• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

5.4 Keberfungsian Sosial (Variabel Terikat)

5.4.13 Mampu Bekerja Mencari Finansial Sendiri

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaaan Tetap

No Mempunyai Pekerjaan Tetap Frekuensi Persentase (%) 1. 2. Punya Tidak Punya 23 27 46 54 Jumlah 50 100

Sumber Data Primer 2013

Data Tabel 5.67 menunjukkan jika hanya 46% Odha yang memiliki pekerjaan tetap antara lain menjadi tenaga sosial, berdagang, bertani dan menjadi pegawai swasta. Seperti kasus yang saya temui dilapangan, awalnya sewaktu kondisi mereka masih menurun pekerjaan tetap yang mereka miliki sempat terbengkalai dan ada yang berhenti dari pekerjaan awalnya. Tetapi dengan kemauan yang kuat dari mereka untuk bekerja maka usaha yang sempat terbengkalai bangkit kembali, dan yang berhenti dari pekerjaan membuat usaha baru. Sedangkan 54% lainnya masih belum punya pekerjaan karena kondisi mereka yang masih lemah sehingga mereka hanya bekerja sampingan saja atau membantu-bantu dagangan orang tua. Kebanyakan yang belum mempuyai pekerjaan tetap masih menggantungkan hidupnya pada bantuan orang lain atau keluarga. Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama disebut sebagai karier. Seseorang mungkin bekerja pada beberapa perusahaan selama kariernya tapi tetap denagan pekerjan yang sama. Pekerja tetap adalah pekerja atau mereka yang bekerja dengan memperoleh upah/gaji secara tetap baik ada kegiatan ataupun tidak dan dibayar tetap pada suatu periode tertentu.

Tabel 5.68

Distribusi Responden Berdasarkan Mampu Berwirausaha

No Mampu Berwirausaha Frekuensi Persentase (%)

1. 2. Mampu Belum Mampu 34 16 68 32 Jumlah 50 100

Sumber Data Primer 2013

Data Tabel 5.68 menunjukkan jika Odha yang telah saya wawancara mengatakan jika 68% dari mereka sudah sanggup untuk berwirausaha hanya saja belum semua diwujudkan karena masalah modal dan fisik yang kuat. Jika pun mereka sudah ada yang berwirausaha masih wirausaha sederhana seperti berdagang, pemain musik, supir dan membuat makanan. Alasan lain dikarenakan mereka mampu berwirausaha karena tidak ingin bekerja terikat dengan atasan, Odha ingin lebih mandiri dengan usaha yang dimilikinya sendiri. Biasanya modal awal mereka pasti bantuan dari keluarga atas. Sedangkan 32% lainnya belum mampu untuk berwirausaha karena dari karakter mereka belum terpanggil untuk menjadi wirausaha. Ataupun mereka belum mempunyai modal sehingga mereka harus bekerja disuatu tempat untuk mengumpulkan modal usaha terlebih dahulu.

Tabel 5.69

Distribusi Responden Berdasarkan Menjadi Pendidik Sebaya Kebutuhan Tercukupi

No Kebutuhan Tercukupi Frekuensi Persentase (%)

1. 2. Tercukupi Tidak Tercukupi 4 46 8 92 Jumlah 50 100

Data Tabel 5.69 menunjukkan jika hanya 8% Odha yang mengaku menjadi pendidik sebaya atau bekerja di LSM kebutuhan tercukupi. Hal ini disebabkan karena mereka memang sudah berpenghasilan tetap dari LSM dan tanggungan hidup cuman Odha sendiri ataupun berdua bersama anaknya. Apalagi Odha yang menjadi pendidik sebaya sudah lama menggeluti pendapingi rekan sebaya sehingga mereka memiliki pengalaman yang lebih luas dalam penanganan kasus HIV/AIDS. Sedangkan 92% lainnya mengaku belum mencukupi kebutuhannya jika menjadi pendidik sebaya. Adapun pun didalam persentase tadi ada beberapa Odha yang memang menajdi pendidik sebaya tetapi kebutuhan masih belum tercukupi hal ini disebabkan karena mereka masih baru dan masih banyak tanggungan keluarga yang harus dibiayai. Dan yang lainnya memang hidup bukan menjadi pendidik sebaya

5.4.14 Odha Berintegrasi Dengan Keluarga Tabel 5.70

Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Bersama Keluarga

No Frekuensi Makan Bersama Keluarga Frekuensi Persentase (%) 1. 2. Sering Jarang 38 12 76 24 Jumlah 50 100

Sumber Data Primer 2013

Data Tabel 5.70 menunjukkan jika 76% Odha sering makan bersama keluarganya, baik diwaktu sakit maupun dalam keadaan sehat. Baik makan bersama dengan keluarga besar maupun hanya makan dengan keluarga inti, ini membuktikan jika keluarga mampu menerima Odha untuk makan bersama dan berbagi peralatan makan. Terkadang jika keluarga dan si Odha bosan untuk makan di rumah, mereka akan makan bersama diluar sehingga ada warna yang berbeda tapi indah dalam keluarga. Sedangkan 24% Odha lainnya mengaku jarang

makan bersama keluarga dikarenakan memang sudah tidak tinggal bersama keluarga lagi dan karena si Odha ataupun keluarganya yang bekerja sampai keluar kota sehingga jarang untuk makan bersama keluarga. Odha yang jarang makan bersama dengan keluarga di rumah biasanya lebih senang makan bersama teman-teman sebayanya, dikarenakan telah menemukan titik nyaman untuk melakukan aktifits bersama.

Tabel 5.71

Distribusi Responden Berdasarkan Beribadah Bersama Keluarga

No Frekuensi Beribadah Bersama Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. Sering Jarang Tidak Pernah 26 22 2 52 44 4 Jumlah 50 100

Sumber Data Primer 2013

Data Tabel 5.71 Odha yang sering melakukan ibadah bersama keluarga ada sekitar 52% dikarenakan mereka masih tinggal serumah dengan keluarganya sehingga waktu untuk beribadah bersama lebih sering. Apalagi pendekatan diri dengan Yang Maha Kuasa sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan dan penguatan si Odha, sehingga membuat Odha lebih sering mengingat kesempatan hidup yang telah diberikan Tuhan. Beribadah bersama disini contohnya gereja bersama, sholat berjamaah dengan keluarga di rumah. Bagi yang jarang beribadah dikarenakan waktu yang dimiliki anggota keluarga belum banyak untuk beribadah bersama. Sedangkan 4% Odha mengatakan tidak pernah beribadah bersama keluarga lagi karena Odha ini telah memilih agama berbeda yang mereka yakini dari keluarga mereka tapi komunikasi Odha dan keluarga tetap baik.

Tabel 5.72

Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Rekreasi Bersama Keluarga

No Frekuensi Rekreasi Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. Sering Jarang Tidak Pernah 16 31 3 32 62 6 Jumlah 50 100

Sumber Data Primer 2013

Data Tabel 5.72 menunjukkan jika Odha jarang melakukan rekreasi bersama keluarganya walaupun jarang tetapi mereka pernah berekreasi dengan keluarganya. Jika 32% lainnya sering berekreasi dengan keluarganya bisa dibilang hanya keluarga inti saja misalnya ayahnya seorang Odha maka sewaktu masih sehat ayah yang Odha ini sering mengajak anak dan istrinya untuk berekreasi. Sedangkan 62% Odha yang jarang berekreasi karena mereka jarang memiliki waktu kosong untuk berjalan-jalan dengan keluarganya. Misalnya adapun waktu kosong lebih digunakan untuk beristirahat dirumah agar tenaga mereka yang tadinya habis saat bekerja bisa kembali lagi setelah beristirahat yang cukup.

Tabel 5.73

Distribusi Responden Berdasarkan Keluarga Mengambil ARV

No Keluarga Mengambil ARV Frekuensi Persentase (%)

1. 2. Iya Tidak 35 15 70 30 Jumlah 50 100

Data Tabel 5.73 menunjukkan 70% Odha mengaku jika obat ARV nya pernah diambil oleh keluarga, sedangkan 30% lainnya mengaku belum diambil oleh keluarga sebab mereka masih bisa mengambil sendiri atau dengan kata lain tidak ingin merepotkan keluarganya dan alasan lainnya karena mereka belum memberi tahu statusnya pada keluarga. Keluarga yang mengambil obat ARV dari Odha lebih sering yang saya jumpai adalah ibu ataupun istri. Hal ini memiliki alasan khusus karena ibu atau istrilah merupakan orang yang terdekat dan yang mampu memahami kondisi si Odha sendiri.

5.5 Uji Hipotesis

Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dukungan keluarga ( variabel X ) dengan keberfungsian sosial ( Variabel Y ), maka digunakan korelasi antara variabel digunakan rumus korelasi Rank Spearman, yaitu :

r′ = 1 – 6(49253-14647)/50 (50² - 1) r′ = 1 – 6(34606)/50 (2500-1) r′ = 1 - 207636/50(2499) r′ = 1- 207636/124950 r′ = 1-1,67 r′ = 0,67

Berdasarkan penghitungan koefisien korelasi rank spearman, dapat diketahui bahwa korelasi antara X dan Y dengan N = 50 diperoleh nilai sebesar 0,67. Untuk menguji kebenaran hipotesa r′ dan mendapatkan hasil yang baik maka hasil Y dan X dipangkatkan

(d²) kemudian hasil kedua variabel dikurangkan untuk mengetahui jumlah perbedaan keduanya.

Untuk menggambarkan jenis hubungan diatas maka dipakai ketentuan dari Guilford yaitu :

1. + 0,70-ke atas : Hubungan positif yang kuat

2. + 0,59 - + 0,69 : Hubungan positif yang mantap

3. + 0,30 - + 0,49 : Hubungan positif yang sedang

4. + 0,01 - + 0,09 : Hubungan positif yang rendah

5. + 0,01 - + 0,09 : Hubungan positif yang tak berarti

6. 0,0 : Tidak ada hubungan

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, ternyata nilai koefisien korelasi r`= 0,67, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dukungan keluarga memiliki hubungan positif yang mantap terhadap keberfungsian sosial orang dengan HIV/AIDS (Odha). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa alternatif (Ha) yang mengatakan “Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap keberfungsian sosial orang dengan HIV/AIDS di Rumah Singgah Caritas PSE Medan”, Dapat diterima. Sedangkan hipotesa nol (Ho) yang mengatakan “Tidak ada pengaruh dukungan keluarga terhadap keberfungsian sosial orang dengan HIV/AIDS di Rumah Singgah Caritas PSE”, Tidak dapat diterima (ditolak).

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat di bab ini merupakan hasil yang dicapai dari analisis data dalam penelitian tentang Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Keberfungsian Sosial Orang Dengan HIV/AIDS. Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 responden yang merupakan klien.

6.1 KESIMPULAN

1. Berdasarkan penghitungan koefisien korelasi rank spearman, dapat diketahui bahwa korelasi antara X dan Y dengan N = 50 diperoleh nilai sebesar 0,67. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dukungan keluarga memiliki hubungan positif yang mantap terhadap keberfungsian sosial orang dengan HIV/AIDS (Odha).

2. Dukungan keluarga merupakan bagian yang sangat penting yang dibutuhkan Orang dengan HIV/AIDS dalam proses pemulihannya. Besar atau kecilnya dukungan tersebut bisa membangkitkan semangat Orang dengan HIV/AIDS untuk sehat bahkan untuk hidup.

3. Pengobatan Orang dengan HIV/AIDS bukan hanya pengobatan secara medis saja melainkan pengobatan psikis harus juga dilakukan sehingga pengobatan medis dan penguatan psikis harus berjalan seimbang.\

4. Masih banyaknya Odha yang bekerja serabutan atau belum memiliki pekerjaan yang tetap sehingga mereka hanya bisa menggantungkan hidupnya pada orang lain atau keluarga.

6.2 SARAN

1. Berdasarkan penelitian yang telah saya lakukan jika masih banyak keluarga yang belum paham betul informasi HIV/AIDS sehingga perlu diadakan pendekatan dengan lembaga yang menanggulangi isu HIV/AIDS, agar bisa dilakukan sosialisasi pada keluarga baik yang tinggal didaerah perkotaan maupun pedesaan.

2. Perlunya pekerja sosial yang terampil, berpengetahuan dan berpengalaman dalam pendampingan, penguatan dan pemberdayaan Orang dengan HIV/AIDS. Karena faktanya dilapangan belum banyak pekerja sosial melainkan tenaga sosial saja.

3. Pendekatan dengan Orang dengan HIV/AIDS agar mereka mau ikut pelatihan, dan pelatihan dibuat dengan materi yang berisikian pelatihan kemampuan contohya kerajinan tangan agar Odha kembali berdaya sehingga bisa membantu dirinya sendiri. 4. Kerjasama dengan lembaga atau yayasan yang bergerak di isu HIV/AIDS untuk

memberikan materi seputar HIV/AIDS di lingkungan pekerja beresiko tinggi, masyarakat yang tinggal di kota maupun desa, anak sekolah dan mahasiswa agar pencegahan penularan HIV dapat dikembangkan serta stigma dan diskriminasi terhadap Orang dengan HIV/AIDS dapat diturunkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. H. Drs. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta. PT Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya : Airlangga University Press Harahap, Sayful. 2000. Pers Meliput AIDS - Cet. 1. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan

Green, Chris W. 2005. HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan. Yogyakarta. Yayasan Spiritia

Green, Chris W. 2007. HIV dan TB. Yogyakarta. Yayasan Spritia

Green, Chris W. 2008. Pengobatan Untuk AIDS : Ingin Mulai?. Yogyakarta. Yayasan Spiritia

Ihromi, T.O. 1999. Sosiologi Keluarga. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia

Kesehatan, Departemen. 2003. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan Dan Pengobatan Bagi ODHA. Jakarta. Departemen Kesehatan

Muninjaya, Gde. Dr. 1998. AIDS di Indonesia. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC Murni, Suzana; Chris, Siradjokta, Herlin. 2008. Pasien Berdaya. Yogyakarta. Yayasan

Spiritia

Nasution, Rizali H., Anwar, Darma. 2000. AIDS Kita Bisa Kena Kita Bisa Cegah. Medan : MONORA

Pardede, Rudolph. 2006. Rencana Strategis Penanggulangan HIV/AIDS 2006 – 2010. Medan. KPA Sumut

Scochib, Moh. Dr. 1998. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta. PT Rineka Cipta

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial – Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu- ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan. Grasindo Monoratama.

Singgih, Yulia. 2002. Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta. PT BPK Gunung Mulia

Siyaranamual, Julius R. Etika, Hak Asasi, dan Pewabahan AIDS. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan

Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Keluarga. Jakarta. PT Rineka Cipta Spiritia, Yayasan. Hidup dengan HIV/AIDS. Yogyakarta. Yayasan Spiritia

Spiritia, Yayasan. Berdayakan Diri Menghadapi HIV/AIDS. Yogyakarta. Yayasan Spiritia Spiritia, Yayasan. 2004. Merawat Odha di Rumah. Yogyakarta. Yayasan Spiritia

Spiritia, Yayasan. 2008. Pasien Berdaya. Yogyakarta. Yayasan Spritia Spiritia, Yayasan. 2008. Terapi Penunjang. Yogyakarta. Yayasan Spritia

Wahlroos, Sven. 2002. Komunikasi Keluarga – Cet-3. Jakarta. PT BPK Gunung Mulia

Sumber Lain :

pada tanggal 15 Mei 2013 pukul 13.25 WIB).

pada tanggal 15 Mei 2013 pukul 14.00 WIB).

Dokumen terkait