HUBUNGAN AN
ANTARA MOTIVASI BELAJAR MATEMA EKONOMI SOSIAL ORANG TUA DENGA MATEMATIKA SISWA KELAS VIIIB PAD
N OPERASI ALJABAR DI SMP PANGUD MOYUDAN TAHUN AJARAN 2011/ 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Agnes Rani Utami
NIM: 071414040
OGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
IDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETA
ULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tulis rencanamu dengan sebuah pensil dan berikan
penghapusnya kepada Yesus. Ijinkan Dia menghapus
bagian-bagian yang salah dan akan digantikan dengan
rencana-Nya yang indah dan sempurna.
Sehingga janganlah hendaklah kamu khawatir tentang
apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dengan permohonan
dan ucapan syukur.
Filipi 4:6
Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini
kupersembahkan untuk:
- Tuhan Yesus dan Bunda Maria
- Orangtuaku tercinta
- Saudara-saudaraku dan
sahabat-sahabatku, kalian sangat berarti
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Januari 2012
Penulis,
vi
ABSTRAK
Agnes Rani Utami, 2012.Hubungan Antara Motivasi Belajar Matematika dan Status Ekonomi Sosial Orang Tua Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII B Pada Pokok Bahasan Operasi Aljabar di SMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Ajaran 2011/ 2012. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar matematika dan status ekonomi sosial orang tua dengan hasil belajar matematika pada pokok bahasan operasi aljabar.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang diamati sebagaimana adanya, dan data dikuantifikasi untuk memudahkan dalam menganalisis. Penelitian dilakukan dikelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Ajaran 2011/ 2012. Populasi dari penelitian ini adalah himpunan semua siswa kelasVIII SMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Ajaran 2011/ 2012 yang terdiri dari 77 siswa. Sampel dari penelitian ini terdiri atas 39 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) angket motivasi belajar matematika, (2) angket status ekonomi sosial orang tua, (3) tes hasil belajar matematika pada pokok bahasan aljabar, (4) wawancara, (5) dokumen dari sekolah. Untuk angket status ekonomi sosial akan dianalisis berdasarkan 5 faktor yang mempengaruhi, yaitu: tingkat pendidikan orang tua (ayah dan ibu), pendapatan orang tua (ayah dan ibu), pemilikan kekayaan/ fasilitas, jenis tempat tinggal (status dan kondisi fisik bangunan), dan jumlah tanggungan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Spearman Rank, dimana motivasi belajar matematika dan status ekonomi sosial orang tua di korelasikan dengan hasil belajar matematika pada pokok bahasan aljabar.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi dari motivasi belajar matematika sebesar r = 0, 2510. Sedangkan untuk status ekonomi sosial orang tua diperoleh koefisien korelasi sebesar: (1) r = 0, 2144 dan 0, 2153 , (2) r = 0, 3735 dan 0, 2322, (3) r = 0, 2614 , (4) r = 0, 2579 dan 0, 4671, (5) r = 0, 2204. Hal ini berarti nilai koefisien korelasinya cukup baik, walaupun tergolong rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar matematika tergolong tinggi, status ekonomi sosial orang tua di atas rata-rata. Ada hubungan yang positif antara motivasi belajar matematika dan status ekonomi sosial orang tua dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII B pada pokok bahasan operasi aljabar diSMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Ajaran 2011/ 2012.
vii
ABSTRACT
Agnes Rani Utami, 2012. Correlation between Mathematic Learning Motivation and Parents’ Social Economic Status to Mathematic Learning Result of the Students Class VIIIB on the Topic of Algebra Operation at Pangudi Luhur Moyudan Junior High School year 2011/2012. A thesis of Mathematic Education Study Program, Department of Mathematic Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This study aimed to find out the correlation between mathematic learning motivation and parents’ social economic status to mathematic learning result on the topic of Algebra Operation.
This study was a descriptive quantitative research that described a tendency or event which observed and analyzed quantitatively to make it easier to analyze. This study was conducted in class VIIIB of Pangudi Luhur Moyudan Junior High School year 2011/2012. Population of this study was all the students of class VIII of Pangudi Luhur Moyudan Junior High School year 2011/2012 which consisted of 77 students. Sample of this study consisted of 39 students. The instrument used were (1) questionnaire of learning mathematic motivation, (2) questionnaire of parents’ social economic status, (3) result of mathematic learning on Algebra, (4) interview, (5) document from the school. For the questionnaire of parents’ social economic status was analyzed based on 5 factors, they were; parents’ education level (father and mother), parents’ income (father and mother), proprietary/facility, kind of house (building status and physical condition), and number of dependents. To analyze the data, the writer used Spearman Rank, that the mathematic learning motivation and parents’ economic social status were correlated to the result of learning mathematic on Algebra Operation.
Based on the result of data analysis, it showed that the correlation co efficiency of mathematic learning motivation was r = 0.2510. Then for parents’ social economic status, the data showed that the correlation co efficiency was (1) r = 0.2144 and 0.2153, (2) r = 0.3735 and 0.2322, (3) r = 0.2614, (4) r = 0.2579 and 0.4671, (5) r = 0.2204. It meant that the correlation co efficiency was good enough, though it was in low level. It can be concluded that mathematic learning motivation was high; parents’ social economic status was average above. There was a positive correlation between mathematic learning motivation and parents’ social economic status to mathematic learning result of the Students Class VIIIB on the Topic of Algebra Operation at Pangudi Luhur Moyudan Junior High School year 2011/2012.
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Agnes Rani Utami
Nomor Induk Mahasiswa : 071414040
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:HUBUNGAN ANTARA
MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DAN STATUS EKONOMI
SOSIAL ORANG TUA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII B PADA POKOK BAHASAN OPERASI ALJABAR DI SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN TAHUN AJARAN 2011/ 2012.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis,
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta, 19 Januari 2012
Yang Menyatakan
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan karunia-Nya sehingga membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Antara Motivasi Belajar Matematika dan Status Ekonomi
Sosial Orang Tua dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII B SMP
Pangudi Luhur Moyudan Tahun Ajaran 2011/ 2012”. Skripsi ini tidak dapat saya
selesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari pihak lain, sehingga dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. R. Rohandi, M.Ed, Ph. D. , selaku Dekan FKIP Universitas
Sanata Dharma.
2. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. , selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. , selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika.
4. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan
kesabarannya senantiasa memberi bimbingan dan arahan dalam membantu
saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Th. Sugiarto, M.T. selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran bagi penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Dominikus Arif B. P, S.Si., M.Si selaku dosen penguji yang telah
x
7. Segenap Dosen dan Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.
8. Drs. Y. Junianto selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur Moyudan
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
9. Ibu Ag. Y. Dwi Ambarwati S.Pd. selaku guru matematika yang telah
membantu dan member pengarahan kepada penulis dalam melaksanakan
penelitian di SMP Pangudi Luhur Moyudan.
10. Siswa-siswi kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Ajaran
2011/ 2012.
11. Orang tuaku tercinta, Benedictus Sadiran dan Elisabet Sumarni serta
adikku Robertus Suhardi, terima kasih atas doa, kesabaran, perhatian,
dukungan dan kesempatan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
12. Sigit Purwoko, Cicilia Winarti, Patricia Tiwik Hayuningtyas, Cosmas
Wenny, dan Gregorius Kriswan terima kasih telah membantu dalam
penelitian dan memberi dukungan sehingga skripsi ini dapat selesai
dengan baik.
13. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2007 dan teman-teman
kos Mawar, terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini.
Semoga penelitian ini berguna bagi semua.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT... vii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Batasan Istilah ... 7
xii BAB II LANDASAN TEORI
A. Belajar ... 11
B. Motivasi dan Motivasi Belajar Matematika... 20
C. Hasil Belajar... 24
D. Status Ekonomi Sosial Orang Tua ... 25
E. Kerangka Berfikir... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 35
B. Populasi dan Sampel ... 35
C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36
D. Subjek dan Objek Penelitian ... 36
E. Variabel Penelitian ... 37
F. Metode Pengumpulan Data ... 37
G. Instrumen Penelitian... 42
H. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 43
I. Metode Analisis Data... 47
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 54
B. Analisis Data ... 60
C. Hasil Wawancara ... 62
D. Pembahasan Hasil Analisis Data... 66
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 69
B. Saran... 70
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika (Opini) …………...42
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika (Fakta)…………..42
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Status Ekonomi Sosial Orang tua……….42
Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika………43
Tabel 3.5 Kisi-kisi Tingkat Reliabilitas……….45
Tabel 3.6 Tingkat Pendidikan Orang tua……….47
Tabel 3.7 Pendapatan Orang tua………..48
Tabel 3.8 Kendaraan Pribadi yang dimiliki Orang tua………48
Tabel 3.9 Status Tempat Tinggal Orang tua……….49
Tabel 3.10 Kondisi Fisik Bangunan……….50
Tabel 3.11 Jumlah Tanggungan Orang tua………..50
Tabel 3.12 Transformasi Data Interval ke Data Ordinal………..51
Tabel 3.13 Transformasi Data Interval ke Data Ordinal……….52
Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Ayah ………..55
Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Ibu………56
Tabel 4.3 Tingkat Pendapatan Ayah………56
Tabel 4.4 Tingkat Pendapatan Ibu………..57
Tabel 4.5 Kendaraan Pribadi yang dimiliki Orang Tua………..58
Tabel 4.6 Status Tempat Tinggal Orang Tua……….58
Tabel 4.7 Kondisi Fisik Bangunan………59
xiv
Tabel 4.9 Hasil Transformasi Data Motivasi Belajar Matematika…………..61
Tabel 4.10 Hasil Transformasi Nilai Hasil Belajar Matematika………..61
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Diagram Batang Motivasi Belajar Matematika (Opini) ……….. 54
Gambar 4. 2 Diagram Batang Motivasi Belajar Matematika (Fakta) ……….. 55
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Angket dan Soal Uji Coba………. 74
Skor Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar ……. ………... 83
Uji Validitas dan Reliabilitas ……… ……….... 84
Angket Penelitian dan Tes Hasil Belajar ….. ……….. 88
Skor Hasil Penelitian ………... 97
Perhitungan Analisis Data … ……….. 103
Data Hasil Penelitian ……….. 115
Hasil Wawancara …. ……….. 134
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan teknologi saat ini, pendidikan menjadi hal
mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap orang, karena tidak dapat
dipungkiri bahwa saat ini pendidikan menjadi tolok ukur dalam hal
kecerdasan dan juga kesuksesan seseorang. Pendidikan merupakan proses
pembelajaran, proses untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang
belum diketahui sebelumnya. Proses dimana kita dilatih dan dibimbing
untuk menjadi pribadi yang lebih berilmu dan berakal sehat juga rasional.
Dalam pencapaiannya diperlukan sistem pendidikan yang ideal agar
pendidikan dapat diterima secara maksimal oleh peserta didik. Pendidikan
yang ideal adalah pendidikan yang memenuhi beberapa kriteria seperti
pendidikan yang sesuai umur, sesuai kapasitas kemampuan peserta didik
(dalam hal penerimaan materi), dan pendidikan diberikan secara bertingkat
dan bertahap.
Berdasar kriteria pendidikan di atas, pemilihan metode
pembelajaran yang dipilih guru juga mempunyai pengaruh dalam proses
pembelajaran, yaitu dalam hal penerimaan materi pelajaran. Apabila
metode yang dipilih sesuai dengan karakter siswa dan menarik bagi siswa
maka secara tidak langsung hal itu akan memotivasi siswanya untuk
prasarana sekolah juga harus mendukung agar proses pembelajaran di
sekolah dapat berjalan dengan lancar, misal: koleksi buku yang lengkap,
kelas yang nyaman untuk proses pembelajaran, dll.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, pembelajaran
matematika yang berlangsung di SMP Pangudi Luhur Moyudan
menggunakan pendekatan pembelajaran klasikal dengan metode ceramah,
tanya jawab, latihan soal, PR, guru menerangkan materi yang dilanjutkan
memberikan contoh soal dan kemudian siswa diberi latihan soal untuk
dikerjakan secara pribadi. Metode pembelajaran ini dirasa kurang bisa
memotivasi dan menarik perhatian siswa untuk belajar matematika. Guru
hanya menerangkan, siswa tidak diajak untuk menemukan sendiri,
sehingga siswa tidak merasa tertantang, termotivasi untuk menemukan
sendiri solusi permasalahan yang diberikan oleh guru. Kurangnya motivasi
siswa juga dapat dilihat pada saat siswa diberi tugas mencatat apa yang
sudah diterangkan oleh guru, ada beberapa siswa yang tidak mencatat,
bahkan ada yang sibuk mengobrol sendiri sehingga guru harus menegur
siswa tersebut.
Selain faktor motivasi, sikap siswa yang demikian dapat juga
dipengaruhi oleh faktor lain, salah satu faktor yang mungkin adalah faktor
keluarga khususnya status ekonomi sosial orang tua. Keluarga memegang
peranan yang penting dan utama dalam pembentukan karakter dalam diri
siswa, salah satunya yaitu kepedulian orang tua terhadap belajar siswa.
siswa juga menjadi beragam. Bagaimana sikap siswa dalam keluarga,
sikap itulah yang siswa terapkan saat siswa bergaul dengan dunia luar.
Kondisi perekonomian keluarga juga mempengaruhi perkembangan siswa.
Apabila perekonomian keluarga tinggi, kemungkinan lingkungan material
anak di dalam keluarga lebih terbuka, sehingga kesempatan anak untuk
mengembangkan kecakapan yang ia miliki akan lebih luas dibandingkan
anak dengan keadaan ekonomi yang rendah. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Gerungan (2009) bahwa:
“Keadaan sosial ekonomi keluarga tentulah mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak. Apabila kita pikirkan, bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak didalam keluarga itu lebih luas, ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada alat-alatnya”
Status ekonomi sosial orang tua juga akan mempengaruhi
pendidikan anak dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anak. Orang tua
yang status ekonomi sosialnya tinggi/ perekonomiannya tinggi
kemungkinan akan lebih dapat memenuhi sarana yang dibutuhkan anak
dalam belajar dibandingkan orang tua dengan status ekonomi sosial
rendah. Padahal didalam belajar khususnya belajar matematika, anak juga
membutuhkan sarana penunjang dalam belajar, misalnya buku paket,
LKS, alat bantu hitung, dll. Selain untuk membantu dalam belajar
matematika, sarana-sarana tersebut juga diharapkan dapat memotivasi
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menemukan beberapa
kemungkinan sumber permasalahan diantaranya:
1. Pembelajaran di kelas terpusat pada guru, guru menerangkan yang
dilanjutkan dengan pemberian contoh soal dan kemudian siswa
diberi latihan soal yang dikerjakan secara pribadi/ individu.
2. Respon siswa terhadap pembelajaran kurang, hal ini dapat dilihat
ada beberapa siswa yang tidak mencatat, tidak mengerjakan tugas
dari guru, sibuk dengan aktivitas masing-masing, sehingga guru
harus menegur siswa tersebut. Berdasarkan hal tersebut, ada
kemungkinan kurangnya motivasi siswa dalam belajar.
3. Sarana pendukung belajar siswa yang belum lengkap, misal jangka,
alat tulis, penggaris, sehingga menyebabkan siswa masih saling
meminjam yang akibatnya kelas menjadi gaduh. Ketidaklengkapan
ini kemungkinan dapat disebabkan oleh status ekonomi sosial
orang tua yang rendah, sehingga belum dapat memenuhi
kebutuhan/ sarana pendukung belajar siswa.
4. Guru tidak selalu melakukan evaluasi pada setiap akhir kegiatan/
bahasan. padahal dengan evaluasi ini akan membantu guru untuk
mengetahui seberapa besar keefektifan pembelajaran yang
dilakukannya, bisa juga mendeteksi siswa mana yang merasa
memberikan motivasi kepada siswa untuk memahami materi
tersebut.
5. Ketika dilakukan pengamatan, guru kurang tepat menggunakan
papan tulis, guru langsung memulai pelajaran tanpa menuliskan
pokok persoalan yang akan dibahas dan tujuan pembelajaran yang
berguna sebagai alat kontrol bagi guru dan siswa dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar tidak keluar dari
jalur.
6. Berdasarkan pengamatan, guru kurang memperhatikan kemampuan
awal siswa. Dengan memahami kemampuan awal siswa akan
memperlancar proses pembelajaran yang dilakukan dan
memperkecil peluang kesulitan yang dialami siswa.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan pengetahuan
penulis, maka peneliti membatasi masalah yaitu mengenai hubungan
antara motivasi belajar matematika dan status ekonomi sosial orang tua
dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB pada pokok bahasan
operasi aljabar di SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2011/ 2012.
Sehingga, kesimpulan hasil penelitian tidak dapat diterapkan pada kelas
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran motivasi belajar matematika dan status
ekonomi sosial orang tua siswa kelas VIIIB pada pokok bahasan
operasi aljabar di SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2011/
2012?
2. Adakah hubungan antara motivasi belajar matematika dan status
ekonomi sosial orang tua dengan hasil belajar matematika siswa kelas
VIIIB pada pokok bahasan operasi aljabar di SMP Pangudi Luhur
Moyudan tahun ajaran 2011/ 2012?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini:
1. Ingin mengetahui gambaran motivasi belajar matematika dan status
ekonomi sosial orang tua siswa kelas VIIIB pada pokok bahasan
operasi aljabar di SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2011/
2012.
2. Ingin mengetahui adakah hubungan antara motivasi belajar
matematika dan status ekonomi sosial orang tua dengan hasil belajar
matematika siswa kelas VIIIB pada pokok bahasan operasi aljabar di
F. Batasan Istilah
Agar cakupan masalah tidak terlalu luas, maka peneliti menjelaskan
batasan masalah agar penggunaanya lebih jelas.
1. Belajar dan Hasil Belajar
Menurut W.S Winkel (2004:59) “Belajar adalah suatu
aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
Nana Sudjana (2010: 22) mendefinisikan hasil belajar sebagai
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.
Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah
hasil belajar pelajaran matematika yang dilihat dari hasil tes yang
diberikan oleh peneliti.
2. Status ekonomi sosial
Status adalah keadaan (orang, badan, dsb) dalam
hubungannnya dengan masyarakat disekelilingnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989)
Ekonomi diartikan sebagai pemanfaatan uang, tenaga, waktu,
dan sebagainya yang berharga (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989)
Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah
kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang
ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat
pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.
Menurut Soerjono Soekanto (1987) sosial ekonomi adalah posisi
seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti
lingkungan pergaulan, prestasi, dan hak-hak serta kewajiban dalam
hubungannya dengan sumber daya.
Berdasar definisi di atas dapat disimpulkan bahwa status
ekonomi sosial orang tua adalah kedudukan/ posisi seseorang
dalam masyarakat yang ditentukan oleh tingkat pendidikan,
pendapatan, jenis tempat tinggal, pemilikan kekayaan/ fasilitas, dan
jumlah tanggungan.
3. Orang tua siswa
Orang tua adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua,
orang-orang yang dihormati (disegani) di kampung (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989)
4. Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2011: 75) motivasi diartikan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan yang memberikan arah kegiatan belajar
tercapai. Menurut Winkel (2004:26) motivasi adalah motif yang
sudah menjadi aktif pada saat-saat melakukan percobaan,
sedangkan motif sudah ada dalam diri seseorang jauh sebelum
orang itu melakukan suatu perbuatan.
Berdasar definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang menjadi kekuatan
pada individu yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
seluruh tingkah laku sehingga diharapkan tujuan belajar dapat
tercapai.
Motivasi yang dipergunakan sebagai variabel dalam
penelitian ini adalah dorongan untuk mengerjakan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat atau kegunaan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk
memahami karakteristik siswanya, dapat memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan belajar siswa, faktor yang
berasal dari dalam maupun luar diri siswa. Faktor dari luar diri
siswa misalnya status ekonomi sosial orangtua yang secara tidak
2. Bagi Orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tambahan bagi orang tua siswa dan diharapkan orang tua dapat
mengambil kebijakan tertentu secara tepat sesuai dengan
perkembangan belajar siswa. Sehingga dapat terjalin komunikasi
yang baik diantara keduanya.
3. Bagi Komite Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
saat sekolah mengadakan rapat dengan orang tua siswa, agar orang
tua dapat memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
belajar siswa. Dalam penelitian ini khususnya faktor motivasi dan
status ekonomi sosial orang tua.
4. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana
hubungan antara motivasi belajar matematika dan status ekonomi
sosial orang tua dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar
1. Hakekat belajar
Dalam belajar terjadi perubahan tingkah laku seseorang,
perubahan ini dapat terjadi karena proses pengalaman. Perubahan
tingkah laku ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan tetapi kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga
diri, minat, watak dan penyesuaian diri.
Menurut W.S Winkel (2004:59) “Belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Perubahan ini bersifat relatif
konstan dan berbekas”. Sedangkan menurut Muhibbin (2003: 68)
belajar merupakan kegiatan yang berproses melalui tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu
sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia
berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku yang bersifat konstan dan relatif
menetap baik dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, maupun
nilai sikap yang diperoleh melalui aktivitas mental/ psikis dalam
interaksinya dengan lingkungan.
2. Teori Belajar
a. Pengertian Belajar menurut Teori Behavioristik
Menurut Teori Behavioristik (dalam Suyono & Hariyanto
2011: 58-59) belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi
akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respon. Faktor yang
penting dalam teori ini adalah adanya penguatan atau
reinforcement. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat, sebaliknya bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respon akan semakin lemah. Penguatan yang dimaksud adalah stimulus dalam
berbagai bentuk tindakan yang mampu meningkatkan sejumlah
respon tertentu.
b. Pengertian Belajar menurut Teori Kognitif
Menurut Teori Kognitif (dalam Suyono & Hariyanto 2011:
75), unsur terpenting dalam belajar adalah pengetahuan yang
dimiliki individu sesuai dengan situasi belajarnya. Hal ini sesuai
bahwa terdapat empat tahap perkembangan kognitif berdasar usia
individu:
1) Tahap Sensori Motor (dari lahir sampai umur 2 tahun)
Pengalaman diperoleh melalui perbuatan fisik (gerakan
anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indera)
2) Tahap Pra Operasi ( umur 2-7 tahun)
Mairer (dalam Suherman, 2001 : 40) menyatakan bahwa
tahap pra operasi adalah tahap persiapan untuk
pengorganisasian operasi konkret, berupa tindakan-tindakan
kognitif seperti mengklasifikasikan sekelompok obyek, menata
letak benda menurut urutan tertentu, dan membilang.
3) Tahap Operasi Konkret ( umur 7-11 tahun)
Anak-anak yang berada dalam tahap ini umumnya sudah
berada di Sekolah Dasar. Pada tahap ini anak telah memahami
operasi logis dengan bantuan benda-benda konkret. Anak
sudah mampu mengelompokkan benda, mampu mengikat
definisi walaupun belum tepat, akan tetapi belum mampu
menguasai simbol verbal dan ide-ide abstrak.
4) Tahap Operasi Formal (umur 11 tahun dan seterusnya)
Pada tahap ini, anak sudah mampu melakukan penalaran
dengan menggunakan hal-hal abstrak. Penalaran yang terjadi
dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya menggunakan
c. Pengertian Belajar menurut Teori Konstruktivisme
John Dewey (dalam Suyono & Hariyanto, 2011:105)
menyatakan bahwa konstruktivisme, pengetahuan yang dimiliki
seseorang merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif yang telah
dilakukan. Sedangkan Driver & Bell (dalam Suyono & Hariyanto,
2011: 106) menyatakan bahwa dalam teori konstruktivisme, siswa
tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif, melainkan harus aktif
terlibat dalam belajar, karena belajar bukan hanya mentransfer
pengetahuan kepada siswa tetapi juga perlu diperlihatkan
prosesnya agar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Ciri-ciri Belajar
Menurut Paul Suparno dalam Sardiman (2011: 38) belajar mempunyai
ciri-ciri:
a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa
dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.
b. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta tetapi
merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat
pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan
tetapi perkembangan itu sendiri.
d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar
e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah
diketahui, si subyek belajar, tujuan, motivasi yang
mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang
dipelajari.
4. Prinsip-prinsip Belajar
Menurut Slameto (2010:27) prinsip-prinsip dalam belajar sebagai
berikut:
a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1) Dalam belajar siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai
tujuan instruksional.
2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan
instruksional.
3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak
dapat mengembangkan kemampuannya berekplorasi dan
belajar dengan efektif.
4) Belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.
b. Sesuai hakikat belajar
1) Belajar itu proses kontinu, maka harus tahap demi tahap
menurut perkembangannya.
2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan
3) Belajar adalah proses kontinguitas ( hubungan antara
pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga
mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang
diberikan menimbulkan response yang diharapkan.
c. Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari
1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki
struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah
menangkap pengertiannya.
2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu
sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
d. Syarat keberhasilan belajar
1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa
dapat belajar dengan tenang.
2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali
agar pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada
siswa.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang
1) Faktor Jasmaniah, meliputi
a) Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
orang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, mengantuk, kurang darah atau
gangguan fungsi alat indera.
b) Cacat tubuh
Cacat tubuh ini dapat berupa buta, tuli, patah kaki dan
patah tangan.
2) Faktor Psikologis, meliputi
a) Intelegensi
Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi
akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat
intelegensi yang rendah. Siswa yang mempunyai intelegensi
tinggi dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya
dikarenakan belajar dengan menerapkan metode belajar yang
efisien. Sedangkan yang mempunyai intelegensi rendah perlu
mendapatkan pendidikan khusus.
b) Perhatian
Perhatian menurut Ghazali yang dikutip oleh Slameto
(2010:56) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu
pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek benda/hal atau
baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan
yang dipelajarinya.
c) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat
besar pengaruhnya terhadap belajar. Bahan pelajaran yang
menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan
karena minat menambah kegiatan belajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan
itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesudah belajar atau berlatih.
e) Motivasi
Seseorang akan berhasil dalam belajarnya bila
mempunyai penggerak atau pendorong untuk mencapai
tujuan. Penggerak atau pendorong inilah yang disebut dengan
motivasi.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam
pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah
siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon
atau bereaksi.Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses
belajar mengajar karena jika siswa sudah memiliki kesiapan
dalam belajar maka hasil belajarnya akan lebih baik.
3) Faktor Kelelahan
Kelelahan dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan
lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani terlihat dengan
kelesuan dan kebosanan.
b. Faktor Eksternal
1) Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan utama dalam proses
belajar. Keadaan yang ada dalam keluarga mempunyai
pengaruh yang besar dalam pencapaian prestasi belajar
misalnya cara orang tua mendidik, relasi anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan pengertian
orang tua.
2) Keadaan sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungan di mana siswa
belajar secara sistematis. Kondisi ini meliputi metode
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, metode belajar
dan fasilitas yang mendukung lainnya.
3) Keadaan masyarakat
Siswa akan mudah kena pengaruh lingkungan
masyarakat karena keberadaannya dalam lingkungan tersebut.
Kegiatan dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,
lingkungan tetangga merupakan hal-hal yang dapat
mempengaruhi siswa sehingga perlu diusahakan lingkungan
yang positif untuk mendukung belajar siswa.
B. Motivasi dan Motivasi Belajar Matematika
1. Pengertian Motivasi Belajar Matematika
Melakukan perbuatan mengajar secara relatif tidak semudah
melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan
adanya sesuatu yang mendorong kegiatan belajar agar semua tujuan
yang diinginkan dapat tercapai. Hal tersebut adalah adanya motivasi.
Dalam Sardiman (2011:75) motivasi diartikan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
yang memberikan arah kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Menurut Winkel
(2004:26) motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada
seseorang jauh sebelum orang itu melakukan suatu perbuatan.
Sedangkan menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman (2011:
73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.
Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar matematika adalah keseluruhan
daya penggerak yang menjadi kekuatan pada individu yang sedang
belajar matematika untuk mengadakan perubahan seluruh tingkah laku
sehingga diharapkan tujuan belajar dapat tercapai.
2. Macam-macam Motivasi
a. Motivasi Intrisik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Misalnya, seseorang yang gemar membaca, tidak usah ada orang
yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari
buku-buku untuk dibacanya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Misalnya
seseorang karena tahu besok pagi aka nada ujian dengan harapan
penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin
mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapatkan hadiah.
3. Ciri-ciri Siswa yang Mempunyai Motivasi Belajar
Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar. Ini
dapat dikenali melalui proses belajar mengajar di kelas, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Sardiman (2011: 83) sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) serta tidak
cepat puas atas prestasi yang dicapainya.
c. Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam
masalah belajar.
d. Lebih senang bekerja mandiri dan tidak bergantung kepada
orang lain.
e. Tertarik untuk mengerjakan hal-hal yang menuntut kreativitas
(tidak sekedar mengerjakan hal-hal yang rutin belaka).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya.
g. Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah / soal-soal.
Menurut Winkel (2004) , Ciri-ciri siswa yang mempunyai
motivasi belajar yang tinggi adalah sebagai berikut:
a. Kecenderungan mengerjakan tugas-tugas belajar yang
b. Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri, serta
menemukan penyelesaian masalah secara sendiri tanpa disuapi
terus menerus oleh guru.
c. Keinginan kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan
yang sedikit di atas taraf tercapai sebelumnya.
d. Orientasi pada masa depan. Kegiatan belajar dipandang
sebagai jalan menuju ke realisasi cita-cita.
e. Pemilihan teman kerja atas dasar kemampuan teman tersebut
bukan atas dasar simpati atau perasaan senang terhadap teman
tersebut.
f. Keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan.
Berdasarkan ciri di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi adalah sebagai
berikut:
a. Berusaha memahami dan menguasai materi pelajaran yang telah
diperolehnya.
b. Ulet dalam menghadapi kesulitan belajar serta berusaha untuk
mengatasinya.
c. Tekun dalam menghadapi dan mengerjakan tugas-tugas belajar.
d. Berusaha memiliki minat yang besar terhadap masalah belajar serta
e. Mempunyai keinginan yang besar untuk memperoleh prestasi yang
lebih baik dan lebih tinggi dari orang lain serta tidak merasa cepat
puas atas prestasi yang dimilikinya.
f. Mempunyai keinginan yang kuat untuk maju dan berhasil dalam
belajar serta berusaha bekerja dan belajar sendiri tanpa bantuan
orang lain.
b. Hasil Belajar
Menurut Herman Hudojo (1988: 144) hasil belajar merupakan
pemahaman dan penguasaan seseorang dalam menyusun
hubungan-hubungan antara bagian- bagian informasi yang telah diperoleh sebagai
pengertian, sehingga orang tersebut dapat menampilkan pemahaman dan
penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari. Sedangkan Nana Sudjana
(2010: 22) mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Berdasar pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perolehan perubahan dari proses belajar siswa setelah ia menerima
c. Status Sosial Ekonomi Orang tua
1. Pengertian Status Ekonomi Sosial
Keadaaan sosial ekonomi setiap orang berbeda-beda dan
bertingkat, ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan
rendah.
Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan
atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh
jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah
tinggal, dan jabatan dalam organisasi. Menurut Soerjono Soekanto
(1987) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat
berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasi,
dan hak-hak serta kewajiban dalam hubungannya dengan sumber daya.
Berdasar definisi diatas disimpulkan bahwa status ekonomi sosial
adalah gambaran tentang kedudukan, keadaan seseorang dalam
masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, seperti tingkat
pendidikan, pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas, jenis tempat
tinggal, dan jumlah tanggungan.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Status Ekonomi Sosial
Berdasar uraian diatas, penulis menggunakan 5 faktor yang
mempengaruhi status ekonomi sosial, yaitu tingkat pendidikan,
pendapatan, jenis tempat tinggal, pemilikan kekayaan/ fasilitas, dan
a. Tingkat Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara. Pendidikan itu sendiri juga mempunyai
jenjang, jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan
yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Sedangkan satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan
yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal,
dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Jenis
pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan
tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah
jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur
Dalam Undang-undang Republik Indonesia tentang sistem
pendidikan nasional Bab VI pasal 14 dikatakan bahwa jenjang
pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
1) Pendidikan Dasar
Menurut UU RI tentang sistem pendidikan nasional
Bab VI pasal 17, pendidikan dasar merupakan jenjang
pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah
ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah
menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs).
2) Pendidikan Menengah
Menurut UU RI tentang sistem pendidikan nasional
Bab VI pasal 18, pendidikan menengah merupakan lanjutan
pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas
pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah
atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah
kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau
bentuk lain yang sederajat.
3) Pendidikan Tinggi
Menurut UU RI tentang sistem pendidikan nasional
pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program pendidikan diploma, sarjan, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pada
pasal 20 juga disebutkan bahwa perguruan tinggi dapat
berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau
universitas.
b. Pendapatan
1) Pengertian Pendapatan
Menurut Rianto Adi (2005: 44) pendapatan adalah
jumlah keseluruhan penghasilan dari pekerjaan utama dan
sampingan. Sedangkan menurut Bayu Wijayanto, pendapatan
rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh seluruh
anggota keluarga yang bekerja.
Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendapatan adalah penghasilan/ pendapatan yang diperoleh
dari pekerjaan utama dan sampingan seluruh anggota
keluarga yang bekerja.
2) Jenis-jenis Pendapatan
Menurut Suratmi (dalam Idatul, 2008) pendapatan
dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Pendapatan berupa barang
Pendapatan berupa barang merupakan segala
jasa. Barang dan jasa yang diterima dinilai dengan
harga pasar sekalipun tidak diimbangi ataupun
disertai transaksi uang yang menikmati barang dan
jasa tersebut. Demikian juga penerimaan barang
secara cuma-cuma, pembelian barang dengan harga
subsidi atau reduksi dari majikan merupakan
pendapatan berupa barang.
b) Pendapatan berupa uang
Pendapatan berupa uang merupakan
penghasilan yang diterima biasanya sebagai balas
jasa, misalnya dari majikan, pendapatan bersih dari
usaha sendiri dan pekerjaan bebas, pendapatan dari
penjualan barang-barang yang dipelihara dari
halaman rumah, hasil investasi seperti modal,
tanah, uang pensiunan, jaminan sosial serta
keuntungan sosial.
3) Sumber Pendapatan
Menurut R. Hadi Sadikin (1975), sumber pendapatan
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a) Pendapatan tetap
Pendapatan tetap berhubungan dengan dengan
pekerjaan tetap karena pendapatan tetap merupakan
pekerjaan sebagai pegawai negeri, pegawai swasta,
buruh, dsb.
b) Pendapatan tambahan
Pendapatan tambahan atau sampingan adalah
hasil dari usaha sampingan atau tambahan.
Misalnya membuka usaha sendiri yang berupa toko,
bengkel, warung makan.
c. Pemilikan kekayaan atau fasilitas
Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam
bentuk barang-barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang
kehidupan ekonominya, misalnya jenis-jenis kendaraan pribadi.
Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi
rendahnya tingkat status ekonomi sosial orang tua. Misalnya: orang
yang mempunyai mobil akan merasa lebih tinggi tingkat sosial
ekonominya daripada orang yang mempunyai sepeda motor. Orang
yang mempunyai sepeda motor akan merasa lebih tinggi tingkat
sosial ekonominya daripada orang yang mempunyai sepeda atau
tidak mempunyai kendaraan pribadi.
d. Jenis tempat tinggal
Menurut Kaare Svalastoga (dalam Maria, 2010 ) untuk
mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang berdasar jenis tempat
1) Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas,
menyewa, menumpang, dll.
2) Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu,
bambu. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada
umumnya menempati rumah permanen sedangkan keluarga
yang keadaan sosial ekonominya menengah ke bawah
menggunakan permanen atau tidak permanen.
e. Jumlah Tanggungan
Jika orang tua siswa memiliki latar belakang sosial ekonomi
yang cukup maka akan terpenuhi segala kebutuhan, tetapi
sebaliknya jika tidak maka hanya sebagian saja yang mampu
dipenuhi oleh orang tua.
3. Tingkat Status Ekonomi Sosial
Menurut R. Hadi Sadikin (1975:20) golongan ekonomi sosial dapat
dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
a. Penghasilan Tinggi
Keluarga yang mempunyai penghasilan tinggi akan dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya tanpa kesulitan sama
sekali. Kebutuhan primer jelas tidak ada masalah sama sekali.
Kebutuhan sekunder (kesehatan, pendidikan, dsb) dapat
terpenuhi dengan baik. Bahkan kebutuhan tersier seperti
pada umumnya orang tua yang mempunyai penghasilan tinggi
tidak ada kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Penghasilan Sedang
Keluarga yang mempunyai penghasilan sedang masih
dapat memenuhi kebutuhan yang dianggap penting, misalnya
kebutuhan primer, sekunder, seperti perumahan, makan,
pakaian, pendidikan, dan kesehatan.
c. Penghasilan Rendah
Keluarga yang mempunyai penghasilan rendah masih serba
kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan
yang paling sederhana kadang-kadang masih dapat
memenuhinya, tetapi juga kadang tidak dapat memenuhinya.
Bahkan kadang-kadang terlibat hutang karena kesulitan yang
mereka hadapi. Jadi, pada orang tua yang berpenghasilan
rendah, kesulitan memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
d. Kerangka Berfikir
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sekitar.
Perubahan tingkah laku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
intern (dari dalam) diri subjek belajar dan faktor ekstern (dari luar) diri
kelelahan. Sedangkan faktor ekstern misalnya faktor keluarga, sekolah,
dan masyarakat.
Dari beberapa faktor di atas terdapat faktor psikologis diantaranya
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, dll. Dalam hal ini motivasi
sangatlah penting dalam hal menunjang keberhasilan siswa dalam belajar.
Motivasi berfungsi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi,
menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai dan
menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan, yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat (Sardiman, 2011: 85).
Selain motivasi, terdapat faktor status ekonomi sosial orang tua yang
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Status sosial adalah hak dan
kewajiban yang berupa kedudukan atau posisi dalam masyarakat. Status
ekonomi sosial disini adalah status ekonomi sosial keluarga yang secara
tidak langsung berbicara masalah keadaan ekonomi suatu keluarga. Siswa
yang kemampuan ekonomi orang tua tinggi biasanya mempunyai banyak
kesempatan yang lebih luas dalam memperoleh fasilitas belajar yang
memadai dibandingkan dengan anak yang memiliki orang tua dengan
kemampuan ekonomi yang rendah. Suasana yang diberikan keluarga
memegang peranan yang penting, karena tidak dapat dipungkiri suasana
rumah dapat juga merusak konsentrasi belajar anak di rumah, misal
keadaan ekonomi keluarga yang dibawah minimum sehingga pemenuhan
yang berprestasi rendah bukan berarti memiliki potensi yang rendah,
namun dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mengakibatkan
mereka kurang bisa mengembangkan potensi yang dimiliki.
Belajar matematika sering dianggap sulit, tetapi bila siswa memiliki
motivasi tinggi dan lingkungan sekitar juga mendukung maka tidak akan
mudah putus asa saat mengahadapi kesulitan dalam belajar matematika.
Siswa yang mempunyai motivasi tinggi akan berusaha mencari cara untuk
mengatasi kesulitan belajarnya. Misalnya melalui buku-buku paket, latihan
soal, modul, belajar di perpustakaan, sampai belajar kelompok atau
bertanya pada orang yang sudah ahli atau menguasai. Berbeda dengan
siswa yang motivasinya rendah maka akan cepat menyerah dalam
menghadapi kesulitan belajar matematika dan ini dapat mempengaruhi
prestasi belajar matematika.
Berdasar uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi
belajar dan status ekonomi sosial orang tua mempunyai peran yang
penting, karena siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi akan giat,
status ekonomi tinggi sehingga terpenuhi kebutuhan belajar diharapkan
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu
penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian
yang diamati sebagaimana adanya, dan data di kuantifikasi untuk
memudahkan dalam menganalisis. Penelitian ini juga merupakan
penelitian korelasional karena bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara motivasi belajar matematika dan status ekonomi sosial orang tua
dengan hasil belajar matematika.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP
Pangudi Luhur Moyudan Tahun Ajaran 2011/ 2012.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII B sebanyak 39
siswa yang diambil secara purposif sampling, yaitu memilih salah satu
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 hingga
Oktober 2011. Penelitian dilakukan dari tahap observasi sampai tahap
wawancara. Peneliti melakukan observasi pada siswa kelas VII A dan
VII B yang saat ini sudah duduk di kelas VIIIA dan VIIIB pada bulan
Mei – Juni 2011. Penelitian di sekolah dimulai pada tanggal 6
September 2011 yang diawali dengan tes uji coba hasil belajar di
kelas VIIIA. Kemudian melakukan pengambilan data dikelas VIIIB
pada tanggal 12 – 13 September 2011. Serta pada tanggal 8 – 10
Oktober 2011 peneliti melakukan wawancara.
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas VIIIB SMP Pangudi Luhur Moyudan.
D. Subjek dan Objek Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di bagian awal,
maka dapat ditentukan subjek dan objek penelitian. Subjek pada penelitian
ini adalah siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran
2011/ 2012. Sedangkan objek penelitian ini adalah motivasi belajar
matematika, status ekonomi sosial orang tua, dan hasil belajar matematika
siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2011/
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut. Dalam
penelitian ini terdapat 2 variabel:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
X1 : Motivasi Belajar Siswa
X2 : Status Ekonomi Sosial Orang Tua.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah:
Y : Hasil Belajar.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan beberapa metode pengumpul
data, yaitu metode tes dan non tes.
1. Metode Tes
Tes Hasil Belajar Matematika
Tes hasil belajar matematika adalah cara atau prosedur dalam
rangka pengukuran dan penilaian dalam pendidikan. Tes ini diberikan
kepada siswa setelah siswa mempelajari materi yang akan diteskan.
Tes hasil belajar dalam penelitian ini berbentuk essay/ uraian yang
berjumlah 10 butir soal. Skor maksimum tiap soal adalah 10, jadi
maka akan mendapat nilai 100. Berikut disajikan salah satu contoh
pertanyaan dalam tes hasil belajar matematika siswa:
Tentukan hasil dari:
2. Metode Non Tes
a. Angket
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi
oleh orang yang akan diukur (responden). Angket yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket yang bersifat tertutup, yaitu
angket yang disusun dengan menyediakan jawaban lengkap
sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang
dipilih. Ada 2 angket dalam penelitian ini, yaitu:
1) Angket motivasi belajar matematika siswa
Angket motivasi belajar matematika siswa tersusun
sebanyak 40 butir soal, yang terdiri atas motivasi yang berupa
opini dan motivasi yang berupa fakta. Untuk motivasi yang
berupa opini, tiap-tiap butir soal tersedia 5 alternatif jawaban,
yaitu SS, S, R, TS, dan STS dimana siswa harus memilih salah
satu jawaban. Untuk item positif diberi skor 5 bila menjawab
A, skor 4 bila menjawab B, skor 3 bila menjawab C, skor 2
bila menjawab D, dan skor 1 bila menjawab E. Dan untuk item
negatif diberi skor 1 bila menjawab A, skor 2 bila menjawab
bila menjawab E. Sedangkan untuk motivasi yang berupa
fakta, tiap-tiap butir soal tersedia 5 alternatif jawaban, yaitu
Selalu, Sering, Kadang-kadang, Jarang, dan Tidak Pernah
dimana siswa harus memilih salah satu jawaban. Untuk item
positif diberi skor 5 bila menjawab A, skor 4 bila menjawab B,
skor 3 bila menjawab C, skor 2 bila menjawab D, dan skor 1
bila menjawab E. Dan untuk item negatif diberi skor 1 bila
menjawab A, skor 2 bila menjawab B, skor 3 bila menjawab C,
skor 4 bila menjawab D, dan skor 5 bila menjawab E. Jadi,
skor maksimum yang mungkin dimiliki siswa adalah 200,
sedangkan skor minimumnya adalah 40. Semakin tinggi skor
siswa berarti semakin positif sikap siswa terhadap matematika.
Berikut disajikan salah satu contoh pertanyaan dalam angket
motivasi belajar matematika siswa:
Saya akan puas jika dapat memahami materi dengan baik
a.
SS b. S c. R d. TS e. STS2) Angket status ekonomi sosial orang tua siswa
Angket status ekonomi sosial orang tua siswa tersusun
sebanyak 20 butir soal yang masing-masing soal tersedia 4
alternatif jawaban dimana siswa hanya memilih salah satu dari
4 jawaban tersebut. Penyajian jawaban pada masing-masing
nomor diurutkan mulai dari tingkat yang paling rendah sampai
yang paling tinggi sampai tingkat yang paling rendah. Untuk
tingkat yang paling rendah diwakili oleh angka 1, sedangkan
untuk tingkat yang paling tinggi diwakili oleh angka 4. Jadi,
skor maksimum yang mungkin diperoleh siswa adalah 80,
sedangkan skor minimumnya adalah 20. Semakin rendah skor
siswa berarti semakin rendah status ekonomi sosial siswa.
Angket status ekonomi sosial orang tua ini berisi tentang
hal-hal yang berhubungan dengan status sosial orang tua, misalnya
tingkat pendidikan, pendapatan, pemilikan kekayaan atau
fasilitas, jenis tempat tinggal, dan tanggungan. Berikut
disajikan salah satu contoh pertanyaan dalam angket status
ekonomi sosial orang tua siswa:
Pendidikan terakhir ayah anda adalah
a. SD c. SMA
b. SMP d. Perguruan Tinggi
b. Dokumentasi
Pengumpulan data secara dokumentasi tidak menggunakan
instrumen tertentu, karena hanya dilakukan pencatatan data yang
ada disekolah mengenai status ekonomi sosial orang tua siswa yang
tercatat dalam buku pribadi siswa dan juga foto-foto pada saat
siswa mengisi angket dan mengerjakan soal tes hasil belajar.
bertujuan untuk mengetahui apakah jawaban siswa dalam angket
status ekonomi sosial orang tua siswa sesuai dengan buku pribadi
siswa yang diperoleh dari bagian tata usaha.
c. Wawancara
Wawancara/ interview adalah suatu metode atau cara yang
digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan
jalan tanya jawab sepihak. Wawancara dilakukan terhadap
beberapa siswa, yaitu siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
tetapi hasil belajar rendah, siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah tetapi hasil belajar tinggi, siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi dan hasil belajar tinggi, siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah dan hasil belajar rendah, siswa yang status ekonomi
sosial tinggi tetapi hasil belajar rendah, siswa yang status ekonomi
sosial rendah tetapi hasil belajar tinggi, siswa yang status ekonomi
sosial tinggi dan hasil belajar tinggi, siswa yang status ekonomi
sosial rendah dan hasil belajar rendah. Wawancara ini bertujuan
untuk memperoleh informasi yang tidak ada dalam data pribadi
siswa yang ada disekolah. Wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara terpimpin di mana
G. Instrumen Penelitian
Berdasarkan metode pengumpulan data maka disusun beberapa
instrumen penelitian yaitu angket motivasi belajar matematika, angket
status ekonomi sosial orang tua, dan tes hasil belajar matematika.
1. Angket Motivasi Belajar Matematika
Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika (Opini) Indikator No Soal
Cara mempelajari matematika 1, 3, 5, 7 Kesulitan dalam belajar matematika 2, 4, 15, 16 Berkaitan dengan tugas pelajaran
matematika
6, 13, 14
Minat terhadap matematika 8, 11, 20 Hasil belajar 9, 17, 18, 19 Keinginan untuk maju, lebih baik 10, 12
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika (Fakta) Indikator No Soal
Rajin belajar karena kesadaran sendiri 22, 24, 25, 31, 33, 37 Rajin belajar karena motivasi dari luar
(diberi hadiah)
21, 27, 29, 36, 38
Kurang menyukai pelajaran matematika karena lingkungan sekitar
23, 26, 28, 30, 32, 34, 35, 39, 40
2. Angket Status Ekonomi Sosial Orang Tua
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Status Ekonomi Sosial Orang tua Indikator No Soal
Tingkat pendidikan 1, 2 Pendapatan 3, 4, 5, 6 Pemilikan kekayaan/ fasilitas 15, 16, 17, 20 Jenis tempat tinggal 13, 14 Jumlah tanggungan 19
Usia 7, 8
Jabatan/ status dalam masyarakat, keluarga
9, 18
3. Tes Hasil Belajar Matematika
Penentu hasil belajar siswa adalah pengerjaan tes akhir sebagai
indikator pencapaian kompetensi dasar.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal Memahami bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 9, 10
H. Uji Coba Instrumen Penelitian
Agar data penelitian mempunyai kualitas yang cukup tinggi maka
instrumen penelitiannya harus memenuhi syarat sebagai alat ukur yang
baik, yaitu validitas dan reliabilitas.
1. Validitas Instrumen
Menurut Scarvia B. Anderson dalam Suharsimi Arikunto (2009:
64), sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Validitas Isi
Pengujian validitas isi untuk instrumen status ekonomi orang
tua dan motivasi belajar matematika dilakukan oleh pakar ahli
(experts judgment) yaitu dosen dan guru pengampu mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan. Sedangkan
untuk instrumen yang berbentuk tes dilakukan dengan cara
b. Validitas Butir Soal
Validitas butir soal bertujuan untuk menguji apakah
item-item dalam tes mendukung pencapaian variabel yang hendak
diukur secara keseluruhan.
Rumus korelasi yang dapat digunakan untuk mengukur
validitas instrumen adalah rumus yang dikemukakan oleh Pearson
yang dikenal dengan rumus korelasi product moment:
= koefisien korelasi antara variable x dan variable y, dua
variabel yang dikorelasikan
= jumlah skor butir soal
= jumlah skor total
= jumlah subyek
Setelah koefisien korelasi didapat, perlu diuji signifikasinya dengan
db n pada taraf signifikasi 0,05.
Kriteria keputusan:
Jika > tabel maka korelasi antara butir soal dengan skor total
signifikan (valid).
Jika < tabel maka korelasi antara butir soal dengan skor total
tidak signifikan (tidak valid)
2. Reliabilitas Butir Soal
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk
menghitung reliabilitas tes hasil belajar digunakan rumus Alpha:
= banyaknya butir soal
= reliabilitas yang dicari
= jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total
Setelah reliabilitas instrumen didapat lalu dikonsultasikan
dengan r tabel pada taraf signifikasi 0,05. Kriteria keputusan:
tabel maka instrumen reliabel
tabel maka instrumen tidak reliabel
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen tersebut adalah
sebagai berikut
Tabel 3.5 Tingkat Reliabilitas
Koefisien Korelasi Klasifikasi 0,91 – 1,00
0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 negatif – 0,20
Sangat tinggi Tinggi Sedang/ cukup
Rendah Sangat rendah
Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
1. Uji Coba Angket Status Ekonomi Sosial Orang Tua dan Angket Motivasi
Belajar Matematika
Uji coba ini dikenakan kepada 6 siswa kelas VIIIB SMP Pangudi
Luhur Moyudan, yaitu kepada 2 siswa berprestasi rendah, 2 siswa yang
berprestasi sedang, dan 2 siswa yang berprestasi tinggi. Uji coba angket ini
bertujuan untuk mengetahui bahasa penulisan yang dipakai oleh penulis
agar nantinya dapat mudah dipahami atau tidak dipahami oleh siswa dan
orang tua siswa. Hasil dari uji coba menunjukkan bahwa tidak ada bahasa
penulisan yang sulit untuk dipahami. Hal ini terbukti dengan terjawabnya
semua pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam angket penelitian.
2. Uji Coba Tes Hasil Belajar
Uji coba ini dilaksanakan pada tanggal 6 September 2011 yang
dikenakan terhadap 35 siswa kelas VIIIA SMP Pangudi Luhur Moyudan.
Validitas butir soal tes hasil belajar matematika berkisar antara 0, 5058
hingga 0, 8015. Selanjutnya koefisien korelasi tersebut dikonsultasikan
dengan r tabel pada taraf signifikansi 0, 05 , sehingga didapat r tabel = 0,
325. Karena , maka soal tes hasil belajar yang berjumlah
10 butir tersebut dinyatakan valid secara keseluruhan.
Kemudian dari seluruh soal yang valid diukur reliabilitasnya, dan
didapat r = 0, 8484. Karena harga > 0, 70, maka soal tes hasil
belajar tersebut dikatakan reliabel. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
tingkat reliabilitas tinggi, sehingga 10 soal tersebut langsung digunakan
untuk pengambilan data. Untuk perhitungan selengkapnya terdapat pada
lampiran.
I. Metode Analisis Data
Pada bagian ini akan disajikan deskripsi data, pengujian persyaratan
analisis, analisis data dan pengujian hipotesis.
1. DeskripsiData
a. Deskripsi Angket Status Ekonomi Sosial Orang Tua
Untuk mempermudah analisis data yang berasal dari angket
status ekonomi orang tua maka dibuat kategori tingkat status
ekonomi sosial orang tua berdasarkan lima faktor yang
mempengaruhi status ekonomi sosial orang tua sebagai berikut:
1) Tingkat pendidikan orang tua (ayah dan ibu)
Tabel 3.6 Tingkat Pendidikan Orang Tua (Ayah dan Ibu) No Pendidikan Kategori
1 SD Rendah
2 SMP Rendah
3 SMA Sedang
4 Perguruan Tinggi Tinggi
Tingkat pendidikan SD dan SMP masuk dalam kategori
rendah karena termasuk dalam tingkat pendidikan dasar.
Tingkat pendidikan SMA masuk dalam kategori sedang karena
termasuk dalam tingkat pendidikan menengah, dan tingkat
pendidikan perguruan tinggi masuk dalam kategori tinggi