• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Usulan Program Pelatihan Berkhotbah bagi Prodiakon di Stas

1. Latar Belakang Usulan Program

Gereja sebagai persekutuan umat beriman kristiani senantiasa mengalami perkembangan jumlah umat dari masa ke masa. Namun perkembangan umat ini tidak seimbang dengan pertambahan jumlah pelayan umat yang tertahbis (imam) maupun kaum religius (suster, frater, bruder). Jumlah imam dalam suatu paroki tidak sebanding dengan umat yang dilayaninya. Sebagai contohnya, seorang imam di paroki Santo Petrus Ujoh Bilang, Mahakam Hulu-Kalimantan Timur harus membawahi 8 stasi dan pusat paroki dengan jumlah umat yang sangat banyak.

Menanggapi keprihatinan di atas, Gereja mengangkat beberapa kaum awam yang dipilih dari kaum beriman kristiani untuk membantu imam melaksanakan tugas pelayanan Gereja, salah satunya dengan menjadi prodiakon paroki. Prodiakon adalah tenaga sukarela Gereja. Mereka adalah kaum awam yang

memiliki dedikasi yang sangat tinggi, tanpa ataupun dengan upah, rela berkorban (waktu, tenaga, pikiran, materi) demi melayani umatnya, bahkan melayani umat yang berada di tempat terpencil. Mereka adalah pelayan yang selalu berusaha mewujudkan semangat Injil dalam hidup dan karya pelayanan mereka.

Dengan terpilihnya mereka menjadi pelayan Gereja, sangat diharapkan agar prodiakon dapat menjadi partner kerja dengan pemimpin Gereja setempat. Bentuk kerjasama ini diwujudkan dalam tritugas Kristus, yaitu tugas imami, rajawi dan kenabian. Tugas imami ini diwujudkan dengan memimpin ibadat sabda dengan menyambut Tubuh Tuhan dan berbagai ibadat sakramentali lainnya, serta membagikan sakramen kepada umat. Tugas sebagai rajawi mereka wujudkan dengan memimpin, memotivasi, membina danmengarahkan umat agar mau ikut terlibat di dalam tugas perutusan Gereja. Sedangkan tugas nabi mereka wujudkan dengan mewartakan karya keselamatan Allah kepada umat agar semakin beriman mendalam kepada Kristus melalui khotbah, pendalaman iman, keteladanan hidup sehari-hari dan berbagai kegiatan rohani lainnya. Melalui tritugas ini, prodiakon berusaha mengaktualisasikan diri mereka demi perkembangan Gereja.

Di stasi Santa Veronika Batu Majang, selain dipercaya untuk melaksanakan tugas perutusan Gereja lainnya, para prodiakon juga dipercayakan untuk menyampaikan khotbah kepada umat pada saat ia memimpin Ibadat Sabda tanpa imam ataupun dalam ibadat sakramentali. Khotbah sendiri merupakan salah satu tugas ministry Gereja yang sangat sentral untuk menjelaskan misteri iman (Sabda Tuhan) dan norma-norma hidup kristiani secara langsung kepada umat yang sedang berkumpul dalam perkumpulan doa atau liturgi (KHK kan. 767 art. 1).

Oleh karena itu, khotbah harus selalu disampaikan sebaik mungkin dan sesuai dengan kehidupan umat setempat.

Dalam kenyataannya, para prodiakon di stasi Santa Veronika Batu Majang belum mendapatkan pelatihan secara khusus dalam berkhotbah dan mereka harus menyiapkan khotbahnya sendiri. Hal ini tentunya menjadi sulit bagi prodiakon yang tidak mempunyai dasar untuk itu. Namun, berdasarkan hasil deskripsi data secara keseluruhan telah menunjukkan bahwa prodiakon di stasi Santa Veronika Batu Majang sudah memiliki kemampuan berkhotbah yang baik dari sudut pandang umat, baik dari aspek pengetahuannya, keterampilan maupun spiritualitas hidupnya. Hal ini ditunjukkan dari hasil nilai mean data keseluruhan dan data setiap aspek yang mendekati skor maksimal, yaitu nilai mean data keseluruhan sebesar 255,9652. Sedangkan nilai mean aspek pengetahuan sendiri sebesar 26,6174, yang menunjukkan bahwa para prodiakon mampu memahami beberapa hal yang ditanyakan dalam pernyataan instrumen aspek pengetahuan. Nilai mean aspek keterampilan sendiri diperoleh 192,0522, yang menunjukkan keterampilan berkhotbah para prodiakon berada dalam kriteria mampu atau terampil. Sedangkan untuk aspek spiritualitas diperoleh nilai sebesar 37,2957, yang menunjukkan para prodiakon sangat mampu dalam menerapkan pesan-pesan khotbah yang disampaikannya dalam hidup sehari-hari serta sangat mampu menghayati spiritualitasnya sebagai seorang prodiakon.

Pengetahuan dan keterampilan dalam berkhotbah, yang diimbangi dengan penghayatan spiritualitas hidup sangat penting dimiliki oleh prodiakon. Sebagai seorang yang dipercaya untuk mengemban tugas pewartaan melalui khotbah,

penting bagi mereka untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai berkaitan dengan khotbah. Dengan pengetahuan ia dapat tahu apa yang harus dilakukan dan pada akhirnya dapat terarah ketika menyiapkan, menyampaikan dan mengevaluasi khotbahnya (menjadi terampil).

Pengetahuan ini dapat diperoleh dengan berbagai informasi melalui membaca buku, menonton, mengikuti berbagai kegiatan seperti seminar, sharing dalam kelompok siapa atau apa saja, workshop, dan sebagainya sejauh mendukung tugas pelayanannya. Dari segi pengetahuan, para prodiakon dituntut untuk mampu memahami tafsir Kitab Suci, ajaran-ajaran Gereja, masalah-masalah sosial yang terjadi, bahasa yang digunakan, pemahamannya akan keterampilannya dalam berkhotbah dan pengetahuan akan spiritualitas hidupnya. Berdasarkan hasil analisis data, wawancara dan studi dokumen mengenai pengetahuan tersebut menunjukkan bahwa prodiakon di stasi Santa Veronika Batu Majang sudah mempunyai pengetahuan yang baik. Mereka mampu membahasakan atau menerjemahkan pesan khotbah ke dalam bahasa umat, mampu mengangkat masalah yang terjadi pada umat ke dalam khotbahnya, dan cukup terampil ketika menyampaikan khotbahnya, sertamampu menghayati spiritualitas hidupnya sebagai seorang prodiakon.

Dari aspek keterampilan sendiri, para prodiakon dituntut untuk mampu menyiapkan, menyampaikan dan mengevaluasi khotbahnya dengan baik. Keterampilan dalam berkhotbah ini dapat diperoleh oleh prodiakon dengan melatih dirinya sendiri (atau dalam kelompok) secara terus menerus ataupun pihak paroki dapat mengusahakan kegiatan yang dapat mendukung tugas pelayanan

tersebut. Berdasarkan analisis data kuesioner diperoleh bahwa kemampuan prodiakon dari aspek ketrampilan berada dalam kriteria yang mampu. Hal tersebut sungguh baik karena menurut pandangan umat, prodiakon sudah mampu menyiapkan, membawakan dan mengevaluasi khotbahnya dengan baik. Namun sedikit berbeda pada hasil wawancara yang diperoleh dan dari ungkapan prodiakon di stasi Santa Veronika sendiri menunjukkan bahwa prodiakon masih kurang maksimal dalam mengasah daya kreasi mereka (mandeg kreativitas) untuk menggunakan alat-alat peraga dalam berkhotbah dan masih belum maksimal dalam melakukan evaluasi terhadap penampilan berkhotbahnya. Melihat kenyataan tersebut, maka bagian dari sub variabel inilah yang memerlukan tindakan khusus dan lebih lanjut lagi agar prodiakon sendiri semakin maksimal dalam menyampaikan khotbahnya dengan lebih kreatif agar mampu menarik perhatian umat untuk mau mendengarkan khotbahnya sehingga mereka semakin beriman dan diselamatkan dalam Kristus.

Pengetahuan dan keterampilan yang memadai tidak berarti apa-apa jika tidak diimbangi dengan penghayatan semangat atau spiritualitas dalam hidup sehari-hari. Untuk itu, para prodiakon dituntut untuk mampu menghayati spiritualitas hidupnya dan mampu pula menerapkan pesan-pesan khotbah yang diwartakannya. Hal ini sangat penting agar para prodiakon semakin digerakkan dan dihidupkan dalam mewartakan Sabda Tuhan, serta agar hidupnya sendiri dapat sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan (atau sesuai dengan apa yang diwartakannya) sehingga mampu menjadi teladan bagi umatnya. Berdasarkan hasil analisis data dan wawancara diperoleh hasil yang signifikan, di mana

prodiakon sudah dianggap sangat mampu menghayati spiritualitas hidupnya dan mampu menerapkan pesan-pesan khotbah ke dalam hidupnya sehari-hari.

Spiritualitas ini dapat diperoleh dengan memotivasi dirinya sendiri atau sharing dalam kelompok pewarta agar mereka semakin mampu menghayati spiritualitas mereka sebagai prodiakon paroki ataupun penghayatan atas nilai-nilai dasar yang mereka anggap penting dalam hidup dan pelayanan mereka. Selain itu, spiritualitas ini juga dapat dibina oleh pihak paroki dengan melakukan kegiatan yang kiranya makin menumbuhkembangkan semangat atau spiritualitas para prodiakonnya, misalnya pembinaan spiritualitas melalui sharing bersama, outbond, pendalaman iman, atau pertemuan-pertemuan yang mendukung untuk itu. Dengan melaksanakan pembinaan spiritualitas ini, niscaya prodiakon akan semakin diteguhkan dan semakin bersemangat dalam membantu karya kerasulan Gereja demi penghayatan dan pengembangan iman umat ke arah yang lebih baik.

Bertolak dari pemaparan di atas dan mengingat pentingnya peranan para prodiakon di stasi Santa Veronika Batu Majang dalam menyampaikan Sabda Tuhan kepada umat melalui khotbah, maka penulis akan mengusulkan suatu program pendampingan melalui pelatihan berkhotbah para prodiakon yang ada di stasi Batu Majang sebagai pengembangan lebih lanjut. Model pelatihan ini dipilih karena mengingat dari hasil penelitian bahwa para prodiakon di stasi Santa Veronika Batu Majang sudah memiliki kemampuan berkhotbah yang baik, maka pelatihan ini sebagai pengayaan kembali akan hal-hal yang perlu diperhatikan (yang masih kurang maksimal) dan sebagai pengembangan lebih lanjut agar para prodiakon semakin tahu dan paham mengenai hal-hal baru dan tepat berkaitan

dengan khotbah. Melalui pelatihan berkhotbah ini diharapkan agar semakin mampu mempertahankan, lebih meningkatkan, serta mengembangkan pengetahuan, keahlian atau keterampilan maupun sikap para prodiakon dalam berkhotbah yang sudah dimilikinya. Dengan memiliki kemampuan berkhotbah yang lebih memadai, maka para prodiakon diharapkan mampu menggerakkan umat dan membawa agar mereka semakin beriman kepada Yesus Kristus.

Kegiatan pelatihan ini dapat dilakukan di Gereja stasi Santa Veronika Batu Majang (atau menyesuaikan) dengan waktu 4 hari berturut-turut. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dalam Minggu Adven I pada bulan Desember 2013 seiring dengan pergantian tahun liturgi. Mengingat bahwa belum diadakannya program pelatihan berkhotbah secara keseluruhan untuk para prodiakon yang ada di wilayah paroki Santo Petrus Ujoh Bilang, maka kegiatan ini terbuka bagi para prodiakon lainnya, para katekis, para ketua umat, ketua lingkungan, guru Agama atau bagi para pemerhati Gereja yang sekiranya sering mendapat tugas untuk berkhotbah. Oleh karena itu, perlu adanya koordinasi dari pihak panitia penyelenggara dengan masing-masing pengurus stasi lainnya.

Dokumen terkait