• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh tingkat inflasi, suku bunga sbi, jumlah uang beredar dan nilai tukar terhadap indeks saham lq-45 di bursa efek Indonesia periode 2009-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh tingkat inflasi, suku bunga sbi, jumlah uang beredar dan nilai tukar terhadap indeks saham lq-45 di bursa efek Indonesia periode 2009-2013"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA SBI,

JUMLAH UANG BEREDAR DAN NILAI TUKAR TERHADAP

INDEKS SAHAM LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2009-2013

IRNA PARMAWATI GULTOM

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar dan Nilai Tukar terhadap Indeks Saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Irna Parmawati Gultom

NIM H24124088

*

(3)

ABSTRAK

IRNA PARMAWATI GULTOM. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar dan Nilai Tukar terhadap Indeks Saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013. Dibimbing FARIDA RATNA DEWI.

Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara. Jika kondisi perekonomian semakin membaik akan menarik minat investor untuk berinvestasi pada pasar modal (bursa efek). Investasi saham dipengaruhi kondisi makro suatu negara. Tidak stabilnya situasi moneter yang tercermin dari inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika mengakibatkan kekacauan dalam perekonomian. Hal tersebut menunjukkan eratnya pengaruh makro ekonomi terhadap indeks harga saham di pasar saham. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji mengenai pengaruh indikator ekonomi makro, tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah terhadap indeks LQ-45 pada periode 2009-2013 di Bursa Efek Indonesia. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi linier berganda dan metode pengolahan data menggunakan SPSS

15.0 serta metode pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Data diperoleh

dari Monthly Statictic, Indonesia Stock Exchange, Indikator ekonomi dari Badan Pusat

Statistik dan laporan bulanan Bank Indonesia. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi dan suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap indeks LQ-45. Namun, jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap indeks LQ-45 sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (kurs) berpengaruh negatif terhadap indeks LQ-45 di BEI pada periode 2009- 2013.

Kata kunci: indeks LQ-45, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah,dan suku bunga SBI.

ABSTRACT

IRNA PARMAWATI GULTOM. Impact Analysis on Inflation, SBI Interest Rates, Money Suply and Exhange Rates against LQ-45 Index on Indonesia Stock Echange Rates in 2009-2013. Supervised by FARIDA RATNA DEWI.

Capital market has an important role for economic growth of a country. If the economic condition growth well established, it will be attract investor to invest on capital market (stock exchange). Unstable monetary situation is reflected in the inflation, SBI interest rates, money supply and exchange rates, lead the economy to chaos. That shows the close macroeconomic impact on LQ-45 Index in the stock market. The purpose of this study is to examine the influence of macro-economic indicators, inflation, interest rates, money supply and exchange rates on the LQ-45 Index during the period of 2009-2013. The statistical method uses the multiple linear regression and using SPSS 15.0. and using purposive sampling to take sample. Data obtained from the Monthly Statistic, Indonesia Stock Exchange, the economic indicators of the Central Bureau of Statistics, and the monthly report of Bank Indonesia. Data was collected by the Documentation techniques. The results show that inflation and interest rates has not effect to LQ-45 Index but, money supply has a significant positive effect on LQ-45 index, while the variable exchange rates to US dollar have a significant negative effect on LQ-45 index in Indonesia Stock Exchange (IDX) during period of 2009-2013.

(4)

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA SBI,

JUMLAH UANG BEREDAR DAN NILAI TUKAR TERHADAP

INDEKS SAHAM LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2009-2013

IRNA PARMAWATI GULTOM

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar dan Nilai Tukar terhadap Indeks Saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013

Nama : Irna Parmawati Gultom

NIM : H24124088

Disetujui oleh

Farida Ratna Dewi, SE, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua kasih dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar dan Nilai Tukar terhadap Indeks Saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, saran, serta ilmu pengetahuannya selama penyusunan skripsi. Terimakasih juga kepada dosen penguji Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM. dan Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, ME., yang telah memberikan arahan dan saran selama penyelesaian skripsi ini. Terimakasih juga kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu dan keluarga besar atas doa dan dorongan semangat yang diberikan tak pernah putus, nasehat, serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman teman-teman Program Alih Jenis Manajemen yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Bogor, Agustus 2014

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

Ruang Lingkup Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Pasar Modal ... 4

Indeks LQ-45 ... 5

Inflasi ... 6

Suku Bunga SBI... 7

Jumlah Uang Beredar (JUB) ... 7

Nilai Tukar (Exchange Rate) ... 8

Penelitian Terdahulu ... 8

METODE ... 10

Kerangka Pemikiran ... 10

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

Jenis dan Sumber Data ... 12

Metode Pengumpulan Data ... 12

Metode Pengambilan Sampel ... 12

Metode Analisis Data... 12

Analisis Regresi Linear Berganda ... 12

Uji Normalitas... 13

Uji Autokorelasi ... 13

Uji Heteroskedastisitas ... 13

Uji Multikolinearitas ... 14

(8)

Uji Parsial (Uji T) ... 15

Koefisien Determinasi (R2) dan Adjusted R2 ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

Perkembangan Indeks LQ-45 ... 17

Perkembangan Inflasi ... 18

Perkembangan Suku Bunga SBI ... 19

Perkembangan Jumlah Uang Beredar ... 20

Perkembangan Nilai Tukar ... 20

Analisis Hasil Penelitian ... 21

Uji Normalitas... 21

Uji Autokorelasi ... 22

Uji Heterokodasitas... 22

Uji Multikolinieritas ... 23

Uji Serempak (Uji F) ... 24

Uji Parsial (Uji T) ... 25

Koefisien Determinasi (R2) Dan Adjusted R2... 27

Implikasi Manajerial ... 27

SIMPULAN DAN SARAN ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(9)

DAFTAR TABEL

1. Hasil uji Durbin-Watson 22

2. Hasil uji collinearity statistic 23

3. Hasil persamaan regresi berganda 23

4. Hasil uji F 24

5. Hasil uji T 25

6. Koefisien determinasi (R2) dan adjusted R2 27

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka teoritis 11

2. Kerangka pemikiran 11

3. Hasil uji hipotesis H1 14

4. Uji hipotesis H1 16

5. Indeks LQ-45 tahun 2009-2013 17

6. Persentase inflasi di Indonesia 18

7. Persentase suku bunga SBI di Indonesia 19

8. Jumlah uang beredar (M2) di Indonesia 20

9. Nilai tukar rupiah terhadap dolar 21

10. Uji normalitas dengan normal P-P plot 21

11. Scatter plot 22

12. Uji hipotesis H1 25

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data penelitian (2009-2013 31

2. Tabel F 33

3. Tabel T 34

4. Kapitalisasi pasar saham LQ-45 2013 35

5. Kapitalisasi pasar saham LQ-45 2012 36

6. Kapitalisasi pasar saham LQ-45 2011 39

(10)
(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pasar modal merupakan tempat bertemunya penjual dana dan pembeli dana yang di pasar modal atau bursa tersebut diperantarai oleh para anggota bursa selaku pedagang perdangangan efek untuk melakukan transaksi jual beli (Yulfasni 2005). Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument.

Kondisi perekonomian Indonesia berdampak terhadap pasar modal. Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008 berdampak terhadap perkonomian di Negara Asia termasuk Indonesia. Jika kondisi perekonomian semakin membaik akan menarik minat investor untuk berinvestasi pada pasar modal (bursa efek). Investasi saham dipengaruhi kondisi makro suatu negara. Menurut Wira (2011) dengan mengetahui kondisi makro ekonomi negara, maka kita dapat menentukan apakah akan menginvestasikan dana ke pasar saham atau tidak. Hal ini disebabkan kondisi pasar saham berkaitan erat dengan kondisi ekonomi suatu negara yang bersangkutan. Banyak investor memilih berinvestasi pada saham-saham yang memiliki liquiditas tinggi untuk mengurangi resiko, salah satu contohnya adalah saham LQ-45.

Pergerakan indeks saham di bursa efek Indonesia dipengaruhi oleh kinerja perusahaan, kebijakan pemerintah, kekuatan pasar dan kondisi makro ekonomi suatu negara. Kondisi makro ekonomi yang mempengaruhi indeks saham LQ-45 adalah inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah. LQ - 45 adalah kumpulan 45 saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi atau sering ditransaksikan dan biasanya manajer investasi akan menempatkan dananya pada saham-saham yang termasuk dalam LQ-45 untuk mengurangi resiko likuiditas. LQ-45 juga dianggap sebagai benchmark untuk menilai suatu kinerja investasi berbasis pasar modal. Saham-saham yang masuk dalam perhitungan LQ-45 dipandang mencerminkan pergerakan saham yang aktif diperdagangkan dan juga memengaruhi keadaan pasar, LQ-45 terdiri dari saham dengan likuiditas dan kapabilitas pasar yang tinggi dan memiliki prospek pertumbuhan serta kondisi keuangan yang cukup baik. Saham-saham yang termasuk dalam LQ-45 terus dipantau, setiap 6 bulan sekali dilakukan review (awal Februari dan Agustus) pergerakan rangking saham, sehingga jika ada saham yang tidak memenuhi kriteria tidak akan dimasukkan dalam indeks LQ-45 dan digantikan dengan saham yang lain yang memenuhi kriteria.Pergerakan indeks saham LQ-45 dipengaruhi oleh inflasi dalam suatu negara.

(12)

diikuti menurunnya tingkat tabungan atau investasi karena meningkatnya konsumsi masyarakat dan hanya sedikit menyisakan untuk tabungan jangka panjang. Semakin meningginya angka inflasi maka perekonomian akan memburuk, sehingga hal ini berdampak pada turunnya keuntungan suatu perusahaan, yang mengakibatkan pergerakan harga saham (efek ekuitas) menjadi kurang kompetitif. Harga saham kurang kompetitif akan mengurangi minat investor dalam berinvestasi dan akan menurunkan liquiditas. Jika liquiditas perusahaan yang terdapat dalam LQ-45 menurun maka investor akan lebih memilih berinvestasi pada saham yang lain dengan resiko liquiditas rendah. Hal ini dapat mengakibatkan saham yang tidak sesuai dengan kriteria LQ-45 akan bergeser dan digantikan oleh perusahaan lain dengan liquiditas tinggi dan sesuai dengan syarat LQ-45. Selain inflasi yang mempengaruhi indeks saham LQ-45 adalah suku bunga. Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor makro ekonomi yang mempengaruhi harga saham (Mohamad 2006). Ketika tingkat suku bunga mengalami peningkatan maka harga saham akan mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya ketika tingkat suku bunga mengalami penurunan maka harga saham akan mengalami peningkatan. Karena dengan tinggi nya tingkat suku bunga orang beralih berinvestasi pada tabungan atau deposito yang mengakibatkan saham tidak diminati sehingga harga saham pun akan turun. Harga saham turun akan berpengaruh terhadap saham-saham yang ada dalam LQ-45.

Selain inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang beredar juga berpengaruh terhadap pasar modal. Menurut Ocktaviana (2007), jumlah uang beredar adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money) adalah jumlah uang beredar yang terdiri atas uang kartal dan uang giral. Menurut Sukirno (2006) dalam pengertian yang terbatas (M1) uang beredar adalah mata uang dalam peredaran ditambah uang giral yang yang dimiliki oleh perseorangan-perseorangan, perusahaan-perusahaan dan badan pemerintah. Dalam pengertian yang luas uang beredar meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral, dan uang kuasi. Uang beredar menurut pengertian luas dinamakan juga liquiditas perekonomian atau M2. Perkembangan jumlah uang beredar mencerminkan atau seiring dengan perkembangan ekonomi. Biasanya bila perekonomian tumbuh dan berkembang, jumlah uang beredar juga bertambah, sedangkan komposisinya berubah. Menurut Mankiw (2000) jumlah uang beredar di masyarakat menentukan tingkat harga, tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi. Jumlah uang beredar dapat mempengaruhi liquiditas saham LQ-45.

(13)

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar dan Nilai Tukar (Kurs) terhadap Indeks Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 ”.

Rumusan Masalah

Menurut Wijaya (2005) Indeks LQ-45 adalah indeks yang hanya mencatat perubahan harga rata-rata dari 45 saham bluechips berkinerja terbaik dan paling liquid di Bursa Efek Jakarta. Kondisi makro ekonomi akan berpengaruh kepada investor dalam melakukan investasi terutama investasi di bidang saham. Tandelilin (2008) menyatakan bahwa faktor faktor ekonomi makro secara empirik telah terbukti mempunyai pengaruh terhadap kondisi pasar modal di beberapa negara. Faktor‐faktor tersebut yaitu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), laju pertumbuhan inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang (exchange rate).Variabel makroekonomi seperti inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah akan berpengaruh terhadap indeks saham seperti indeks LQ-45.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah secara simultan terhadap indeks saham LQ-45 di BEI pada periode 2009-2013?

2. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah secara parsial terhadap indeks saham LQ-45 di BEI pada periode 2009-2013?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis pengaruh simultan dari tingkat inflasi, suku bunga SBI , jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah terhadap indeks saham LQ-45 di BEI pada periode 2009-2013.

2. Menganalisis pengaruh parsial dari tingkat inflasi, suku bunga SBI , jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah terhadap indeks saham LQ-45 di BEI pada periode 2009-2013.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Secara terperinci manfaat penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Manfaat akademis

Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan baru bahwa faktor-faktor ekonomi makro juga berpotensi mempengaruhi kinerja bursa saham, jadi tidak hanya faktor-faktor internal bursa itu sendiri saja.

2. Manfaat praktis

(14)

Bagi investor dan emiten yang tercatat di BEI, hasil dari penelitian ini dapat membantu mereka dalam menentukan apakah akan menjual, membeli, ataukah menahan saham yang mereka miliki berkenaan dengan fluktuasi nilai Rupiah terhadap dolar AS dan tingkat suku bunga SBI. Karena kesalahan dalam menentukan dan menerapkan strategi perdagangan di pasar modal, akan berakibat buruk bagi perusahaan atau investor sehingga dapat mengalami kerugian bila kurs rupiah dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh terhadap indeks sahm LQ-45.

b. Pemerintah

Dengan diketahuinya dampak dari inflasi, tingkat suku bunga SBI, jumlah uang beredar dan nilai tukar terhadap indeks saham LQ-45, maka pemerintah dapat membuat kebijakan kebijakan yang berkenaan dengan kurs rupiah dan tingkat suku bunga SBI dan jumlah uang beredar sehingga pengaruh yang telah atau akan terjadi dapat diantisipasi dan ditangani dengan sebaik-baiknya. c. Bagi pihak lain

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan terutama bagi pihak yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.

Ruang Lingkup Penelitian

Indeks LQ-45 dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kondisi stabilitas makroekonomi, kinerja perusahaan, kekuatan pasar dan kebijakan pemerintah serta faktor lain yang menimbulkan ketidakpastian fluktuasi pasar modal Indonesia. Ruang lingkup penelitian ini adalah membahas empat (4) faktor-faktor makroekomi yang mempengaruhi Indeks LQ-45 yaitu tingkat inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah periode tahun 2009-2013 di Bursa Efek Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Pasar Modal

Menurut Darmadji dan Hendy (2006), pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai intrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), intrumen derivatif, maupun intrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana kegiatan berinvestasi. Pasar modal adalah pasar untuk surat berharga dan bagian dari pasar keuangan (financial market). Manfaat dari pasar modal, diantaranya :

1. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus menjadi upaya

diversifikasi.

(15)

4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaaan sampai lapisan masyarakat menengah.

5. Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik.

6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik.

7. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.

8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial.

9. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen profesional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.

Indeks LQ-45

Indeks LQ 45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan Likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah. Beberapa kriteria - kriteria seleksi untuk menentukan suatu emiten dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 adalah :

a. Kriteria yang pertama adalah :

1. Berada di TOP 95 % dari total rata – rata tahunan nilai transaksi saham di pasar reguler.

2. Berada di TOP 90 % dari rata – rata tahunan kapitalisasi pasar. b. Kriteria yang kedua adalah :

1. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri BEI sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya.

2. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.

Indeks LQ-45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut:

1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).

2. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir)

3. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan

4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.

Saham-saham yang termasuk didalam LQ 45 terus dipantau dan setiap enam bulan akan diadakan review (awal Februari, dan Agustus). Apabila ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat. Pemilihan saham - saham LQ 45 harus wajar, oleh karena itu BEI mempunyai komite penasehat yang terdiri dari para ahli di BAPEPAM, Universitas, dan Profesional di bidang pasar modal (Kasinus, 2010)..

(16)

1. Tingkat suku bunga SBI sebagai patokan (benchmark) portofolio investasi di pasar keuangan Indonesia

2. Tingkat toleransi investor terhadap risiko, dan

3. Saham – saham penggerak indeks (index mover stocks) yang notabene merupakan saham berkapitalisasi pasar besar di BEI.

Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap naiknya Indeks LQ 45 adalah :

1. Penguatan bursa global dan regional menyusul penurunan harga minyak mentah dunia

2. Penguatan nilai tukar rupiah yang mampu mengangkat indeks LQ 45 ke zone positif.

Tujuan indeks LQ 45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.

Inflasi

Tingkat inflasi merupakan indikator yang menggambarkan perubahan positif Indeks Harga Konsumen (IHK). Sebaliknya, perubahan negatif IHK disebut deflasi. Inflasi umum adalah komposit dari inflasi inti, inflasi

administeredprices, dan inflasi volatile goods. 1. Inflasi inti (core inflation)

Inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum, seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan penawaran, yang sifatnya cenderung permanen, persistent, dan bersifat umum. Berdasarkan SBH 2007 jumlah komoditasnya sebanyak 692 antara lain kontrak rumah, upah buruh, mie, susu, mobil, sepeda motor, dan sebagainya.

2. Inflasi yang harganya diatur pemerintah (administered prices inflation)

Inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya secara umum dapat diatur pemerintah. Berdasarkan SBH 2007 jumlah komoditasnya sebanyak 21 antara lain bensin, tarif listrik, rokok, dan sebagainya.

3. Inflasi bergejolak (volatile goods)

Inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak. Berdasarkan tahun dasar 2007, inflasi volatile goods masih didominasi bahan makanan, sehingga sering disebut juga sebagai inflasi volatile foods. Jumlah komoditasnya sebanyak 61 antara lain beras, minyak goreng, cabai, daging ayam ras, dan sebagainya.

(17)

Inflasi merupakan faktor fundamental makro dari indikator makro ekonomi yang menggambarkan kondisi ekonomi yang kurang sehat, karena harga harga barang secara umum meningkat sehingga melemahkan daya beli masyarakat. Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) atau juga termasuk kurangnya distribusi). Menurut Wira (2011) angka inflasi yang tinggi biasanya mendorong Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga.

Suku Bunga SBI

Menurut Sukirno (2006), suku bunga adalah persentase pendapatan yang diterima oleh kreditur dari pihak debitur selama interval waktu tertentu. Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau capital gain. Tingkat bunga yang rendah dapat menurunkan biaya modal bagi kalangan bisnis, yang kemudian mendorong investasi perusahaan dan akan merangsang belanja konsumen serta pasar perumahan (Brigham dan Houston 2010)

Jumlah Uang Beredar (JUB)

Semakin banyak jumlah uang yang beredar maka nilai tukar Rupiah cenderung akan melemah dan harga-harga akan meningkat. Pertumbuhan jumlah uang beredar yang tinggi sering kali juga menjadi penyebab tingginya inflasi karena meningkatnya jumlah uang beredar akan menaikkan permintaan yang pada akhirnya jika tidak diikuti oleh pertumbuhan di sektor riil akan menyebabkan naiknya harga.

Definisi yang berbeda tentang jumlah uang yang beredar mencakup juga berbagai jenis deposito yang berlainan. Jumlah uang beredar merupakan suatu stok, yang dirumuskan secara sempit (M1) meliputi uang kartal dan deposito yang dapat digunakan sebagai alat tukar. Sebelum tahun 1980, ketika perbedaan antara giro dan deposito berjangka masih cukup jelas, uang beredar dalam arti sempit dirumuskan sekedar sebagai jumlah uang kartal dan deposito berjangka. Perkembangan pasar uang membuat makin meluasnya pengertian M1.

Definisi yang lebih luas lagi mencakup M2 dan M3. Yang disebut M2 adalah M1 ditambah dengan tabungan dan segala jenis deposito berjangka yang lebih pendek, termasuk juga rekening pasar uang dan pinjaman semalam antar bank. Sedangkan M3 adalah M2 ditambah dengan beberapa komponen. Komponen yang terpenting adalah sertifikat deposito. Sertifikat deposito adalah deposito tabungan, yang dibuktikan dengan surat atau sertifikat ketimbang catatan dalam buku tabungannya.

(18)

dari sisi lain apabila suku bunga turun, permintaan surat berharga akan naik. erdapat tiga macam tujuan seseorang memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Permintaan uang tunai untuk tujuan transaksi menunjukkan jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan membiayai transaksi/pengeluaran yang sifatnya tertentu (perbulan) membayar dalam jumlah tetap dan rutin. Permintaan uang tunai untuk berjaga-jaga menunjukkan uang tunai yang diminta untuk bertujuan untuk tujuan membiayai transaksi/pengeluaran yang sifatnya bukan rutin dan bukan spekulatif.

Jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga dipengaruhi secara positif oleh tingkat pendapatan. Artinya semakin besar tingkat pendapatan semakin besar pula jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga, dan sebaliknya. Permintaan uang tunai untuk tujuan spekulasi menunjukkan jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan membiayai transaksi atau pengeluaran yang sifatnya spekulatif. Misalnya membeli surat berharga (obligasi) atau saham. Jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan spekulasi dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga. Artinya semakin tinggi suku bunga semakin sedikit jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan spekulasi, dan sebaliknya. Sehingga jumlah uang yang beredar akan berpengaruh secara positif terhadap kinerja saham.

Nilai Tukar (Exchange Rate)

Nilai tukar merupakan harga atau nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing. Para pelaku dalam pasar internasional amat peduli terhadap penentuan nilai tukar valuta asing (valas), karena nilai tukar valas akan mempengaruhi biaya dan manfaat ”bermain” dalam perdagangan barang, jasa dan surat berharga (Sudiyatno 2010). Nilai tukar mata uang asing (the exchange rate) atau nilai kurs menyatakanhubungan nilai diantara satu kesatuan matauang asing dan kesatuan mata uang dalam negeri. Menurut Sukirno (2006), kurs adalah jumlah uang domestik yangdibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yangdibutuhkan, untuk memperoleh satu unitmata uang asing

Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis yakni (Dornbusch dan Fischer 1992):

1. Selling Rate (kurs jual), yakni kurs yang ditentukan oleh suatu Bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu

2. Middle Rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu.

3. Buying Rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

4. Flat Rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank

notes dan traveller chaque, di mana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan promosi dan biaya‐biaya lainya.

Penelitian Terdahulu

(19)

lingkupnya hampir sama, tetapi karena objeknya dan periode waktu yang berbeda maka banyak hal yang tidak sama. Penelitian - penelitian ini tetap dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Berikut ringkasan penelitian terdahulu.

Menurut Nugroho (2008) dalam penelitiannya menyimpulkan variabel suku bunga berpengaruh negatif terhadap indeks LQ-45, sedangkan variabel jumlah uang beredar dan kurs mata uang dolar berpengaruh secara positif terhadap indeks LQ-45. Suku bunga memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap indeks LQ-45.

Amin (2012) mengatakan dalam penelitiannya bahwa tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, nilai kurs U.S dollar (USD/IDR), Indeks Dow Jones (DJIA) berpengaruh secara simultan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh yang disebabkan oleh keempat variabel independen tersebut adalah sebesar 62%, sedangkan sisanya sebesar 38% mungkin dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian ini, seperti; harga minyak dunia, harga emas, harga euro, dan lainnya.

Adit (2013) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa Secara simultan tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara parsial, menunjukkan variabel independen yaitu kurs rupiah, harga emas dunia dan Indeks Hang Seng berpangaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sedangkan tingkat suku bunga SBI dan variabel Indeks Nikkei 225 yang tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Nilai tukar dollar terhadap rupiah, suku bunga, inflasi dan pertumbuhan GDP secara bersama-sama berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor properti, sedangkan secara parsial nilai tukar dollar terhadap rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham sektor properti sedangkan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks saham sektor propert (Thobarry 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2010), Model yang digunakan adalah model VAR dengan pembedaan 1 kali sampai ordo ke-2 atau VARD (2). Hasil analisis VARD (2) secara keseluruhan, termasuk fungsi respon impuls dan dekomposisi ragam menunjukkan bahwa faktor makroekonomi cenderung kecil memberikan pengaruh pada ILQ45, demikian pula sebaliknya. Dari model tersebut terlihat adanya pengaruh dari ILQ45 terhadap kurs dan hubungan timbal balik antara faktor makroekonomi suku bunga SBI dengan inflasi.

Menurut Saurabh (2012) bahwa variabel inflasi dan nilai tukar berpengaruh terhadap tingkat saham BSE SENSEX. Menurut Caroline (2009) dalam penelitiannya disimpulkan bahwa faktor-faktor makroekonomi seperti inflasi, nilai tukar dan GDP berpengaruh terhadap pasar saham di Negara China, Malasya dan Amerika Serikat.

(20)

METODE

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian korelasional (correlational study) berdasarkan alat analisis yang digunakan. Penelitian korelasional ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari suatu variabel atau lebih terhadap variabel lainnya yaitu menganalisis pengaruh variabel tingkat inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah terhadap indeks LQ-45.

Variabel-variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas), sebagai berikut:

1. Variabel terikat atau “dependent variabel” yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Indeks LQ-45 (Y). Dalam hal ini data LQ-45 telah disusun dan diperhitungkan serta merupakan catatan terhadap perubahan-perubahan maupun pergerakan harga saham di BEI. Data yang digunakan adalah data Indeks LQ-45 selama 5 tahun mulai Januari 2009 sampai Desember 2013.

2. Variabel bebas atau “independent variable” merupakan variabel yang dapat

mempengaruhi variabel terikat “dependent variable”. Variabel-variabel bebas “independent variable (X)” adalah faktor ekstern yang mempunyai pengaruh

besar terhadap indeks LQ-45 (Y) yang terdiri dari: a. Tingkat inflasi (X1)

Tingkat inflasi adalah perubahan angka inflasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada periode 1 Januari 2009–31 Desember 2013 yang dihitung tiap bulan dalam satuan persen (%).

b. Suku bunga SBI (X2)

Suku bunga SBI merupakan tingkat bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan dijadikan sebagai tingkat bunga standar bagi bank pemerintah maupun bank swasta lainnya. Satuan ukur yang digunakan adalah besarnya tingkat bunga SBI satu bulan dalam satuan persen (%) selama tahun 2009 sampai 2013.

c. Jumlah uang beredar (X3)

Jumlah uang beredar adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat. Satuan ukur yang digunakan adalah besarnya jumlah uang beredar setiap bulannya dalam periode 2009-2013

d. Nilai tukar rupiah (X4)

(21)

Gambar 1. Kerangka teoritis

Pengaruh terhadap Indeks LQ-45 Implikasi Managerial

Bursa Efek Indonesia Investor

Obligasi Saham Reksa Dana

(22)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Bursa Efek Indonesia yang terletak di Jln.Jenderal Sudirman Kavling 52-53, Jakarta Selatan. Waktu penelitian adalah Maret 2014-Mei 2014

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif time series (runtut waktu) yang bersumber dari data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui informasi yang didapatkan dari buku, dokumen, maupun situs lembaga tertentu. Data untuk penelitian ini bersumber dari Indonesia Capital Market Electronic Libarary (ICAMEL) berupa data indeks LQ-45, kemudian dari www.bi.go.id dan www.bps.co.id berupa data tingkat inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah atau nilai kurs dollar AS. Semua data variabel yang diambil adalah data bulanan periode 2009-2013.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data meliputi: 1. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan data dari internet, skripsi maupun penelitian terdahulu, jurnal, artikel dan literatur ilmiah.

2. Mengambil data ke Bursa Efek Indonesia

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah indeks harga saham di bursa efek seluruh dunia. Hampir seluruh negara di dunia mempunyai bursa efek. Pada setiap bursa efek terdapat berbagai jenis indeks harga saham yang dihitung berdasarkan kriteria masing-masing. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks LQ-45 di BEI. Penentuan indeks LQ-45 sebagai sampel berdasarkan teknik

purposive sampling. Indeks LQ-45 dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang diinginkan:

1. Merupakan salah satu indeks harga saham di BEI

2. Merupakan indeks 45 perusahaan yang memiliki liquiditas tinggi dan nilai kapitalisasi besar yang tercatat di BEI.

3. Merupakan indeks yang mencerminkan kinerja pasar modal (BEI).

Metode Analisis Data

Analisis Regresi Linear Berganda

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Pemilihan analisis ini dikarenakan dalam analisis pemilihan regresi linier berganda dapat menerangkan ketergantungan suatu variabel dependent (Y) dengan satu atau lebih variabel independent (X). Dalam analisis ini dapat diukur hubungan antara satu variabel dependent (Y) dengan satu variabel independent (X).

(23)

berskala interval. Koefisien regresi dihitung dengan dua tujuan sekaligus, yaitu : pertama, meminimumkan penyimpangan antara nilai aktual dan nilai estimasi variabel dependen; kedua, mengoptimalkan korelasi antara nilai aktual dan nilai estimasi variable dependen berdasarkan data yang ada. Dengan menganggap Y = f (X1, X2, X3) dalam hubungan fungsional di mana Y adalah fungsi linear, maka model regresi berganda untuk empat variabel di mana variabel terikatnya merupakan fungsi linear dari tiga variabel bebas.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik regresi berganda (multiple regression). Uji regresi berganda di gunakan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dapenden. Alat analisis yang digunakan dalam pengujian ini adalah SPSS versi 15.0.

Bentuk persamaan regresi berganda secara khusus adalah sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ e………(1) Keterangan :

Y = Indeks LQ-45 X1= Inflasi

b0 = Konstanta X2= Suku Bunga SBI

b1-b4 = Koefisien Regresi X3= Jumlah Uang Beredar

e = Standar Error X4= Nilai Tukar Rupiah

Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah suatu model regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran. Suatu model dikatakan baik apabila bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), yaitu memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah multikolinieritas, heteroskedastisitas, autokorelasi maupun uji linearitas. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan uji terhadap asumsi klasik, apakah terjadi penyimpanganpenyimpangan atau tidak, agar model penelitian ini layak untuk digunakan.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Sunyoto 2009). Uji. normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji grafik dan uji signifikansi Kolmogorov-Smirnov.

Uji Autokorelasi

Menurut Sunyoto (2009) persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t (berada) dan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya).

Uji Heteroskedastisitas

(24)

adalah melihat grafik plot antara nilai presiksi variabel terikat (ZPRED) dengan resisualnya (SRESID).

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untk menguji dalam regresi ditemukan korelasi antar variable bebas yang kuat/tinggi (Noor 2014). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable bebas. Akibat bagi model regresi yang mengandung multikolinearitas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variable independen, tingkat signifikansi yang digunakan untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar dan probabilitas menerima hipotesis yang salah juga akan semakin besar. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi (Sekaran 2009).

Uji Serempak (Uji F)

Menurut Kuncoro (2001), uji statistik F adalah uji yang menunjukkan apakah semua variabel bebas yang terdapat dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji F untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, jumlah uang beredar dan perubahan nilai tukar rupiah secara bersama-sama terhadap variabel Indeks LQ-45. Pengujian ini dilakukan terhadap model regresi yang didapatkan dari hasil olah data dengan menggunakan program SPSS 15.0 dari seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : a) Merumuskan formulasi atau uji hipotesis

H0; μ = 0 : Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar dan nilai tukar rupiah secara simultan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks LQ-45 periode Januari 2009- Desember 2013 H1; μ ≠ 0 : Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar dan nilai

tukar rupiah secara simultan berpengaruh terhadap Indeks LQ-45. Periode Januari 2009- Desember 2013

b) Menetapkan taraf signifikan sebesar 0,05 (α = 5%). c) Membuat keputusan

Membandingkan F- hitung dengan F-tabel. Nilai F hitung didapat dari hasil perhitungan tabel annova dari program SPSS sedangkan nilai F-tabel diperoleh dari tabel F dengan mengitung numerator dan denumerator.

Numerator : Jumlah Variabel -1 atau k-1

Denemurator: Jumlah kasus atau observasi –jumlah varibel atau n-k Jika F-hitung > F-tabel, maka terima H1 tolak H0

Jika F-hitung < F-tabel, maka terima H0 tolak H1

(25)

Selain dari F-hitung dapat juga melihat signifikansi pengaruh dari seluruh variabel independen secarara bersamasama terhadap variabel dependen dari tingkat signifikansi model dengan membandingkan α (alpha) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 5% (0,05).

Jika Sig > α , maka terima H1 tolak H0 Jika Sig < α , maka terima H0 tolak H1

Uji Parsial ( Uji T)

Uji statistik T adalah uji yang menggunakan seberapa jauh pengaruh satu varibel penjelas secara individual dalam menerangkan variabel-varibel terikat (Kuncoro,2001). Uji T dilakukan untuk menguji tingkat signifikan pengaruh tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah secara parsial terhadap indeks LQ-45 di BEI pada periode Januari 2009 – Desember 2013. Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

(26)

c) Membuat keputusan

Membandingkan T- hitung dengan T-tabel. Nilai T hitung didapat dari hasil perhitungan tabel annova dari program SPSS sedangkan nilai T-tabel diperoleh dari tabel T.

Jika T-hitung > T-tabel, maka terima H1 tolak H0 Jika T-hitung < T-tabel, maka terima H0 tolak H1

Selain dari T-hitung dapat juga melihat signifikansi pengaruh dari seluruh variabel independen secarara bersamasama terhadap variabel dependen dari tingkat signifikansi model dengan membandingkan α (alpha) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 2.5% (0,025).

Jika Sig < α , maka terima H1 tolak H0 Jika Sig > α , maka terima H0 tolak H1

Gambar 4. Uji hipotesis H1

Koefisien Determinasi (R2) dan Adjusted R2

Koefisien determinasi adalah perangkat yang mengukur seberapa jauh kemapuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro 2001). Koefisien determinasi menunjukkan proporsi yang diterangkan oleh variabel independen dalam model terhadap variabel terikatnya, sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini, formulasi model yang keliru dan kesalahan eksperimen.

Penggunaan Adjusted R2 Nilai ketepatan model dalam menjelaskan variabel terikat menjadi lebih tepat karena sifat Adjusted R2 yang dapat naik atau turun apabila jumlah variabel independen ditambahkan ke dalam model (Gozali 2011).

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Indeks LQ-45

Indeks LQ-45 pertama sekali diluncurkan pada tanggal 24 Februari 1997. Hari dasar untuk penghitungannya adalah 13 Juli 1994 dengan nilai dasar 100. Selanjutnya bursa efek secara rutin memantau perkembangan kinerja masing-masing ke-45 saham yang masuk dalam penghitungan indeks LQ-45. Penggantian saham dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Apabila ada saham yang tidak memenuhi criteria seleksi, maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. Perkembangan indeks LQ-45 selama kurun waktu bulan Januari 2009 hingga Desember 2013 dapat dilihat melalui Gambar 5.

Gambar 5. Indeks LQ-45 tahun 2009-2013 (Icamel 2014)

(28)

2009-2013, hal ini dikarenakan pada bulan Mei tersebut nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami penurunan, nilai tukar menurun akan meningkatkan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia.

Perkembangan Inflasi

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sepanjang kurun waktu Januari 2009 hingga Desember 2013, inflasi di Indonesia telah mengalami fluktuasi. Perkembangan inflasi di Indonesia tahun 2009 sampai 2013 dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Persentase inflasi di Indonesia (www.bi.go.id 2014)

(29)

cenderung stabil, dimana teritingi pada bulan Oktober yaitu 4,61% dan terendah pada bulan Februari 3,56%. Selanjutnya pada tahun 2013, terjadi kenaikan inflasi yang cukup signifikan, inflasi tertinggi terjadi pada bulan Agustus yang mencapi 8,79% dan terendah pada bulan Januari 4,57%.

Perkembangan Suku Bunga SBI

Suku bunga tertinggi dari tahun 2009 sampai tahun 2013 terdapat pada tahun 2009, dimana suku bunga rata-rata mencapai 7.15% dan tertinggi pada bulan Januari mencapai 8.75%. Pada Bulan Januari 2009 suku bunga SBI tinggi karena tingkat inflasi yang tinggi, jika inflasi tinggi maka tingkat suku bunga juga akan meningkat karena karena pada saat terjadi inflasi akan diikuti dengan naiknya harga barang dan diperkirakan dimasa depan harga barang akan semakin naik lagi (expected inflation rate) sehingga masyarakat banyak yang membeli barang-barang sekarang. Dengan melakukan pembelian maka dana yang dimiliki masyarakat berkurang sehingga muncul permintaan akan uang. Naiknya permintaan akan uang menyebabkan tingkat suku bunga meningkat begitu juga sebaliknya. Suku bunga SBI pada tahun 2012 cenderung stabil kecuali pada bulan Januari mencapai 6.0% sementara dari bulan Februari sampai bulan Desember suku bunga tetap yaitu 5.75% . Pada tahun 2011 suku bunga berfluktuasi, yang tertinggi terjadi pada bulan Februari sampai September yaitu 6,75% dan yang paling rendah pada bulan November dan Desember yaitu 6,0%. Sementara pada tahun 2010, suku bunga SBI tetap yaitu 6,5% sepanjang tahun 2010. Berbeda dengan tahun 2010, di tahun 2009 tingkat suku bunga sangat berfluktuatif, dimana tertinggi terjadi pada bulan Januari mencapai 8,75%dans terendah pada bulan Agustus sampai Desember mencapai 6,5%. Perkembangan tingkat suku bunga SBI dari Januari 2009 sampai Desember 2013 dapat dilihat pada Gambar 7.

(30)

Perkembangan Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar pada penelitian ini adalah jumlah uang beredar dalam kategori M2 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Rata-rata jumlah uang beredar (M2) adalah 2,652,840.49 miliyar rupiah, sedangkan jumlah uang beredar tertinggi adalah 3,727,695.59 miliyar rupiah yang terjadi pada bulan Desember tahun 2013 dan jumlah uang beredar terendah adalah 1,859,891.00miliyar rupiah terjadi pada bulan Januari tahun 2009. Jumlah uang beredar di Indonesia dari tahun 2009 sampai tahun 2013 selalu naik hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang semakin naik setiap tahunnya mengakibatkan kebutuhan penduduk semakin naik namun daya beli masyarakat tetap. Perkembangan jumlah uang beredar di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Jumlah uang beredar (M2) di Indonesia (www.bi.go.id 2014)

Perkembangan Nilai Tukar

(31)

BI untuk menangani melemahnya nilai tukar rupiah adalah dengan menaikkan BI Rate hingga mencapai 7,5 persen pada Desember dari 5,75 persen pada Mei terlihat masih belum mampu menahan pelemahan rupiah hingga akhirnya menyentuh angka 12.000/USD pada 12 Desember 2013 (Daud 2013). Nilai tukar rupiah terhadap dolar tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Nilai tukar rupiah terhadap dolar (www.bi.go.id 2014)

Analisis Hasil Penelitian

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah model berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat dengan menggunakan gambar Normal P-Plot of Regression Standardized Residual dengan hasil dapat dilihat pada Gambar 14.

(32)

Berdasarkan Gambar 10 dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut telah memenuhi uji asumsi normalitas. Hal ini disebabkan karena data menyebar disekitar garis diagonal dan telah sesuai dengan asumsi yang mendasari uji normalitas.

Uji Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW).

Tabel 1. Hasil uji Durbin-Watson

Berdasarkan hasil olah data di atas, ditemukan Durbin-Watson test =0.665, sehingga dikatakan tidak terjadi autokorelasi karena nilai DW berada diantara -2 < DW < +2 .

Uji Heterokodasitas

Variabel dependen dalam analisis regresi harus mempunyai varians yang sama dalam setiap kategori variabel independen. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas salah satunya dengan menggunakan metode grafik plot.

(33)

Dengan uji Heterokodastistas dimana sumbu X merupakan ZPRED, sumbu Y merupakan SRESID dapat dilihat bahwa tidak ada pola tertentu dari data tersebut. Data menyebar di atas dan di bawah titik 0 sumbu Y. Maka disimpulkan bahwa model regresi tersebut bebas dari masalah heterokodastistas.

Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independe). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variable independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal variabel. Ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variable independen sama dengan nol. Hasil matriks korelasi antara variabel bebas dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflation faktor (VIF) untuk model regresi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji collinearity statistic

Berdasarkan hasil regresi tersebut pada dilihat nilai VIF masing-masing variabel, dimana nilai VIF inflasi 1,096, suku bunga 2,718, jumlah uang beredar (JUB) 1,820 dan kurs atau nilai tukar 2,399. Keseluruhan nilai VIF dari semua variabel adalah 8,033. Nilai VIF berada di bawah 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada indikasi multikolinearitas dalam model regersi yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3. Hasil persamaan regresi berganda

Berdasarkan hasil olah data menggunakan regresi maka diperoleh persamaan regresinya sebagai berikut:

(34)

Intepretasi Model Regresi:

Konstanta (b0) = 810,549

Artinya apabila tingkat inflasi, suku bunga, JUB dan kurs terhadap Dolar Amerika Serikat bernilai 0, Maka Indeks LQ-45 bernilai 810,549 poin.

Tingkat Inflasi (X1) = + 7,155

Artinya jika tingkat inflasi mengalami kenaikan sebesar 1% maka indeks LQ-45 akan mengalami peningkatan sebesar 7,155 poin dengan asumsi variabel independent lainnya tetap.

Tingkat Suku Bunga SBI (X2) = – 9,502

Artinya jika tingkat suku bunga SBI penurunan sebesar 1% maka indeks LQ-45 akan mengalami peningkatan sebesar 9,502 poin dengan asumsi variabel independent lainnya tetap.

Tingkat Jumlah Uang Beredar (X3) = 0

Artinya jika tingkat JUB peningkatan sebesar satu (1) rupiah maka indeks LQ-45 tidak akan berpengaruh terhadap indeks LQ-45.

Tingkat Kurs atau Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat (X4) = - 0.080

Artinya jika tingkat kurs mengalami penurunan sebesar satu (1) rupiah maka indeks LQ-45 akan mengalami peningkatan sebesar 0,080 poin dengan asumsi variabel independent lainnya tetap.

Uji Serempak ( Uji F )

Pengujian uji F dilakukan terhadap hipotesis H1 yang menjadi hipotesis harapan dalam penelitian ini. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah inflasi, suku bunga SBI, jub dan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (kurs) secara bersama-sama (serempak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks LQ-45. Setelah dilakukan perhitungan menggunakan SPSS 15.0 diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil uji F

(35)

berdasarkan nilai signifikansi diperoleh angka 0,000 yang berada di bawah α = 0,05 (0,00< 0,05) sehingga terima H1, tolak H0. Hal tersebut berarti bahwa variabel-variabel independen (inflasi, suku bunga SBI, jub, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (indeks LQ-45) pada periode 2009-2013.

Hal ini sesuai dengan penelitian Nugroho (2008) bahwa inflasi, suku bunga SBI, jub dan nilai tukar rupiah memiliki pengaruh secara simultan terhadap indeks saham LQ-45 pada periode 2000-2007.

Gambar 12. Uji hipotesis H1

Uji Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan dengan menguji secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika terhadap variabel indeks LQ-45. Uji T dilakukan apakah masing-masing variabel independen memiliki pengaruh positif atau negatif terhadap variabel indeks LQ-45. Hasil uji T dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji T

Berdasarkan hasil olahan data SPSS 15.0 diperoleh t-hitung inflasi sebesar 1,767 dan t-tabel 2,004 ( df=55, Signifikansi 0,025), sehingga t-hitung < t- table

(1,767<2.004) sehingga terima H0 dan tolak H1. Secara parsial tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap indeks LQ-45 di Bursa

Efek Indonesia pada periode 2009 -2013. Hasil ini sejalan dengan penelitian dari Mark dan Aris (2000) yang menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh siginifikan terhadap pasar saham. Hal ini dikarenakan bahwa inflasi yang terjadi setiap tahunnya dari periode 2009-2013 termasuk inflasi ringan, menurut Wira (2011) bahwa inflasi ringan dimana inflasinya di bawah 10% setiap tahunnya, apabila inflasi ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional

(36)

dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Hal ini juga memperlihatkan bahwa variabel inflasi pada periode 2009– 2013, menunjukkan pengaruh yang sementara. Terbukti dengan adanya deflasi di beberapa bulan di tahun 2009 – 2013 yang menunjukkan terjadinya perbaikan ekonomi secara nasional. Faktor lain juga ditunjang dengan kondisi kinerja perusahaan – perusahaan dalam LQ45 memiliki fundamental ekonomi yang kuat, sehingga mampu bertahan dalam kondisi perekonomian sulit. Hal ini diperlihatkan pada laporan tahunan pada akhir tahun 2013 (perusahaan – perusahaan yang selalu terdaftar pada LQ45 periode 2009 – 2013) , menunjukkan bahwa kinerja perusahaan – perusahaan tersebut selalu meningkat dari waktu ke waktu, pendapatan perusahaan selalu meningkat, marjin usaha yang stabil. Stabilnya marjin usaha ini merupakan indikator bahwa perusahaan itu mampu membebankan kenaikan biaya kepada pelanggannya (atau pemakai produk). Keuangan perusahaan solid, dengan tingkat likuiditas yang tinggi. . Kondisi yang demikian itu menjadikan saham perusahaan – perusahaan pada LQ-45 memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam mengelola sumber-sumber internal guna meningkatkan kinerjanya usahanya. Dengan demikian inflasi yang terjadi pada periode 2009 – 2013 tidak mempengaruhi variabel indeks LQ45.

Berdasarkan hasil olahan data diperoleh t-hitung suku bunga SBI sebesar 0,654 dan t-tabel 2,004, sehingga t-hitung < t- tabel (0,654 < 2,004) sehingga terima H0 dan tolak H1. Secara parsial tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 -2013. Jika inflasi semakin tinggi maka suku bunga SBI akan semakin tinggi. Inflasi pada periode 2009-2013 termasuk dalam inflasi ringan sehingga tidak meningkatkan suku bunga. Jika suku bunga SBI naik, maka investor akan cenderung menjual sahamnya. Hal ini akan mengurangi investor untuk berinvestasi di saham LQ-45 namun karena suku bunga cenderung stabil sehinggga tidak berdampak terhadap investasi saham LQ-45.

Uji T terhadap jumlah uang beredar (JUB), diperoleh t-hitung JUB sebesar 17,688 dan t-tabel 2,004, sehingga t-hitung > t- tabel ( 17,688 >2,004) sehingga H1 diterima, dan H0 ditolak. Secara parsial tingkat JUB berpengaruh positif terhadap indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 -2013. Hasil positif pada t-hitung menggambarkan jika JUB naik 1 (satu) Rupiah maka indeks LQ-45 mengalami peningkatan sebesar 17,688 poin. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Mark dan Aris (2001) yang menyatakan bahwa money supply

mempengaruhi perubahan return saham. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar di Indonesia sangat mempengaruhi kinerja pasar saham pada periode tahun 2009 – 2013. Artinya bahwa masyarakat Indonesia telah menggunakan uangnya selain untuk tujuan transaksi juga menggunakan uangnya untuk tujuan spekulatif, yaitu dengan membeli surat-surat berharga atau saham. Oleh karena itu hipotesa variabel jumlah uang beredar berpengaruh secara positif (H4) terhadap indeks LQ45 diterima. Jika jumlah uang berdar naik maka minat investor berinvestasi di bursa saham akan naik.

(37)

pada t-hitung menggambarkan jika Kurs naik 1 (satu) rupiah maka indeks LQ-45 mengalami penurunan sebesar 11,676 poin. Jika nilai tukar rupiah terhadap dolar meningkat maka investor tidak akan tertarik untuk berinvestasi di bursa saham.

Koefisien Determinasi (R2) Dan Adjusted R2

Pengujian koefisien determinasi (R2) dan adjusted R2 untuk melihat apakah model dapat menerangkan variabel dependen indeks LQ-45. Hasil pengujian koefisien determinasi (R2) dan adjusted R2 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Koefisien determinasi (R2) dan adjusted R2

Dari hasil olah data menggunakan SPSS 15.0 diperoleh hasil koefisien determinasi (R2) sebesar 0,956 yang berarti sebesar 95,6 % variasi dari indeks LQ-45 dipengaruhi oleh variabel-variabel yang berada dalam regresi ini dan sebesar 4,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam model regresi ini. Ini berarti kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen indeks LQ-45 sangatlah tinggi karena nilai R2 yang mendekati angka 1. Dengan menggunakan Adjusted R2 yang diperoleh dari olahan data menggunakan SPSS 15.0 yaitu sebesar 0.952 , yaitu sebesar 95,2% variabel independen yang digunakan dalam regresi ini mempengaruhi variabel dependen, dan 4,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam regresi ini. Penggunaan model dalam menerangkan variabel dependen sangatlah baik, dimana nilai R2 mendekati angka 1.

Implikasi Manajerial

Implikasi kebijakan yang dapat dimunculkan pada penelitian ini adalah : 1. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi, investor sebaiknya terlebih dahulu

(38)

disebabkan karena arah pengaruh yang berlawanan dengan dasar teori dan beberapa penelitian terdahulu di mana dalam penelitian Nugroho (2008) inflasi dan suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap indeks saham LQ-45. Inflasi dan suku bunga SBI dalam penelitian ini berpengaruh positif terhadap indeks LQ-45. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi di Indonesia pada periode 2009-2013 termasuk dalam inflasi ringan. Menurut Wira (2011) inflasi dikatakan ringan jika tingkat inflasi setiap tahunnya berada di bawah 10 % sehingga dampak inflasi mempunyai pengaruh yang positif yaitu mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Tingkat inflasi, suku bunga SBI , jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap indeks saham LQ-45 di BEI pada periode 2009-2013.

2. Secara parsial inflasi dan suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap indeks LQ-45. Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap indeks LQ-45 di BEI pada periode 2009-2013 sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (kurs) berpengaruh negatif terhadap indeks LQ-45 di BEI pada periode 2009- 2013.

Saran

1. Menguatnya rupiah membuat investor akan tertarik untuk berinvestasi di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus bisa mengontrol nilai tukar rupiah dengan kebijakan moneter, fiskal, non moneter dan kebijakan sektor riil

2. Perusahaan yang termasuk dalam saham LQ-45 harus lebih memerhatikan faktor-faktor makroekonomi seperti jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah (kurs) terhadap dolar amerika serikat karena berpengaruh terhadap indeks LQ-45. Jumlah uang beredar naik dan kurs rupiah menguat maka akan meningkatkan minat investor untuk berinvestasi di bursa efek.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Adit TN. 2013. Analisis Pengaruh SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap IHSG [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Amin MZ. 2012. Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar (USD/IDR), dan Indeks Dow Jones (DJIA) terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2008-2011) [Skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya.

[BI] Bank Sentral Republik Indonesia. 2014. Moneter Bank Indonesia Official Website. http://www.bi.go.id/web/id/Moneter.html. [22 Maret 2014]. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Inflasi Official Website.

http://bps.go.id/web/id/inflasi.html .[22 Maret 2014]

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Perkembangan Indeks Harga Konsumen November 2011. Official Website. http://bps.go.id/web/id/perkembangan-ihk-bulan-november-2011.html . [22 Maret 2014].

Brigham EF. dan Joel FH. 2010. Essential of Financial Management. Jakarta (ID): Salemba Empat.

[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2013. Panduan Sekolah Pasar Modal Level 1A dan IB. Jakarta (ID): BEI.

[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2014. PT Indonesia Capital Market Electronic Library Official Website. http://indonesiancamel.com .[17 April 2014] Caroline G. 2011. The Relationship Between Inflation And Stock Market:

Evidence From Malaysia, United States And China. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen vol.1 no.2

Darmadji T dan Hendy M.F.2006. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta (ID): PT Salemba Empat.

Daud A. 2013. Menanti Keperkasaan Rupiah di 2014. EKBIS. [Internet]. [diunduh

2014 Mei 28]. Tersedia pada: Edisi Pertama. Semarang (ID): Universitas Diponogoro.

Kasinus. 2010. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta (ID): Penerbit Kasinus (Anggota IKAPI).

Kuncoro M. 2001. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta (ID) : UPP AMP YKPN.

Mankiw NG. 2000. Teori Makroekonomi. New York : Harvard University. Mark And Aris. 2001. Macroeconomic Factors Do Influence Aggregate stock

Review of Financial Studies [Skripsi]. Semarang (ID) : Universitas Diponegoro.

Mohamad S. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. Noor J. 2014. Analisis Data Penelitian Ekonomi dan Manajemen. Jakarta (ID):

(40)

Nugroho H. 2008. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Indeks LQ-45 (Studi kasus pada BEI periode 2002-2007) [Tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro Semarang.

Octaviana A.2007. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/USS dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Negri Semarang.

Purnomo H. 2011. BI Yakin Rupiah Bisa Terus Menguat. Detik Finance

[Internet]. [diunduh 2014 Mei 28]. Tersedia pada: http://finance.detik.com/read/2011/08/11/072220/1701184/6/bi-yakin-rupiah-bisa-terus-menguat.

Puspitasari D. 2010. Analisis Hubungan ILQ-45 dengan Faktor Makroekonomi melalui Model VAR [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saurabh S. 2012. “An Empirical Study Of Impact Of Exchange Rate & Inflation

Rate On Performance Of BSE Sensex”. Jurnal Internasional Manajemen vol.1.n0.3.

Sekaran U. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta (ID): Salemba Empat

Sudiyatno. 2010. Peran Kinerja Perusahaan dalam Menentukan Pengaruh Faktor Fundamental Makro Ekonomi, Sistimatis dan Kebijakan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan.

Sukirno S. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.

Sunyoto D. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta (ID): Medpress (Anggota IKAPI).

Tandelilin E. (2008). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta (ID): BPFE.

Thobarry ATH. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan Pertumbuhan Gdp Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008) [Tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

(41)
(42)

Lanjutan

637 4.15 6.00 2677787 8940

665 3.79 6.00 2729538 9060

667 3.65 6.00 2877220 9134

693 3.56 5.75 2827570 9155

689 3.97 5.75 2849796 9071

695 4.50 5.75 2911920 9211

712 4.45 5.75 2927259 9222

686 4.53 5.75 2992057 9337

656 4.56 5.75 3050355 9498

691 4.58 5.75 3054836 9504

707 4.31 5.75 3089011 9547

719 4.61 5.75 3125533 9636

745 4.32 5.75 3161726 9645

743 4.30 5.75 3205129 9676

732 4.57 5.75 3304645 9694

753 5.31 5.75 3265869 9736

786 5.90 5.75 3277426 9735

823 5.57 5.75 3319468 9758

838 5.47 5.75 3357823 9773

861 5.90 6.00 3423155 9810

780 8.61 6.50 3413437 9931

772 8.79 7.00 3506574 10124

721 8.40 7.25 3502420 10625

730 8.32 7.25 3584017 11403

755 8.37 7.50 3576318 11424

727 8.38 7.50 3614520 11671

(43)
(44)

Gambar

Gambar  2. Kerangka pemikiran
Gambar  4. Uji hipotesis H1
Gambar  5. Indeks LQ-45 tahun 2009-2013
Gambar  6. Persentase inflasi di Indonesia  (www.bi.go.id  2014)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji lanjut berganda duncan menunjukkan perendaman auksin selama 60 menit memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain pada parameter tinggi tunas

Perlu disadari benar bahwa meskipun terhimpun dalam sebuah lembaga adat yang bernama MALUNSEMAHE, tetapi mereka juga adalah bagian dari masyarakat Kabupaten

Berdasarkan survei yang kami lakukan dugaan peyebab banjir yang terjadi di Perumhan Dharma Husada Indah Utara adalah tidak mampunya saluran sekunder Dharma Husada

Untuk saat ini, hal ini menjadi jauh lebih berkembang dalam memaknakannya, yakni bahwa musrenbang tidak terbatas untuk megumpulkan aspirasi, tetapi juga dimanfaatkan

tingkat risiko yang mungkin akan dihadapinya dengan cara melakukan diversifikasi dalam portofolio dengan harapan apabila nilai saham pada suatu perusahaan jatuh sedangkan nilai

Dari pembahasan diatas temuan dalam penelitian ini bahwa latar belakang berdirinya jam‟ iyah Nahdlatul Ulama bukan karena ditolaknya salah satu tokoh dari kalangan

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar WUS tidak pernah melakukan pemeriksan IVA, walaupun sudah ada dukungan dari petugas kesehatan karena wanita usia

difficulties in comprehending texts adopted from Hello Magazine faced by the second year students of SMK Diponegoro Salatiga. The model