• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang

Pengangguran di Indonesia semakin hari semakin meningkat jumlahnya seiring dengan berjalannya waktu. Meningkatnya pengangguran di Indonesia menuntut setiap orang untuk dapat terus bertahan serta dapat mempunyai inisiatif sendiri dalam membuka usaha maupun berwirausaha guna menyambung hidup, karena berwirausaha merupakan alternatif yang tepat dalam mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Para pencari kerja baik yang mempunyai gelar sarjana ataupun tidak harus bersaing untuk mendapatkan pekerjaan pada lapangan kerja yang terbatas.

Adapun penyebab masalah pengangguran terdidik adalah banyaknya sarjana bertujuan hanya mencari pekerjaan, bukan menciptakan lapangan pekerjaan. Seorang wirausahawan adalah pribadi yang mandiri dalam mengejar prestasi, ia berani mengambil risiko untuk mulai mengelola bisnis demi mendapatkan laba (Machfoedz, 2005:9).

Menjadi seorang wirausaha (entrepreneur) adalah alternatif yang bijaksana, selain dapat menciptakan lapangan kerja sendiri, juga dapat membantu orang lain. Dan bila usahanya maju dapat menyerap semakin banyak tenaga kerja sehingga dapat membantu lebih banyak orang.

Dunia berwirausaha merupakan dunia tersendiri yang unik, itu sebabnya mengapa entrepreneur atau wirausahaan dituntut untuk selalu kreatif, inovatif dan

berdaya saing disetiap waktu. Tuntutan untuk menjadi wirausahaan yang berhasil bukanlah menjadi sesuatu yang sangat berat bagi seorang yang mengalami proses pembelajaran.

Menurut Purwono (2008:19), “berwirausaha berarti Menyamakan watak seseorang, pribadi dan perekonomian.” Oleh karena itu, berwirausaha merupakan sebuah pekerjaan atau karir yang harus bersifat fleksibel, dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil risiko, mengambil keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Syarat berwirausaha harus memiliki kemampuan untuk menemukan dan mengevaluasi peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu. Ini artinya diperlukan sebuah kemandirian pribadi.

Kemandirian Pribadi adalah kemampuan untuk mengandalkan diri sendiri dalam upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru tanpa harus bergantung dengan orang lain, mulai dari menciptakan ide, menetapkan tujuan, sampai pada pencapaian kepuasan. Kemandirian pribadi direfleksikan dalam bentuk kemampuan mengerjakan suatu pekerjaan yang baik dan benar sesuai dengan kapasitas yang ada dalam dirinya. Disamping kemandirian pribadi diperlukan juga motivasi.

Motivasi bukanlah suatu perilaku, motivasi adalah pernyataan internal yang kompleks yang tidak dapat dipelajari secara langsung, tetapi pernyataan internal kompleks itu mempengaruhi perilaku yaitu berani bersikap, otonomi dan mampu mewujudkan sesuatu. Menurut Uno (2007:53) motivasi merupakan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan

dengan adanya hasrat dan minat, dorongan dan kebutuhan, harapan dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan. Untuk memulai dan menjalankan usaha dengan baik pada dasarnya seorang wirausaha harus memiliki bekal pengetahuan tentang kewirausahaan. Karena hal itu menjadi salah satu pendorong wirausahawan untuk mencapai keberhasilan usahanya.

Pengetahuan kewirausahaan memiliki peran yang sangat penting dalam menjalankan usaha pakaian ini. Secara umum pengetahuan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui atau berkenaan dengan segala sesuatu. Pengetahuan memungkinkan manusia mengembangkan keterampilan yang berguna bagi kehidupan. Beberapa bentuk pengetahuan yang harus dimiliki seorang wirausahawan yaitu pengetahuan mengenai usaha yang akan dirintis dan pengetahuan akan lingkungan usaha disekitarnya yang akan mempengaruhi kegiatan wirausaha, pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab, pengetahuan kepribadian dan kemampuan diri, dan pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis (Suryana, 2006:4).

Keberhasilan usaha dapat diindikasikan dalam lima hal yaitu peningkatan omset, peningkatan laba, pertumbuhan jumlah konsumen atau pelanggan, daya saing yang meningkat dan adanya kompetensi pada usaha yang sejenis. Ukuran keberhasilan usaha yaitu mampu memberikan kepuasana kepada pelanggan. Semakin banyak pelanggan yang menerima produk atau jasa yang ditawarkan, maka mereka semakin puas, dan ini berarti strategi yang dijalankan sudah cukup berhasil. Ukuran mampu meraih pelanggan sebanyak mungkin hanya merupakan salah satu ukuran bahwa strategi yang dijalankan cukup baik. Masih ada lagi

ukuran lain misalnya tingkat laba yang diperoleh dan lain sebagainya (Kasmir 2006:172)

Ada banyak bentuk usaha yang bisa dilakukan oleh masyarakat, dan salah satunya adalah dalam bentuk penjualan pakaian yang terletak di jalan Halat. Jalan Halat Selalu ramai oleh kendaraan yang melintas setiap harinya. Jalan Halat merupakan tempat strategis bagi para pedagang yang membuka usaha di sepanjang jalan Halat tersebut. Jalan Halat ini setiap harinya ramai dikunjungi masyarakat dan berhenti untuk membeli sesuatu karena banyak pedagang-pedagang yang berjualan sehingga Masyarakat yang melintasi jalan Halat tertarik untuk membeli. Produk yang dijual juga berkualitas baik dan harga yang di tawarkan cukup terjangkau di bandingkan dengan membeli pakaian di mall.

Berdasarkan hasil pra survey yang telah peneliti lakukan, di sepanjang jalan Halat terdapat banyak toko pakaian, tentunya pasti banyak pesaing. Tetapi, kenapa masyarakat banyak tertarik dan berjualan di sepanjang jalan Halat sehingga di sepanjang jalan Halat ini semakin hari semakin ramai di penuhi para pedagang pakaian. Pedagang-pedagang yang berjualan di jalan Halat antara lain pedagang pakaian, pedagang kelontong, pedagang parfum, Pedagang makanan, Loundry dan lain-lain. Kondisi pedagang pakaian di jalan Halat medan dapat dilihat dari Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1

Spesifikasi & Jumlah Pedagang

Sumber : Data Primer yang di peroleh di lapangan bulan mei 2016

Dari Tabel dapat dilihat spesifikasi dan jumlah pedagang di jalan Halat medan tahun 2016 didominasi pedagang -pedagang pakaian sebanyak lima puluh (50) pedagang atau 33,3%, pedagang Makanan sebanyak tiga puluh lima (35) pedagang atau 23,5%, Loundry 25 pedagang atau 16,6%, Pedagang Parfum sebanyak dua puluh (20) pedagang atau 13,3 %, Pedagang Kelontong sebanyak dua puluh (20) pedagang atau 13,3%, dan pedagang yang paling banyak adalah pedagang yang menjual pakaian untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan tempat tinggal di sepanjang jalan Halat bahkan rumah yang ditempati sekalipun, sehingga mudah bagi para wirausaha untuk mengembangkan usaha tersebut.

Berdasarkan lama usaha juga dilakukan pra survey terhadap 15 orang pemilik usaha pakaian di jalan Halat dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2

Berdasarkan Lama Usaha

No Kategori (Tahun) Jumlah Usaha

1 < 1 2

2 1-10 7

3 10-20 6

Total 15

Sumber : Data Primer yang di peroleh di lapangan bulan Juni 2016

No Spesifikasi Jumlah Pedagang

1. Pedagang pakaian 50 2. Pedagang Makanan 35 3. Loundry 25 4. Pedagang Parfum 20 5. Pedagang Kelontong 20 Jumlah 150

Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar pemilik usaha pakaian rata – rata usaha nya telah lebih dari 1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa wirausahawan memiliki cukup pengalaman dalam berwirausaha.

Dari fenomena tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Kemandirian Pribadi, Motivasi, dan Pengetahuan Kewirausahaan terhadap Keberhasilan Usaha Pakaian Pada Jalan Halat Medan.

Dokumen terkait