• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia memiliki potensi kepariwisataan yang besar berupa daya tarik keindahan alam, keanekaragaman seni dan budaya, serta kehidupan sosial religius masyarakatnya yang unik dengan mayoritas penduduknya yang beragama Hindu. Pesatnya perkembangan kepariwisataan di Bali menjadikan pariwisata sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di Bali.

Kota Denpasar sebagai ibu kota Provinsi Bali, di samping memiliki sejumlah daya tarik wisata potensial sekaligus juga merupakan barometer atau representasi dari citra pariwisata Bali (first image of Bali). Sebagai daerah tujuan wisata, Denpasar mempunyai sejumlah daya tarik wisata yang tidak kalah menariknya dengan daerah lain. Demikian juga halnya dengan berbagai fasilitas penunjang kepariwisataan seperti akomodasi, restoran, biro perjalanan wisata, pusat perbelanjaan, serta fasilitas kesehatan yang selalu siap melayani kebutuhan wisatawan (Dinas Pariwisata Kota Denpasar, 2012:4).

Langkah kebijakan yang selama ini telah diupayakan oleh Pemerintah Kota Denpasar dalam rangka pengembangan pariwisata di Kota Denpasar tertuang dalam Program Pengembangan Destinasi Pariwisata, yang diberi nama Kegiatan Tahun Kunjungan Denpasar (Sightseeing Denpasar 2008). Program Sightseeing

2

aktivitas seni dan budaya, yang dilaksanakan secara simultan di Kota Denpasar setiap tahun sejak tahun 2008. Denpasar Festival merupakan kegiatan unggulan dalam ProgramSightseeingDenpasar yang diselenggarakan secara periodik setiap akhir tahun dimulai pada tahun 2008 yang saat itu dikenal dengan sebutan Festival Gajah Mada. Seiring dengan itu, Pemerintah Kota Denpasar gencar mensosialisasikan city branding Kota Denpasar yang bertajuk “Denpasar, The Heart of Bali“, yang menghiasi setiap iklan pariwisata.

Selain langkah kebijakan di atas, upaya untuk mendukung pengembangan kepariwisatan Kota Denpasar juga dilakukan melalui kebijakan mewujudkan Kota Denpasar sebagai kota kreatif (creative city) berbasis budaya unggulan. Kebijakan tersebut diimplementasikan dalam bentuk sejumlah kegiatan yang menunjukkan semangat inovatif dan kreativitas masyarakat Kota Denpasar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud antara lain: Denpasar Pet’s Festival, Denpasar Hortikultura Festival, Pekan Seni Remaja, Ritual Rahina Tumpek, Sanur Village Festival,

DTIK (Denpasar Tekhnologi Informasi dan Komunikasi) Festival, The Exotic of Wastra dan Cinta Karya Anak Bangsa, Lomba Chef Senior, Denpasar Festival ,

Rare Festival, Utsawa Dharma Gita,Dialog Budaya Rembug Sastra,Lomba Foto Denpasar Kreatif sampai dengan Kegiatan Maha Bandana Prasadha dan Peringatan HUT Kota Denpasar yang senantiasa diisi dengan diversitas food heritage, musik, fesyen, pasar seni, pasar tani, seminar, dan pemberian penghargaan (Geriya dkk, 2010:2).

Kreativitas adalah merupakan Visi Utama Pembangunan Kota Denpasar. Sebagai daerah yang minim sumber daya alam, Denpasar hanya memiliki sumber

3

daya manusia, yang diyakini menjadi kunci strategi Pembangunan di Kota Denpasar dan ditopang dengan intensnya interaksi sosial dan ekonomi. Kreativitas merupakan modal utama untuk memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Kreativitas bisa berdampak ekonomi, namun tentu saja harus ada yang memotivasi. Salah satu langkah Pemerintah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi adalah dengan menyediakan ruang-ruang kreatif seperti dilaksanakannya

Denpasar Festival. Bentuk-bentuk ekonomi kreatif selalu tampil dengan nilai tambah yang khas, menciptakan “pasarnya” sendiri, dan berhasil menyerap tenaga kerja serta pemasukan ekonomis. Departemen Perdagangan Republik Indonesia memanfaatkan momentum ini dengan menyusun Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015, namun di samping kebutuhan akan SDM yang berkualitas, pengembangan pariwisata berbasis ekonomi kreatif juga membutuhkan ruang atau wadah sebagai tempat penggalian ide, berkarya, sekaligus aktualisasi diri dan ide-ide kreatif (Bappeda Kota Denpasar, 2009).

Pangestu sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif periode 2011 – 2014 dalam Konvensi Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015 saat beliau menjabat beberapa alasan mengapa industri kreatif perlu dikembangkan di Indonesia menyebutkan, antara lain: (1) memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan; (2) menciptakan iklim bisnis yang positif; (3) membangun citra identitas bangsa; (4) berbasis kepada sumber daya yang terbarukan; (5) menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kempetitif suatu bangsa; (6) memberikan dampak sosial yang positif. Salah satu alasan dari pengembangan industri kreatif adanya dampak positif yang akan berpengaruh

4

pada kehidupan sosial, iklim bisnis, peningkatan ekonomi, dan juga berdampak pada citra suatu kawasan tersebut.

Terkait dengan upaya mewujudkan Kota Denpasar sebagai kota kreatif, Bappeda Kota Denpasar sejak tahun 2008 telah mencoba mengembangkan konsep kota kreatif dengan mensinergikan keenam komponen yang telah disebutkan di atas (Geriya dkk, 2010:11).

Kota kreatif perlu ditopang oleh tiga komponen utama, yaitu: cendekiawan, pelaku bisnis, dan pemerintah agar mampu mentransformasikan konsep kota kreatif ke dalam kegiatan riil dalam bentuk 14 industri kreatif. Kota kreatif berhubungan erat dengan industri kreatif. Kemudian dalam implementasi pengembangan kota kreatif di Kota Denpasar, Pemerintah Kota Denpasar memprioritaskan unsur ekonomi kreatif nasional yaitu dengan menerapkan pengembangan 14 kelompok ekonomi kreatif adalah: (1) periklanan; (2) layanan komputer dan piranti lunak; (3) arsitektur; (4) permainan interaktif; (5) musik; (6) riset dan pengembangan; (7) televisi dan radio; (8) seni pertunjukan; (9) pasar seni dan barang antik; (10) penerbitan dan percetakan; (11) film; (12) fesyen; (13) desain; dan (14) kerajinan (Geriya dkk, 2010), namun saat ini berkembang ditambahkan dengan kuliner.

Bagi Kota Denpasar, ekonomi kreatif yang dikembangkan ditambah dengan kemampuan lokal yang mencakup pertanian kreatif dan juga pariwisata kreatif. Dinamika dan perkembangan kota kreatif mendorong Kota Denpasar mencatatkan diri sebagai salah satu dari bentuk kota dunia yang dirumuskan oleh UNESCO (Kota Sastra, Kota Musik, Kota Fesyen, Kota Gastronomi, Kota Film, Kota

5

Craftand Folk Art). Kota Denpasar mengajukan usulan untuk meraih nominasi sebagai Kota Craft and Folk Art dari UNESCO pada tahun 2014 (Bappeda Kota Denpasar, 2014), namun belum berhasil dalam usulan pertama ini.

The Creative Cities Network diluncurkan UNESCO pada Oktober 2004 untuk kota yang mengajukan diri sebagai anggota jaringan kota kreatif di dunia, dan melalui seleksi ketat. Ada beberapa kriteria yang harus mereka penuhi, diantaranya dari sisi konsep urban planning kota itu harus mendukung kreativitas masyarakatnya, juga membangun sarana dan prasarana fisik dan non fisik.

Dalam visi Pembangunan Kota Denpasar secara formal dicanangkan “Terwujudnya Kota Kreatif yang Berbasis Budaya Unggulan”. Basis kebudayaan bermakna memaksimalkan fungsi kebudayaan dalam pengembangan dan penguatan industri kreatif. Penguatan tersebut berdimensi tiga (triple dimension) mencakup: (1) penguatan roh, spirit dan orientasi nilai kewirausahaan; (2) penguatan kelembagaan sebagai wadah kreatif yang ditopang oleh SDM dan komunitas kreatif; (3) penguatan mutu; diversitas dan daya saing produk untuk mampu merebut pasar.

Kota Denpasar merupakan ibukota Provinsi Bali yang sangat identik dengan kekayaan kreativitas di bidang seni dan budaya. Kekuatan eksternal untuk kota kreatif, berupa respon kreatif masyarakat Kota Denpasar terhadap pencanangan ekonomi kreatif oleh Kementrian Parekraf melalui program 14 kelompok ekonomi kreatif. Sebagaimana kota-kota kreatif lainnya di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Denpasar dalam rangka mewujudkan pariwisata berbasis ekonomi kreatif di Kota Denpasar adalah

6

penyelenggaraan Denpasar Festival yang diselenggarakan secara periodik setiap tahun.

Bagi para birokrat, cendekiawan, budayawan Denpasar, festival ini diharapkan mampu menjadi wahana pelestarian kebudayaan lokal dari pengaruh globalisasi, penggalian dan pengembangan bentuk-bentuk seni budaya dalam wujud kreativitas yang inovatif sehingga nilai-nilai kearifan lokal tetap terjaga serta sebagai wahana untuk pengembangan ekonomi kreatif yang menjadi sasaran pengembangan ekonomi masyarakat Kota Denpasar. Untuk menghindari kesan monoton maka Deva Communication sebagai event organizerkegiatan Denpasar Festival ini membuat perbedaan terhadap tema Denpasar Festival dari tahun ke tahun, yang dikemas secara lebih kreatif. Berikut ini tema-temaDenpasar Festival

dapat dilihat dalam Tabel 1.1

Tabel 1.1

Tema dari PenyelenggaraanDenpasar Festival 2008 - 2014

NO Tahun Tema Makna Tema

1 2008 Inspirational Memories

Membangkitkan kembali citra kawasan Jalan Gajah Mada sebagai pusat kota dan pusat perbelanjaan, juga melestarikan kawasan tersebut sebagai kawasan bersejarah sehingga dapat menjadi daya tarik wisata budaya di Kota Denpasar.

2 2009 Embracing Tomorrow

Memiliki makna menyongsong masa depan gemilang.

7

Tabel 1.1

Tema dari PenyelenggaraanDenpasar Festival 2008–2014 (Lanjutan)

NO Tahun Tema Makna Tema

3 2010 Buana Citra Kara-Ranah Bertabur Kreasi dan Prestasi

Kegiatan ini menghadirkan puncak-puncak kekayaan ekspresi serta kreatifitas yang lekat dengan Kota Denpasar ditransformasi melalui ragam seni budaya, ragam kuliner, ragam tekstil, ragam desain, dan arsitektur, ragam

florikultura, ragam kreativitas komunitas, serta berbagai ragam potensi & produk unggulan.

4 2011 Baris: Refleksi Semangat Heroisme Kota Denpasar

Bersarikan pembentukan karakter kota dan manusianya yang jujur, cerdas, tangguh, dan peduli.

5 2012 Denpasar

Kotaku, Rumahku

Mengandung makna bagaimana tatanan yang menjadi falsafah ruang di dalam rumah diimplementasikan dalam skala yang lebih besar yaitu kota untuk tujuan yang sama, yaitu mencapai keharmonisan.

6 2013 Denpasar Creative in Motion

Sebagai puncak kreasi, apresiasi dan prestasi Kota Denpasar, mempresentasi-kan perpaduan potensi, spirit, dan nilai-nilai kearifan lokal dengan modernitas.

7 2014 Dharma Cipta Mahabudaya

Mensyaratkan sebuah kesadaran bahwa potensi kreatif Kota Denpasar adalah muara inspirasi dan aksi bagi pengembangan Denpasar sebagai destinasi yang memiliki identitas dan nilai-nilai kehidupan yang kuat, unik, dan progresif.

8

Mencermati tema-tema di atas, mengisyaratkan bahwa Pemerintah Kota Denpasar senantiasa selalu berjuang untuk memajukan masyarakatnya dengan meningkatkan semangat wirausaha dan kreativitasnya, tanpa meninggalkan local genius yang dimiliki oleh masyarakat Kota Denpasar. Berawal dari keinginan untuk menghidupkan kembali semua potensi unggul yang dimiliki Kota Denpasar, serta ruang lingkup historis kota, dalam hal ini zonaheritage(pusaka) Jalan Gajah Mada, persimpangan 0 Km, taman kota, dan ruas Jalan Veteran sebagai sebuah sentral kreatif atau pusat perekonomian dengan Pasar Badung dan Pasar Kumbasarinya.

Denpasar Festival adalah ajang penampilan kekayaan budaya kreatifitas masyarakat Kota Denpasar yang dirancang sebagai ajang unjuk kreativitas masyarakat Kota Denpasar yang lebih bersifat inklusif di mana masyarakat dapat ikut menikmati dan berperan secara aktif menampilkan hasil-hasil kreasi unggulan mereka. Kegiatan Denpasar Festival ini terselenggara atas kerjasama Instansi Pemerintah Kota Denpasar dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait dan Deva Communication sebagai event organizer. Denpasar Festival adalah momentum perayaan akhir tahun yang selalu ramai riuh, penuh kegairahan dan semangat masyarakat yang menggebu-gebu untuk menikmati segala hal yang tersaji.

Berdasarkan hasil pengamatan selama ini, peneliti melihat bahwa Denpasar Festivalmasih terkesan sebagai pagelaran hiburan untuk rakyat atau pesta rakyat, sedangkan salah satu tujuan dari penyelenggaraan Denpasar Festival ini adalah untuk mengembangkan pariwisata perkotaan yang diminati oleh wisatawan, baik

9

pengunjung yang datang untuk menyaksikan pagelaran Denpasar Festival adalah wisatawan lokal, yakni penduduk Kota Denpasar dan sekitarnya. Kenyataan ini memberi indikasi bahwa penyelenggaraanDenpasar Festivalsebagai upaya untuk mendukung pengembangan pariwisata berbasis ekonomi kreatif di Kota Denpasar belum mencapai tujuan secara optimal, mengingat pengembangan pariwisata perkotaan menurut Shelby (dalam Antariksa, t,t) lebih difokuskan kepada konsep “place marketing” atau “menjual suatu tempat” dengan cara memberikan citra

tertentu pada suatu wilayah geografis agar menarik perhatian kalangan bisnis dan wisatawan.

Masalah lainnya adalah pola pengembangan Denpasar Festival masih menggunakan pendekatan top-down. Dalam beberapa kali penyelenggaraannya, masyarakat memang tidak menunjukkan partisipasi dalam tahap awal (dalam perencanaan) kegiatan Denpasar Festival tersebut. Partisipasi masyarakat dilibatkan pada tahap sosialisasi dan pelaksanaannya saja. Pendekatan ini tentu saja tidak sesuai dengan paradigma pembangunan berbasis masyarakat yang mengutamakan pendekatan bottom-up. Masalah lainnya adalah penataan lapak kuliner yang dirasa kurang nyaman bagi pedagang, serta fasilitas umum yang kurang memadai juga merupakan masalah yang ditemukan. Hal ini tentu saja membutuhkan perencanaan yang lebih matang untuk ke depannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan

Denpasar Festival sebagai upaya untuk mendukung terwujudnya pariwisata berbasis ekonomi kreatif di Kota Denpasar masih menyimpan sejumlah permasalahan yang menarik untuk dikaji. Pemahaman terhadap permasalahan

Dokumen terkait