• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belanja Rumah Tangga

Dalam dokumen PROSPEK EKONOMI INDONESIA 2014 (Halaman 42-46)

Belanja rumah tangga masih akan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2014. Survey Kepercayaan Konsumen menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM ber-subsidi di akhir Juni 2013 tidak mengurangi daya beli masyarakat dengan terlalu signifikan. Pada tahun 2014 daya beli masyarakat diperkirakan akan tetap terpelihara dengan baik. Hal ini terutama didukung juga oleh relatif lebih rendahnya tekanan inflasi pada tahun 2014. Walaupun demikian, kebijakan BI yang cenderung ketat akan mempengaruhi pola belanja masyarakat. Aktivitas pemilu diperkirakan belum cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan belanja rumah tangga ke tingkat yang lebih tinggi sepanjang semester pertama 2014.

5.3 5.4 5.6 5.7 5.6 5.9 6.1 6.4 4.0 5.0 6.0 7.0 450 550 650 750 850 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2011 2012 2013F 2014F % Rp trn (cp.2000) PDB ril: pesimis PDB ril: optimis PDB ril: % YoY (pesimis) PDB ril: % YoY (optimis)

Pada semester pertama 2014 pertumbuhan belanja masyarakat akan cenderung melambat, dan terus melambat hingga 3,7 persen pada triwulan ketiga 2014. Akan tetapi, turunnya angka inflasi pada bulan Juli 2014 akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap kondisi perekonomian mereka. Di samping itu, proses pemilu yang diperkirakan sudah selesai pada triwulan ketiga akan semakin meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap prospek perekonomian dan masa depan mereka. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh proses pemi-lihan umum pun akan turun dengan signifikan setelah triwulan ketiga 2014. Dengan keadaan yang demikian, pertumbuhan belanja rumah tangga akan cenderung menguat pada triwulan keempat 2014, dimana belanja rumah tangga diperkirakan akan tumbuh dengan laju 4,6 persen.

Gambar 44. Prediksi Belanja Rumah Tangga 2014.

sumber: BPS, prediksi KEN

Belanja Pemerintah

Dengan defisit anggaran sebesar 1,7 persen dari PDB ada kesan bahwa belanja akan mem-berikan dorongan yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi seperti yang dise-butkan sebelumnya, pertumbuhan riil belanja pemerintah hanya mencapai sekitar 1,2 per-sen. Jadi tampaknya daya dorong belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi masih akan kurang signifikan.

Keadaan diperburuk lagi dengan masalah penyerapan anggaran yang tidak kunjung membaik. Dampak kebijakan fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan pemerintah untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang ada dalam mengimplementa-sikan anggarannya bila pada tahun 2014 pemerintah tidak berhasil memperbaiki efisiensi

4.1 4.6 4.4 4.5 4.2 5.2 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 300 320 340 360 380 400 420 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2012 2013F 2014F % Rp trn (cp.2000) Belanja rmtg: pesimis Belanja rmtg: optimis Belanja rmtg: % YoY (pesimis) Belanja rmtg: % YoY (optimis)

Sumber: BPS, Prediksi KEN.

Pada tahun 2014, belanja pemerintah diperkirakan akan cenderung melambat hingga tri-wulan ketiga, dimana belanja pemerintah diperkirakan akan mengalami pertumbuhan nega-tif 1,9 persen. Pada triwulan keempat pertumbuhan belanja pemerintah akan naik lagi men-jadi 3,6 persen. Sepanjang tahun 2014 belanja pemerintah akan tumbuh sebesar 2,7 persen, sedikit lebih lambat dari pertumbuhan sebesar 3,2 persen di tahun 2013.

penyerapan anggaran, maka belanja pemerintah hanya akan tumbuh pada kisaran 2,7 persen - 3,5 persen.

Pertumbuhan belanja pemerintah akan cenderung melambat hingga triwulan ketiga 2014. Diperkirakan birokrasi kita akan disibukkan oleh masalah-masalah pemilu, sehingga imple-mentasi program-program pembangunan cenderung lambat. Namun, pada triwulan keempat 2014, setelah proses pemilu memberikan hasil yang jelas, fokus para penyelenggara negara akan membaik, sehingga pertumbuhan belanja negara pada triwulan keempat akan sedikit membaik, tumbuh dengan laju tahunan sekitar 3,8 persen pada triwulan tersebut.

Gambar 45. Prediksi Belanja Pemerintah 2014.

3.7 6.1 -1.5 4.5 -8.0 -4.0 0.0 4.0 8.0 12.0 25 40 55 70 85 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2012 2013F 2014F % Rp trn (cp.2000)

Belanja pem: pesimis Belanja pem: optimis Belanja pem: % YoY (pesimis) Belanja pem: % YoY (optimis)

Investasi

Investasi portfolio, sering disebut dengan hot money, yang masuk ke Indonesia sejak tahun 2008 tumbuh cukup tinggi. Hal ini tercermin dari banyaknya dana asing yang masuk dalam bentuk obligasi maupun saham yang jumlahnya mencapai kurang lebih 600 triliun rupiah. Meningkatnya dana asing yang masuk terutama dipicu oleh adanya pengalihan dana yang di-lakukan para investor dari negara maju ke negara emerging. Hal ini terjadi terutama sejak terjadinya krisis global yang terjadi di Amerika dan Eropa. Pada tahun 2004 jumlah investasi portofolio hanya sebesar 4.409 juta dolar meningkat signifikan pada tahun 2009 dan 2010 menjadi 10.336 juta dolar dan 13.202 juta dolar.

Tabel 19. Transaksi Finansial: Investasi Portofolio

Sumber: Departemen Keuangan

Derasnya dana masuk memicu penguatan mata uang rupiah terhadap dolar, seperti yang juga dialami oleh mata uang negara emerging lainnya. Rupiah bahkan sempat menguat ke bawah 10.000 rupiah per dolar. Pada tahun 2010 mulai terjadi perubahan dalam investasi yang masuk. Semula hanya portofolio yang mendominasi aliran dana masuk. Namun, kemudian FDI juga meningkat pesat, dari 5.271 juta dolar di tahun 2005, menjadi 11.528 juta dolar di tahun 2010 dan USD dan 14.310 juta dolar di tahun 2012.

Investasi Portofolio (US$ Juta) 4,409.00 4,190.00 4,277.00 5,567.00 1,764.00 10,336 13,202 3,806 9,199 8,033

A. Aset 353 -1,080.00 -1,830.00 -4,415.00 -1,294.00 -144 -2,511 -1,189 -5,466 -1428 1. Sektor publik 0 0 0 0 0 0 -2,021 218 -4,673 512 a. Saham 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 b. Surat utang 0 0 0 0 0 0 -2,021 218 -4,673 512 2. Sektor swasta 353 -1,080.00 -1,830.00 -4,415.00 -1,294.00 -144 -490 -1,408 -793 -1940 a. Saham -106 38 10 -217 -298 -363 -96 -312 -465 -721 b. Surat utang 459 -1,118.00 -1,841.00 -4,199.00 -997 219 -394 -1,096 -328 -1218 1) Obligasi dan wesel -1,882.00 -712 -2,257.00 -3,290.00 -537 -50 -257 -1,189 -243 -1218 2) Lainnya 2,341.00 -406 416 -909 -459 269 -137 93 -85 0

B. Kewajiban 4,056.00 5,270.00 6,107.00 9,982.00 3,059.00 10,480 15,713 4,996 14,665 9461

1. Sektor publik 2,251.00 4,826.00 4,514.00 5,271.00 3,361.00 9,578 13,526 827 9,250 7,641 a. Saham 0 0 0 0 0 N/A N/A N/A N/A -b. Surat utang 2,251.00 4,826.00 4,514.00 5,271.00 3,361.00 9,578 13,526 827 9,250 7,641 1) Otoritas moneter 772 677 375 1,233.00 -1,980.00 3,558 1,281 -5,371 -788 311 2) Pemerintah 1,479.00 4,149.00 4,139.00 4,037.00 5,341.00 6,020 12,245 6,197 10,039 7,331 a) denominasi valuta asing 0 0 0 0 4,080.00 3,888 2,594 2,980 5,033 5,013 b) denominasi rupiah 1,479.00 4,149.00 4,139.00 4,037.00 1,261.00 2,132 9,651 3,217 5,006 2,318 2. Sektor swasta 1,804.00 444 1,593.00 4,711.00 -303 902 2,187 4,169 5,415 1,820 a.Saham 2,043.00 -165 1,898.00 3,559.00 322 787 2,132 -326 1,697 -876 b. Surat utang -238 609 -305 1,152.00 -625 115 56 4,495 3,717 2,696

1) Obligasi dan wesel -238 -142 20 984 -534 50 126 3,408 4,667 4,170 2) Lainnya 0 751 -325 169 -91 65 -70 1,087 -950 -1473

2010

2011 2012 2013:Sampai Tw III 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Tabel 20. Investasi FDI.

Sumber: Bank Indonesia

Sayangnya, investasi FDI lebih banyak pada sektor-sektor yang padat modal seperti industri farmasi dan sebagian sektor jasa, atau sektor primer yang berbasis padat modal. Padahal FDI yang diharapkan adalah yang mampu menjadi motor penggerak ekonomi, terutama pada sek-tor yang padat karya, mempunyai nilai tambah yang tinggi dan berorientasi ekspor. Namun, sebagian besar FDI justru berorientasi pasar dalam negeri.

Selain FDI, ternyata PMDN (Penanaman Modal Dalam Negri) tidak kalah dalam hal pertum-buhan. PMDN juga meningkat sejak tahun 2010. Namun sektor-sektor yang diminati tidak jauh berbeda dengan FDI, yaitu yang berbasis padat modal dan jasa. Akibatnya, angkatan kerja yang terserap pada sektor industri tidak banyak mengalami perubahan, hanya berkisar di angka 15 juta orang.

Komposisi FDI seperti saat ini tidak akan dapat membantu memperbaiki struktur ekonomi kita, bahkan dapat membuat neraca perdagangan kita lebih buruk mengingat ketergantu-ngan impor dari sebagian sektor masih cukup tinggi (70 persen). Oleh karena itu, kebijakan investasi perlu difokuskan untuk lebih memperbaiki struktur perekonomian Indonesia. Untuk itu, perlu adanya insentif yang menarik, utamanya di sektor-sektor yang padat karya, mem-punyai nilai tambah yang tinggi dan berorientasi ekspor. Selain itu, daftar negatif investasi harus disesuaikan sedemikian rupa agar di masa mendatang investasi lebih mempunyai daya dukung terhadap perbaikan struktur ekonomi Indonesia.

Tabel 21. Perkembangan PMDN.

Sumber: BKPM

Tabel 22. Perkembangan PMA.

Sumber: BKPM Investasi Langsung (US$ Juta) -1,512 5,271 2,188 2,253 3,419 2,628 11,106 11,528 14,310 12,786

A. Ke luar negeri -3,408 -3,065 -2,726 -4,675 -5,900 -2,249 -2,664 -7,713 -5,309 -1400 1. Modal ekuitas dan laba ditanam kembali -470 -331 -609 -998 -1,420 -1,524 -1,041 -3,137 -1,616 -1537 2. Modal lainnya -2,938 -2,734 -2,117 -3,678 -4,480 -725 -1,623 -4,576 -3,693 136 B. Di Indonesia (PMA) 1,896 8,336 4,914 6,928 9,318 4,877 13,771 19,241 19,617 14,188 1. Modal ekuitas dan laba ditanam kembali 2,138 7,812 4,616 7,549 9,105 4,982 12,468 14,350 15,887 11,013 2. Modal lainnya -242 524 298 -621 213 -104 1,302 4,891 3,731 3,175 a. Penerimaan 2,595 1,637 3,649 5,460 7,779 8,536 14,368 21,414 30,891 24,481 b. Pembayaran -2,837 -1,113 -3,351 -6,081 -7,565 -8,640 -13,066 -16,523 -27,159 -21306 2010 2011 2012 Sampai Tw 2013: III 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Investasi

(USD Juta) Pangsa (%) (USD Juta)Investasi Pangsa (%) (USD Juta)Investasi Pangsa (%) (USD Juta)Investasi Pangsa (%)

SEKTOR PRIMER 12,131.40 20.01 16306.9 21.46 20369.10 22.10 15319.645 16.28

Tanaman Pangan & Perkebunan 8,727.30 14.40 9167.7 12.06 9631.48 10.45 3732.165 3.97

Peternakan 156.5 0.26 112.8 0.15 97.44 0.11 292.3022 0.31 Kehutanan 171.6 0.28 12.5 0.02 144.54 0.16 0.05 0.00 Perikanan 1 0.00 0 0.00 14.73 0.02 0.23 0.00 Pertambangan 3,075.00 5.07 7013.9 9.23 10480.90 11.37 11294.8978 12.00 SEKTOR SEKUNDER 25,612.60 42.25 39048 51.38 49888.94 54.12 38288.379 40.68 Industri Makanan 16,405.40 27.06 8366.7 11.01 11166.69 12.11 12908.4573 13.72 Industri Tekstil 431.7 0.71 999.1 1.31 4450.91 4.83 1264.7219 1.34

Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 12.5 0.02 13.5 0.02 76.68 0.08 0.3973 0.00

Industri Kayu 451.3 0.74 580.3 0.76 56.97 0.06 313.0422 0.33

Ind. Kertas dan Percetakan 1,102.80 1.82 9384.8 12.35 7561.04 8.20 5406.1598 5.74

Ind. Kimia dan Farmasi 3,266.00 5.39 2646.5 3.48 5069.45 5.50 5227.8072 5.55

Ind. Karet dan Plastik 522.8 0.86 2295.8 3.02 2855.01 3.10 1067.2701 1.13

Ind. Mineral Non Logam 2,264.60 3.74 7440.5 9.79 10730.66 11.64 4045.0327 4.30

Ind. Logam, Mesin & Elektronik 789.6 1.30 6804.7 8.95 7225.67 7.84 6001.1428 6.38

Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik & Jam 0 0.00 0 0.00 0.00 0.00 10.064 0.01

Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain 362.2 0.60 511.3 0.67 664.42 0.72 1982.5046 2.11

Industri Lainnya 3.7 0.01 4.8 0.01 31.45 0.03 61.78 0.07 SEKTOR TERSIER 22,882.20 37.74 20645.7 27.17 21923.97 23.78 40504.5428 43.04

Listrik, Gas dan Air 4,929.80 8.13 9134.7 12.02 3796.78 4.12 20374.8869 21.65

Konstruksi 67.6 0.11 598.1 0.79 4586.62 4.98 5829.6918 6.19

Perdagangan & Reparasi 116.4 0.19 330.7 0.44 1030.44 1.12 983.3026 1.04

Hotel & Restoran 390.3 0.64 394.2 0.52 1015.03 1.10 423.5916 0.45

Transportasi, Gudang & Komunikasi 13,787.70 22.74 7927.1 10.43 8612.04 9.34 10915.6804 11.60

Perumahan, Kawasan Ind & Perkantorans 261.7 0.43 732.7 0.96 58.00 0.06 1647.8369 1.75

Jasa Lainnya 3,328.60 5.49 1528.2 2.01 2825.05 3.06 329.5526 0.35 Total 60,626.20 100.00 76,000.60 100.00 92,182.01 100.00 94,112.57 100.00

2010 2011 2012 2013:Sampai QIII

Investasi (USD

Juta) Pangsa (%) Investasi (USD Juta) Pangsa (%) (USD Juta)Investasi Pangsa (%) Investasi (USD Juta) Pangsa (%)

SEKTOR PRIMER 3,042.30 18.76 4870.3 25.01 5,933.07 24.15 5093.41 24.02

Tanaman Pangan & Perkebunan 750.9 4.63 1236 6.35 1,601.87 6.52 990.31 4.67

Peternakan 4.7 0.03 2.1 0.01 19.82 0.08 9.95 0.05 Kehutanan 39.4 0.24 14.2 0.07 26.94 0.11 26.37 0.12 Perikanan 18 0.11 10 0.05 28.99 0.12 6.22 0.03 Pertambangan 2,229.30 13.75 3608 18.53 4,255.45 17.32 4060.56 19.15 SEKTOR SEKUNDER 3,357.10 20.70 6779.5 34.81 11,769.95 47.91 12428.56 58.62 Industri Makanan 1,025.90 6.33 1097.8 5.64 1,782.95 7.26 1486.56 7.01 Industri Tekstil 154.8 0.95 498.3 2.56 473.12 1.93 656.82 3.10

Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 144.1 0.89 249.7 1.28 158.88 0.65 45.04 0.21

Industri Kayu 43.1 0.27 51 0.26 76.29 0.31 27.99 0.13

Ind. Kertas dan Percetakan 46.4 0.29 258.2 1.33 1,306.61 5.32 1097.51 5.18

Ind. Kimia dan Farmasi 798.4 4.92 1466.1 7.53 2,769.79 11.28 2561.60 12.08

Ind. Karet dan Plastik 105 0.65 371.2 1.91 660.30 2.69 337.31 1.59

Ind. Mineral Non Logam 28.4 0.18 137.2 0.70 145.76 0.59 706.84 3.33

Ind. Logam, Mesin & Elektronik 589.6 3.64 1773.4 9.11 2,452.62 9.98 2633.33 12.42

Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik & Jam 1.4 0.01 41.9 0.22 3.40 0.01 2.62 0.01

Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain 393.8 2.43 770.2 3.95 1,840.05 7.49 2791.35 13.17

Industri Lainnya 26.2 0.16 64.5 0.33 100.19 0.41 81.59 0.38

SEKTOR TERSIER 9,815.30 60.53 7824.9 40.18 6,861.65 27.93 3680.77 17.36

Listrik, Gas dan Air 1,428.40 8.81 1864.7 9.57 1,514.57 6.17 756.92 3.57

Konstruksi 619.9 3.82 282.5 1.45 239.57 0.98 521.02 2.46

Perdagangan & Reparasi 784.7 4.84 821 4.22 483.58 1.97 501.69 2.37

Hotel & Restoran 312.1 1.92 240.4 1.23 768.16 3.13 267.55 1.26

Transportasi, Gudang & Komunikasi 5,046.20 31.12 3865.6 19.85 2,808.23 11.43 887.36 4.19

Perumahan, Kawasan Ind & Perkantorans 1,050.20 6.48 265.8 1.36 401.78 1.64 491.90 2.32

Jasa Lainnya 573.8 3.54 484.9 2.49 645.77 2.63 254.33 1.20

Total 16,214.70 100.00 19,474.70 100.00 24,564.67 100.00 21,202.74

2011 2012 2013:Sampai QIII 2010

Kondisi perekonomian global tampaknya sudah mencapai titik terendah pada tahun 2013. Ada harapan pada tahun 2014 kondisi perekonomian global akan lebih stabil. Dalam keadaan yang demikian, investor (baik portofolio maupun langsung) akan menjadi lebih tidak risk

averse. Mereka menjadi lebih berani mengambil risiko. Artinya, akan ada investasi mengalir

dari negara-negara maju ke negara emerging, termasuk Indonesia. Indonesia masih amat menarik bagi investor asing, karena memiliki prospek pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih baik dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh negara-negara tetangga kita.

Dalam keadaan yang demikian, investasi pada tahun 2014 akan cenderung lebih baik diban-dingkan dengan pada tahun 2013. Sayangnya, kebijakan moneter yang masih diperkirakan akan ketat akan sedikit memperlambat aktivitas investasi, utamanya yang berasal dari dalam negeri.

Gambar 46. Prediksi Pertumbuhan Modal Tetap Bruto (Investasi) 2014.

Sumber: BPS, prediksi KEN.

Pertumbuhan investasi di tahun 2014 akan terus meningkat secara berangsur-angsur. Pada triwulan pertama 2014 pertumbuhan investasi diperkirakan akan mencapai 5,3 persen, dan meningkat menjadi 7,4 persen pada triwulan keempat 2014. Sepanjang tahun 2014 investasi diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,3 persen, sedikit lebih cepat dari 4,7 persen di tahun 2913. 5.6 7.4 5.6 6.1 7.2 8.1 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 100 120 140 160 180 200 220 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2012 2013F 2014F % Rp trn (cp.2000)

Investasi: pesimis Investasi: optimis Investasi: % YoY (pesimis) Investasi: % YoY (optimis)

Ekspor

Dengan relatif lebih stabilnya perekonomian dunia di tahun 2014 dibandingkan dengan pada tahun 2013, permintaan di pasar global pun akan cenderung membaik. Walaupun perbaikan-nya belum terlalu kuat, tetapi sudah cukup untuk memberi ruang kepada ekspor kita untuk tumbuh lebih cepat.

Ada kalangan yang menyebutkan ekspor kita sulit tumbuh karena harga komoditas yang cen-derung turun. Akan tetapi, harga komoditas pada tahun 2014 akan relatif stabil dengan ke-cenderungan meningkat, seiring dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian global. Permintaan akan komoditas di tahun 2014 juga akan cenderung membaik.

Gambar 47. Prediksi Pertumbuhan Ekspor 2014.

Sumber: BPS, prediksi KEN.

Dengan keadaan yang demikian, laju pertumbuhan ekspor di tahun 2014 diperkirakan akan semakin membaik secara berangsur-angsur. Pada triwulan pertama 2014 ekspor diperkirakan akan tumbuh dengan laju 5,2 persen, dan meningkat terus pada triwulan-triwulan berikut-nya. Pada triwulan keempat 2014 ekspor sudah tumbuh dengan laju 7,7 persen. Sepanjang tahun 2014 ekspor kita akan tumbuh dengan laju 6,6 persen, sedikit lebih cepat dari pertum-buhan sebesar 4,5 persen di tahun 2013.

6.6 7.7 5.5 7.1 7.1 8.4 -5 0 5 10 50 100 150 200 250 300 350 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2012 2013F 2014F % Rp trn (cp.2000)

Ekspor: pesimis Ekspor: optimis Ekspor: % YoY (pesimis) Ekspor: % YoY (optimis)

Tabel 23. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2014 (persen).

Prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi produksi sektoral tahun 2014 mengikuti tren yang mirip dengan tahun 2013. Sektor industri manufaktur diperkirakan akan bertum-buh sekitar 5,3 persen, hampir sama dengan laju pertumbertum-buhannya di tahun 2013. Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan akan bertumbuh pada kisaran 6,4 persen per tahun, lebih tinggi dari laju pertumbuhannya di tahun 2013. Demikian pula dengan sektor transportasi dan komunikasi yang diperkirakan akan bertumbuh relatif cepat yaitu dengan laju sekitar 10,6 persen. Sedangkan sektor pertanian diperkirakan akan bertumbuh 2,8 per-sen per tahun, sedikit lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhannya tahun 2013. Relatif lebih rendahnya pertumbuhan sektor pertanian tahun 2014 menyebabkan semakin beratnya upaya untuk menurunkan angka kemiskinan, khususnya kemiskinan pedesaan.

Dalam dokumen PROSPEK EKONOMI INDONESIA 2014 (Halaman 42-46)

Dokumen terkait