BAB I PENDAHULUAN
A. Belajar
membutuhkan sarana penunjang dalam belajar, misalnya buku paket,
LKS, alat bantu hitung, dll. Selain untuk membantu dalam belajar
matematika, sarana-sarana tersebut juga diharapkan dapat memotivasi
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menemukan beberapa
kemungkinan sumber permasalahan diantaranya:
1. Pembelajaran di kelas terpusat pada guru, guru menerangkan yang
dilanjutkan dengan pemberian contoh soal dan kemudian siswa
diberi latihan soal yang dikerjakan secara pribadi/ individu.
2. Respon siswa terhadap pembelajaran kurang, hal ini dapat dilihat
ada beberapa siswa yang tidak mencatat, tidak mengerjakan tugas
dari guru, sibuk dengan aktivitas masing-masing, sehingga guru
harus menegur siswa tersebut. Berdasarkan hal tersebut, ada
kemungkinan kurangnya motivasi siswa dalam belajar.
3. Sarana pendukung belajar siswa yang belum lengkap, misal jangka,
alat tulis, penggaris, sehingga menyebabkan siswa masih saling
meminjam yang akibatnya kelas menjadi gaduh. Ketidaklengkapan
ini kemungkinan dapat disebabkan oleh status ekonomi sosial
orang tua yang rendah, sehingga belum dapat memenuhi
kebutuhan/ sarana pendukung belajar siswa.
4. Guru tidak selalu melakukan evaluasi pada setiap akhir kegiatan/
bahasan. padahal dengan evaluasi ini akan membantu guru untuk
mengetahui seberapa besar keefektifan pembelajaran yang
dilakukannya, bisa juga mendeteksi siswa mana yang merasa
memberikan motivasi kepada siswa untuk memahami materi
tersebut.
5. Ketika dilakukan pengamatan, guru kurang tepat menggunakan
papan tulis, guru langsung memulai pelajaran tanpa menuliskan
pokok persoalan yang akan dibahas dan tujuan pembelajaran yang
berguna sebagai alat kontrol bagi guru dan siswa dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar tidak keluar dari
jalur.
6. Berdasarkan pengamatan, guru kurang memperhatikan kemampuan
awal siswa. Dengan memahami kemampuan awal siswa akan
memperlancar proses pembelajaran yang dilakukan dan
memperkecil peluang kesulitan yang dialami siswa.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan pengetahuan
penulis, maka peneliti membatasi masalah yaitu mengenai hubungan
antara motivasi belajar matematika dan status ekonomi sosial orang tua
dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB pada pokok bahasan
operasi aljabar di SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2011/ 2012.
Sehingga, kesimpulan hasil penelitian tidak dapat diterapkan pada kelas
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran motivasi belajar matematika dan status
ekonomi sosial orang tua siswa kelas VIIIB pada pokok bahasan
operasi aljabar di SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2011/
2012?
2. Adakah hubungan antara motivasi belajar matematika dan status
ekonomi sosial orang tua dengan hasil belajar matematika siswa kelas
VIIIB pada pokok bahasan operasi aljabar di SMP Pangudi Luhur
Moyudan tahun ajaran 2011/ 2012?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini:
1. Ingin mengetahui gambaran motivasi belajar matematika dan status
ekonomi sosial orang tua siswa kelas VIIIB pada pokok bahasan
operasi aljabar di SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2011/
2012.
2. Ingin mengetahui adakah hubungan antara motivasi belajar
matematika dan status ekonomi sosial orang tua dengan hasil belajar
matematika siswa kelas VIIIB pada pokok bahasan operasi aljabar di
F. Batasan Istilah
Agar cakupan masalah tidak terlalu luas, maka peneliti menjelaskan
batasan masalah agar penggunaanya lebih jelas.
1. Belajar dan Hasil Belajar
Menurut W.S Winkel (2004:59) “Belajar adalah suatu
aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
Nana Sudjana (2010: 22) mendefinisikan hasil belajar sebagai
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.
Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah
hasil belajar pelajaran matematika yang dilihat dari hasil tes yang
diberikan oleh peneliti.
2. Status ekonomi sosial
Status adalah keadaan (orang, badan, dsb) dalam
hubungannnya dengan masyarakat disekelilingnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989)
Ekonomi diartikan sebagai pemanfaatan uang, tenaga, waktu,
dan sebagainya yang berharga (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989)
Sosial yaitu berkenaan dengan masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989)
Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah
kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang
ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat
pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.
Menurut Soerjono Soekanto (1987) sosial ekonomi adalah posisi
seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti
lingkungan pergaulan, prestasi, dan hak-hak serta kewajiban dalam
hubungannya dengan sumber daya.
Berdasar definisi di atas dapat disimpulkan bahwa status
ekonomi sosial orang tua adalah kedudukan/ posisi seseorang
dalam masyarakat yang ditentukan oleh tingkat pendidikan,
pendapatan, jenis tempat tinggal, pemilikan kekayaan/ fasilitas, dan
jumlah tanggungan.
3. Orang tua siswa
Orang tua adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua,
orang-orang yang dihormati (disegani) di kampung (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989)
4. Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2011: 75) motivasi diartikan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan yang memberikan arah kegiatan belajar
tercapai. Menurut Winkel (2004:26) motivasi adalah motif yang
sudah menjadi aktif pada saat-saat melakukan percobaan,
sedangkan motif sudah ada dalam diri seseorang jauh sebelum
orang itu melakukan suatu perbuatan.
Berdasar definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang menjadi kekuatan
pada individu yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
seluruh tingkah laku sehingga diharapkan tujuan belajar dapat
tercapai.
Motivasi yang dipergunakan sebagai variabel dalam
penelitian ini adalah dorongan untuk mengerjakan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat atau kegunaan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk
memahami karakteristik siswanya, dapat memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan belajar siswa, faktor yang
berasal dari dalam maupun luar diri siswa. Faktor dari luar diri
siswa misalnya status ekonomi sosial orangtua yang secara tidak
2. Bagi Orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tambahan bagi orang tua siswa dan diharapkan orang tua dapat
mengambil kebijakan tertentu secara tepat sesuai dengan
perkembangan belajar siswa. Sehingga dapat terjalin komunikasi
yang baik diantara keduanya.
3. Bagi Komite Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
saat sekolah mengadakan rapat dengan orang tua siswa, agar orang
tua dapat memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
belajar siswa. Dalam penelitian ini khususnya faktor motivasi dan
status ekonomi sosial orang tua.
4. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana
hubungan antara motivasi belajar matematika dan status ekonomi
sosial orang tua dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII
11
BAB II
LANDASAN TEORI A. Belajar
1. Hakekat belajar
Dalam belajar terjadi perubahan tingkah laku seseorang,
perubahan ini dapat terjadi karena proses pengalaman. Perubahan
tingkah laku ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan tetapi kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga
diri, minat, watak dan penyesuaian diri.
Menurut W.S Winkel (2004:59) “Belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Perubahan ini bersifat relatif
konstan dan berbekas”. Sedangkan menurut Muhibbin (2003: 68)
belajar merupakan kegiatan yang berproses melalui tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu
sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia
berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku yang bersifat konstan dan relatif
menetap baik dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, maupun
nilai sikap yang diperoleh melalui aktivitas mental/ psikis dalam
interaksinya dengan lingkungan.
2. Teori Belajar
a. Pengertian Belajar menurut Teori Behavioristik
Menurut Teori Behavioristik (dalam Suyono & Hariyanto
2011: 58-59) belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi
akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respon. Faktor yang
penting dalam teori ini adalah adanya penguatan atau
reinforcement. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat, sebaliknya bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respon akan semakin lemah. Penguatan yang dimaksud adalah stimulus dalam
berbagai bentuk tindakan yang mampu meningkatkan sejumlah
respon tertentu.
b. Pengertian Belajar menurut Teori Kognitif
Menurut Teori Kognitif (dalam Suyono & Hariyanto 2011:
75), unsur terpenting dalam belajar adalah pengetahuan yang
dimiliki individu sesuai dengan situasi belajarnya. Hal ini sesuai
bahwa terdapat empat tahap perkembangan kognitif berdasar usia
individu:
1) Tahap Sensori Motor (dari lahir sampai umur 2 tahun)
Pengalaman diperoleh melalui perbuatan fisik (gerakan
anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indera)
2) Tahap Pra Operasi ( umur 2-7 tahun)
Mairer (dalam Suherman, 2001 : 40) menyatakan bahwa
tahap pra operasi adalah tahap persiapan untuk
pengorganisasian operasi konkret, berupa tindakan-tindakan
kognitif seperti mengklasifikasikan sekelompok obyek, menata
letak benda menurut urutan tertentu, dan membilang.
3) Tahap Operasi Konkret ( umur 7-11 tahun)
Anak-anak yang berada dalam tahap ini umumnya sudah
berada di Sekolah Dasar. Pada tahap ini anak telah memahami
operasi logis dengan bantuan benda-benda konkret. Anak
sudah mampu mengelompokkan benda, mampu mengikat
definisi walaupun belum tepat, akan tetapi belum mampu
menguasai simbol verbal dan ide-ide abstrak.
4) Tahap Operasi Formal (umur 11 tahun dan seterusnya)
Pada tahap ini, anak sudah mampu melakukan penalaran
dengan menggunakan hal-hal abstrak. Penalaran yang terjadi
dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya menggunakan
c. Pengertian Belajar menurut Teori Konstruktivisme
John Dewey (dalam Suyono & Hariyanto, 2011:105)
menyatakan bahwa konstruktivisme, pengetahuan yang dimiliki
seseorang merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif yang telah
dilakukan. Sedangkan Driver & Bell (dalam Suyono & Hariyanto,
2011: 106) menyatakan bahwa dalam teori konstruktivisme, siswa
tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif, melainkan harus aktif
terlibat dalam belajar, karena belajar bukan hanya mentransfer
pengetahuan kepada siswa tetapi juga perlu diperlihatkan
prosesnya agar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Ciri-ciri Belajar
Menurut Paul Suparno dalam Sardiman (2011: 38) belajar mempunyai
ciri-ciri:
a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa
dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.
b. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta tetapi
merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat
pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan
tetapi perkembangan itu sendiri.
d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar
e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah
diketahui, si subyek belajar, tujuan, motivasi yang
mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang
dipelajari.
4. Prinsip-prinsip Belajar
Menurut Slameto (2010:27) prinsip-prinsip dalam belajar sebagai
berikut:
a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1) Dalam belajar siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai
tujuan instruksional.
2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan
instruksional.
3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak
dapat mengembangkan kemampuannya berekplorasi dan
belajar dengan efektif.
4) Belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.
b. Sesuai hakikat belajar
1) Belajar itu proses kontinu, maka harus tahap demi tahap
menurut perkembangannya.
2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan
3) Belajar adalah proses kontinguitas ( hubungan antara
pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga
mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang
diberikan menimbulkan response yang diharapkan.
c. Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari
1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki
struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah
menangkap pengertiannya.
2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu
sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
d. Syarat keberhasilan belajar
1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa
dapat belajar dengan tenang.
2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali
agar pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada
siswa.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang
1) Faktor Jasmaniah, meliputi
a) Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
orang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, mengantuk, kurang darah atau
gangguan fungsi alat indera.
b) Cacat tubuh
Cacat tubuh ini dapat berupa buta, tuli, patah kaki dan
patah tangan.
2) Faktor Psikologis, meliputi
a) Intelegensi
Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi
akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat
intelegensi yang rendah. Siswa yang mempunyai intelegensi
tinggi dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya
dikarenakan belajar dengan menerapkan metode belajar yang
efisien. Sedangkan yang mempunyai intelegensi rendah perlu
mendapatkan pendidikan khusus.
b) Perhatian
Perhatian menurut Ghazali yang dikutip oleh Slameto
(2010:56) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu
pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek benda/hal atau
baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan
yang dipelajarinya.
c) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat
besar pengaruhnya terhadap belajar. Bahan pelajaran yang
menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan
karena minat menambah kegiatan belajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan
itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesudah belajar atau berlatih.
e) Motivasi
Seseorang akan berhasil dalam belajarnya bila
mempunyai penggerak atau pendorong untuk mencapai
tujuan. Penggerak atau pendorong inilah yang disebut dengan
motivasi.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam
pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah
siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon
atau bereaksi.Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses
belajar mengajar karena jika siswa sudah memiliki kesiapan
dalam belajar maka hasil belajarnya akan lebih baik.
3) Faktor Kelelahan
Kelelahan dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan
lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani terlihat dengan
kelesuan dan kebosanan.
b. Faktor Eksternal
1) Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan utama dalam proses
belajar. Keadaan yang ada dalam keluarga mempunyai
pengaruh yang besar dalam pencapaian prestasi belajar
misalnya cara orang tua mendidik, relasi anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan pengertian
orang tua.
2) Keadaan sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungan di mana siswa
belajar secara sistematis. Kondisi ini meliputi metode
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, metode belajar
dan fasilitas yang mendukung lainnya.
3) Keadaan masyarakat
Siswa akan mudah kena pengaruh lingkungan
masyarakat karena keberadaannya dalam lingkungan tersebut.
Kegiatan dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,
lingkungan tetangga merupakan hal-hal yang dapat
mempengaruhi siswa sehingga perlu diusahakan lingkungan
yang positif untuk mendukung belajar siswa.