• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Pendirian dan Sejarah Singkat Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERPUSTAKAAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA (MKRI)

A. Latar Belakang Pendirian dan Sejarah Singkat Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Pada bab ini penulis dalam mendapatkan sumber data, penulis peroleh melalui brosur dan website resmi Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Wawancara yang dilakukan dengan pihak yang ada kaitannya dengan subjek penelitian ini, yaitu koordinator perpustakaan dan pustakawan Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah Perpustakaan khusus yang mengoleksi informasi tentang Hukum dan Tata Negara, serta informasi yang berkaitan dengannya seperti Politik, Administrasi Negara serta Sejarah dan Biografi.

Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia merupakan unit pendukung bagi Hakim Konstitusi, Tenaga Ahli, serta Peneliti di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia secara organisasi berada di bawah Pusat Penelitian dan Pengkajian, Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia secara administratif mulai berdiri sejak Agustus 2004 bersamaan dengan lahirnya SK

37

Sekjen MKRI NO.357/Kep/Set.MK/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, namun secara operasional Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia baru berjalan mulai Januari tahun 2005.

Sedangkan secara fungsional kedudukan Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia mendukung langsung kepada hakim konstitusi dalam membuat keputusan melalui ketersediaan referensi dan literatur.

Berdirinya Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia diawali dengan diadopsinya ide Mahkamah Konstitusi (Constitutional Court) dalam amandemen konstitusi yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 2001 sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan Pasal 7B Undang-Undang Dasar 1945 hasil Perubahan Ketiga yang disahkan pada 9 Nopember 2001. Ide pembentukan Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu perkembangan pemikiran hukum dan kenegaraan modern yang muncul di abad ke-20.

Dilihat dari sejarah berdiri dan perkembangan mahkamah konstitusi di dunia diawali dari kasus Madison versus Madbury di Amerika Serikat. Pada awalnya manfaat dari Mahkamah Konstitusi berkaitan dengan keperluan untuk mengadakan pengujian terhadap konstitusionalitas undang-undang yang ditetapkan parlemen. Inti perdebatan dalam kasus tersebut adalah bahwa Mahkamah Agung Amerika Serikat yang dipimpin John Marshall ditantang untuk melakukan pengujian (review atau toetsting) atas konstitusionalitas undang-undang yang ditetapkan oleh Konggres. Keputusan Madbury melawan

Madison pada tahun 1803 itu sangat populer dan diyakini sebagai awal kelahiran Judicial Review di USA

Di Indonesia, konstitusi pertama kali adalah UUD 1945 yang disahkan dalam Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945 berdasarkan naskah yang dipersiapkan oleh satu badan bentukan pemerintah Jepang yang diberi nama “Dokuritsi Zyunbi Tyoosakai” atau Badan Penyelidik.

Awal berdirinya, Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia hanya memiliki satu orang pengelola dan hanya tersedia 200 eksemplar buku, serta menggunakan ruangan 4 x 6 meter persegi.

Pada tahun 2005 sumber daya manusia (SDM) di Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia menjadi 3 orang, dan koleksi-koleksi buku bertambah menjadi 1500 eksemplar dengan satu unit komputer. Pada tahun 2007 Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia menempati ruangan baru di lantai 5. Dan pada tahun 2008 terjadi pengembangan ruang di lantai 6 dengan desain khusus, 4 sumber daya manusia (SDM), jumlah koleksi buku mencapai 7000 eksemplar dan terpasang Sistem Pengaman (RFID).

Kemudian pada tahun 2009 terjadi pengembangan lantai 6 dan 16, dengan 5 sumber daya manusia (SDM), dan untuk jumlah koleksi buku menjadi 12.000 eksemplar ditambah dengan koleksi e-Book. Selanjutnya pada tahun 2010, Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dilengkapi dengan kebutuhan infrastruktur di lantai 5, 6 dan 16 dengan jumlah koleksi mencapai 7.243 judul dan 14.308 eksemplar.

39

Kemudian Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia mulai melakukan legalisasi fungsional sumber daya manusia (SDM) serta peningkatan kualitas berstandar kompetensi tersertifikasi. Selanjutnya, Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia melakukan eksistensi organisasi baru dalam program reformasi birokrasi maupun kerjasama dengan perpustakaan institusi lain.

Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia bukan hanya untuk kepentingan intern Lembaga Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia seperti kebutuhan informasi bagi hakim konstitusi, panitera pengganti maupun peneliti, namun juga membuka kesempatan seluas-luasnya kepada publik. Misalnya praktisi hukum, peneliti dari perguruan tinggi dan pemerhati hukum lainnya untuk menggunakan Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

“Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia juga menjalin kerjasama dengan Pusat Kajian Konstitusi (PKK) di 39 perguruan tinggi, perpustakaan nasional sebagai pembina. Kegiatan selain itu, Mahkamah Konstitusi juga turut serta dalam pameran, book fair, penyebaran informasi melalui leaflet, brosur dan lainnya1”.

Visi dan misi Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah sebagai berikut:

1

Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI). Diakses pada tanggal 27 April 2014 Jam 23.25 WIB dari

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=website.BeritaInternalLen gkap&id=3935.

Visi :

Menjadi Perpustakaan dan Pusat Informasi Hukum Terlengkap di Indonesia.”

Misi :

“Untuk Mewujudkan Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia sebagai Perpustakaan yang menyediakan referensi hukum yang terlengkap di Indonesia dan Membantu tugas, fungsi dan kewajiban konstitusional Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dalam membangun masyarakat

Indonesia yang sadar Konstitusi”.

Secara struktural organisasi Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia berada dibawah Pusat Penelitian dan Pengkajian, Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat di lampiran pada gambar struktur organisasi mahkamah konstitusi.

B. Anggaran

Faktor penunjang yang sangat diperlukan untuk pengembangan perpustakaan adalah dana. Apabila sumber dana kecil akan menyebabkan suatu perpustakaan sulit untuk maju di dalam pengembangan informasi untuk mengikuti tuntutan jaman yang semakin modern di dalam segala bidang.

Sumber anggaran yang diperoleh oleh pihak Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia berasal dari 2 sumber yaitu:

41

1. Anggaran Rutin

Yaitu pihak perpustakaan mendapatkan dana yang diperoleh untuk koleksi perpustakaan melalui DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) yang diterima setiap 1 tahun sekali. Pihak perpustakaan terlebih dahulu mengajukan RAB (Rencana Anggaran Belanja) untuk mencairkan anggaran yang berasal dari DIPA.

2. Anggaran Tidak Rutin

Untuk anggaran tidak rutin pihak Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia bantuan yang diperoleh berasal dari kerjasama dengan Asia Foundation, bantuan yang diperoleh tidak hanya berupa bantuan dana tetapi juga berupa tambahan koleksi yang berkaitan dengan koleksi secara umum seperti aplikasi teknologi, psikologi, dan lain-lain.

Dokumen terkait