• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan

Mutu benih dapat diketahui melalui pengujian benih. Pengujian mutu benih yang biasa dilakukan di laboratorium pengujian benih meliputi pengujian rutin dan pengujian vigor benih. Persentase daya berkecambah benih yang tertera pada label kemasan benih komersial merupakan hasil uji rutin dan menjadi informasi yang sangat penting bagi konsumen benih terutama dalam membuat estimasi kebutuhan benih. Namun, hasil uji daya berkecambah terkadang memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan benih pada kondisi lapangan yang sebenarnya, sehingga diperlukan pengujian lain yang dapat memberikan estimasi yang lebih baik tentang daya tumbuh benih di lapangan.

Uji daya hantar listrik (DHL) merupakan salah satu metode pengujian vigor yang memiliki beberapa keunggulan, yaitu dapat dilakukan dengan cepat (24 jam atau kurang), objektif, repeatable, prosedurnya sederhana, dan pada beberapa spesies terbukti berkorelasi negatif dengan daya tumbuh benih di lapangan (Matthews dan Powell 2006). Uji DHL merupakan uji vigor yang divalidasi ISTA pertama kali pada tahun 2001 untuk benih Pisum sativum, kemudian Phaseoulus vulgaris pada tahun 2009, dan Glycine max pada tahun 2010 (Matthews et al. 2012).

Hasil percobaan pertama dalam penelitian ini menunjukkan bahwa uji DHL merupakan uji vigor yang potensial dikembangkan untuk pengujian vigor benih cabai karena hasil uji DHL memiliki keeratan hubungan daya berkecambah, indeks vigor, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, berat kering kecambah normal, laju pertumbuhan kecambah, dan performa bibit.

Tujuan

Percobaan ini bertujuan untuk memverifikasi metode uji DHL terbaik hasil percobaan satu pada benih cabai berbagai varietas, sebelum membuat rekomendasi akhir agar metode tersebut dapat digunakan sebagai metode uji vigor pada benih cabai varietas yang berbeda.

Bahan dan Metode

Waktu dan Tempat Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Maret 2016 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Teaching Farm Kampus IPB Darmaga, dan Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB TPH) Cimanggis, Depok.

20

Sumber Benih Cabai

Benih cabai yang digunakan berasal dari PT Ewindo (East West Seed Indonesia) Purwakarta terdiri atas 13 lot benih cabai berbeda varietas (deskripsi varietas terdapat pada Lampiran 6–14). Kondisi mutu awal 13 lot benih cabai berbagai varietas yang diuji pada tanggal 6–24 Januari 2016 disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Kondisi mutu 13 lot benih cabai berbagai varietas pada awal penelitian

Lot benih Tanggal Kadar Daya Bobot

Panen air berkecambah 1000 butir

(%) (%) (g) Maraton 30 Nopember 2006 4.3 73.0 5.74 Adipati 15 Desember 2004 4.5 70.0 5.96 Bagayo 30 Oktober 2006 4.7 78.5 5.69 Jago 11 Desember 2006 5.1 86.8 4.69 Pelita 15 Desember 2011 4.8 95.8 4.49 Dewata 17 September 2013 5.1 94.0 3.19 Panex 100 20 Oktober 2014 5.3 96.3 6.72 Panex 100 19 September 2013 4.7 95.3 6.09 Panex 100 11 Oktober 2012 4.7 93.3 5.99 Taro 14 Desember 2015 6.5 87.3 5.86 Taro 24 Desember 2013 5.3 71.5 6.14 Kastilo 12 Oktober 2015 5.8 95.3 6.19 Kastilo 30 Desember 2011 4.9 77.8 5.86 Rancangan Percobaan

Pengujian viabilitas dan vigor benih menggunakan Rancangan Acak Kelompok satu faktor, yaitu 13 lot benih berbeda varietas (Tabel 8). Analisis data untuk mengetahui hubungan antara nilai DHL dengan tolok ukur viabilitas dan vigor lainnya menggunakan korelasi Pearson. Selain itu, dilakukan uji t antara nilai daya berkecambah dan daya tumbuh aktual dan pendugaan.

Prosedur Pengujian

Daya Hantar Listrik

Pengujian DHL pada percobaan ini menggunakan 100 butir benih direndam dalam 75 mL akuades pada suhu 20 ± 2 °C selama 12 jam, empat ulangan setiap lot benih. Sebelum diuji, terlebih dahulu dilakukan pengukuran kadar air (KA) benih dengan metode oven suhu rendah (ISTA 2014), dua ulangan untuk setiap lot benih. Setiap ulangan terdiri atas 4.5 ± 0.5 g benih yang diletakkan dalam cawan porcelain, lalu dikeringkan dalam oven suhu 101–105 °C selama 17±1 jam. Persentase KA benih dihitung dengan rumus:

21

Semua lot benih yang digunakan dalam percobaan ini memiliki kadar air (KA) kurang dari 10%. maka KA benih ditingkatkan terlebih dahulu menjadi 10% maka KA benih ditingkatkan terlebih dahulu menjadi 10% dengan cara meletakkan 5 g benih pada petridish ke dalam boks plastik tertutup (diameter alas 10.5 cm, tinggi 12 cm, berisi 250 mL air), antara petridish berisi benih dan air dibatasi kawat kasa, selama 3 jam pada ruang dengan suhu 28–29 °C dan RH 82%. Kisaran bobot benih yang ekuivalen dengan kadar air benih yang diinginkan dihitung menggunakan rumus ISTA (2014):

Kisaran bobot benih yang ekuivalen dengan kadar air benih yang diinginkan dihitung menggunakan rumus ISTA (2014):

Berat �� � � � pada KA tertentu = − KA akhir × bobot awal benih− KA awal Akuades yang digunakan untuk merendam benih dalam uji daya hantar listrik pada percobaan ini memiliki nilai daya hantar listrik berkisar antara 1-1.2 µS cm-1 g-1. Hari pertama, akuades sebanyak 75 mL diletakkan dalam gelas kaca ditutup dengan aluminium foil pada ruangan suhu 20 °C dan dibiarkan selama 24 jam. Hari kedua, setelah ditimbang bobotnya 100 butir benih cabai dimasukkan ke dalam gelas kaca yang telah disiapkan, diaduk perlahan sehingga seluruh benih terendam, untuk larutan blanko dibiarkan tanpa benih sebanyak empat ulangan, kemudian gelas ditutup kembali dengan almunium foil. Setelah benih direndam selama 12 jam dilakukan pengukuran nilai DHL menggunakan alat conductivity meter tipe cond 330i.

Pengukuran diawali dengan mengukur larutan blanko dan kemudian air rendaman benih. Sebelum diukur nilai daya hantar listriknya, air rendaman benih diaduk perlahan selama 10–15 detik, lalu dip cell conductivity meter dimasukkan ke dalam air rendaman benih tanpa mengenai benih. Setiap kali selesai mengukur

dip cell conductivity meter dibilas terlebih dahulu dengan akuades dan dikeringkan dengan tissu. Pengukuran dilakukan hingga diperoleh angka yang stabil. Nilai DHL per gram benih dihitung dengan rumus sebagai berikut (ISTA 2014):

DHL µS cm− g =N DH r r B t −DH B

Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih Lainnya

Pengujian viabilitas dan vigor benih lainnya dilakukan dengan metode top of paper (ISTA 2014), menggunakan 100 butir benih setiap ulangan, empat ulangan setiap perlakuan. Benih dikecambahkan dalam boks plastik tertutup, media perkecambahan berupa tiga lembar kertas CD dan dua lembar kertas tissu yang dilembabkan dengan akuades, menggunakan germinator seedburo tipe SDA8500B suhu konstan 25 °C. Tolok ukur yang diamati, yaitu:

22

1. Daya berkecambah (%)

Daya berkecambah (DB) dihitung berdasarkan jumlah kecambah normal (KN) pada pengamatan pertama dan kedua yaitu pada hari ke-7 dan hari ke-14 (ISTA 2014). Daya berkecambah dihitung dengan rumus:

DB =ƩKN hitungan I + ƩKN hitungan IIƩ Benih yang ditanam × % 2. Potensi tumbuh maksimum (%)

Potensi tumbuh maksimum (PTM) dihitung berdasarkan persentase keseluruhan kecambah yang tumbuh baik normal maupun abnormal sampai akhir pengamatan. Potensi tumbuh maksimum dihitung dengan rumus:

PTM =Ʃ Benih yang tumbuh sampai akhir pengamatan

Ʃ Benih yang ditanam × %

3. Indeks vigor (%)

Pengamatan indeks vigor (IV) dilakukan terhadap jumlah kecambah normal pada hitungan pertama (first count) pada pengujian daya berkecambah (Copeland dan Mcdonald 2001), yaitu pada hari ke-7. Indeks vigor dihitung dengan rumus:

IV =Ʃ Benih yang ditanam ×ƩKN hitungan I % 4. Kecepatan tumbuh (% kecambah normal/etmal)

Kecepatan tumbuh (KCT) diukur dengan jumlah tambahan perkecambahan setiap hari atau etmal pada kurun waktu pengujian daya berkecambah (Sadjad 1993), yaitu hari ke-1 hingga hari ke-14. Kecepatan tumbuh dihitung dengan rumus:

KCT = ∑ 4 % rt − / 4 =

5. Keserempakan tumbuh (%)

Keserempakan tumbuh (KST) dihitung berdasarkan jumlah kecambah normal kuat (NK) pada hari diantara hitungan pertama dan hitungan kedua pengujian daya berkecambah (Sadjad et al. 1999). Pada benih cabai pengamatan keserempakan tumbuh dilakukan pada hari ke-10 dan hari ke-11 yang kemudian dirata-rata. Keserempakan tumbuh dihitung dengan rumus:

23

6. Bobot kering kecambah normal (g)

Berat kering kecambah normal dihitung pada akhir pengamatan uji daya berkecambah yaitu pada hari ke-14. Seluruh kecambah normal dicabut dari media perkecambahan, dibungkus dengan menggunakan amplop, kemudian dikeringkan dengan oven suhu 80 ºC selama 24 jam. Selanjutnya kecambah dimasukkan ke dalam desikator ± 30 menit dan ditimbang. Pengujian ini dilakukan di akhir pengamatan ketika pengamatan daya berkecambah telah selesai.

7. Laju pertumbuhan kecambah (g/kecambah normal)

Laju pertumbuhan kecambah (LPK) merupakan rasio antara total bobot kering kecambah normal (BKKN) dan jumlah kecambah normal. Laju pertumbuhan kecambah dihitung dengan rumus:

LPK =ƩKecambah normalBKKN Pengujian Performa Bibit

Pengamatan performa bibit dilakukan dengan menanam benih pada tray semai di screen house. Media semai menggunakan arang sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Setiap lubang tray semai ditanam satu benih. Jumlah benih yang ditanam yaitu 50 benih setiap ulangan dan empat ulangan untuk tiap lot benih. Pengamatan 2 dan 5 minggu setelah tanam (MST) menggunakan tanaman yang berbeda. Tolok ukur yang diamati sebagai berikut:

1. Daya Tumbuh (%)

Daya tumbuh diamati pada 2 dan 5 MST yang dihitung dengan membandingkan jumlah benih yang tumbuh menjadi bibit dengan total benih yang ditanam. Jumlah tanaman yang diamati yaitu 50 tanaman setiap ulangan. empat ulangan setiap lot benih. Daya tumbuh dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Daya tumbuh =Ʃ Benih yang ditanam ×Ʃ Bibit yang tumbuh % 2. Tinggi bibit (cm)

Pengukuran tinggi bibit dilakukan mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh. diukur pada 2 dan 5 MST. Jumlah tanaman yang diukur sebanyak 20 tanaman setiap ulangan. empat ulangan setiap lot benih.

3. Panjang akar (cm)

Pengukuran panjang akar dilakukan mulai dari pangkal batang sampai ujung akar. diukur pada 2 dan 5 MST. Jumlah tanaman yang diukur sebanyak 20 tanaman setiap ulangan. empat ulangan setiap lot benih.

24

4. Bobot kering bibit (g)

Pengukuran bobot kering bibit dilakukan pada 2 dan 5 MST. Seluruh kecambah normal dicabut lalu dibungkus dengan menggunakan amplop, kemudian dikeringkan dengan oven suhu 80 ºC selama 24 jam.

Analisis Data

Data dianalisis menggunakan software Minitab 16 dan SAS System 9.1 dengan analisis ragam (uji F) pada selang kepercayaan 95%. Jika terdapat pengaruh nyata faktor yang diuji maka dilakukan uji lanjut duncan multiple range test (DMRT).

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 13 lot benih yang diuji memiliki viabilitas dan vigor yang berbeda nyata pada semua tolok ukur yang diamati. Panex 100 panen 2014 memiliki nilai DB tertinggi namun tidak berbeda nyata dengan Panex 100 panen 2013, Panex 100 panen 2012, Kastilo panen 2015, Pelita, dan Dewata, diikuti Taro panen 2015 yang tidak berbeda nyata dengan Jago panen tahun 2006, lalu Kastilo panen 2011 tidak berbeda nyata dengan Bagayo, terendah Maraton tidak berbeda nyata dengan Adipati dan Taro panen 2013. Nilai daya berkecambah berkisar antara 70.0% hingga 96.3% (Tabel 9).

Tabel 9 Rata-rata nilai DHL, DB, KCT, KST, PTM, IV, BKKN, dan LPK 13 lot benih cabai berbeda varietas

Keterangan : - DHL = daya hantar listrik, DB = daya berkecambah, KCT = kecepatan tumbuh, KST = keserempakan tumbuh, PTM = potensi tumbuh maksimum, IV = indeks vigor, BKKN = bobot kering kecambah normal, LPK = laju pertumbuhan kecambah

- angka-angka yang diiukuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata padauji DMRT taraf α = 5%

- angka dalam kurung dibelakang nama varietas Panex 100, Kastilo, dan Taro menunjukkan tahun panen

Lot benih DHL DB KCT IV KST PTM BKKN LPK (%) (%KN/etmal) (%) (%) (%) (mg) (mg/KN) Cabai besar Panex 100 (2014) 32.12 h 96.3 a 13.2 a 75.0 a 94.5 a 99.0 a 300.88 a 3.13 a Panex 100 (2013) 41.38 g 95.3 a 12.5 b 54.0 b 93.3 ab 98.3 ab 278.88 b 2.93 b Panex 100 (2012) 49.93 e 93.3 a 10.7 f 24.3 e 75.6 d 97.3 ab 270.33 b 2.89 bc Maraton 80.15 c 73.0 d 7.5 h 1.0 g 53.5 f 91.0 de 201.25 e 2.76 bc Adipati 89.61 b 70.0 d 6.5 i 0.0 g 34.9 h 89.5 e 196.38 e 2.81 bc Cabai keritng Taro (2015) 41.85 g 87.3 b 11.1 ef 35.0 d 82.6 c 95.5 abc 238.48 c 2.74 c Kastilo (2015) 42.78 g 95.3 a 11.8 cd 24.3 e 89.9 ab 97.8 ab 279.13 b 2.93 b Jago 42.44 g 86.8 b 9.2 g 3.0 g 73.5 de 94.5 bcd 240.78 c 2.78 bc Bagayo 46.64 f 78.5 c 7.5 h 0.8 g 41.9 g 91.3 de 193.15 e 2.46 d Taro (2013) 56.25 d 71.5 d 8.8 g 18.0 f 68.4 e 90.8 de 198.38 e 2.78 bc Kastilo (2011) 103.88 a 77.8 c 7.9 h 0.0 g 55.5 f 92.0 cde 217.43 d 2.78 bc Cabai rawit Pelita 25.23 j 95.8 a 11.4 de 30.0 de 86.6 bc 98.3 ab 198.35 e 2.07 e Dewata 28.80 i 94.0 a 12.4 bc 48.3 c 91.8 ab 97.0 ab 142.58 f 1.52 f KK (%) 2.99 3.17 4.11 16.27 5.92 2.56 4.77 4.12 µ cm− g−

25

Nilai DHL terendah pada Pelita, diikuti Dewata, Panex 100 panen 2014, kemudian Panex 100 panen 2013 namun tidak berbeda nyata dengan Taro panen 2015, Kastilo panen 2015 dan Jago, lalu diikuti Bagayo, Panex 100 panen 2012, Taro panen 2013, Maraton, Adipati, dan tertinggi Kastilo panen 2011. Nilai DHL berkisar antara 25.23 µS cm-1 g-1 hingga 103.88 µS cm-1 g-1. Panex 100 panen 2014 memiliki nilai KCT tertinggi (13.2 %KN/etmal), diikuti Panex 100 panen 2013, Dewata, Kastilo panen 2015, Pelita tidak berbeda nyata dengan Taro panen 2015, kemudian Jago tidak berbeda nyata dengan Taro panen 2013, lalu Kastilo panen 2011 namun tidak berbeda nyata dengan Maraton dan Bagayo. Nilai KCT terendah sebesar 6.5 %KN/etmal pada varietas Adipati.

Indeks vigor tertinggi pada Panex 100 panen 2014 (75.0%), diikuti Panex 100 panen 2013, Dewata, kemudian Kastilo panen 2015 dan Panex 100 panen 2012, lalu Taro panen 2015 namun tidak berbeda nyata dengan Pelita, lalu Kastilo panen 2015, terendah pada Kastilo panen 2011 dan Adipati namun tidak berbeda nyata dengan Bagayo dan Jago. Nilai KST tertinggi (94.5%) pada Panex 100 panen 2014 namun tidak berbeda nyata dengan Panex 100 panen 2013, Kastilo panen 2015 dan Dewata, diikuti Pelita namun tidak berbeda nyata dengan Taro panen 2015, kemuadian Panex panen 2015 tidak berbeda nyata dengan Jago, diiukuti Taro panen 2013, lalu Kastilo panen 2011 dan Maraton, kemudian Bagayo, dan terendah pada Adipati.

Potensi tumbuh maksimum tertinggi tertinggi pada Panex 100 panen 2014 tidak berbeda nyata dengan Panex 100 panen 2013, Panex 100 panen 2012, Kastilo panen 2015, Taro panen 2015, Pelita, dan Dewata, diikuti Jago namun tidak berbeda nyata dengan Bagayo, Taro panen 2013, dan Kastilo panen 2011, dan terendah Adipati namun tidak berbeda nyata dengan Maraton. Bobot kering kecambah normal tertinggi Panex 100 panen 2014,diikuti Kastilo panen 2015 namun tidan berbeda nyata dengan Panex 100 panen 2013 dan Panex 100 panen 2012, kemudian Taro panen 2015 dan Jago, diikuti Kastilo panen 2011, kemudian Pelita dan terendah Dewata. Laju pertumbuhan kecambah tertinggi Panex 100 panen 2014, diikuti Panex 100 panen 2013 namun tidak berbeda nyata dengan Panex 100 panen 2012, Kastilo panen 2015, Taro panen 2013, Kastilo panen 2011, dan Taro panen 2015, kemudian Bagayo, Pelita dan terendah Dewata.

Varietas Taro panen tahun 2013 memiliki nilai DHL lebih tinggi (56.25 µS cm-1 g-1) dibandingkan Jago (42.44 µS cm-1 g-1) dan Bagayo (46.64 µS cm-1 g-1), namun memiliki nilai IV, KCT, KST yang lebih tinggi

dibandingkan kedua varietas tersebut. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai DHL bervariasi antara varietas yang berbeda. Menurut hasil penelitian pada benih kedelai (Panobianco dan Viera 1996) dan buncis (Borji et al. 2007; Da Silva et al.

2013) nilai DHL dapat dipengaruhi oleh faktor genotipe benih. Menurut Demir et al. (2012) nilai DHL dapat bervariasi antara kultivar yang berbeda.

Perbedaan tingkat vigor berdasarkan nilai DHL lebih terlihat pada benih dari jenis maupun varietas yang sama pada kelompok cabai besar, dan varietas yang sama pada kelompok cabai keriting. Lot-lot dengan nilai DHL yang lebih rendah menunjukkan nilai DB, KCT, KST, PTM, IV, BKKN, dan LPK lebih tinggi dibandingkan lot benih dengan nilai DHL yang lebih tinggi (Tabel 9).

Hasil pengamatan terhadap tolok ukur daya tumbuh 2 dan 5 MST sesuai dengan hasil uji DHL, lot benih dengan nilai DHL lebih tinggi memiliki nilai daya tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan lot benih dengan nilai DHL yang lebih

26

rendah. Pengamatan terhadap tolok ukur panjang akar, tinggi bibit, dan bobot kering bibit tidak sesuai dengan nilai DHL pada kedua varietas cabai rawit. Cabai rawit memiliki ukuran bibit cenderung lebih kecil dibandingkan cabai besar dan keriting (Tabel 10).

Hasil pengamatan terhadap performa bibit pada jenis cabai yang sama sesuai dengan nilai DHL baik pada kelompok cabai keriting maupun cabai besar, lot benih dengan nilai DHL rendah cenderung menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada daya tumbuh, panjang akar, tinggi bibit, tolok ukur performa bibit yang diamati. Kedua varietas cabai rawit memiliki nilai yang tidak berbeda nyata pada keempat tolok ukur performa bibit yang diamati (Tabel 10).

Tabel 10 Rata-rata hasil uji performa bibit 13 lot benih cabai berbeda varietas

Keterangan : - angka-angka yang diiukuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata padauji DMRT taraf α = 5%

- angka dalam kurung dibelakang varietas Panex 100. Kastilo. dan Taro menunjukkan tahun panen

Hasil pendugaan pada percobaan pertama menunjukkan bahwa lot benih dengan nilai DHL > 49 µS cm-1 g-1 memiliki nilai DB < 75% dan daya tumbuh < 72.6%. Hasil verifikasi terhadap 13 lot benih cabai berbeda varietas menunjukkan bahwa nilai pendugaan DB berdasarkan nilai DHL sesuai dengan nilai aktual DB untuk varietas Panex 100 panen tahun 2014, Panex 100 panen tahun 2013, Maraton, Adipati, Taro, Kastilo panen tahun 2015, dimana lot benih dengan nilai DHL > 49 µS cm-1 g-1 memiliki DB < 75% (Tabel 11).

Varietas Panex 100 panen tahun 2012 meskipun memiliki nilai DHL > 49 µS cm-1 g-1, memiliki nilai DB 93.3%, namun memiliki daya tumbuh

< 72.6%. Demikian pula, varietas Kastilo panen tahun 2011 memiliki nilai DHL 103.88 µS cm-1 g-1, meskipun memiliki DB > 75%, namun memiliki nilai IV 0% dan daya tumbuh < 72.6%, yaitu 38.0% (2 MST) dan 64.0% (5 MST), disebabkan

Lot benih

Daya Panjang Tinggi Bobot Daya Panjang Tinggi Bobot tumbuh akar bibit kering tumbuh akar bibit kering

bibit bibit

(%) (cm) (cm) (g) (%) (cm) (cm) (g) Cabai besar

Panex 100 (2014) 86.5 a 5.82 ab 4.57 bc 0.35 a 87.0 a 9.56 a 10.31 a 2.60 a Panex 100 (2013) 80.0 abc 5.94 a 4.13 bcdef 0.30 b 79.0 ab 8.91 a 9.35 abcd 2.06 ab Panex 100 (2012) 71.0 bcde 5.68 ab 3.91 cdefg 0.25 c 72.5 bc 8.14 ab 9.09 bcde 2.03 ab Maraton 44.5 f 4.26 e 4.44 bcd 0.11 f 72.0 bc 8.80 a 9.02 bcde 1.46 bc Adipati 65.0 de 4.69 de 4.06 bcdef 0.16 e 65.5 c 7.63 ab 8.81 cde 1.52 bc Cabai keritng

Taro (2015) 77.0 abcde 5.49 abc 4.77 b 0.23 c 78.0 ab 8.96 a 8.53 cdef 1.75 bc Kastilo (2015) 66.5 cde 5.88 ab 5.85 a 0.21 cd 75.5 abc 9.37 a 9.56 abc 1.95 abc Jago 78.0 abcd 4.72 de 3.49 fg 0.24 c 81.0 ab 7.75 ab 8.21 def 1.82 abc Bagayo 63.5 e 5.17 bcd 4.29 bcde 0.15 e 73.5 bc 7.44 ab 10.03 ab 1.73 bc Taro (2013) 39.0 f 4.24 e 3.28 g 0.11 f 48.5 d 7.45 ab 8.06 ef 1.24 bc Kastilo (2011) 38.0 f 4.39 e 3.74 defg 0.08 f 64.0 c 7.23 ab 8.26 def 1.17 c Cabai rawit

Pelita 77.0 abcde 4.80 cde 3.58 efg 0.18 de 81.0 ab 7.82 ab 8.17 def 1.58 bc Dewata 82.0 ab 4.19 e 3.42 fg 0.16 e 83.0 ab 6.42 b 7.56 f 1.65 bc KK (%) 12.66 9.44 10.88 15.22 9.78 17.17 8.44 28.95

27

benih sudah mengalami deteriorasi. Hal ini menunjukkan bahwa uji DHL lebih dini dapat mendeteksi penurunan vigor benih.

Hasil verifikasi menunjukkan varietas Kastilo panen tahun 2015 dan Bagayo memiliki nilai daya tumbuh 2 MST tidak sesuai dengan pendugaan. Varietas lainnya, yaitu Panex 100, Pelita, Dewata, Taro, Jago, Maraton, dan Adipati memiliki nilai daya tumbuh sesuai dengan nilai pendugaan pada 2 dan 5 MST (Tabel 11).

Tabel 11 Hasil verifikasi nilai daya berkecambah dan daya tumbuh berdasarkan nilai DHL 13 lot benih cabai berbeda varietas

Keterangan : DHL = daya hantar listrik, DB = daya berkecambah, DT = daya tumbuh

Uji daya berkecambah dilakukan pada kondisi serba optimum sehingga dapat menghasilkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan persentase daya tumbuh bibit. Menurut Matthews dan Powel (2006) tingginya kebocoran membran sel merupakan karakteristik lot benih yang bervigor rendah. Lot benih tersebut dapat saja memiliki persentase daya berkecambah tinggi ( > 80%) tetapi akan memiliki daya tumbuh yang rendah di lapangan. Kebocoran membran pada benih bervigor rendah merupakan bukti substansial yang menunjukkan terjadinya deteriorasi benih. Hasil penelitian pada benih gandum (Khan et al. 2010), daya tumbuh benih di lapangan menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai daya berkecambah benih. Uji DHL lebih sensitif dalam membedakan tingkat mutu lot benih gandum dibandingkan uji DB dan berkorelasi nyata dengan daya tumbuh benih di lapangan.

Hasil verifikasi nilai pendugaan dengan tolok ukur daya berkecambah dan daya tumbuh menggunakan 13 lot benih berbagai varietas menunjukkan bahwa metode uji DHL menggunakan 100 butir benih direndam dalam 75 mL akuades pada suhu 20 ± 2 °C selama 12 jam dapat digunakan sebagai uji vigor pada benih cabai besar (varietas Panex 100, Maraton, dan Adipati), cabai keriting (varietas Taro dan Jago), dan cabai rawit (varietas Pelita dan Dewata). Hasil uji DB, IV, KCT, KST , daya tumbuh, dan bobot kering bibit 13 lot benih yang diuji lebih sesuai dengan hasil uji DHL, ditunjukkan dengan keeratan hubungan yang nyata antara nilai DHL dengan 9 tolok ukur yang diamati (Tabel 12), yaitu DB (r = -0.773), KCT

Lot benih DHL DB DT DT Keterangan 2 MST 5 MST

(µS cm-1 g-1) (%) (%) (%)

Panex 100 (2014) 32.12 96.3 86.5 87.0 Sesuai dengan hasil pendugaan Panex 100 (2013) 41.38 95.3 80.0 79.0 Sesuai dengan hasil pendugaan Panex 100 (2012) 49.93 93.3 71.0 72.5 Tidak sesuai pada daya berkecambah Maraton 80.15 73.0 44.5 72.0 Sesuai dengan hasil pendugaan Adipati 89.61 70.0 65.0 65.5 Sesuai dengan hasil pendugaan Taro (2015) 41.85 87.3 77.0 78.0 Sesuai dengan hasil pendugaan Kastilo (2015) 42.78 95.3 66.5 75.5 Tidak sesuai pada daya tumbuh 2 MST Jago 42.44 86.8 78.0 81.0 Sesuai dengan hasil pendugaan Bagayo 46.64 78.5 63.5 73.5 Tidak sesuai pada daya tumbuh 2 MST Taro (2013) 56.25 71.5 39.0 48.5 Sesuai dengan hasil pendugaan Kastilo (2011) 103.88 77.8 38.0 64.0 Tidak sesuai pada daya berkecambah Pelita 25.23 95.8 77.0 81.0 Sesuai dengan hasil pendugaan Dewata 28.80 94.0 82.0 83.0 Sesuai dengan hasil pendugaan

28

(r = -0.78) , IV (r = -0.67), KST (r = -0.758), PTM (r = -0.755), daya tumbuh 2 MST (r = -0.768), daya tumbuh 5 MST (r = -0.625), bobot kering bibit 2 MST (r = -0.608) dan 5 MST (r = -0.597).

Tabel 12 Koefisien korelasi (r) antara nilai DHL dengan berbagai tolok ukur viabilitas dan vigor lainnya

Keterangan: * = berpengaruh nyata pada taraf α = 5%, ** =berpengaruh sangat nyata pada taraf α = 1%, DB = daya berkecambah, KCT = kecepatan tumbuh, KST = keserempakan tumbuh, PTM = potensi tumbuh maksimum, IV = indeks vigor, BKKN = bobot kering kecambah normal, LPK = laju pertumbuhan kecambah, DT = daya tumbuh, PA = panjang akar, TB = tinggi bibit, BKB = bobot kering bibit

Interpretasi koefisien korelasi (r) dijelaskan oleh Yamin dan Kurniawan (2009) yaitu 0.00–0.09 korelasi diabaikan. 0.10–0.29 korelasi rendah. 0.30–0.49 korelasi moderat. korelasi sedang 0.50–0.70, dan > 0.70 korelasi kuat. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2013) nilai koefisien korelasi yang mendekati 1 atau -1 menunjukkan adanya hubungan linear yang erat antara tolok ukur.

Simpulan

1. Hasil verifikasi pada berbagai varietas benih cabai menunjukkan bahwa metode uji DHL menggunakan 100 butir benih direndam dalam 75 mL akuades pada suhu 20 ± 2 °C selama 12 jam dapat digunakan untuk uji DHL pada benih cabai besar (varietas Panex 100, Maraton, dan Adipati), cabai keriting (varietas Taro dan Jago), dan cabai rawit (varietas Pelita dan Dewata).

2. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa nilai DHL memiliki keeratan hubungan yang nyata dengan daya berkecambah, kecepatan tumbuh, indeks vigor, keserempakan tumbuh, daya tumbuh bibit, dan bobot kering bibit.

Tolok DB KCT KST PTM IV BKKN LPK DT PA TB BKB DT PA TB BKB

ukur

DHL -0.773** -0.78** -0.758** -0.755** -0.67** -0.185 0.334 -0.768** -0.423 -0.059 -0.608* -0.625* -0.187 -0.088 -0.597*

29

4 PEMBAHASAN UMUM

Percobaan pertama pada penelitian ini dilakukan dengan menguji 32 metode perlakuan uji DHL dengan kombinasi volume akuades (75, 100, 125, atau 150 mL), lama perendaman (6, 12, 18, atau 24 jam) dan suhu ruang (20 ± 2 °C atau 25 ± 2 °C ) pada lima lot benih cabai varietas Laris yang berbeda tingkat vigor. Hasil uji anova, regresi linier, dan korelasi Pearson membuktikan bahwa perlakuan metode uji DHL M5, yaitu lama perendaman 12 jam, menggunakan 75 mL akuades

Dokumen terkait