• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Perekonomian Provinsi Sumatera Utara

4.2.1. Belanja Publik dan Aparatur Daerah

Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu aspek penggunaan sumber daya ekonomi yang secara langsung dikuasai oleh pemerintah dan secara tidak langsung dimiliki oleh masyarakat melalui pembayaran pajak. Dua aspek yang terkait dengan pengeluaran pemerintah adalah pendapatan/penerimaan dan pengeluaran/belanja. Belanja pemerintah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan daerah.

Belanja publik dan aparatur daerah pada dasarnya digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah. Sebagian besar pengeluaran ini digunakan bagi pembiayaan aparatur negara yang merupakan nilai tambah di sektor pemerintah, pembiayaan operasional dan pemeliharaan kekayaan negara serta pembayaran bunga dan cicilan utang dalam negeri maupun luar negeri. Peningkatan yang diukur menurut harga berlaku menunjukkan peranan pemerintah yang relatif besar mempengaruhi perekonomian.

Sejak tahun 1978 pengeluaran publik pemerintah meningkat dari Rp 38.1 milyar menjadi Rp 45.4 milyar pada tahun 1979. Selanjutnya pengeluaran publik tahun 1980 semakin meningkat dari Rp 66.2 milyar menjadi Rp 147 milyar pada tahun1985 dan kontribusinya sangat tinggi terhadap total pengeluaran pemerintah sebesar 84,9 persen. pada tahun 1990 pengeluaran publik mencapai Rp 240,4 milyar. Sejak tahun anggaran 1993-1997 pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan rata-rata 14.9 persen per tahun. Pada tahun 1998, pertumbuhan pengeluaran pemerintah Sumatera Utara relatif menurun hingga mencapai lebih

dari 100 persen. Hal ini akibat adanya krisis ekonomi saat itu yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang berimplikasi pada pengeluaran pemerintah khususnya belanja publik dan bangunan di Sumatera Utara. Dan secara bertahap pengeluaran pemerintah mulai menunjukkan perkembangan yang positif, seperti pada tahun 2000 pengeluaran belanja publik sebesar Rp 219,6 milyar dengan perkembangan sebesar 7.9 persen. Realisasi Pengeluaran Publik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3

Perkembangan Pengeluaran Publik dan Kontribusinya terhadap Total Pengeluaran Tahun 1978-2011 Tah u n Pe n ge l u aran Pu bl i k (Mi l yaran ru pi ah ) Pe rtu m bu h an Pe n ge l u aran Pu bl i k (%) Kon tri bu si Pe n ge l u aran Pu bl i k Th dp Total Pe n ge l u aran (%) Total Pe n ge l u aran (Mi l yaran ru pi ah ) 1978 38.1 0 80.5 47.3 1979 45.4 16.1 67.5 67.2 1980 66.2 31.4 75.4 87.8 1981 83.2 20.4 79.9 104.2 1982 96.8 14 80.7 120 1983 113 14.3 84.2 134.2 1984 109.6 -3.1 84.6 129.6 1985 147 25.4 84.9 173.2 1986 155.4 5.4 83.4 186.4 1987 168.9 8 82.3 205.2 1988 245.7 31.2 84.6 290.4 1989 208.7 -17.7 78.1 267.2 1990 240.4 13.2 76.6 313.9 1991 255.6 6 75.9 336.9 1992 299 14.5 78.02 383.2 1993 365.1 18.1 79.6 458.7 1994 422.1 13.5 81.9 515.6 1995 456.9 7.6 78.2 584 1996 491.5 7.03 74.4 660.8 1997 576 16.7 74.7 771 1998 200.8 -186.8 58.6 342.6 1999 202.2 0.7 45.03 449 2000 219.6 7.9 52.7 416.8 2001 628.3 65.04 68.6 916.2 2002 703.4 10.7 68.9 1021.3 2003 562.7 -25 41.6 1352 2004 551.7 -1.9 36.7 1501.5 2005 540.5 -2.07 29.5 1830.6 2006 628.5 14 27.7 2269 2007 1359.7 53.8 53.1 2560.7 2008 1794.4 24.2 60.4 2967.3 2009 2066.2 13.1 60 3444.6 2010 2037.7 -1.4 53.2 3833.2 2011 2031.8 -0.3 43.4 4677.9

Anggaran pendapatan dan belanja daerah sebagai salah satu jangkar pengaman perekonomian daerah harus dijaga keseimbangannya antara tujuan untuk mengamankan kesinambungan fiskal dengan tujuan untuk mendorong perekonomian. Kebijakan desentralisasi ditujukan untuk mewujudkan kemandirian daerah. Pemerintah daerah otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasar aspirasi masyarakat.

Desentralisasi fiskal yang mulai efektif per 1 januari 2001 tidak serta merta mengubah perilaku pemerintah dalam menetapkan proporsi pengeluaran pemerintah. Berdasarkan undang-undang no 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, dengan format belanja baru pada tahun 2004 komponen belanja pemerintah terdiri atas belanja aparatur, pelayanan publik, bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Setiap tahunnya, komponen yang terbesar dari total belanja daerah adalah belanja aparatur daerah dan publik akan tetapi dilihat dari persentasenya, setiap tahunnya mengalami penurunan dimana pada tahun 2004 persentasenya turun sebesar 1,5 dari tahun 2003 yang pertumbuhan pengeluarannya berkisar Rp 562,7 milyar. Pada tahun 2007 pertumbuhan pengeluaran publik meningkat sangat signifikan sebesar 53,8 persen atau pengeluaran publiknya menjadi Rp 1359,7 milyar Tingginya pengeluaran ini disebabkan oleh alokasi belanja pegawai yang merupakan bagian terbesar dalam belanja publik dan aparatur daerah. Pembayaran untuk gaji pegawai cenderung meningkat jika jumlah pegawai negeri semakin meningkat. Dari total belanja publik dapat dilihat bahwa setiap tahunnya rata-rata mengalami kenaikan dengan demikian bahwa semakin bertambahnya anggaran yang digunakan untuk belanja

publik ini maka dapat dikatakan bahwa pemerintah Sumatera Utara makin memberikan pelayanan kepada masyarakat.

4.2.2. Pengeluaran Pembangunan

Pada dasarnya pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran pemerintah yang berkaitan untuk membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan umum baik pembangunan secara fisik maupun non fisik. Peranan anggaran pembangunan lebih ditekankan pada upaya penciptaan kondisi yang lebih stabil dan kondusif bagi berlangsungnya proses pemulihan ekonomi dengan tetap memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi daerah.

Bila dilihat dari segi pengeluaran pembangunan pemerintah di Sumatera Utara terlihat bahwa anggaran tahun 1978 sampai dengan tahun 2011 rata-rata proporsi belanja pembangunan daerah adalah 32,7 persen. Dibanding dengan periode sebelum desentralisasi rata-rata anggaran pemerintah dalam pengeluaran pembangunan hanya mencapai 23,2 persen namun setelah desentralisasi maka rata-rata anggaran pemerintah lebih tinggi yaitu sebesar 50,3 persen.

Sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan penerimaan negara, alokasi dana bagi anggaran pembangunan lainnya semakin ditingkatkan untuk mendorong laju pertumbuhan dan pelaksanaan berbagai program pemerintah. Kebanyakan negara berkembang dimana peranan pemerintah dalam perekonomian relatif besar, pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi karena pengeluaran ini dapat menciptakan berbagai prasarana yang dibutuhkan yang dibutuhkan dalam proses pembangunan.

Seperti halnya pengeluaran rutin yang cenderung meningkat, pengeluaran pembangunan juga menunjukkan pola yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa

pelaksanaan desentralisasi otonomi daerah di Sumatera Utara berhasil dilaksanakan. Beberapa kejadian penting yang memberikan andil turunnya belanja pembangunan:

• Adanya mutasi pegawai pemerintah pusat ke daerah yang berlangsung sangat drastis. Banyak pemda yang mengeluh dikarenakan menerima limpahan pegawai lebih dari yang dibutuhkan.

• Adanya perintah dari pemerintah pusat agar pemda menaikkan gaji pegawai negeri sipil (per 1 Januari 2001) akibatnya, belanja pemda lebih banyak tersedot untuk belanja rutin (belanja gaji pegawai naik secara tajam). Produktifitas belanja ini sangat kecil, terlebih lagi bagi pemda-pemda yang menerima pegawai lebih dari yang diinginkan.

Pada tahun anggaran 2001, peranan pengeluaran pembangunan terhadap total pengeluaran pemerintah Sumatera Utara adalah sebesar 31,4 persen dan kemudian menurun menjadi 31,12 persen pada tahun anggaran 2002. Tahun anggaran 2003 pengeluaran pembangunan meningkat menjadi Rp 789,3 milyar dengan pertumbuhan 5,7 persen dan kontribusinya terhadap pengeluaran 58,3 persen lebih besar dari pada pengeluaran publik.

Pada tahun anggaran 2006 pengeluaran pembangunan yang telah dirinci menurut jenis, berdasarkan pengelompokan ini belanja bagi hasil dan bantuan keuangan menjadi kontributor terbesar terhadap pembentukan pengeluaran pembangunan yang mencapai Rp 706,9 milyar dan diikuti oleh belanja modal sebesar Rp 606,4 milyar kemudian diikuti oleh belanja operasi dan pemeliharaan sebesar Rp 295,6 milyar. walaupun pada tahun berikutnya pengeluaran

pembangunan terus meningkat tetapi pertumbuhan pengeluaran pembanguna mengalami penurunan dan selama tahun 2008-2011 pengeluaran pembangunan kembali meningkat dari Rp 1127,9 milyar menjadi Rp 2646,1milyar tingginya pengeluaran ini disebabkan oleh beberapa jenis pembiayaan anggaran yang relatif cukup besar yaitu belanja bagi hasil Rp 683,3 milyar kemudian belanja modal dan barang jasa sebesar Rp 579,7 milyar dan Rp447,6 milyar. Jika naiknya porsi belanja pembangunan ini tidak diikuti dengan naiknya PAD maka realitas ini mengindikasikan, antara lain :

• Masih tingginya penerimaan (transfer) dana dari pusat. Prosentase kenaikan PAD tidak lebih besar daripada prosentase penerimaan dari transfer.Kenyataan ini menunjukkan masih tinggi ketergantungan sebagian besarpemda pada dana dari pusat ini. Riset Abdullah dan Halim (2004) menunjukkan adanya kecenderungan ini, belanja daerah sangat dipengaruhi oleh penerimaan DAU.

• Tingginya transfer dana dari pusat justru menyebabkan rendahnya inisiatif pemda untuk meningkatkan PAD.

• Agresifitas pemda dalam melaksanakan pembangunan tidak dapat secara langsung dirasakan dampaknya. Penerimaan PAD tidak merefleksikan sepenuhnya dampak pembangunan yang dilakukan.

Dengan meningkatnya pengeluaran pembangunan di masing-masing sektor menciptakan bertambahnya kesempatan kerja dan akan menambah pendapatan masyarakat. Selain itu dapat mendatangkan penerimaan finansial berupa penerimaan pajak yang diperoleh pemerintah melalui pembangunan saran dan

prasarana publik. Perkembangan pengeluaran pembangunan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Perkembangan Pengeluaran Pembangunan

dan Kontribusinya terhadap Total Pengeluaran Tahun 1978-2011

Tahun Pe nge l uaran Pe mbangunan (Mi l yaran Rp) Pe rtumbuhan Pe nge l uaran Pe mbangunan (%)

Kontri busi Pe nge l uaran Pe mbangunan Thdp Total

Pe nge l uaran (%)

Total Pe nge l uaran (Mi l yaran Rp) 1978 9.2 0 19.5 47.3 1979 21.8 57.8 32.4 67.2 1980 21.6 -0.9 24.6 87.8 1981 21 -2.8 20.1 104.2 1982 23.2 9.4 19.3 120 1983 21.2 -9.4 15.8 134.2 1984 20 -6 15.4 129.6 1985 26.2 23.7 15.1 173.2 1986 31 15.5 16.6 186.4 1987 36.3 14.6 17.7 205.2 1988 44.7 18.8 15.4 290.4 1989 58.5 23.6 21.9 267.2 1990 73.5 20.4 23.4 313.9 1991 81.3 9.6 24.1 336.9 1992 84.2 3.4 22 383.2 1993 93.6 10.04 20.4 458.7 1994 93.5 -0.1 18.1 515.6 1995 127.1 26.4 21.8 584 1996 169.3 24.9 25.6 660.8 1997 195 13.2 25.3 771 1998 141.8 -37.5 41.4 342.6 1999 246.8 42.5 55 449 2000 197.2 -25.1 47.3 416.8 2001 287.9 31.5 31.4 916.2 2002 317.9 9.4 31.1 1021.3 2003 789.3 5.7 58.3 1352 2004 949.8 16.8 63.3 1501.5 2005 1290.1 26.3 70.5 1830.6 2006 1640.5 21.3 72.3 2269 2007 1201 -36.6 47 2560.7 2008 1172.9 -2.4 39.5 2967.3 2009 1378.4 14.9 40.01 3444.6 2010 1795.5 23,2 46.8 3833.2 2011 2646.1 32.1 56.6 4677.9

Sumber : BPS Sumatera Utara ( data diolah)

Secara keseluruhan pengeluaran pembangunan pemerintah Sumatera Utara mengalami kenaikan setiap tahunnya. Diharapkan agar kenaikan ini sesuai dengan kondisi pembangunan semua sektor di Sumater utara.

Dokumen terkait