• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi perusahaan mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, serta perubahan posisi keuangan perusahaan, dimana informasi ini sangat diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat keputusan. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas, serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Informasi kinerja keuangan perusahaan, terutama profitablitas, diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan. Semua informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan sangat diperlukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan, baik itu pihak eksternal maupun pihak internal perusahaan.

Untuk menyediakan informasi keuangan yang baik dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan maka perusahaan harus menyediakan informasi keuangan yang memenuhi standar akuntansi keuangan. Standar akuntansi keuangan yang mampu memberikan informasi keuangan bagi pihak-pihak berkepentingan, terutama investor tentunya adalah standar yang diakui oleh perusahaan secara global. Standar akuntansi keuangan yang diakui untuk saat ini adalah International Financial Reporting Standard (IFRS). Bagi

Indonesia, konvergensi IFRS dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin daya saing perusahaan nasional didalam persaingan global. Sejak Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendeklarasikan rencana Indonesia untuk melakukan konvergensi terhadap IFRS dalam pengaturan standar akuntansi keuangan pada tahun 2008, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan mengalami banyak perubahan yang disesuaikan dengan International Financial Reporting Standard (IFRS). Adapun posisi IFRS yang telah diadopsi ke PSAK sejak tahun 2009 hingga tahun 2011 sebagai upaya konvergensi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

RS/IAS yang sudah diadopsi ke dalam PSAK pada tahun 2009

1. IFRS 2 Share-based payment

2. IFRS 4 Insurance contracts

3. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations

4. IFRS 6 Exploration for and evaluation of mineral resources 5. IFRS 7 Financial instruments: disclosures

6. IAS 1 Presentation of financial statements

7. IAS 27 Consolidated and separate financial statements 8. IAS 28 Investment in associates

9. IFRS 3 Bussiness combination

10.IFRS 8 Segment reporting

11.IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors

12.IAS 12 Income taxes

13.IAS 21 The effects of changes in foreign exchanges rates 14.IAS 26 Accounting and reporting by retirement benefit plans 15.IAS 31 Interests in joint ventures

16.IAS 36 Impairment of assets

17.IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent assets 18.IAS 38 Intangible assets

Tabel 1.2

IFRS/IAS yang sudah diadopsi ke dalam PSAK pada tahun 2010 1. IAS 7 Cash flow statement

2. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of government assistance

3. IAS 24 Related party disclosures

4. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies 5. IAS 33 Earning per share

6. IAS 34 Interim financial reporting 7. IAS 41 Agriculture

Tabel 1.3

IFRS/IAS yang sudah diadopsi ke dalam PSAK pada tahun 2011 1. IAS 40 Investment property

2. IAS 16 Property, plant and equipment 3. IAS 23 Borrowing costs

4. IAS 39 Financial instruments: recognition and measurement

International federation of accountants (IFAC) mengungkapkan bahwa standar akuntansi internasional tunggal adalah kunci untuk perkembangan ekonomi ketika mayoritas responden (89%) merasa terpenuhi dengan IFRS adalah sangat penting (IFAC, 2007). AICPA (American Institute of certified Public Accountant) juga mendukung pergerakan kearah pemusatan pada satu standar akuntansi global dan penggunaan IFRS untuk laporan keuangan, dengan mengenali bahwa “perubahan perlu terjadi pada auditing, pengaturan, dan lingkungan legal Amerika “ (AICPA, 2007).

Rencana Indonesia untuk melakukan konvergensi IFRS melalui tiga tahapan pengadopsian dinilai banyak kalangan sudah tepat karena masih banyak perusahaan yang belum memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai IFRS. Tahapan pertama, merupakan proses untuk mengadopsi

keseluruhan IFRS ke PSAK, mempersiapkan infrastruktur dan mengevaluasi dampak-dampak apa saja yang akan terjadi pasca penerapan IFRS. Tahapan kedua dilakukan tahun 2011 untuk menuju persiapan akhir sebelum melakukan implementasi keseluruhan isi dari IFRS yang dilaksanakan pada tahun 2012. Tahapan ketiga adalah implementasi PSAK yang telah konvergen dengan IFRS.

Tahapan pertama konvergensi IFRS ke PSAK dimulai dengan adanya revisi yang dilakukan atas PSAK yang dimulai pada tahun 2009. Beberapa PSAK yang mengalami revisi 2009, yaitu PSAK NO 1 (Penyajian Laporan Keuangan), PSAK NO 2 (Laporan Arus Kas), PSAK NO 4 (Laporan Keuangan Konsolidasi dan Laporan Keuangan Tersendiri), PSAK NO 5 (Segmen Operasi), PSAK NO 15 (Investasi pada Entitas Asosiasi), PSAK NO 25 (Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi, dan Kesalahan), PSAK NO 31 (Instrumen Keuangan:Penggungkapan), PSAK NO 48 (Penurunan Nilai Aset), PSAK NO 57 (Kewajiban Estimasi, Kewajiban Kontingensi, dan Aset Kontingensi), dan PSAK NO 58 (Aset Tidak Lancar yang dimiliki untuk dijual dan Operasi yang Dihentikan). Selain revisi yang dilakukan atas PSAK pada tahun 2009, revisi terus dilakukan atas PSAK di tahun 2010, dan 2011. Hal ini dilakukan untuk penyempurnaan konvergensi IFRS ke PSAK.

Tahapan ketiga konvergensi IFRS di Indonesia adalah implementasi keseluruhan isi IFRS yang dilaksanakan pada tahun 2012. Namun beberapa perusahaan sebenarnya telah menerapkan IFRS beberapa tahun sebelumnya walaupun belum secara keseluruhan. Beberapa perusahaan multinasional sejak tahun 2011 telah mulai menerapkan Standar Akuntansi Keuangan yang telah

direvisi pada tahun 2009 dan 2010. Dari PSAK yang telah direvisi beberapa diantaranya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasi perusahaan, namun banyak juga yang tidak memberikan pengaruh atas revisi yang dilaksanakan pada PSAK. Beberapa diantara PSAK yang memberikan pengaruh signifikan pada laporan keuangan konsolidasi perusahaan, diantaranya PSAK NO 1 ( revisi 2009), PSAK NO 4 (revisi 2009), PSAK NO 5 (revisi 2009), dan PSAK NO 7 (revisi 2010).

Bagi perusahaan yang telah mulai menerapkannya sebelum tahun 2012 maka akan mendapatkan pengalaman-pengalaman berharga dan dapat dijadikan tolak ukur keuangan perusahaan pada tahun sebelum dan setelah diterapkannya IFRS secara keseluruhan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan merumuskan judul, PENGARUH PENERAPAN IFRS TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BEI.

Dokumen terkait