukuri karya keselamatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia yang sudah digenapi dalam diri-Nya, lewat karya-karya selama hidup-Nya sampai dengan peristiwa kematian dan kebangkitan-Nya yang Mulia (Maryanto, 2004: 208).

Dalam Ekaristi: (Eucharistia) yang artinya terimakasih atau syukur diungkapkan lewat iman akan Yesus yang wafat dan bangkit sehingga manusia mengalami perdamaian dan pengampunan. Rahmat perdamaian dan pengampunan merupakan suatu hadiah yang diterimah dari Yesus secara cuma-cuma. Maka, ungkapan rasa syukur dan terimakasih manusia atas apa yang telah diterimah dalam iman, dirayakan dalam perayaan Ekaristi.

d. Liturgi sebagai Perayaan Kurban

Kurban adalah suatu persembahan yang dihaturkan manusia kepada Allah. Kurban berwujud barang seperti hewan dan hasil bumi lainnya. Dalam Mazmur kurban merupakan suatu pujian dan syukur. Namun, kurban yang dimaksudkan disini adalah pengorbanan diri Yesus Kristus secara total di kayu salib demi keselamatan umat manusia. Kurban Yesus mencakup dan menuntaskan segala macam kurban yang dipersembahkan oleh manusia. Dalam perayaan Ekaristi, Gereja berpartisipasi dalam kurban Yesus tersebut agar manusia mengalami keselamatan (Maryanto, 2004: 108).

Dalam perjamuan terakhir, pada malam sebelum Ia diserahkan, Yesus mengadakan Kurban Ekaristi (SC, art. 47). Kurban Tubuh dan Darah-Nya ditetapkan untuk mengabdikan kurban salib-Nya untuk selamanya. Maka, di sini tampak adanya kesatuan kurban Ekaristi yang dirayakan pada malam terakhir dengan pengorbanan diri Yesus sendiri di kayu salib sekali untuk selamanya.

e. Liturgi Sebagai Kenangan

Perayaan Ekaristi merupakan suatu kenangan akan wafat dan kebangkitan Kristus. Seperti yang dikatakan oleh Yesus” Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku” (Luk 22:19). Maka, dengan merayakan perayaan Ekaristi, Gereja bermaksud untuk mengenang apa yang telah diperbuat Yesus dihadapan para murid-Nya dalam perjamuan terakhir. Dan kini, Gereja juga memenuhi amanat tersebut Gereja mengenangkan kesengsaraan Kristus, kebangkitan-Nya yang mulia dan kenaikan- Nya ke surga (Sugiyono, 2010b: 94). Pada saat konsekrasi, Gereja mengulang kata- kata dan tindakan Kristus untuk mengenang Yesus yang rela mengurbankan diri- Nya. Kata-kata dan tindakan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut: “Terimalah dan makanlah, inilah Tubuh-Ku yang dikurbankan bagimu. Terimalah dan minumlah inilah pialah Darah-Ku darah perjanjian baru dan kekal yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku” (DSA I-X). Kenangan misteri Paskah Kristus tidak hanya dihayati sebagai peristiwa masa lampau, melainkan dihayati sebagai peristiwa yang terjadi sekarang ini. Maka, dengan mengenang masa lampau, Gereja mampu menghadirkan kebaikan Allah di masa sekarang ini dalam perayaan Ekaristi. Kenangan bukan sekedar mengingat-ingat peristiwa masa lampau, melainkan dalam perayaan Ekaristi kurban salib Kristus yang sekali untuk selamanya itu kini dikenang dan dihadirkan kembali dalam perayaan Ekaristi (Martasudjita, 2003b: 294-295).

f. Liturgi sebagai Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia kadang-kadang mengalami peristiwa- peristiwa yang di pandang sebagai pengalaman puncak akan penghayatan imannya.

Disini Ekaristi menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja. Dalam hal ini (LG, art. 11) menyatakan dengan tegas bahwa:

Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, puncak dan seluruh hidup kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah, demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgi, baik dalam persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari Tubuh Kristus dalam perjamuan suci, mereka secara konkrit menampilkan kesatuan umat Allah yang oleh sakramen Mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara mengagumkan.

Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh kehidupan Gereja. Oleh karena itu, umat beriman secara aktif mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi tersebut, baik sebagai pembagi komuni, menjadi lektor, putra-putri altar, koor, pemazmur, komentator, doa umat, ada yang membawa persembahan dan lain sebagainya. Disisi lain, dengan mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi, umat dapat mengungkapkan imannya. Iman tidak hanya diungkapkan lewat doa-doa saja, melainkan iman diharapkan perlu diwujudnyatakan dalam perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari baik di tengah-tengah keluarga maupun di tengan–tengah masyarakat.

Dokumen terkait