BAB I PENDAHULUAN
B. Belanja Daerah
1. Belanja Tidak Langsung
Belanja Tidak Langsung direncanakan seefisien mungkin guna mencukupi kebutuhan riil penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan umum kepada masyarakat:
a. Belanja Pegawai
1) Gaji dan tunjangan pegawai dihitung dengan memperhatikan kenaikan gaji pokok 7% mengacu pada Nota Keuangan RAPBN Tahun Anggaran 2013 dan maksimum accres 2,5%, untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga, dan penambahan jumlah pegawai akibat adanya mutasi.
2) Tambahan penghasilan PNS berpedoman pada peraturan tentang tambahan penghasilan bagi PNS dan CPNS di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta serta dihitung berdasarkan jumlah PNS dan CPNS yang ada ditambah maksimum accres 2,5%, untuk mengantisipasi adanya kenaikan pangkat dan penambahan jumlah pegawai/mutasi.
3) Pemberian tambahan penghasilan bagi guru PNSD/CPNSD (belum bersertifikasi) dan tunjangan profesi bagi guru PNSD yang telah bersertifikasi disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Penganggaran belanja gaji dan tunjangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah serta biaya penunjang operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah berpedoman pada PP Nomor 109 Tahun 2000.
5) Penganggaran belanja Pimpinan dan Anggota DPRD berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 beserta perubahan-perubahannya sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah nomor 21 Tahun 2007 serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2007.
6) Pemberian insentif atas pemungutan pajak dan retribusi daerah diberikan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif pemungutan pajakdaerah dan retribusi daerah.
b. Belanja Bunga
Belanja bunga diutamakan untuk pembayaran bunga utang yang jatuh tempo pada tahun 2013, termasuk tunggakan tahun-tahun sebelumnya beserta biaya administrasi dan denda-dendanya.
c. Belanja subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil dan bantuan keuangan
1) Belanja subsidi diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga produksinya terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya terbatas. Produk/jasa yang diberi subsidi merupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang banyak serta terlebih dahulu dilakukan pengkajian agar tepat sasaran dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. 2) Belanja hibah dan Bantuan Sosial disesuaikan dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial.
3) Hibah diberikan dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
4) Bantuan sosial diberikan dalam bentuk uang/barang kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
5) Besaran penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban bantuan keuangan kepada partai politik berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang bantuan keuangan kepada partai politik.
d. Belanja tidak terduga
Belanja tidak terduga dianggarkan untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Adapun kriteria tidak biasa sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Tanggap darurat dalam rangka pencegahan ganguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerah; 2) Bencana Alam;
3) Bencana Sosial. 2. Belanja Langsung
a. Penyusunan kegiatan APBD Tahun Anggaran 2013 mengacu pada Keputusan Walikota Surakarta Nomor 010/81-A/I/2012 tentang Standar Satuan Harga Tahun Anggaran 2013.
b. Dalam merancang anggaran kegiatan memperhatikan rencana pola pelaksanaannya, yaitu dengan swakelola atau kontraktual (pengadaan barang/jasa, kontruksi, dan konsultansi), dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Dalam hal proses pengadaan barang/jasa memperhitungkan biaya untuk proses pengadaan dan biaya-biaya pendukung lainnya, seperti honor, biaya penggandaan, dan lain sebagainya secara efisien.
2) Proses lelang dilaksanakan pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa (ULP) dibawah kendali Bagian Organisasi Setda Kota Surakarta.
3) Dalam perencanaan kegiatan pembangunan fisik juga memperhitungkan:
a) Biaya untuk perencanaan (konsultan perencana atau tim perencana (in house))
b) Biaya untuk pengawasan (konsultan pengawas dan/atau direksi lapangan serta Pengelola Teknis Kegiatan (PTK)).
c) Biaya untuk proses penghapusan aset (honor tim penghapusan, biaya lelang penghapusan).
d) Biaya untuk proses pemindahan sementara dan biaya pengosongan lahan.
4) Paket-paket pengadaan serta biaya-biaya yang berkaitan dengan proses pengadaan barang/jasa memperhatikan nilai paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
5) Pengguna anggaran wajib menyusun Rencana Umum Pengadaan (RUP) sebagai bagian dari usulan anggaran.
c. Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) diarahkan untuk melaksanakan peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai dan/atau pemberantasan barang kena cukai palsu (cukai ilegal) sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
d. Pelaksanaan fungsi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah didukung kegiatan terkait penyiapan pengalihan data, ketrampilan dan sistem pengelolaan serta penyediaan perangkat lunak dan perangkat keras pelaksanaan pemungutan pajak dan retribusi sesuai regulasi/peraturan daerah.
e. Belanja pegawai
1) Pemberian honorarium bagi pegawai dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan mempertimbangkan asas efisiensi, kepatutan dan kewajaran serta pemerataan penerimaan penghasilan yang besarnya berpedoman pada standarisasi satuan harga.
2) Pemberian upah/honor THL berpedoman pada Peraturan Walikota Surakarta Nomor 3-A Tahun 2009 tentang Pedoman Pemberian Upah Bagi Tenaga Honorer Daerah (Peraturan Pemerintah
31/1954) dan Pekerja Harian Lepas/Tidak Organik (Bukan Peraturan Pemerintah 31/1954) di Jajaran Pemerintah Kota Surakarta.
f. Belanja Barang dan Jasa
1) Belanja barang dan jasa digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan tidak menambah nilai aset/modal.
2) Pengadaan barang yang dialokasikan pada belanja barang dan jasa adalah pengadaan barang yang mempunyai nilai persatuan barang/per unit kurang dari Rp. 1.000.000,00 serta pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang mempunyai nilai kurang dari Rp. 10.000.000,00. Dikecualikan untuk pengeluaran belanja tanah, jalan/irigasi/jaringan dan aset tetap lainnya berupa koleksi buku perpustakaan dan barang bercorak kesenian tetap dialokasikan pada belanja modal.
3) Pelayanan jasa yang dilaksanakan secara outsourcing dikriteriakan sebagai jasa dari pihak ketiga. Anggarannya tidak dialokasikan pada belanja pegawai tetapi pada belanja barang dan jasa, diantaranya:
a) Jasa kebersihan/cleaning service/petugas sampah; b) Jasa keamanan/Linmas;
c) Jasa pengemudi; d) Jasa pertukangan;
e) Jasa dengan keahlian khusus (tenaga listrik, paramedis, dan tenaga Teknologi Informasi/Komputer);
f) Jasa tenaga boga; g) Jasa tenaga laundry.
4) Penganggaran belanja modal yang akan diserahkan kepemilikannya kepada pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan, dialokasikan pada belanja barang dan jasa. 5) Biaya pendukung proses pengadaan barang/jasa dalam rangka
memperoleh barang habis pakai/jasa/pemeliharaan tidak dikapitalisasi pada nilai belanja tersebut.
6) Biaya pemeliharaan wajib dianggarkan untuk mempertahankan standar pelayanan dan usia pakai sarana dan prasarana yang dioperasikan atau telah dibangun.
7) Anggaran belanja pemeliharaan yang dilaksanakan secara swakelola dirinci sesuai kebutuhan belanja, yaitu untuk upah pada kode rekening jasa pertukangan dan untuk material pada kode rekening bahan/material. Sedangkan pemeliharaan yang akan dilaksanakan secara kontraktual dialokasikan pada kode rekening belanja pemeliharaan.
8) Biaya pemeliharaan yang dialokasikan pada belanja pemeliharaan dapat bersifat standby, dimana dalam penggunaannya harus diawali survey untuk menentukan besaran RAB guna penentuan nilai paket pengadaannya.
9) Sejalan dengan amanat pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dimana kendaraan bermotor milik pemerintah daerah ditetapkan sebagai objek pajak daerah (PKB dan BBN-KB), biaya beban pajak
kendaraan dinas termasuk beban pajak untuk pengadaan kendaraan dinas baru.
10) Belanja Perjalanan Dinas agar memperhatikan Surat Edaran Walikota Nomor 090/2.176 tanggal 13 September 2005 perihal Perjalanan Dinas ke Luar Kota, dimana biaya perjalanan dinas direncanakan seefisien mungkin dengan melakukan pengendalian perjalanan dinas. Sedangkan perjalanan dinas dalam rangka studi banding/kunjungan kerja agar dibatasi baik jumlah orang, jumlah hari maupun frekuensinya dan dilakukan secara selektif mengacu pada standarisasi yang berlaku.
11) Pelaksanaan biaya perjalanan dinas mulai menerapkan prinsip kebutuhan nyata (at cost).
12) Dalam rangka pelaksanaan perjalanan dinas untuk kegiatan yang mengikutsertakan personil non PNS (seperti staf khusus, murid teladan, kelompok masyarakat, pengrajin UMKM) dapat menugaskan personil yang bersangkutan dengan menggunakan belanja perjalanan dinas. Tata cara penganggaran dan pelaksanaannya mengacu pada ketentuan yang berlaku.
13) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/ masyarakat hanya diperkenankan untuk penganggaran:
a) Hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi;
b) Biaya ganti rugi/pemindahan.
14) Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat, pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya diprioritaskan untuk menggunakan fasilitas aset daerah, seperti ruang rapat atau aula yang sudah tersedia milik pemerintah daerah.
g. Belanja Modal
1) Belanja modal digunakan untuk menganggarkan pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan menambah nilai aset/modal.
2) Anggaran belanja modal adalah sebesar harga beli/bangunan aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan (dikapitalisasi).
3) Nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap adalah pengeluaran pengadaan baru dan penambahan nilai aset tetap dari hasil pengembangan, reklasifikasi, renovasi dan restorasi yang meliputi: a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, dan alat
olahraga yang sama dengan atau lebih dari Rp. 1.000.000,- b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang sama dengan
atau lebih dari Rp. 10.000.000,-
c) Nilai satuan minimum aset tetap dikecualikan terhadap pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.
4) Biaya yang dikapitalisasi dalam nilai belanja modal tersebut, antara lain:
a) Honor panitia/pejabat pengadaan, pejabat pembuat komitmen, PPTK, PTK, PPP, direksi lapangan, tim survey, tim teknis, tim administrasi.
b) Biaya ATK, dokumentasi, pengumuman lelang, penggandaan, makan minum rapat.
c) Biaya perjalanan dinas dalam rangka proses pengadaan. d) Biaya konsultan perencana dan konsultan pengawas. e) Biaya pemindahan sementara.
f) Biaya penghapusan aset. Apabila dalam pelaksanaan pembangunan gedung/bangunan/kontruksi diperlukan adanya biaya penghapusan aset, maka wajib dialokasikan anggarannya oleh SKPD yang melaksanakan kegiatan dan dikapitalisasi dalam nilai belanja modal.
g) Biaya pengosongan lahan yang akan dibangun gedung/aset. h) Biaya peresmian tidak dapat dikapitalisasi.