• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap belanja daerah di Kota Balikpapan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap belanja daerah di Kota Balikpapan."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP BELANJA

DAERAH DI KOTA BALIKPAPAN

Yohanes Eko Adventino NIM: 122114034 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah di kota Balikpapan

Data diperoleh dengan melakukan dokumentasi. Data yang didapat bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kota

Balikpapan dari tahun 2010 – 2015. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier

berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwaPendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah. Pendapatan Daerah kota Balikpapan yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah mengalami penurunan dan kurang mampu membiayai Belanja Daerah yang mengalami peningkatan.

(2)

ABSTRACT

THE EFFECTS OF LOCAL REVENUES, BALANCE FUNDS, AND OTHER LEGITIMATE INCOME TOWARD REGIONAL EXPENDITURE

ON BALIKPAPAN CITY

Yohanes Eko Adventino NIM :122114034 Sanata Dharma University

Yogyakarta

The aims of this research is to observe the influence of the Local Revenues, Balance Funds, and Other Legitimate Income toward Regional Expense on Balikpapan city.

Data obtained by the documentation. Data obtained from the reports on the realization of the budget revenues and expenditures on Balikpapan City for six years (2010-2015). Analysis tool used was multiple linear regressions.

The result shows that the Local Revenues, Balance Funds, and Other Legitimate Income do not affect the Regional Expense. Regional Revenues of Balikpapan city which consisted of Local Revenues, Balance Funds and Other Legitimate Income had been decreasing and could not finance Regional Expenses which where increasing.

(3)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA

PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAHTERHADAP BELANJA DAERAH DI KOTA

BALIKPAPAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Yohanes Eko Adventino

NIM: 122114034

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA

PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAHTERHADAP BELANJA DAERAH DI KOTA

BALIKPAPAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Yohanes Eko Adventino

NIM: 122114034

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa

berkas-berkasnya”

(Mazmur 126: 5-6)

Try Not To Become A Man Of Success, But Rather Try To Become A Man Of Value

- Albert Einstein -

You

ll Never Walk Alone

- Liverpool FC -

Kupersembahkan Skripsi Ini Kepada:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kedua Orang Tuaku, Markun Indarto & Rosali Kumarurung

Adikku, Riky Antonius

Penyemangatku, Nungky Windasari

(8)
(9)
(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang

senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan judul PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH,

DANA PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG

SAH TERHADAP BELANJA DAERAH DI KOTA BALIKPAPAN. Penulisan

skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan

motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberi karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan

mengembangkan kepribadian kepada penulis.

3. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, MM., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing yang

telah membimbing dan memberi arahan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Balikpapan yang telah

memberikan ijin pada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Ibu Herda yang telah meluangkan waktu untukmembantu penulis memperoleh data

dalam proses penelitian.

6. Orangtua tercinta, Bapak Markun Indarto dan Mama Rosali Kumarurung serta Riky

Antonius, teman berantem di rumah atas dukungan doa, semangat, cinta dan

(11)
(12)
(13)

x

1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja

Daerah ... 33

2. Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah ... 34

3. Pengaruh Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap Belanja Daerah ... 36

E. Definisi Operasional Variabel ... 39

F. Desain Penelitian ... 41

E. Sumber Pendapatan Daerah Kota Balikpapan ... 62

F. Alokasi Belanja Daerah Kota Balikpapan... 66

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

di Kota Balikpapan ... 57

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Balikpapan ... 60

Tabel 4.3 Sumber Perekonomian Kota Balikpapan ... 62

Tabel 5.1 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2010-2015 ... 69

Tabel 5.2 Realisasi Dana Perimbangan Tahun 2010-2015 ... 70

Tabel 5.3 Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Tahun 2010-2015 ... 71

Tabel 5.4 Realisasi Belanja Daerah Tahun 2010-2015 ... 71

Tabel 5.5 Statistics Descriptive ... 72

Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov–Smirnov) ... 78

Table 5.7 Hasil Pengujian Multikolinearitas ... 79

Tabel 5.8 Hasil Pengujian Autokorelasi ... 81

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 82

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 83

Tabel 5.11 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ... 85

(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur APBD ... 12

Gambar 2.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 14

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ... 32

(16)

xiii ABSTRAK

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP BELANJA

DAERAH DI KOTA BALIKPAPAN

Yohanes Eko Adventino NIM: 122114034 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah di kota Balikpapan

Data diperoleh dengan melakukan dokumentasi. Data yang didapat bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kota

Balikpapan dari tahun 2010 – 2015. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier

berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwaPendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah. Pendapatan Daerah kota Balikpapan yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah mengalami penurunan dan kurang mampu membiayai Belanja Daerah yang mengalami peningkatan.

(17)

xiv ABSTRACT

THE EFFECTS OF LOCAL REVENUES, BALANCE FUNDS, AND OTHER LEGITIMATE INCOME TOWARD REGIONAL EXPENDITURE

ON BALIKPAPAN CITY

Yohanes Eko Adventino NIM :122114034 Sanata Dharma University

Yogyakarta

The aims of this research is to observe the influence of the Local Revenues, Balance Funds, and Other Legitimate Income toward Regional Expense on Balikpapan city.

Data obtained by the documentation. Data obtained from the reports on the realization of the budget revenues and expenditures on Balikpapan City for six years (2010-2015). Analysis tool used was multiple linear regressions.

The result shows that the Local Revenues, Balance Funds, and Other Legitimate Income do not affect the Regional Expense. Regional Revenues of Balikpapan city which consisted of Local Revenues, Balance Funds and Other Legitimate Income had been decreasing and could not finance Regional Expenses which where increasing.

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Indonesia telah memasuki babak baru dalam kehidupan masyarakatnya

dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah adalah

hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan (UU No. 32 Tahun 2004). Implikasi

dari kebijakan otonomi daerah tersebut adalah daerah diberikan tanggung

jawab dan wewenang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta

kewenangan untuk memanfaatkan peluang untuk menggali segala potensi

daerah yang dimiliki guna mendukung kemampuan keuangan daerah sebagai

modal pembiayaan dan penyelenggaraan pemerintah di daerah.Pemberian

wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah

berdampak baik bagi perkembangan pembangunan daerah-daerah di Indonesia

yang berimplikasi pada peningkatan pelayanan publik, kesejahteraan, dan

jaminan hidup masyarakat yang lebih baik.

Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah didukung pula oleh

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

(19)

Keuangan antara Pemerintah Pusat-Daerah. Dalam UU tersebut yang

dimaksudkan dengan perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah

adanya suatu sistem pembiayaan pemerintah, yang mencakup pembagian

keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan daerah secara

proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi,

kondisi, dan kebutuhan di setiap daerah.

Wujud dari perimbangan keuangan tersebut adalah adanya Dana

Perimbangan yang berasal dari pusat. Dana Perimbangan adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepala daerah untuk

mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi bertujuan

untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dan antara pemerintah daerah (Darise, 2008). Untuk

beberapa daerah yang memiliki PAD relatif kecil, jalannya roda pemerintahan

akan bergantung pada tersedianya Dana Perimbangan (Bawono dan Novelsyah,

2012: 16-17). Dana Perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana

Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Selain berasal dari Dana Perimbangan, pemerintah daerah dapat

memanfaatkan potensi daerah yang dimilikinya melalui Pendapatan Asli

Daerah yang dijadikan sumber pendapatan daerah. Pendapatan Asli Daerah

(PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil Pajak Daerah,

(20)

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. Pendapatan Asli Daerah

dianggap sebagai alternatif sumber pendanaan daerah yang dipergunakan oleh

daerah sebagai pengeluaran untuk melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan guna memperkecil ketergantungan daerah terhadap subsidi dari

pemerintah pusat.

Kedua jenis pendapatan daerah tersebut akan bersama-sama dengan

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang juga merupakan pendapatan

daerah akan digunakan pemerintah daerah untuk melaksanakan

penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang

Sah terdiri daripendapatan Hibah, Pendapatan Dana Darurat, Dan Pendapatan

Lainnya. Dengan demikian, pemerintah daerah diharapkan lebih mengerti dan

dapat memenuhi aspirasi masyarakat, selain itu pemerintah daerah diharapkan

dapat lebih memanfaatkan pendapatan daerah yang diterima sehingga dapat

membiayai pengeluarannya untuk pelaksanaan belanja daerahnya.

Belanja Daerah adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum

Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban

daerah dalam satu tahun anggaran. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka

mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi

atau kabupaten/kota yang tediri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang

ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan (PP No. 58 Tahun 2005).

(21)

dan pelayanan dasar kepada masyarakat yang wajib diselenggarakan oleh

pemerintah daerah. Sementara itu, urusan pilihan adalah urusan pemerintah

yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sesuai kondisi, kekhasan, dan potensi keunggulan daerah. Belanja

daerah menurut program dan pelaksanaannya terdiri dari belanja langsung dan

belanja tidak langsung.

Untuk menjalankan roda pemerintahannya, pemerintah daerah harus

menganggarkan terlebih dahulu segala kebutuhannya dalam APBD dan harus

disesuaikan dengan pendapatan daerah yang diterima. Setiap daerah

mempunyai kemampuan keuangan yang tidak sama dalam mendanai

kegiatan-kegiatannya. Oleh karena itu, pemerintah daerah dituntut untuk mengambil

kebijakan yang tepat dalam membelanjakan kebutuhannya secara efektif dan

efisien demi kelangsungan hidupnya serta untuk mensejahterakan

masyarakatnya di daerah, mengingat sumber pendapatan daerah yang diterima

juga memiliki keterbatasan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

(22)

Apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain

Pendapatan Daerah Yang Sah berpengaruh terhadap Belanja Daerah di kota

Balikpapan?

C. Batasan Masalah

Penelitian difokuskan pada data realisasi APBD kota Balikpapan

periode 2010 – 2015.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh

Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan

Daerah terhadap Belanja Daerah di kota Balikpapan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada pemerintah

daerah dalam upaya-upaya dan kebijakan untuk mengelola keuangan

daerah dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah demi

(23)

2. Bagi Peneliti Lain dan Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan bagi

pembaca. Peneliti lain juga dapat menjadikan penelitian ini sebagai

referensi tentang pengaruh antara pendapatan asli daerah, dana

perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap belanja

daerah di kota atau kabupaten lain di Indonesia.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan

bagi penulis untuk membuat penelitian selanjutnya.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini dikelompokkan menjadi enam bab, yaitu bab

pendahuluan, bab tinjauan pustaka, bab metode penelitian, bab gambaran

umum pemerintah, bab analisis data dan pembahasan, serta bab penutup.

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

(24)

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan landasan teori yang digunakan dalam

penelitian yang terdiri atas: tinjauan pustaka, penelitian

terdahulu, kerangka pemikiran, serta perumusan hipotesis.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini terdiri atas: jenis penelitian, subjek dan objek

penelitian, tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data,

definisi operasional variabel, desain penelitian, teknik

pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Bab IV : Gambaran Umum Pemerintah

Bab ini menjelaskan secara garis besar tentang keadaan

Pemerintah Kota Balikpapan berdasarkan data-data yang

diperoleh.

Bab V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini terdiri atas: deskripsi data, analisis data, serta

pembahasan.

Bab VI : Penutup

Bab ini berisi mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian,

(25)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Keuangan Daerah

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang

termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan

hak dan kewajiban daerah tersebut (UU No. 32 Tahun 2004). Menurut UU

No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah, Pasal 66 Ayat (1) disebutkan bahwa keuangan daerah

dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,

ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan

memperlihatkan keadilan, kepatuhan, dan manfaat untuk masyarakat.

Secara umum, konsep ekonomis, efisien, efektif (value for money),

transparan, dan akuntabilitas (tanggung jawab) publik merupakan tiga dari

delapan karakteristik tata kelola yang baik (good governance) versi United

Nations Development Programme (UNDP) yang dapat diperankan

akuntansi sektor publik (Mardiasmo, 2002).

Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang

(26)

pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah (Peraturan

Pemerintah No.58 Tahun 2005). Kemampuan pemerintah daerah dalam

mengelola keuangan terdapat dalam APBD secara langsung maupun tidak

langsung mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai

pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sosial

masyarakat.

Penyelenggaraan fungsi Pemerintah Daerah akan terlaksana secara

optimal apabila penyelenggaraan urusan Pemerintah diikuti dengan

pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan

mengacu kepada UU No.33 Tahun 2004 yang besarnya disesuaikan dan

diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pusat dan Daerah.

Keuangan daerah di Indonesia meliputi keuangan Provinsi,

Kabupaten/Kota, serta Kecamatan dan Kelurahan. Pemerintah Daerah

memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan berbagai usaha guna

melayani kepentingan masyarakat dan menjalankan program-program

pembangunan yang sudah direncanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh

karena itu, Pemerintah Daerah dituntut untuk dapat memperoleh dana yang

cukup, untuk membiayai setiap pengeluaran Pemerintah Daerah.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Anggaran pendapatan dan belanja daerah adalah rencana keuangan

(27)

pemerintah daerah dan Dewan Pewakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan

ditetapkan dengan peraturan pemerintah (UU No. 33 Tahun 2004).

Peraturan-peraturan di era reformasi keuangan daerah mengisyaratkan agar

laporan keuangan semakin informatif. Untuk itu, APBD dalam bentuk yang

baru terdiri dari tiga bagian, yaitu pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

Adanya pos pembiayaan merupakan upaya agar APBD semakin informatif,

yaitu memisahkan pinjaman dari pendapatan daerah.

Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan

antara eksekutif dan legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk

melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan yang diharapkan untuk

menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila

diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus. Dengan demikian, anggaran

mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi landasan

bagi upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh pemerintah dalam

suatu periode tertentu yang biasanya mencakup periode tahunan. Namun,

tidak tertutup kemungkinan disiapkannya anggaran untuk jangka waktu

lebih atau kurang dari setahun.

Berdasarkan Permendagri No. 37 Tahun 2014 tentang Pedoman

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Anggaran

(28)

a. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan

perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta

dasar hukum penerimanya. Komponen Pendapatan Daerah terdiri atas

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain

Pedapatan Daerah Yang Sah.

b. Belanja Daerah

Belanja Daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan

pemerintah kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan

pilihan yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Belanja

penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi

kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan

pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas

umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

Komponen Belanja Daerah terdiri atas Belanja Tidak Langsung dan

Belanja Langsung

c. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar

(29)

tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran

berikutnya. Komponen Pembiayaan Daerah adalah Penerimaan

Pembiayaan, Pengeluaran Pembiayaan, Sisa Lebih Pembiayaan

(SILPA) Tahun Berjalan.

Gambar 2.1: Struktur APBD

Sumber: Darise (2008: 134)

Gambar 2.1 merupakan uraian Struktur APBD antara pendapatan,

belanja dan pembiayaan. Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan

anggaran Belanja Daerah mengakibatkan terjadinya suplus atau defisit

APBD. Surplus anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan daerah

diperkirakan lebih besar dari anggaran Belanja Daerah. Defisit anggaran

STRUKTUR APBD

A. Pendapatan Daerah xxx

B. Belanja Daerah xxx (-)

Surplus/Defisit xxx (-/+)

C. Pembiayaan Daerah

1. Surplus → Pengeluaran Pembiayaan

a. Transfer ke dana cadangan

b. Penyertaan modal

c. Pembayaran hutang jatuh tempo

d. Pemberian pinjaman

e. Sisa lebih tahun berjalan 2. Defisit → Penerimaan Pembiayaan

a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu

b. Penggunaan dana cadangan

c. Penerimaan pinjaman

d. Hasil penjualan asset daerah yang dipisahkan

e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman atau

(30)

terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari

anggaran Belanja Daerah. Surplus dalam APBD digunakan untuk

pembayaran pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian

pinjaman kepada pemerintah pusat/daerah, transfer ke Dana Cadangan dan

Sisa Lebih Tahun Anggaran Berjalan yang disebut Pengeluaran

Pembiayaan. Defisit dalam APBD ditetapkan pembiayaan untuk menutup

defisit tersebut yang diantaranya bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran Lalu, penggunaan Dana Cadangan, penerimaan pinjaman, hasil

penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan penerimaan kembali

(31)

Gambar 2.2: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(32)

3. Belanja Daerah

a. Pengertian Belanja Daerah

Belanja Daerah merupakan semua kewajiban daerah yang

diakui sebagai pengurang nilai kekayaaan bersih dalam periode tahun

anggaran yang bersangkutan. Belanja Daerah meliputi semua

pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi

ekuitas dana lancar, dimana merupakan kewajiban daerah dalam satu

tahun anggaran. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai

pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi

atau kabupaten/kota yang tediri dari urusan wajib dan urusan pilihan

yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan (PP No. 58

Tahun 2005).

Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang

berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar kepada masyarakat yang

wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah seperti, pelayanan dasar

kepada masyarakat antara lain pelayanan bidang di bidang pendidikan,

kesehatan, dan pengadaan infrastruktur sarana prasarana daerah.

Sementara itu, urusan pilihan adalah urusan pemerintah yang secara

nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

sesuai kondisi, kekhasan, dan potensi keunggulan daerah seperti, daerah

(33)

dalam bidang perikanan dan kelautan (Bawono dan Novelsyah,

2012:19)

b. Kategori Belanja Daerah

Berdasarkan penjelasan Pasal 70 Ayat (3) UU No. 33 Tahun 2004 dalam

Bawono dan Novelsyah (2012: 20-22), kategori belanja daerah adalah

sebagai berikut:

1) Belanja Daerah menurut organisasi

Perincian Belanja Daerah menurut organisasi disesuaikan dengan

susunan perangkat daerah, lembaga teknis daerah, dan struktur

organisasi pemerintah daerah. Organisasi pemerintah daerah

diantaranya: DPRD, Kepala dan Wakil Kepala Daerah, Sekretariat

Dewan, Sekretariat Daerah, Badan, Dinas, Kantor, Kecamatan,

Lembaga Teknis, dan Kelurahan

2) Belanja Daerah menurut fungsi

Perincian Belanja Daerah menurut fungsi merupakan

pengklasifikasian Belanja Daerah sesuai kewenangan daerah untuk

menjalankan fungsi-fungsi utama pemerintah daerah dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Fungsi tersebut

meliputi: layanan umum, ketertiban dan keamanan, ekonomi,

lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan,

(34)

3) Belanja Daerah menurut jenis belanja meliputi:

a) Belanja Pegawai, merupakan belanja kompensasi dalam bentuk

gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan

kepada pegawai negeri sipil, pimpinan anggota DPRD, kepada

daerah dan wakil kepala daerah yang ditetapkan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan. Contoh: gaji dan tunjangan,

honorarium, lembur, uang representasi, dan sejenisnya.

b) Belanja Barang dan Jasa, merupakan belanja yang digunakan

untuk pengeluaran pembelian atau pengadaan barang yang nilai

manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau

pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan

pemerintah daerah. Contoh: bahan/material, jasa kantor, premi

asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan,

sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa

alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan

dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja,

pakaian khusus, dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, serta

perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.

c) Belanja Modal, merupakan belanja yang digunakan untuk

pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian atau

(35)

mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk

digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk

tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi

dan jaringan, serta aset tetap lainnya.

d) Bunga, merupakan pembayaran bunga atas cicilan atau angsuran

pokok pinjaman (utang). Contoh: bunga utang kepada

pemerintah pusat, bunga utang kepada pemerintah daerah, dan

bunga utang kepada bank atau lembaga keuangan.

e) Subsidi, merupakan belanja yang digunakan untuk

menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan atau

lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan

dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

f) Hibah, merupakan belanja yang digunakan untuk

menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang

dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah

lainnya, dan kelompok masyarakat atau perorangan yang secara

spesifik telah ditetapkan peruntukannya. Belanja hibah

merupakan bantuan yang tidak bersifat mengikat atau tidak

secara terus menerus dan harus digunakan sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah

(36)

g) Bantuan Sosial, merupakan belanja yang digunakan untuk

menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau

barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Bantuan kepada partai politik

merupakan salah satu contoh dari bantuan sosial.

h) Belanja Bagi Hasil, merupakan belanja yang digunakan untuk

menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari

pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan

kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan

pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

i) Belanja Bantuan Keuangan, merupakan belanja yang digunakan

untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum

atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah

desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari

pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan

pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau

peningkatan kemampuan keuangan. Contoh: belanja bantuan

keuangan, yaitu Alokasi Dana Desa (ADD). Alokasi Dana Desa

(37)

bantuan dari pemerimtah kabupaten/kota kepada pemerintah

desa.

j) Belanja Tidak Terduga, merupakan belanja untuk kegiatan yang

sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang, seperti

halnya penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang

tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas

kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang

telah ditutup.

c. Kelompok Belanja

Kelompok belanja jika dikaitkan dengan program dan kegiatannya,

diklasifikasikan menjadi dua jenis, terdiri atas:

1) Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja

Langsung meliputi: Belanja Pegawai (upah dan honorarium),

Belanja Barang/Jasa, dan Belanja Modal. Belanja tersebut

dilaksanakan untuk menjalankan program dan kegiatan

pemerintahan daerah dianggarkan pada belanja SKPD berkenaan.

2) Belanja Tidak Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan

tidak terkait secara langsung dalam pelaksanaan program dan

kegiatan. Belanja Tidak Langsung meliputi: Belanja Pegawai (gaji

(38)

Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Belanja

Bantuan Keuangan, dan Belanja Tidak Terduga. Belanja-belanja

tersebut yang termasuk dalam Belanja Tidak langsung hanya dapat

dianggarkan oleh SKPD.

4. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh Daerah

yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan (UU No. 33 Tahun 2004). Menurut Halim (2007),

Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal

dari sumber ekonomi asli daerah. Menurut Siahaan (2005), Pendapatan Asli

Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan kemampuan

daerah menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan rutin

maupun pembangunan.

Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang bersumber dari

Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang

bertujuan memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk

mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah

sebagai perwujudan desentralisasi. Pendapatan Asli Daerah adalah wujud

representasi kemampuan daerah dalam menggali potensi yang dimiliki.

(39)

tersebut secara finansial dalam membiayai pemerintahannya dan

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Penerimaan PAD yang besar

juga merupakan tolak ukur keberhasilan dari otonomi daerah.

Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah, disebutkan

bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari:

a. Pajak Daerah

Pajak Daerahadalah kontribusi wajib kepada daerah yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No. 28 Tahun 2009).

Pajak Daerah dirinci menjadi Pajak Provinsi dan Pajak

Kabupaten/kota. Pajak Provinsi terdiri atas: Pajak Kendaraan

Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, Pajak Rokok.

Sedangkan Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: Pajak Hotel, Pajak

Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan,

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air

(40)

Perdesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan

b. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi

atau Badan (UU No. 28 Tahun 2009). Jenis-jenis Retribusi Daerah

terdiri atas: Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan

Retribusi Perizinan Tertentu

c. Hasil Pengelolaan Kekayan Daerah Yang Dipisahkan

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

merupakan hasil atas pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

dari pengelolan APBD. Jika ada laba BUMD yang kemudian

dibagihasilkan kepada pemerintah daerah sebagai hasil dari

penyertaan modal pemerintah daerah, hal tersebut merupakan PAD

diperoleh dari pengelolaan kekaayaan daerah yang dipisahkan.

Penyertaan modal pemerintah daerah tidak terbatas pada badan

usaha milik daerah (BUMD) saja, tetapi dapat pada badan usaha

milik negara (BUMN), perusahaan milik swasta, atau kelompok

(41)

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 pada bagian Ketiga pasal 26 (3) bahwa jenis hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf c dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:

(1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD;

(2) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan

milikpemerintah/BUMN; dan

(3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

swasta ataukelompok usaha masyarakat.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

mengatakan bahwa jenis Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang

Sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang

tidak termasuk dalam jenis Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dirinci

menurut obyek pendapatan yang mencakup :

(1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;

(2) Jasa giro;

(42)

(4) Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap

mata uangasing;

(5) Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai

akibat daripenjualan dan/ataupengadaan barang dan/atau jasa

oleh daerah;

5. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No. 33 Tahun 2004). Pada intinya,

Dana Perimbangan merupakan dana alokasi dari pemerintah pusat yang

berfungsi untuk mendorong otonomi daerah. Untuk beberapa daerah yang

memiliki PAD relatif kecil, jalannya roda pemerintahan akan bergantung

pada tersedianya Dana Perimbangan. Dana perimbangan terdiri dari:

a. Dana Bagi Hasil

Dana Bagi Hasil adalah dana yang berasal dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase

untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Dana Bagi Hasil merupakan himpunan atas hasil setoran

pendapatan pajak dan nonpajak dari daerah yang kemudian dibagikan

kembali ke daerah melalui persentase. Dana Bagi Hasil bersifat

(43)

daerah tidak sama, tergantung pada kontribusi setiap daerah dalam

meningkatkan pendapatan negara.

DBH merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup

potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah

dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah

yang bukan berasal dari PAD selain DAU dan DAK. Pola bagi hasil

penerimaan tersebut dilakukan dengan persentase tertentu yang

didasarkan atas daerah penghasil. Penerimaan DBH pajak bersumber

dari : Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25, PPh Pasal

29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, dan PPh Pasal 21.

Sedangkan penerimaan DBH nonpajak berasal dari sumber daya alam

bersumber dari: Kehutanan, Pertambangan Umum, Perikanan,

Pertambangan Minyak Bumi, Pertambangan Gas Bumi, Pertambangan

Panas Bumi (UU No. 33 Tahun 2004).

b. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. Fungsi DAU sebagai faktor pemerataan

(44)

sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari pendapatan dalam negeri

neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU suatu daerah ditentukan atas

besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah, yang merupakan

selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dengan potensi daerah

(fiscal capacity). Dana Alokasi Umum digunakan untuk menutup celah

yang terjadi karena kebutuhan daerah melebihi dari potensi penerimaan

daerah yang ada.

c. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk

membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah

dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai

kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang

belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan

pembangunan daerah. Pelayanan dasar masyarakat meliputi

pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan prasarana pemerintah daerah.

Sementara itu, untuk bidang teknis tertentu, seperti bidang kelautan dan

perikanan, bidang pertanian, bidang lingkungan hidup, dan lain-lain.

Sesuai Pasal 41 UU No. 33 Tahun 2004, pemerintah daerah penerima

DAK wajib menganggarkan dan menyediakan dana

(45)

wilayah dengan pengeluaran lebih besar dari penerimaan tidak perlu

menyediakan dana penyesuaian. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak

semua daerah menerima DAK karena DAK bertujuan untuk pemerataan

dan untuk meningkatkan kondisi infrastruktur fisik yang dinilai sebagai

prioritas nasional.

6. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah merupakan pendapatan yang

diterima oleh Pemerintah Daerah yang terdiri dari pendapatan hibah

danpendapatan dana darurat. Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang

sah mencakup:

a. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya,

badan/lembaga/ organisasi swastadalam negeri, kelompok

masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat;

b. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan

korban/kerusakan akibat bencana alam;

c. Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;

d. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh

pemerintah; dan

e. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

Pendapatan hibah merupakan bantuan yang berupa uangdan/atau jasa

(46)

atau luar negeri.Pendapatan dana darurat merupakan bantuan Pemerintah

Pusat dari APBNkepada Pemerintah Daerah untuk mendanai keperluan

yang mendesak yang diakibatkan peristiwa tertentu yang tidak dapat

ditanggulangi APBD. Bagi daerah,pemasukan kas daerah dari sumbangan

pendapatan lain-lain memang tidak begitubesar, namun diharapkan mampu

membiayai pengeluaran pembangunan yangakan dilaksanakan.

Penghasilan yang termasuk dalam pendapatan lain-lain adalah:Jasa giro,

angsuran cicilan rumah dinas, angsuran cicilan kendaraan bermotor

rodadua dan roda empat, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah,

pelelanganiklan, setoran pembinaan lembaga keuangan daerah, dan

lain-lain pendapatan.

B. Penelitian Terdahulu

Yanti (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh pendapatan asli

daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja

daerah di Kota Cimahi tahun anggaran 2005-2014. Untuk mengelola dan

menganalisa data menggunakan metode statistik analisis regresi linier,

koefisien korelasi dan determinasi, dan pengujian hipotesis dengan ui F dan uji

T. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah, dana

perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah mempunyai pengaruh yang

(47)

Farizi (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh pendapatan asli

daerah dan dana perimbangan terhadap belanja daerah pada 9 pemerintah kota

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2013. Pengujian statistik yang digunakan

adalah analisis regresi linier berganda, analisis korelasi, koefisien determinasi,

dan uji hipotesis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendapatan asli

daerah dan dana perimbangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

belanja daerah.

Igna (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh pendapatan asli

daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap

belanja daerah di Kabupaten Bengkayang dengan periode data tahun

2009-2014. Pengolahan data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang

sah secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja

daerah.

Wulansari (2015) meneliti tentang pengaruh pendapatan asli daerah dan

dana perimbangan terhadap belanja daerah serta analisis flypaper effect studi

kasus pada pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, Jawa

Tengah, dan Jawa Barat tahun 2012-2013. Alat analisis yang digunakan adalah

regresi berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa PAD, DAU, dan DBH

berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah, sedangkan DAK

(48)

menunjukkan bahwa terdapat flypaper effect pada belanja pemerintah di

Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, hal ini terjadi karena

pengaruh DAU terhadap belanja daerah lebih tinggi dibandingkan dengan

pengaruh PAD terhadap belanja daerah.

Ferdian (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh pendapatan asli

daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap

belanja daerah pada kabupaten dan kota di Sumatera Barat dengan periode data

tahun 2007-2011. Analisis yang digunakan adalah regresi berganda dan uji t

statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah, dana

perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah berpengaruh signifikan

positif terhadap belanja daerah.

C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal

dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Yang Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. Semakin

besar pendapatan asli daerah yang diterima suatu daerah, akan menentukan

tingkat kemampuan keuangannya untuk membiayai Belanja Daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintah daerah. Dana Perimbangan yang

meningkat ke daerah juga akan meningkatkan pengeluaran pemerintah daerah

(49)

juga disebabkan oleh aliran dana yang meningkat dari pusat ke daerah. Selain

itu, pemerintah daerah juga mendapatkan pemasukan yang berasal dari

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah berupa pendapatan hibah dan pendapatan

dana darurat yang nantinya akan membiayai pengeluaran pemerintah daerah

dalam belanja daerah yang tertuang dalam APBD.

Gambar 2.3: Kerangka Konseptual Pendapatan Asli Daerah

(X1)

Dana Perimbangan (X2)

Lain-lain Pendapatan

Daerah Yang Sah (X3)

(50)

Berdasarkan kerangka di atas, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini

adalah pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain

Pendapatan Daerah yang sah baik secara parsial dan simultan terhadap Belanja

Daerah di kota Balikpapan sebagai berikut:

1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah

Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang bersumber dari

Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang

bertujuan memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk

mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai

perwujudan desentralisasi. Semakin besar PAD yang dihasilkan maka

semakin mandiri daerah tersebut secara finansial dalam membiayai

pemerintahannya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Penelitian mengenai pengaruh pendapatan daerah terhadap pengeluaran

daerah sudah pernah dilakukan antara lain oleh Aziz et al. (2000), Blackley

(1986), Joulfaian dan Mokeerjee (1990), Legrenzi dan Milas (2001), Von

Furstenberg et al. (dalam Sukriy dan Halim, 2003). Beberapa penelitian

tersebut, hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan daerah

mempengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah disebut dengan

(51)

pemerintah daerah dalam menganggarkan belanja daerah disesuaikan

dengan pendapatan daerah yang diterima.

Ferdian (2013), Yanti (2016) dan Wulansari (2015) mengemukakan

hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD)

berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Semakin tinggi

pendapatan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah, maka semakin

tinggi pula pengeluaran untuk Belanja Daerah.

Melihat dari penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang bersumber dari

daerah itu sendiri dan merupakan elemen penting suatu daerah dalam

memenuhi kebutuhan belanjanya dan melaksanakan penyelenggaraan

pemerintah di daerah. Jika Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat maka

akan meningkatkan Belanja Daerah yang juga akan berdampak pada

peningkatan kualitas pelayanan publik, peningkatan infrastruktur, dan

pembangunan daerah itu sendiri.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka ditarik hipotesis:

H1 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

2. Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

(52)

rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No. 33 Tahun 2004). Dana

Perimbangan merupakan dana alokasi dari pemerintah pusat yang berfungsi

untuk mendorong otonomi daerah. Untuk beberapa daerah yang memiliki

Pendapatan Asli Daerah relatif kecil, jalannya roda pemerintahan akan

bergantung pada tersedianya Dana Perimbangan (dana transfer).

Gamkhar dan Oates (1996) dalam Prakosa (2004), menyatakan studi

tentang pengaruh transfer atau grants dari pemerintah terhadap keputusan

pengeluaran atau belanja daerah sudah berjalan lebih dari 30 tahun. Menurut

Bradford dan Oates (1971) dalam Prakosa (2004), secara teoritis respon

tersebut mempunyai efek distributif alokatif yang tidak berbeda dengan

sumber pendanaan lain, misalnya pendapatan pajak daerah. Namun, dalam

studi empiris hal tersebut tidak selalu terjadi, artinya stimulus terhadap

pengeluaran daerah yang ditimbulkan oleh transfer dana perimbangan atau

grants tersebut sering lebih besar dibandingkan dengan stimulus dari

pendapatan (pajak) daerah sendiri (flypaper effect).

Wulansari (2015) dan Ferdian (2013) mengemukakan hasil

penelitiannya yang menyatakan bahwa Dana Perimbangan berpengaruh

signifikan terhadap Belanja Daerah yang artinya jika Dana Perimbangan

meningkat maka Belanja Daerah juga meningkat.

Berbagai literatur ekonomi dan keuangan daerah menyatakan bahwa

(53)

akhir dekade 1950-an dan berbagai hipotesis tentang hubungan diuji secara

empiris menyatakan bahwa pendapatan mempengaruhi belanja.

Holtz-Eakin, et al (1985) dalam Prakosa (2004) menyatakan bahwa terdapat

keterkaitan sangat erat antara transfer dari Pemerintah Pusat dengan Belanja

Pemerintah Daerah. Riyanto (2005) dalam Ferdian (2013) menyatakan

bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah daerah pada era desentralisasi

ini disebabkan oleh aliran dana perimbangan yang juga meningkat dari

pemerintah pusat ke daerah.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka ditarik hipotesis:

H2 : Dana Perimbangan berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

3. Pengaruh Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap Belanja Daerah

Lain-lain pendapatan daerah yang sah menurut UU No. 32 Tahun 2004

Pasal 164 Ayat (1) tentang Pemerintah Daerah merupakan seluruh

pendapatan daerah selain PAD dan Dana Perimbangan, yang meliputi hibah,

dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan Pemerintah. Melalui

hibah, pemerintah daerah menerima pendapatan melalui bantuan berupa

uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari pemerintah, masyarakat, dan

badan usaha dalam negeri atau luar negeri. Sedangkan pendapatan dana

darurat diterima dari pemerintah pusat melalui APBN kepada pemerintah

(54)

peristiwa tertentu yang tidak bisa ditanggulangi oleh APBD. Peningkatan

penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah akan meningkatkan

alokasi belanja daerah pemerintah daerah dalam APBD.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferdian (2013) dan Igna (2015)

menunjukkan bahwa Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah berpengaruh

signifikan terhadap belanja daerah yang artinya jika lain-lain pendapatan

daerah yang sah meningkat maka belanja daerah juga akan meningkat.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka ditarik hipotesis:

H3 : Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah berpengaruh terhadap Belanja

(55)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus di Pemerintah Daerah kota

Balikpapan. Studi kasus adalah jenis penelitian terhadap suatu objek tertentu

dimana hasil penelitian tersebut hanya berlaku pada tempat dimana penelitian

dilakukan dan pada waktu tertentu.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bertindak sebagai pemberi

informasi tentang objek penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian ini

adalah Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) kota

Balikpapan.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah hal yang menjadi pokok penelitian. Objek

penelitian yang diteliti adalah laporan realisasi APBD kota Balikpapan

(56)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

(BPKAD) kota Balikpapan yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman RT. 13

No. 1 Kelurahan Klandasan Ulu Kecamatan Balikpapan Kota, Kalimantan

Timur pada bulan April – Mei 2016.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu skala secara numerik. Sumber

data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data yang diperoleh

lewat pihak lain dan tidak langsung didapatkan oleh peneliti dari subjek

penelitiannya (Wiyono, 2011: 131). Data yang digunakan berupa data rentet

waktu (time series) yaitu Laporan Realisasi APBD Pemerintah kota Balikpapan

Tahun 2010-2015 yang bersumber dari Badan Pengelola Keuangan dan Aset

Daerah (BPKAD) kota Balikpapan.

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

(57)

adalah Belanja Daerah. Belanja Daerah adalah semua kewajiban daerah

yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaaan bersih dalam periode tahun

anggaran yang bersangkutan (UU No. 33 Tahun 2004).

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau menjadi

sebab terjadinya perubahan terhadap variabel dependen (Wiyono, 2011:

31). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli

Daerah (X1), Dana Perimbangan (X2), Lain-lain Pendapatan Daerah Yang

Sah (X3),

a. Pendapatan Asli Daerah (X1)

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh

Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan (UU No. 33 Tahun 2004). Pendapatan

Asli Daerah dalam penelitian ini adalah penerimaan Pendapatan Asli

Daerah dalam Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2010-2015 kota

Balikpapan.

b. Dana Perimbangan (X2)

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No. 33

(58)

penerimaan Dana Perimbangan dalam Laporan Realisasi Anggaran

Tahun 2010-2015 kota Balikpapan.

c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah (X3)

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah merupakan pendapatan

yang diterima oleh Pemerintah Daerah yang terdiri dari pendapatan

hibah danpendapatan dana daruratUU No. 32 Tahun 2004. Lain-lain

pendapatan daerah dalam penelitian ini adalah penerimaan Lain-lain

pendapatan daerah dalam Laporan Realisasi Anggaran Tahun

2010-2015 kota Balikpapan.

F. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pendapatan asli

daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah secara

parsial maupun simultan berpengaruh terhadap belanja daerah. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan realisasi APBD kota

Balikpapan Tahun 2010 sampai dengan 2015 yang bersumber dari Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) kota Balikpapan. Data

tersebut dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Analisis data yang

digunakan adalah analisis kuantitatif yang dinyatakan dalam angka-angka. Alat

(59)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik dokumentasi, dengan mengumpulkan, mempelajari, dan menganalisis

data sekunder. Data variabel Belanja Daerah, Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sahmenggunakan

laporan realisasi APBD kota Balikpapan Tahun 2010-2015 yang bersumber

dari Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) kota Balikpapan.

H. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Data

Pengujian data dilakukan dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik

bertujuan untuk menguji data-data (variabel) yang akan dimasukkan ke

dalam model penelitian. Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan

setelah model dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari

asumsi klasik yang terdiri dari:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel independen dan variabel dependen, keduanya

mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Model regresi yang baik

harus mempunyai distribusi normal atau mendekati normal, Ghozali

(60)

dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi

kumulatif dengan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk

satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan

dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis

yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis

diagonalnya.

Untuk memperkuat pengujian, uji normalitas yang dapat

digunakan adalah uji Smirnov (K-S). Jika hasil

Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan diatas 0,05 maka data residual

terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika hasil Kolmogrov-Smirnov

menunjukkan nilai signifikan dibawah 0,05 maka data residual

terdistribusi tidak normal (Ghozali,2006).

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2006).

Uji multikolinearitas ini digunakan karena pada analisis regresi terdapat

asumsi yang mengisyaratkan bahwa variabel independen harus terbebas

dari gejala multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi antar variabel

independen.

Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas atau

(61)

Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi

variabel dependen (terikat) dan diregresi terhadap variabel independen

lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang

terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Pengambilan keputusan:

Tolerance value< 0,10 atau VIF > 10 : terjadi multikolinearitas.

Tolerance value> 0,10 atau VIF < 10 : tidak terjadi multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linear terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan

residual periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Jika

ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya

signifikan, menjadi tidak layak untuk dipakai. Menurut Ghozali (2006),

untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi bisa menggunakan Uji

Durbin-Watson (DW test). Kriteria pengujian Durbin Watson sebagai

berikut:

(62)

(2) Jika angka statistik D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada

autokorelasi.

(3) Jika angka statistik D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

d. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2006), uji heteroskedastisitas bertujuan

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual

satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang tidak terdapat heteroskedastisitas.

Cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas pada

suatu model dapat menggunakan uji glejser. Dasar pengambilan

keputusan sebagai berikut:

Jika nilai Sig variabel independen < 0,05 terjadi Heterokedastitas.

Jika nilai Sig variabel independen > 0,05 tidak terjadi Heterokedastitas.

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda

dengan tingkat signifikan 0,05 untuk melihat pengaruh Pendapatan Asli

Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

terhadap Belanja Daerah. Persamaan regresi yang digunakan adalah:

(63)

Keterangan :

Y = Belanja Daerah

X1 = Pendapatan Asli Daerah

X2 = Dana Perimbangan

X3 = Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

e = eror

3. Uji Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat

diukur dari Goodness of Fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur

dari nilaikoefisien determinasi, nilai statistik uji F dan nilai statistik uji t.

Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji

statistiknya berada dalam daerahkritis (daerah dimana Ho ditolak).

Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai ujistatistiknya berada dalam

daerah dimana Ho diterima (Ghozali, 2006).

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi atau koefisien penentu R2merupakan

suatu bilangan yang dinyatakan dalam bentuk persen, yang

menunjukkan besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel

(64)

kebenaran hubungan dari model yang dipakai yaitu angka yang

menunjukkan besarnya kemampuan varians/penyebaran dari variabel

independen yang menerangkan variabel dependen. Besarnya nilai

R2adalah 0 ≤ R2≤1, dimana semakin mendekati 1 berarti model tersebut

dapat dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antar variabel

independen dengan variabel dependen, demikian sebaliknya (Ghozali,

2006).

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji signifikansi simultan atau sering kali disebut uji F bertujuan

untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara bersama-sama

terhadap variabel terikat (Ghozali, 2006). Pengujian ini dilakukan

dengan melihat nilai probabilitas signifikansi (Sig.) F yang

dibandingkan dengan batas signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar

0,05. Cara yang dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung

dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

Ho = 0, berarti tidak ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah,

Dana Perimbangan, Dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang

Sah terhadap Belanja Daerah secara bersama-sama.

Ho > 0, berarti ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

(65)

Kriteria Penilaian:

1) Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Daerah.

2) Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang

berarti bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah secara bersama-sama tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Daerah.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas

secara individual mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi

variabel independen lainnya konstan. Uji signifikansi-t dimaksudkan

untuk pengujian pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen dalam penelitian sebagaimana dinyatakan dalam hipotesis

penelitan ini. Selain untuk menguji pengaruh tersebut, uji ini juga

digunakan untuk mengetahui tanda koefisien regresi masing-masing

variabel independen sehingga dapat ditentukan arah pengaruh

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t

dilakukan dengan membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan

(66)

Ho = 0, berarti tidak ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, Dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

terhadap Belanja Daerah secara parsial.

Ho > 0, berarti ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sahterhadap

belanja daerah secara parsial.

Kriteria penilaian:

1) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti

bahwa ada pengaruh yang signifikan dari penerimaan Pendapatan

Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah

Yang Sahterhadap Belanja Daerah secara parsial.

2) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti

bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dariPendapatan Asli

Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah

Gambar

Gambar 2.1     Struktur APBD ..............................................................................
Gambar 2.1: Struktur APBD
Gambar 2.3: Kerangka Konseptual
Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepentingan dan kebutuhan masyarakat akan hidup sejahtera lahir dan bathin, tempat tinggal dan lingkungan yang baik dan sehat yang terbebas dari dampak negative

maksud dan tujuan diadakannya musyawarah tersebut dan peraturan- peraturan yang diberlakukan dalam musyawarah tersebut, maka mediator akan memberikan kesempatan

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apakah penalaran matematika siswa kelas V SD N Karangayu 02 Kota Semarang

Untuk menghindari terjadinya hal-hal tersebut maka dilakukan perancangan dan pembuatan pintu gerbang yang dapat membuka dan menutup secara otomatis.. Cara kerja

Penyaji diwajibkan menguasai sepuluh materi tari Tradisi Gaya Surakarta Putri, diantaranya : Tari Bedhaya Si Kaduk Manis, Tari Bedhaya Duradasih, Tari Bedhaya

One of it is PhET simulation (Physics Education and Technology). PhET is an interactive simulation that is very suitable to be applied in education. PhET was

J udul Penelitian : POLA KOMUNIKASI ANTARA GURU DENGAN SISWA SD PENYANDANG DOWN SYNDROM DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK DI SEKOLAH INKLUSIF GALUH

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad