• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

3. Belanja Daerah

a. Pengertian Belanja Daerah

Belanja Daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, dimana merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang tediri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan (PP No. 58 Tahun 2005).

Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar kepada masyarakat yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah seperti, pelayanan dasar kepada masyarakat antara lain pelayanan bidang di bidang pendidikan, kesehatan, dan pengadaan infrastruktur sarana prasarana daerah. Sementara itu, urusan pilihan adalah urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi, kekhasan, dan potensi keunggulan daerah seperti, daerah yang berada di kawasan pesisir pantai akan mengembangkan potensi

dalam bidang perikanan dan kelautan (Bawono dan Novelsyah, 2012:19)

b. Kategori Belanja Daerah

Berdasarkan penjelasan Pasal 70 Ayat (3) UU No. 33 Tahun 2004 dalam Bawono dan Novelsyah (2012: 20-22), kategori belanja daerah adalah sebagai berikut:

1) Belanja Daerah menurut organisasi

Perincian Belanja Daerah menurut organisasi disesuaikan dengan susunan perangkat daerah, lembaga teknis daerah, dan struktur organisasi pemerintah daerah. Organisasi pemerintah daerah diantaranya: DPRD, Kepala dan Wakil Kepala Daerah, Sekretariat Dewan, Sekretariat Daerah, Badan, Dinas, Kantor, Kecamatan, Lembaga Teknis, dan Kelurahan

2) Belanja Daerah menurut fungsi

Perincian Belanja Daerah menurut fungsi merupakan

pengklasifikasian Belanja Daerah sesuai kewenangan daerah untuk menjalankan fungsi-fungsi utama pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Fungsi tersebut meliputi: layanan umum, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.

3) Belanja Daerah menurut jenis belanja meliputi:

a) Belanja Pegawai, merupakan belanja kompensasi dalam bentuk

gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil, pimpinan anggota DPRD, kepada daerah dan wakil kepala daerah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Contoh: gaji dan tunjangan, honorarium, lembur, uang representasi, dan sejenisnya.

b) Belanja Barang dan Jasa, merupakan belanja yang digunakan

untuk pengeluaran pembelian atau pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. Contoh: bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus, dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, serta perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.

c) Belanja Modal, merupakan belanja yang digunakan untuk

pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian atau pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang

mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, serta aset tetap lainnya.

d) Bunga, merupakan pembayaran bunga atas cicilan atau angsuran

pokok pinjaman (utang). Contoh: bunga utang kepada pemerintah pusat, bunga utang kepada pemerintah daerah, dan bunga utang kepada bank atau lembaga keuangan.

e) Subsidi, merupakan belanja yang digunakan untuk

menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan atau lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

f) Hibah, merupakan belanja yang digunakan untuk

menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat atau perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. Belanja hibah merupakan bantuan yang tidak bersifat mengikat atau tidak secara terus menerus dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah.

g) Bantuan Sosial, merupakan belanja yang digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bantuan kepada partai politik merupakan salah satu contoh dari bantuan sosial.

h) Belanja Bagi Hasil, merupakan belanja yang digunakan untuk

menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

i) Belanja Bantuan Keuangan, merupakan belanja yang digunakan

untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan. Contoh: belanja bantuan keuangan, yaitu Alokasi Dana Desa (ADD). Alokasi Dana Desa merupakan dana dari APBD yang dialokasikan ke desa sebagai

bantuan dari pemerimtah kabupaten/kota kepada pemerintah desa.

j) Belanja Tidak Terduga, merupakan belanja untuk kegiatan yang

sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang, seperti halnya penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

c. Kelompok Belanja

Kelompok belanja jika dikaitkan dengan program dan kegiatannya, diklasifikasikan menjadi dua jenis, terdiri atas:

1) Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung meliputi: Belanja Pegawai (upah dan honorarium), Belanja Barang/Jasa, dan Belanja Modal. Belanja tersebut

dilaksanakan untuk menjalankan program dan kegiatan

pemerintahan daerah dianggarkan pada belanja SKPD berkenaan.

2) Belanja Tidak Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan

tidak terkait secara langsung dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Tidak Langsung meliputi: Belanja Pegawai (gaji dan tunjangan, uang representasi), Belanja Bunga, Belanja Subsidi,

Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Belanja Bantuan Keuangan, dan Belanja Tidak Terduga. Belanja-belanja tersebut yang termasuk dalam Belanja Tidak langsung hanya dapat dianggarkan oleh SKPD.

Dokumen terkait