• Tidak ada hasil yang ditemukan

Benar Dalam Pemberian Obat Oleh Perawat Pelaksana diruang Interna dan Bedah Rumah Sakit Haji Makassar . Makassar:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PERILAKU YANG BERPENGARUH YANG BERPENGARUH TERHADAP

Prinsip 6 Benar Dalam Pemberian Obat Oleh Perawat Pelaksana diruang Interna dan Bedah Rumah Sakit Haji Makassar . Makassar:

Poltekes Kemenkes Makassar.

Johan, R., 2015. Penggunaan Kortikosteroid yang Tepat. Vol. 42. No.4. pp. 310-311.

Kholid, A., 2012. Promosi Kesehatan: Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers, pp. 33-49.

Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi

Aksara, pp. 54-55.

Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta, pp. 123.

Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, pp. 132.

Notoatmodjo, S., 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta, pp. 43-60.

Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, pp. 174-185.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Edisi ke-1. Jakarta: Salemba Medika, pp. 96-124.

Palano, M., K., 1987. Topical Skin Therapeutics. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran, pp. 140.

Rachmasari, N., 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak. Diperoleh pada tanggal 10 Januari 2016 dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73899&val=4700&tite Silny, W., Bartoszak, L., Jenerowicz, D., Sobczak, W. Z., and Gozdziewska, M., 2013. Prevalence of contact allergy in children suffering from atopic dermatitis, seborrhoeic dermatitis and in healthy controls. Annals of Agricultural and Environmental Medicine, Vol. 20. No.1, pp.55-60. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

xvii

Sularsito, S. A., dan Djuanda, S., 2010. Dermatitis. Dalam: Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah dan Siti Aisah (Eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Ed. 5th. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp.129-152. Sulistyaningrum, SK. dkk., 2011. Dermatitis Kontak Iritan dan Alergi Pada

Geriatri. Vol. 38. No.1. Jakarta: FK Universitas Indonesia, pp. 30.

Sunaryo, Y. dkk., 2012. Profil Dermatitis Kontak Di Poliklinik Kulit dan Kelamin BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari-Desember 2012. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Suryani, F., 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis

Kontak Pada Pekerja Bagian Processing dan Filling PT. Cosmar Indonesia Tangerang Selatan. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, pp. 12.

Supiana, N., 2013. Hubungan Predisposing, Enabiling dan Reinforcing Faktor

dengan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pada Bidan dalam Pelayanan Kebidanan di Rumah Sakit KIA Sadewa Yogyakarta. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, pp. 55-58.

Swarjana, I. K., 2012. In: I. Nastiti (Eds). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Andi, pp. 109-111.

Tersinanda, T. Y., dkk., 2013. Dermatitis Kontak Alergi. Denpasar : Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, pp.3-4. Tjay, T. H., Rahardja, K., 2007. Obat-Obat Penting (Khasiat, Penggunaan, dan

Efek-Efek sampingnya). Edisi Ke-6. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia, pp. 733-736.

Utami, Desak., 2014. Disfungsi Sawar Epidermis dan Strategi Penanganan Dermatitis Atopik. Vol. 41. No. 4. Bali: SMF Ilmu kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Wangaya, pp. 254.

Wawan, A., Dewi, M., 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika, pp.61.

Wells, B. G., Dipiro, J. T., Schwinghammer, T. I., Cindy, W., 2009.

Pharmacoterapy Handbook. 7th Edition, New York: Mc Graw-Hill Companies, pp. 196-198.

Yanhendri, dan Yenny, S. W., 2012. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal Dalam

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dermatitis adalah suatu reaksi peradangan kulit (epidermis dan dermis) yang peka terhadap berbagai rangsangan endogen dan ataupun eksogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skauma, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung sering kambuh kembali (residitif) dan menjadi kronis (Sularsito dan Djuanda, 2010). Berdasarkan penyebabnya, keadaan dermatitis mencangkup dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergik, dermatitis medikamentosa, dermatitis alimentosa, dermatitis statis dan lain sebagainya (Ardhie, 2004).

Selama 30 tahun terakhir, peningkatan prevalensi dari penyakit Atropic

Dermatitis (AD) didunia mencapai 18 % pada anak-anak dan 5 % pada orang

dewasa. Selain itu, Allergic Contact Dermatitis (ACD) terjadi sekitar 7 % dari populasi umum, diantaranya 3-24 % pada anak-anak dan 33-64 % pada lansia (Silny dkk, 2013). Berdasarkan sebuah penelitian yang baru-baru ini dilakukan menunjukkan bahwa penderita dermatitis yang terbanyak adalah kelompok 45-64 tahun, jenis kelamin perempuan, pekerjaan ibu rumah tangga, lokasi tersering kaki, penyebab tersering diterjen dan karet, serta pemberian terapi tersering ialah antihistamin dan kortikosteroid (Sunaryo dkk, 2012). Dermatitis merupakan salah satu penyakit terbanyak pada penderita rawat jalan di Rumah Sakit Umum di Indonesia, pada tahun 2009 ditemukan jumlah kasus penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya yakni sebesar 147.953 kasus pada perempuan (Ahmad dkk, 2009). Dan pada tahun 2010 terdapat 122.076 kasus diantaranya 48.576 kasus pada laki-laki dan 73.500 kasus pada perempuan (Ahmad dkk, 2010).

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia, fisik (contoh : sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. Sebagian lain tidak diketahui

2

pasti. Banyak macam dermatitis yang belum diketahui patogenesisnya, terutama yang penyebabnya faktor endogen (Afifah, 2012).

Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batasnya dapat mencangkup pada satu tempat saja dan dapat pula menyebar. Pada stadium akut terjadi kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan ekudasi sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut, eritema dan edema mulai berkurang dan eksudat sudah mengering menjadi krusta. Sedangkan pada stadium kronis, lesi tampak kering, hiperpigmentasi dan likenifikasi mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan (Sularsito dan Djuanda, 2010).

Terapi yang digunakan untuk penderita dermatitis antara lain terapi topikal dan terapi oral. Terapi topikal merupakan salah satu pengobatan yang sering dilakukan untuk menyembuhkan atau mengurangi gejala dari dermatitis. Bentuk sediaan topikal yang biasa diberikan kepada penderita dermatitis antara lain, losio, krim, gel, salap, pasta, emulsi dan bedak. Obat yang sering digunakan pada penderita dermatitis adalah obat golongan kortikosteroid seperti hidrokortison, dexamethasone, prednisolone dan metilprednisolon (Goldstein dan Goldstein, 2001).

Cara penggunaan obat dermatitis topikal yaitu dengan dioleskan pada bagian kulit yang sakit dalam keadaan sudah bersih secara tipis agar mencapai efek terapi. Dalam penelitian ini dipilih terapi dermatitis topikal karena dalam

penggunaan obat dermatitis topikal memerlukan ketepatan dalam

pengunaannya, jika cara penggunaannya tidak sesuai maka akan menimbulkan efek samping berupa penebalan kulit. Ketepatan penggunaan obat dermatitis dapat dipengaruhi oleh perilaku penggunaan dari penderita dermatitis.

Menurut Skinner (1938), perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980). Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: Faktor predisposisi (Predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya, Faktor

3

pemungkin (Enabling factors) adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, dan Faktor penguat (Reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dari perilaku pertugas kesehatan atau petugas lain (Notoatmodjo, 2012). Perilaku penggunaan obat dermatitis topikal juga dipengaruhi oleh faktor-faktor perilaku seperti yang dikemukakan oleh Green, yaitu: Faktor Predisposisi, faktor yang mempermudah terjadinya perilaku ketepatan penggunaan obat dermatitis topikal, Faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana agar terjadinya perilaku ketepatan penggunaan obat dermatitis topikal dan Faktor penguat yang merupakan faktor yang mendorong terjadinya perilaku ketepatan penggunaan obat dermatitis topikal.

Dengan adanya penelitian tentang faktor-faktor perilaku yang dapat mempengaruhi ketepatan penggunaan obat dermatitis topikal, diharapkan perilaku ketepatan penggunaan obat dermatitis topikal lebih baik.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka dilakukan penelitian tentang faktor-faktor perilaku yang berpengaruh terhadap ketepatan penggunaan obat dermatitis di Puskesmas Wisata Dau, Kecamatan Dau-Kabupaten Malang. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik melalui kuisioner.

1.2Rumusan Masalah

Faktor-faktor perilaku apa yang berpengaruh terhadap ketepatan penggunaan obat secara topikal pada penderita dermatitis?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor perilaku yang berpengaruh terhadap ketepatan penggunan obat dermatitis secara topikal dimasyarakat.

4

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi ketepatan penggunaan obat dermatitis secara topikal 2. Mengidentifikasi faktor-faktor perilaku yang berpengaruh terhadap

ketepatan penggunaan obat dermatitis secara topikal

1.4Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan penggunaan obat dermatitis topikal

2. Memperkenalkan pada masyarakat tentang peran serta farmasis

dimayarakat terhadap penggunaan obat dermatitis topikal

3. Memberikan gambaran untuk penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan penggunaan obat dermatitis topikal

4. Sebagai bekal kepada farmasis dalam memberikan pelayanan pada

Dokumen terkait