• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belanja Tidak Terduga

KEBIJAKAN UMUM KEUANGAN DAERAH

3. 2 PENGELOLAAN BELANJA DAERAH

6. Belanja Tidak Terduga

Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan

3 - 10

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN BUPATI KUTAI TIMUR TAHUN 2014 daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Kegiatan yang tidak biasa yaitu tanggap darurat dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan, ketenteraman, dan ketertiban masyarakat.

3.2.2 Belanja Langsung

Belanja Langsung yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur diarahkan untuk memenuhi tangungjawab dan kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan Urusan Wajib dan Urusan Pilihan. Dalam Tahun 2014, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur melaksanakan 29 Urusan Wajib dan 9 Urusan Pilihan.

Kebijakan Umum Anggaran Kabupaten Kutai Timur berdasarkan prioritas pembangunan. Penentuan prioritas program pembangunan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pembangunan dengan prinsip penggunaan input sumberdaya yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan output dan manfaat sebesar-besarnya. Penentuan prioritas pembangunan disusun berdasarkan kriteria:

1. Penting tidaknya program dan kegiatan mendukung prioritas pembangunan 2. Bermanfaat untuk masyarakat secara umum

3. Memperluas Akses bagi masyarakat terhadap kebutuhan dasar 4. Kesesuaian dengan rencana pembangunan jangka menengah 5. Mendesak dan penting untuk segera dilaksanakan

6. Merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk melaksanakannya 7. Realistis untuk dilaksanakan

Prioritas penggunaan belanja langsung diarahkan untuk program yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat dalam rangka pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mendorong pergerakan perekonomian masyarakat. Program dan kegiatan tertentu juga diarahkan untuk mempedomani Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang berlaku pada masing-masing bidang.

Upaya penggunaan belanja sebagaimana tersebut diatas harus tetap dalam koridor pencapaian sasaran pembangunan daerah dan pelaksanaan program daerah sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kutai Timur Tahun 2011-2015 dan menjadi prioritas daerah dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2014.

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN BUPATI KUTAI TIMUR TAHUN 2014

3 - 11

3.2.3 Target Dan Realisasi Belanja

Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung terealisasi sebesar Rp 2.998.500.929.819,00 dari rencana belanja sebesar Rp 3.288.378.641.177,00 atau 91,18% sebagaimana terinci dalam Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2.

Target Dan Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2014

No Uraian Anggaran 2014 Realisasi 2014 %

2 BELANJA

2.1 Belanja Tidak Langsung 952.729.177.457,00 879.908.883.540,26 92,36 2.1.1 Belanja Pegawai 664.025.177.457,00 602.251.365.584,66 90,70 2.1.2 Belanja Subsidi 11.000.000.000,00 9.929.628.750 90,27 2.1.3 Belanja Hibah 108.145.000.000,00 105.610.218.100,00 97,66 2.1.4 Belanja Bantuan Sosial 10.845.000.000,00 7.225.860.000,00 66,63 2.1.5 Belanja Bantuan Keuangan 155.714.000.000,00 154.166.756.105,60 99,01 2.1.6 Belanja Tidak Terduga 3.000.000.000,00 725.055.000,00 24,17 2.2 Belanja Langsung 2.609.448.704.008,00 2.399.467.977.961,90 91,96 2.2.1 Belanja Pegawai 245.802.852.094,50 229.310.887.571,50 93,29 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 805.806.546.321,50 711.468.725.268,00 88,29 2.2.3 Belanja Modal 1.557.839.287.592,00 1.458.688.365.122,00 93,64 JUMLAH BELANJA 3.562.177.881.465,00 3.279.376.861.502,16 92,07 Sumber: Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015

Belanja Tidak Langsung terealisasi sebesar Rp 879.908.883.540,26 dari rencana belanja sebesar Rp 952.729.177.457,00 atau mencapai 92,36%, terdiri dari belanja pegawai, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

Belanja Langsung terealisasi sebesar Rp 2.399.467.977.961,90 dari rencana belanja sebesar Rp 2.609.448.704.008,00 atau mencapai 91,96%, yang terinci dalam pos Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja Modal.

3.2.4 Permasalahan dan Solusi

Adapun permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan solusi yang ditempuh dalam kaitannya dengan belanja daerah adalah:

1. Permasalahan yang dihadapi diantaranya:

a. Adanya regulasi baru, seperti: Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari

3 - 12

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN BUPATI KUTAI TIMUR TAHUN 2014 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 yang tentunya masih memerlukan proses penyesuaian agar singkron dengan siklus perencanaan dan penganggaran;

b. Terlambatnya pelaksanaan kegiatan, yang disebabkan: 1) Keterlambatan proses administrasi keuangan

Pelaksanaan kegiatan pembangunan sangat tergantung pada input dana yang digunakan untuk operasionalisasi kegiatan tersebut. Keterlambatan pencairan dana kegiatan merupakan salah satu kendala yang masih dihadapi dalam pelaksanaan beberapa kegiatan selama Tahun 2013. Hal ini disebabkan antara lain proses pencairan dana dari pusat terutama yang bersumber dari dana-dana perimbangan yang waktunya tidak selalu paralel dengan jadwal (time schedule) kegiatan yang telah direncanakan. Disamping itu, proses administrasi keuangan secara internal masih perlu penataan dan penertiban berdasarkan disiplin anggaran.

2) Perubahan petunjuk / pedoman proses administrasi

Administrasi pelaksanaan kegiatan yang berlaku baku untuk instansi pemerintah sebagai dasar hukum yang wajib ditaati dalam pelaksanaannya adalah syarat yang harus dipenuhi kesesuaiannya antara pelaksanaan dan petunjuk / pedoman yang mendasarinya. Sehingga terjadinya perubahan pada petunjuk / pedoman dapat dipastikan berdampak pada tahapan dan jadwal pelaksanaan kegiatan dan pembiayaanya.

3) SDM aparatur pengelola kegiatan

Masih terbatasnya kapasitas SDM aparatur bila dikaitkan dengan syarat-syarat sebagai pelaksana atau pengelola kegiatan baik yang bersifat teknis maupun administratif. Disamping itu masih kurangnya kesiapan aparatur dalam menyikapi peraturan-peraturan yang baru sehingga mengakibatkan perlu penambahan waktu untuk meningkatkan pemahaman atas peraturan tersebut. Kondisi ini mengakibatkan kinerja aparatur yang kurang optimal.

4) Koordinasi dalam pengelola kegiatan

Pelaksanaan kegiatan yang mencakup atau melingkupi bermacam aspek dan pihak yang terlibat memerlukan proses sinkronisasi yang keterpaduan dimana efektivitasnya sangat ditentukan oleh tingkat koordinasi dan konsolidasi yang dilakukan. Hal ini pada gilirannya turut mempengaruhi jadwal pelaksanaan

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN BUPATI KUTAI TIMUR TAHUN 2014

3 - 13

kegiatan itu sendiri dan berdampak pada jadwal penganggaran yang mengikuti prosesnya.

Dalam bidang keuangan daerah, tantangan kedepan adalah daerah tidak dapat selamanya mengandalkan sumber-sumber dana pembangunan dari besarnya keuangan pemerintah saja dan keuangan pemerintah daerah sendiri tidak hanya mengandalkan dari dana perimbangan saja. Disisi lain schedule transfer keuangan dari pemerintah pusat ke daerah yang tidak teratur dan tidak sejalan dengan kalender anggaran di daerah mengakibatkan mekanisme transfer keuangan di daerah menjadi kurang lancar sehingga berdampak pula pada tingkat kinerja. Hal ini pula yang mendasari betapa pentingnya orientasi kemandirian daerah bagi upaya peningkatan kinerja dan produktifitas daerah yang berkesinambungan.

Dokumen terkait