• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Teori

2. Belajar

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan- perubahan tersebut dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Slameto mengatakan, “ belajar adalah proses usaha yang dilakukan seorang individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya dan interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1988:2). Dalam arti luas, belajar adalah kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Dalam arti sempit, belajar adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Winkel (2004:59) memaparkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pamahaman, ketrampilan dan nilai sikap perubahan itu secara relatif, konstan dan berbekas. Sedangkan menurut Suryabrata (2002:59), belajar adalah suatu proses yang membawa perubahan dan dari perubahan itu di dapat kecakapan baru karena adanya suatu usaha yang sengaja.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses interaksi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

lingkunganya untuk memperoleh suatu perubahan, tingkah laku yang berupa perbuatan, pemahaman, ketrampilan, dan sifat yang positif sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

a. Teori Belajar

Teori belajar banyak dibahas oleh beberapa ahli, antara lain teori belajar menurut Gestalt, Jean Piaget, Edward Chance Tolman, Pavlov, Albert Bandura, dan masih lainnya (Olson & Hergenhahn, 2009). Berdasarkan metode pembelajaran yang dipilih peneliti, teori belajar Albert Bandura mengenai teori belajar sosial sesuai dengan penelitian ini. Teori belajar sosial merupakan perluasan teori belajar perilaku yang tradisional. Dalam pandangan belajar sosial, “manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak “dipukul” stimulus- stimulus lingkungan, namun fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan pribadi dan determinan lingkungan” (Bandura dalam Dahar, 2011:22).

Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada lingkungan yang kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya. Konsep-konsep utama teori belajar sosial yang diungkapkan Bandura (dalam Dahar, 2011:23) adalah (1) pemodelan, maksudnya, manusia itu belajar dari suatu model. Fenomena ini adalah meniru perilaku orang lain dan pengalaman “vicarious” (belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain). (2) Fase belajar. Terdapat empat fase belajar menurut Bandura (dalam Dahar, 2011:23), yaitu pertama adalah fase perhatian, dimana pada umumnya, para siswa

memberikan perhatian pada model-model yang menarik, berhasil, menimbulkan minat, dan populer. Kedua adalah fase retensi, dilanjutkan fase reproduksi dan terakhir adalah fase motivasi. (3) Belajar vicarious, dan (4) pengaturan sendiri.

b. Jenis-jenis Belajar

Belajar dibedakan menjadi tujuh jenis dan bertingkat, hal tersebut dikemukakan oleh Gagne (dalam Winataputra, 2008:1.9) yang meliputi (1) belajar isyarat. Belajar isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya tanda atau isyarat. Bentu belajar seperti ini biasanya respon diberikan secara tidak sadar. (2) Belajar stimulus-respon. Belajar seperti ini terjadi pada diri individu karena adanya rangsangan dari luar, misalnya membalas menendang bila ditendang. (3) Belajar rangkaian yang melahirkan perilaku yang segera atau spontan seperti adik-kakak karena melalui perpaduan berbagai proses stimulus-respon. (4) Belajar asosiasi verbal. Belajar ini terjadi bila individu mampu menangkap makna bersifat verbal, misalnya pesawat terbang seperti burung yang sedang terbang. (5) Belajar diskriminasi, misalnya membedakan bentuk tumbuhan, binatang dsb. Belajar seperti ini terjadi bila individu berhadapan dengan benda dan mencoba membedakannya. (6) Belajar konsep. Belajar konsep dipengaruhi jika individu sudak mampu melakukan diskriminasi, contohnya adalah penggolongan mahkluk hidup. Terakhir, (7) belajar pemecahan masalah. Proses memecahkan masalah selalu berkaitan, kecakapan memecahkan

masalah memperbesar kemampuan individu untuk memecahkan masalah-masalah yang lain.

c. Ciri-ciri Belajar

Aqid (2011:48) memaparkan adanya 3 karakteristik belajar, pertama belajar harus memungkinkan perubahan tingkah laku diri individu yang meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek sikap atau nilai (afektif), serta keterampilan (psikomotorik). Kedua, belajar merupakan buah dari pengalaman yang terjadi karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan, dan ketiga adalah hasil belajar/perubahan sikap relatif tetap diperoleh melalui pengalaman atau latihan.

d. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dalam Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar siswa terbagi menjadi tiga, yaitu faktor internal (faktor dalam diri), eksternal (faktor luar), dan pendekatan belajar (Syah, 2008:144). Faktor internal siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). Kondisi jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Selain itu, aspek rohani yang meliputi tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa tidak kalah memberikan pengaruh terhadap kuantitas dan kualitas perolehan siswa.

Faktor yang kedua adalah faktor eksternal yang juga terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan non sosial (Syah, 2008:152).

Lingkungan sosial siswa, seperti lingkungan sekolah, masyarakat, dan keluarga. Kondisi lingkungan sosial ini akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sedangkan untuk faktor non sosial antara lain, gedung sekolah, rumah tempat tinggal, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar siswa turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Pendekatan belajar adalah cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Di samping kedua faktor di atas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa.

e. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar sehingga ada perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap siswa. Prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang untuk melakukan proses belajar sesuai dengan bobot atau nilai yang berhasil diraihnya (Winkel, 1996).

Prestasi belajar adalah kesempurnaan peserta didik dalam berpikir, merasa, dan berbuat (Nasution, 1995). Masidjo (1995:38-40) mengartikan prestasi belajar sebagai kekhasan dari hasil proses belajar yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran dalam proses belajar. Prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang dari materi pelajaran yang diterimanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Dokumen terkait