• Tidak ada hasil yang ditemukan

BELAJAR DARI KAUM MADYAN, AZAB BAGI PEDAGANG YANG CURANG

Dalam dokumen i AKIDAH AKHLAK MA KELAS X (Halaman 182-185)

TEKAD MENJAUHI PERILAKU TERCELA

BELAJAR DARI KAUM MADYAN, AZAB BAGI PEDAGANG YANG CURANG

2. ………

………

3. ………

………

Setelah Anda mengamati gambar di samping, tulislah daftar komentar atau pertanyaan yang terkait dengan perilaku tercela

1. ………

………

2. ………

………

3. ………

………

BELAJAR DARI KAUM MADYAN, AZAB BAGI PEDAGANG YANG CURANG

Kehancuran umat-umat terdahulu menjadi pelajaran bagi umat manusia. Kebinasaan mereka diakibatkan oleh perbuatan mereka sendiri yang tak mau bersyukur atau mengimani akan kekuasaan Allah Swt.

Dalam al-Qur’an, kehancuran umat-umat terdahulu itu dijelaskan dengan sangat rinci, mengenai perilaku dan sifat-sifatnya. Misalnya, umat Nabi Luth (kaum Sodom) yang melakukan perkawinan dengan pasangan sesama jenis (homoseksual), kaum Tsamud (umat Nabi Saleh) yang tidak mempercayai Nabi Saleh a.s sebagai seorang utusan Allah dan membunuh unta betina hingga mereka ditimpakan azab, berupa suara petir yang menggelegar dan menghancurkan rumah-rumah mereka.

Hal yang sama juga ditimpakan pada umat Nabi Syu'aib (kaum Madyan dan Aikah) yang senantiasa melakukan penipuan atau kecurangan dalam perdagangan. Dalam melaksanakan bisnis perdagangan, mereka (Madyan dan Aikah) ini selalu mengurangi timbangan dan takaran dari semestinya.

Kenyataan ini pun banyak dijumpai pada zaman sekarang ini. Banyak pedagang yang mengurangi timbangan dan takaran dalam transaksi yang mereka lakukan dengan para pembeli. Perintah Allah kepada setiap pedagang. ''Dan, tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan jangan mengurangi takaran itu'' (QS. Ar- Rahman: 9).

Licik merupakan salah satu sifat buruk yang harus dihindari karena sangat membahayakan bagi kehidupan pribadi ataupun kehidupan sosial di masyarakat. Bagi kehidupan pribadi, sikap licik akan menyebabkan pelaku hidup tidak tenang karena terus dihinggapi perasaan takut diketahui kelicikannya. Adapun bagi kehidupan sosial, sikap licik sangat merugikan masyarakat dan dapat merusak tatanan kehidupan sosial. Untuk itu jangan sampai sifat licik ada dalam diri anda sendiri. Selain itu anda juga perlu menghindari orang-orang yang memiliki sifat licik, karena tentunya akan membahayakan anda kedepannya.

a. Pengertian Licik

Licik berarti banyak akal yang buruk, pandai menipu, culas, curang, dan licin. Sikap licik merupakan sikap yang didominasi oleh hawa nafsu untuk menguasai ataupun mencapai suatu maksud dan tujuan tertentu, tetapi tidak disertai dengan kesadaran diri akan kemampuan dan ilmu yang memadai. Ia akan menggunakan segala cara yang bisa dipakai, meskipun salah dan sangat merugikan, untuk mengantarkannya pada suatu maksud ataupun tujuan yang dianggapnya menyenangkan bagi dirinya.

b. Ciri-ciri Orang Licik

Sifat licik sangat berbahaya, baik bagi pelakunya maupun orang lain di sekitarnya.

Oleh karena itu, kita harus mengenalinya agar tidak mengikuti arus dan menanggung bahayanya. Berikut ini ciri-ciri sifat licik :

1) Tidak suka melihat orang lain bahagia dan bahagia melihat orang lain menderita. Jika yang lainnya merasa berhasil, mereka akan merasa iri bahkan hingga berkomentar buruk dan menyakitkan. Bahagia melihat orang lain menderita.

2) Berfikir untuk mencelakakan orang lain. Orang yang licik mempunyai rencana negatif untuk menghalangi agar orang lain mengalami kegagalan.

3) Mendekat jika membutuhkan. Orang yang licik akan mendekat jika membutuhkan dan akan menjauh jika tidak membutuhkan. Bahkan yang

terparah, mereka bisa saja menceritakan segala keburukan dan menfitnah Anda di hadapan orang-orang lainnya.

4) Menghalalkan segala cara. Mereka senang sekali menggunakan jalan tercepat untuk mencapai keinginannya, sehingga tentu saja mereka menghalalkan segala cara termasuk perbuatan buruk seperti menipu, berbohong, mengelabui, dan hal-hal yang merugikan orang lain.

Dalam ayat lain, Allah menunjukkan perilaku dari para pedagang yang curang tersebut. ''Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi'' (Al-Mutaffifin: 1-3).

Sumber: http://republika.co.id , Achmad Syalaby

5) Nafsunya tak pernah berujung. Mereka ingin selalu melakukan semua hal yang dirasa dapat memuaskan dirinya.

6) Pandai menipu untuk memuluskan siasatnya yang licik. Orang yang licik akan selalu menipu dan berbohong serta bersilat lidah.

7) Membalas kebaikan orang lain dengan penghianatan c. Sebab-sebab Orang Berperilaku Licik

Ada beberapa sebab orang berperilaku licik, diantaranya adalah karena lemahnya iman, sedikitnya rasa takut kepada Allah dan kurangnya kesadaran bahwa Allah senantiasa mengawasi dan menyaksikan setiap perbuatan sekecil apa pun. Terlalu mencintai dunia, mereka berlebih-lebihan dalam memenuhi kebutuhan dunia dan tidak pernah mengingat akan kehidupan akhirat. Sehingga mereka menempuh dengan menghalalkan segala cara demi terpenuhinya kebutuhan hidup di dunia.

Orang yang licik biasanya hidupnya malas, mereka ingin memperoleh keuntungan tetapi tidak mau mengeluarkan tenaga dan usaha, yang mereka tempuh hanya dengan menipu dan memperdaya orang lain. Tidak adanya kesungguhan. Seperti seorang murid yang malas belajar, saat datang masa ujian, ia pun berusaha berbuat curang agar bisa lulus ujian. Orang berbuat licik biasanya berawal dari kurang percaya diri. Saat seseorang merasa dirinya tidak mampu bersaing dengan orang lain, maka tidak jarang ia melakukan kecurangan untuk menutupi kekurangannya.

d. Dalil Naqli Licik

Sebagaimana ciri-ciri orang yang licik, yaitu selalu menipu dan berbohong serta bersilat lidah. Maka, orang yang licik tergolong pada orang-orang yang berbuat munafik sebagaimana ciri-ciri yang dimiliki, Rasulullah bersabda :

َِاَ: ٌث َ

لََثَ ِقِفا َنُ ْلْاَ ُةَياَ:َلاَقَ َمَّل َسَوَ ِهْيَلَعَاللهَىَّلَصَِ يِبَّنلاَ ِنَعَُهْنَعَاللهََي ِ ضَرََةَرْيَرُهَيِب َ أَ ْن َع

َا َذ

)يراخُبلاَهاور(َ َنا َخَ َن ِمُت ْ

أَا َذِا َوَ, َف َلْخَأَ َدَعَوَاَذِاَوَ, َبَّذَكَ َثَّدَح

َ

“Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Saw. Bersabda : tanda-tanda orang munafik itu ada tiga yaitu apabila ia berkata dusta, apabila ia berjanji mengingkari dan apabila dipercaya ia berkhianat”. (HR. Bukhari)

Perbuatan orang yang licik, selalu berusaha untuk menjelek-jelekan dan menyakiti orang lain, dan Allah memberikan balasannya berupa neraka yang apinya bergejolak.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Lahab dan istrinya. Allah Swt. berfirman:

َۥ ُهُت َ

أَر ۡمٱ َوَ ٖبَه لَ َتا َذَاٗراَنَ ٰى َ َلۡصَي َسَ َب َسَكَاَمَوَۥُهُلاَمَُهۡنَعَ ٰىَيۡغَأَٓاَمَ َّبَتَوَ ٖبَهَلَيِبَأَٓاَدَيَ ۡتَّبَت

َ َة لا َّم َح َ

َِد َس َّمَن ِ مَ ٞلۡب َحَا َه ِدي ِجَي ِفَ ِب ط َح ۡلٱ َ

َ ُُۢ

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk

ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut” (QS. Al- Lahab [111]: 1-5)

e. Nilai Negatif Licik

Orang yang licik biasanya memiliki suasana batin yang selalu resah dan gelisah. Keinginanya menjadi nomer satu, tidak peduli dengan kemampuannya yang tidak seberapa, ia akan berusaha menyingkirkan orang yang bisa menghalangi ambisinya. Hati orang yang licik biasanya selalu bergejolak dan tidak akan tenang.

Kehidupannya jauh dari berkah. Jika menafkahi keluarga, biasanya hartanya hasil dari sumber yang tidak halal sehingga kehidupannya selalu dipenuhi fitnah dan ancaman.

Selain itu orang yang licik akan tidak disuka orang lain, melemahkan kepercayaan kaum muslimin, menjadi faktor kegagalan masyarakat dalam semua bidang.

f. Cara Menghindari

Perbuatan licik bisa diatasi jika dalam hati tertanam dengan kuat nilai-nilai ketauhidan dan keimanan. Kesadaran selalu diawasi oleh Allah akan membuat seseorang tidak berani melakukan perbuatan tersebut. Memahami akibat-akibat buruk yang akan menimpanya. Dan hendaknya menjauhi teman dan sahabat yang suka melakukan perbuatan tersebut. Jangan lupa berdoa kepada Allah, agar dijauhkan dari sifat tersebut dan upayakan amar ma’ruf nahi munkar dalam rangka merubah keadaan masyarakat menuju yang lebih baik.

2. Memahami Tamak a. Pengertian Tamak

Secara bahasa, tamak berasal dari bahasa Arab at-tama’u, yang artinya suatu sikap yang tidak pernah merasa cukup sehingga ingin selalu menambah apa yang seharusnya ia miliki, tanpa mempehatikan hak-hak orang lain. Menurut istilah tamak adalah cinta kepada dunia (harta) terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang mengakibatkan adanya dosa besar.

Sumber: http://depositphotos.com

Dalam dokumen i AKIDAH AKHLAK MA KELAS X (Halaman 182-185)