• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Belajar dan Prestasi Belajar

Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu.

Menurut Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.” Selanjutnya menurut Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan.”

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan dan meniru. Belajar juga akan lebih baik jika si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak hanya bersifat abstrak saja. Belajar sebagai

kegiatan perseorangan sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.

b. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam tentang pengertian prestasi belajar itu sendiri. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan belajar menurut para ahli.

Menurut Djamarah (1994:19) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok. Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

Sedangkan menurut Nurkencana (1986:62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang

dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

2. Pengajaran Matematika a. Pengertian Matematika

Secara etimologi menurut Elea Tinggih (1972:5), matematika berarti “Ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”. James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Sebagai contoh, adanya pendapat yang mengatakan bahwa matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran yang terbagi menjadi empat wawasan yang luas yaitu aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis dengan aritmetika mencakup teori bilangan dan statistika.

Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Reys, dkk (1984) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika itu adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Kemudian Kline (1973) dalam bukunya mengatakan pula, bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan mengatasi permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa arti Matematika itu adalah pengetahuan berupa pola pikir manusia yang dapat menciptakan logika dalam menalar, memahami, dan mengatasi permasalahan sosial, ekonomi dan alam secara cermat, jelas dan akurat.

b. Operasi Hitung Pecahan Sederhana

Operasi hitung pecahan sederhana adalah operasi hitung yang digunakan untuk menyelesaikan soal pecahan sederhana dengan dua pengerjaan, yaitu penjumlahan dan pengurangan baik untuk operasi hitung pecahan sederhana sama penyebut maupun operasi hitung pecahan sederhana berbeda penyebut.

Contoh pengerjaannya adalah sebagai berikut: a. Operasi Hitung Pecahan Sederhana sama penyebut

8 5 + 8 2 = … caranya 8 5 + 8 2 = 8 7 8 5 - 8 2 = … caranya 8 5 - 8 2 = 8 3

b. Operasi Hitung Pecahan Sederhana berbeda penyebut

6 4 + 12 2 = … caranya 6 4 + 12 2 = ) 2 6 ( ) 2 4 ( x x + ) 1 12 ( ) 1 2 ( x x = 12 8 + 12 2 = 12 10 10 7 - 5 2 = … caranya 10 7 - 5 2 = ) 1 10 ( ) 1 7 ( x x - ) 2 5 ( ) 2 2 ( x x = 10 7 - 10 4 = 10 3

c. Pengertian Soal Cerita

Soal cerita berasal dari dua kata yaitu “soal” dan “cerita”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Soal” artinya hal atau masalah yang harus dipecahkan, sedangkan “cerita” artinya tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal yang dipecahkan. Dalam pengajaran matematika, pemecahan masalah sudah umum menggunakan soal cerita dan biasanya soal cerita itu disajikan dalam bentuk cerita pendek yang menggunakan kalimat sederhana. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan soal cerita adalah soal matematika yang disajikan dengan kalimat sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari serta memuat masalah yang menuntun pemecahan.

Manfaat menyelesaikan soal cerita yaitu siswa mampu memecahkan masalah dengan kalimat sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan siswa diharapkan mampu untuk mengambil keputusan. Selain itu juga hal menyelesaikan soal cerita ini dapat menjadikan siswa semakin terampil dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi kemudian mencari pemecahan jalan keluarnya.

Contoh soal cerita operasi hitung pecahan sederhana dan penyelesaiannya:

a) Diana membeli 4 1 kg jeruk dan 8 2

kg apel di toko buah Santi. Berapa kg jumlah belanjaan buah Diana?

Jawab: 4 1 + 8 2 = ) 2 4 ( ) 2 1 ( x x + ) 1 8 ( ) 1 2 ( x x = 8 2 + 8 2 = 8 4

Jadi, jumlah belanjaan Diana ada

8 4

kg buah.

b) Tommy membeli sebuah tongkat, kemudian tongkat itu dibagi menjadi 3 bagian sama besar. Untuk bagian yang pertama dan kedua dicat dengan warna putih sedangkan bagian ketiga dicat warna merah. Berapa bagian tongkat Tommy yang sudah dicat warna putih?

Jawab: Sebuah tongkat dibagi menjadi 3 bagian

Bagian pertama dan kedua dicat putih,sedangkan bagian ketiga dicat merah.

Jadi bagian tongkat yang dicat putih adalah

3 2

bagian.

c) Ana mempunyai 2 pita rambut yang panjangnya 10 3 cm dan 10 4 cm. Berapa cm panjang pita rambut Ana jika disambung?

Jawab: 10 3 cm + 10 4 cm = 10 7 cm

Jadi, panjang pita rambut Ana setelah disambung adalah

10 7

cm

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Pembelajaran Kooperatif

1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie, 2002 (dalam Wena Made, 2009:189) “Pembelajaran Kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator”. Menurut Nurhadi dan Senduk, 2003 (dalam Wena Made, 2009:189) “Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang saling silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, namun juga sesama siswa”.

Menurut Priyanto, 2007 (dalam Wena Made, 2009: 189) “Pembelajaran Kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsinya, siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama, siswa yang pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan”.

Dari pandangan ketiga ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil yang lebih menekankan pada adanya interaksi para siswa dengan tujuan agar siswa mampu memahami suatu bahan materi pembelajaran yang telah disampaikan dengan baik. 2) Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Arends (1997:111) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.

(b) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

(c) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari suku, agama, ras, budaya, dan jenis kelamin yang beragam.

3) Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif secara umum disampaikan dalam beberapa fase berikut:

(a) Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Dalam fase ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

(b) Fase-2 Menyajikan informasi

Dalam fase ini guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

(c) Fase-3 Mengorganisasi siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Dalam fase ini guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien.

(d) Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Dalam fase ini guru membimbing kelompok-kelompok belajar saat mereka mengerjakan tugas mereka.

(e) Fase-5 Evaluasi

Dalam fase ini guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya ke depan kelas.

(f) Fase-6 Memberikan penghargaan

Dalam fase ini guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

b. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1) Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembalajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran matematika yang menggunakan pembelajaran kooperatif dan prosedur kuis. Pada pembelajaran ini akan terdapat tim-tim yang saling membantu satu sama lain.

Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif tipe STAD, adalah:

a) Membentuk kelompok yang anggotanya = 5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll).

b) Guru menyajikan pembelajaran dengan memberikan soal yang disertai media gambar dalam kelompok.

c) Guru menjelaskan cara menyelesaikan tugas itu kepada ketua kelompok.Kemudian ketua kelompok menjelaskan cara menyelesaikan tugas itu kepada anggota kelompok sampai semua jelas dan dapat mengerjakan dengan baik dalam kerjasama kelompok.

d) Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan proses penyelesaian tugas dalam kelompok kepada semua siswa.

e) Guru memberikan evaluasi.

g) Guru memberikan penghargaan kepada siswa dalam kelompok atas hasil belajar yang baik.

2) Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Beberapa kelebihan dari Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, antara lain:

a) Untuk menuntaskan materi pelajarannya, siswalah yang aktif karena siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif.

b) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah sehingga akan terjadi tukar pikiran dalam menyelesaikan dan menuntaskan materi pelajaran tugas kelompok dengan baik.

c) Memiliki tingkat pencapaian belajar lebih tinggi dan produktivitas belajar yang lebih besar.

d) Lebih menumbuhkan sikap simpati, empati, saling berbagi, dan bertanggung jawab dalam kerjasama kelompok untuk menyelesaikan tugas.

e) Menghasilkan kesehatan psikologis, kemampuan sosial, dan kepercayaan diri yang lebih besar.

Beberapa kekukarangan dari Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, antara lain:

a) Jika ukuran kelompok terlalu besar maka akan menimbulkan kesulitan dalam membagi kelompok tersebut supaya efektif.

b) Muncul konflik-konflik verbal yang berkenaan dengan perbedaan pendapat antar anggota-anggota kelompok dan ketidakkompakan kerjasama kelompok.

c) Guru direpotkan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang cukup rumit.

3) Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam penyelesaian soal cerita

Setelah mengetahui tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD serta mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD sesuai digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya dalam penyelesaian soal cerita. Dalam pembelajaran kooperatif ini lebih menekankan kerjasama dalam kelompok. Siswa dibagi dalam kelompok kecil kemudian mereka menyelesaikan soal cerita matematika. Setelah siswa bekerja dalam kelompok kemudian mereka bekerja secara individu untuk menyelesaikan soal kuis yang berfungsi untuk mengetahui perkembangan belajar masing-masing anggota kelompok.

Dengan adanya kerjasama dan diskusi dalam kelompok, diharapkan siswa dapat belajar dengan baik dan lebih cepat dalam menyelesaikan soal cerita matematika serta memahami materi yang sudah diterima dalam pembelajaran yang disampaikan. Siswa diharapkan dapat saling membantu anggota kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan dan memahami materi yang telah disampaikan dengan baik.

B. Penelitian yang Relevan

Peneliti mengambil beberapa penelitian yang relevan dan sesuai serta sudah pernah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian yang relevan itu adalah sebagai berikut:

Penelitian yang dilaksanakan oleh Margarita Sri Handayanti pada tahun 2010, yang berjudul PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS III SD KANISIUS KOTABARU SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Penelitian ini sesuai dengan penelitian saya karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai sebelum penelitian terdapat 18,2% dengan rata-rata nilai 41,8. Siklus I terdapat 45,5% dengan rata-rata nilai 55,4. Siklus II terdapat 72,7% dengan rata-rata 75,8.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Ignasius Krisdianto pada tahun 2011, yang berjudul PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DALAM SOAL CERITA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I SOMOKATON TAHUN AJARAN 2010/2011. Penelitian ini sesuai dengan penelitian saya karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai sebelum penelitian rata-rata nilai siswa yaitu 36. Siklus I mencapai rata-rata nilai 52,5. Siklus II mencapai rata-rata nilai 73,4. Penelitian yang dilaksanakan oleh Yuliana Isnu Romanti pada tahun 2011, yang berjudul

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD SISWA KELAS V SD PANGUDILUHUR I YOGYAKARTA SEMESTER 1 TAHUN AJARAN 2010/2011. Penelitian ini sesuai

dengan penelitian saya karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai yang telah dicapai sebelum penelitian terdapat 14 siswa (35%) tuntas KKM dengan rata nilai 55,45. Siklus I meningkat terdapat 19 siswa (47,5%) tuntas KKM dengan rata-rata 62,5. Siklus II semakin meningkat terdapat 31 siswa (77,5%) tuntas KKM dengan rata-rata nilai 79,8.

C. Kerangka Berpikir

Kondisi awal yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa dalam kelas masih pasif mendengarkan ceramah dari guru. Pada kondisi awal ini guru belum kreatif dan aktif dalam menggunakan media pembelajaran untuk mendukung penyampaian materi kepada siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pada kondisi awal, maka peneliti memilih cara yang tepat dalam penelitiannya supaya dapat meningkatkan keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa terutama dalam pembelajaran matematika. Cara yang dipilih dalam penelitian ini adalah melakukan penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan sederhana.

Pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam materi operasi hitung pecahan sederhana. Pendekatan ini dipercaya mampu meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang dipelajari. Hal ini secara langsung akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan sendiri soal-soal latihan yang akan diberikan guru. Tugas guru di sini adalah

sebagai penyedia dan pendamping. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa diberi kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuannya dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana,sehingga dimungkinkan dengan model pembelajaran ini prestasi belajar siswa dalam materi operasi hitung pecahan sederhana akan meningkat.

Kondisi akhir dari pembelajaran Matematika yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah keterampilan guru dalam menggunakan media pembelajaran meningkat, siswa menjadi aktif, dan prestasi belajar siswa menjadi meningkat.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan Rumusan Masalah dan Kajian Pustaka yang telah disampaikan oleh peneliti, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Upaya peningkatan prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media gambar dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Guru membuat kelompok yang terdiri dari 5 orang anak secara heterogen.

b) Guru menyajikan pembelajaran dengan memberikan soal yang disertai media gambar dalam kelompok.

c) Guru menjelaskan cara manyelesaikan kepada ketua kelompok, kemudian ketua kelompok menjelaskan cara menyelesaikan soal itu kepada semua anggota sampai jelas dan dapat menyelesaikan soal yang diberikan guru dalam kelompok secara berdiskusi dan bekerjasama dengan baik.

d) Guru memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan proses penyelesaian tugas dalam kelompok kepada semua siswa.

e) Guru memberikan evaluasi.

f) Guru dan siswa menarik kesimpulan bersama.

g) Guru memberikan penghargaan kepada siswa dalam kelompok atas hasil belajar yang baik.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III dalam materi operasi hitung pecahan sederhana.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas, mengacu pada model Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart. Dalam pembelajaran operasi hitung pecahan sederhana yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa juga dapat melihat atau ikut aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus pertama dan siklus kedua menggunakan metode yang sama yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tiap-tiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Di mana perbedaan antara siklus pertama dan siklus kedua adalah pembagian jumlah item soal yang diberikan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar Matematika khususnya materi operasi hitung pecahan sederhana. Diharapkan dengan digunakannya metode ini prestasi belajar Matematika materi operasi hitung sederhana dapat meningkat.

Model yang dipilih peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model Spiral : Kemmis & Mc Taggart (1988). Dalam perencanaannya menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali yang menjadi dasar untuk ancang-ancang pemecahan masalah.

Menurut Kemmis dan Mc Taggart (1988) tahapan dalam setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut:

B. Setting Penelitian

Setting penelitian yang disampaikan peneliti, sebagai berikut: 1) Tempat penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SD Karitas Ngaglik, yang terletak di dusun Nandan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman.

2) Subjek penelitian

Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas III SD Karitas Ngaglik, yang berjumlah 22 orang siswa, yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.

REFLEKSI TINDAKAN PENGAMATAN SIKLUS II PERENCANAAN REFLEKSI TINDAKAN PENGAMATAN SIKLUS I PERENCANAAN

3) Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Operasi Hitung Pecahan Sederhana Siswa kelas III SD Karitas Ngaglik Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014.

4) Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014, tepatnya pada bulan Januari sampai Mei 2014. Penelitian ini dimulai dengan penyusunan kerangka proposal yang kemudian dipersentasikan di depan dosen. Pada persentasi itu dosen memeriksa kelengkapan dan perbaikan kerangka proposal, setelah baik dosen menyetujui kerangka proposal. Setelah kerangka proposal disetujui oleh dosen, maka peneliti diperbolehkan untuk membuat proposal penelitian yang kemudian diajukan kepada dosen pembimbing sebagai bahan bimbingan selanjutnya. Dalam bimbingan itu apabila proposal masih belum baik, dosen memberikan bimbingan supaya peneliti bisa memperbaiki proposal sehingga siap digunakan untuk melakukan penelitian dan dibuat laporan tertulis. Ketika proposal siap dengan baik maka peneliti mendapat ijin dari dosen untuk melakukan penelitian dan membuat laporan tertulis.

C. Rencana Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari satu kali pertemuan (2 x 35 menit). Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah Dasar Karitas Ngaglik. b. Observasi sebelum kegiatan wawancara.

c. Mengidentifikasi masalah.

Sebelum melaksanakan penelitian ini, peneliti mengidentifikasikan masalah tentang prestasi belajar siswa yang berkaitan dengan mengerjakan soal latihan tentang materi pecahan sederhana melalui studi pendahuluan.Tahapan dalam studi pendahuluan pada penelitian ini adalah pembelajaran matematika kelas III Tahun Pelajaran 2013/2014 di SD Karitas Ngaglik. Hal ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan pembelajaran Matematika khususnya tentang pemecahan masalah pada soal cerita dengan pecahan sederhana. Informasi dari hasil belajar awal adalah bahwa prestasi siswa tentang pemecahan masalah

Dokumen terkait