• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belum selesainya pembangunan sistem penanggulangan bencana

C. SARJANA MUDA

2. Belum selesainya pembangunan sistem penanggulangan bencana

Semenjak perubahan paradigma penanganan bencana dari responsif menjadi preventif, maka sudah mulai dibangun sistem penanggulangan bencana. Agenda dalam sistem ini merupakan program/kegiatan yang bersifat generik (berlaku untuk semua jenis ancaman bencana). Selama kurun waktu 2014-2019, sudah banyak capaian dalam implementasi sistem kebencanaan, tetapi masih perlu efektivitas dan penyempurnaan.

- Legislasi Penanggulangan Bencana

• UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana perlu disesuaikan kembali dengan situasi saat ini.

• Masih banyak peraturan perundang-undangan sehubungan dengan mandate penyelenggaraan penanggulangan bencana masih belum sepenuhnya selaras, karena mandat penyelenggaraan PB secara proporsional juga dimiliki oleh sektor-sektor lain sesuai dengan tupoksi masing-masing. Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan mempunyai mandat mengatur hubungan dan ketersediaan sumberdaya di pusat dan daerah dalam hal penanggulangan bencana. Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pekerjaan Umum menangani kondisi darurat bencana.

• Masih adanya aturan yang belum selesai seperti status bencana, analisia risiko bencana, standar pelayanan minimal dan sebagainya.

- Kelembagaan Penanggulangan Bencana

• BNPB merupakan lembaga pemerintah yang memiliki mandat utama sebagai penyelenggara penanggulangan bencana melalui fungsi koordinasi, komando dan pelaksana. Berdasarkan Perpres 8/2008 tentang Pembentukan BNPB, menempatkan BNPB sebagai lembaga teknis non departemen yang dipimpin oleh kepala setingkat menteri. Oleh karena itu BNPB sulit melakukan fungsi kordinasi terhadap K/L lain karena BNPB merupakan badan yang secara hirarki berada di bawah Kementerian.

• Keberadaan BPBD terdapat pada komponen regulasi turunan Undang-undang kebencanaan yang bersifat teknis. Secara penganggaran, BPBD berada di bawah pemerintah daerah yang berada di bawah koordinasi Kementerian Dalam Negeri, bukan di bawah BNPB. BNPB hanya memiliki sub ordinatif dalam skala teknis kepada BPBD-BPBD. Kondisi ini mengakibatkan berbagai kendala terjadi. Salah satunya adalah belum seluruh daerah kabupaten/kota yang memiliki BPBD.

32 | P a g e b a d a n p e n a n g g u l a n g a n b e n c a n a d a e r a h

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah tidak mewajibkan pembentukan BPBD pada suatu daerah kabupaten/kota, kewajiban pembentukan hanya untuk pemerintah provinsi.

• BPBD mempunyai kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia terbatas serta fasilitas yang terbatas. Logistik dan peralatan yang masih terbatas dan belum dapat hadir pada waktu dan tempat dibutuhkan. Fleksibilitas sumberdaya manusia yang tinggi sehingga mudah dimutasi.

• Politik lokal dukungan legislatif sangat minim.

- Perencanaan Penanggulangan Bencana

• Rencana Aksi Daerah PB sebagai perencanaan dasar dalam penanggulangan bencana masih belum diacu oleh OPD karena kasih lemahnya koordinasi dan kmitmen daerah. Belum membuat revisi rencana penanggulangan bencana, sehingga sinkronisasi program/kegiatan pemerintah dan pemerintah daerah masih sangat lemah.

- Pendanaan Penanggulangan bencana

• Anggaran penanggulangan bencana di daerah masih minim, rata-rata mencapai 0,1%.

- Peningkatan Kapasitas

 Peningkatan kapasitas meliputi hal-hal sebagai berikut:

• Hardware : - Sarana/Prasarana - Peralatan

• Software : - Pedoman - Sistem

• Brainware : - Pelatihan - Gladi

Dengan banyaknya penduduk yang tinggal di daerah rawan bahaya, banyak komunitas yang perlu menerima gladi, simulasi dan pelatihan kebencanaan. Tim siaga bencana perlu dibentuk dan diberi sumber daya yang memadai, serta masih banyak aparat pemerintah yang perlu diberi pendidikan dan pelatihan kebencanaan agar dapat melaksanakan pembangunan yang berperspektif pengurangan risiko dan menyelenggarakan tanggap serta pemulihan bencana dengan baik.

33 | P a g e b a d a n p e n a n g g u l a n g a n b e n c a n a d a e r a h

Tantangan berikutnya adalah pertambahan penduduk, dimana kebutuhan lahan meningkat, eksploitasi lingkungan, banyak masyarakat tinggal dikawasan rawan bencana besarnya kebutuhan pengembangan kapasitas dalam penanggulangan bencana, kemudian urbanisasi, degradasi lingkungan, kemiskinan, pembangunan insfrastruktur yang menimbulkan risiko baru, perubahan iklim, sering terjadi cuaca ekstrim (anomaly) termasuk tantangan lainnya adalah pemanfataan tata ruang yang tidak memepertimbangkan risiko bencana serta perencanaan strategis PRB jangka panjang berbasis kewilayahan belum tersedia.

Terlepas dari besarnya tantangan yang dihadapi ada peluang yang dapat dimanfaatkan, yaitu diterbitkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang diikuti dengan terbitnya Peraturan-peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri dan Peraturan Kepala BNPB serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Sub-Urusan Bencana Daerah Kabupaten/Kota.

Peluang

Terlepas dari besarnya tantangan yang dihadapi Indonesia, ada banyak peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong agenda pengurangan risiko bencana.

Peluang pertama adalah semakin kondusifnya lingkungan kebijakan yang mendukung pengurangan risiko bencana. Dimulai dengan diundangkannya UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang diikuti dengan pengesahan Peraturan-peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri dan Peraturan Kepala BNPB yang merupakan turunan UU ini, sampai saat ini regulasi penanggulangan bencana terus menerus disempurnakan.

Terkait dengan lingkungan kebijakan pengurangan risiko bencana yang kian mendukung, peluang berikutnya adalah sudah terbentuknya BNPB dan semakin banyaknya provinsi provinsi dan kabupaten/kota yang membentuk BPBD. Pembentukan badan-badan penanggulangan bencana independen di berbagai tingkat pemerintahan ini akan lebih menjamin tertanganinya isu penanggulangan bencana dan isu terkait lainnya dengan baik.

Selain itu, dengan kehadiran BNPB dan BPBD, penanggulangan bencana akan dapat dilaksanakan dengan lebih terarah, terpadu, menyeluruh dan efektif-efisien.

34 | P a g e b a d a n p e n a n g g u l a n g a n b e n c a n a d a e r a h

Peluang selanjutnya adalah semakin bertumbuhnya perhatian dunia pada isu pengurangan risiko bencana, terutama terkait dengan kecenderungan perubahan iklim global yang dampaknya kian memburuk. Di tingkat nasional ketertarikan berbagai pihak pada isu PRB ini terwujud dalam terbentuknya Platform Nasional PRB dan forum-forum serupa di daerah. Dengan adanya platform dan forum-forum-forum-forum ini, penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana menjadi urusan berbagai pihak, termasuk sektor swasta dan perguruan tinggi, dan tidak hanya menjadi urusan pemerintah semata. Hal ini tentunya akan semakin memperkuat pelaksanaan pengurangan risiko bencana di Indonesia. Beberapa capaian penanggulangan bencana yang menjadi peluang dalam mengatasi permasalahan penanggulangan bencana diantaranya:

- Komitmen Nasional

Komitmen nasional secara regulatif baru dilembagakan saat dikeluarkannya UU Nomor 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana dan peraturan lainnya.

• Terintegrasinya Penanggulangan Bencana dalam Perencanaan Pembangunan Nasional dimana sistem penganggaran negara mengharuskan penyelenggaraan penanggulangan bencana terintegrasikan dalam perencanaan pembangunan nasional, dan menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional.

• Telah tersusunnya Standarisasi Nasional Indonesia untuk PB antara lain untuk rambu jalur evakuasi tsunami, jalur evakuasi tsunami, dan pedoman manajemen kesiapsiagaan insiden dan kontinuitas operasional.

• Tersusunnya Peta Sumber Daya Logistik dan Peralatan yang tersebar di BPBD provinsi, kabupaten, dan kota.

• Tersusunnya Standar Kompetensi Kerja Nasional PB. Saat ini telah tersusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Penanggulangan Bencana (SKKNI PB).

Untuk selanjutnya tantangan dan peluang disajikan pada tabel berikut ini

35 | P a g e b a d a n p e n a n g g u l a n g a n b e n c a n a d a e r a h Tabel Tantangan dan Peluang

Tantangan Peluang

Kemungkinan Meningkatnya Ancaman Bencana

Fenomena geologi yang semakin dinamis Perubahan iklim yang semakin ekstrim Degradasi lingkungan yang semakin meningkat

Demografi yang tidak terkelola

isu lingkungan kebijakan yang mendukung pengurangan risiko bencana

kecenderungan perubahan iklim global

Belum selesainya pembangunan sistem penanggulangan bencana

Legislasi Penanggulangan Bencana Kelembagaan Penanggulangan Bencana Perencanaan Penanggulangan Bencana Pendanaan Penanggulangan bencana Peningkatan Kapasitas

Komitmen Nasional

36 | P a g e b a d a n p e n a n g g u l a n g a n b e n c a n a d a e r a h BAB III

PERMASALAHAN

Dokumen terkait