• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Bendungan Air Susu Ibu

a. Pengertian

Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Bendungan ASI adalah kejadian di mana pengeluaran air susu terhalang duktus laktoferi yang menyempit karena pembesaran vena dan pembuluh limfe (Sulistyawati, 2009).

b. Etiologi

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), bendungan air susu ibu disebabkan oleh :

1) Pengosongan mammae yang tidak sempurna

Selama masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI yang berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.

2) Hisapan bayi tidak aktif

Pada masa laktasi, jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.

23

3) Posisi menyusui yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.

4) Puting susu yang terbenam

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu, karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola. Akibatnya bayi tidak mau menyusu dan terjadi bendungan ASI. 5) Puting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI. c. Patofisiologi

Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol. Sekresi lacteal terjadi pada 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Jadi bendungan ASI terjadi 3-5 hari pertama setelah melahirkan. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu “caked breast”, sering menimbulkan rasa nyeri pada payudara dan kadang menimbulkan kenaikan suhu badan. Keadaan tersebut menggambarkan adanya aliran darah vena normal yang berlebihan

dan mengembangkan limfatik pada payudara yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya laktasi (Suherni dkk, 2009).

d. Tanda dan Gejala

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), ibu yang mengalami bendungan ASI ditandainya dengan payudara bengkak panas serta keras pada perabaan, puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu, pengeluaran susu kadang terhalang oleh ductuli laktiferi menyempit, payudara terasa nyeri bila ditekan, payudara berwarna kemerahan, dan suhu tubuh sampai 38 oC.

e. Pencegahan

Menurut Marmi (2014), perawatan payudara dapat mencegah terjadinya bendungan ASI yaitu sebagai berikut :

1) Massase Payudara untuk Pemeliharaan Payudara

Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar. Perawatan payudara dapat dilakukan dengan pengurutan. Pengurutan sebaiknya dilakukan setelah melahirkan sebanyak 2 kali sehari. Langkah-langkah perawatan payudara antara lain : a) Cuci tangan sebelum massase payudara.

b) Mengompres kedua puting susu dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi minyak kelapa / baby oil.

c) Tuangkan minyak kelapa / baby oil ke kedua telapak tangan secukupnya.

25

d) Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.

e) Selanjutnya buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara. Lakukan gerakan seperti ini pada payudara kanan.

f) Gerakan selanjutnnya letakkan kedua telapak tangan diantara dua payudara. Urutlah dari tengah payudara keatas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduannya secara perlahan lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali.

g) Lalu posisi tangan paralel, sangga payudara dengan satu tangan sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan menggunakan sisi jari kelingking dari arah pangkal kearah puting susu. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali secara bergantian payudara kanan dan payudara kiri.

h) Semua gerakan itu dapat melancarkan reflek pengeluaran ASI, selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI dan mencegah bendungan pada payudara.

2) Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah menjaga kebersihan dan menjaga kelancaran aliran ASI. Langkah-langkah pijat oksitosin :

a) Mencuci tangan

b) Menstimulir puting susu : menarik puting susu dengan pelan-pelan memutar puting susu dengan perlahan dengan jari-jari.

c) Mengurut atau mengusap ringan payudara dengan ringan menggunakan ujung jari.

d) Ibu duduk bersandar ke depan, melipat lengan diatas meja di depannya dan meletakkan kepalanya diatas lengannya. Payudara tergantung lepas, tanpa baju, handuk dibentangkan diatas pangkuan pasien. Bidan menggosok kedua sisi tulang belakang dengan menggunakan ibu jari. Bidan menekan dengan kuat, membentuk gerakan lingkaran kecil dengan kedua ibu jari dengan menggosok kearah bawah kedua sisi tulang belakang, pada saat yang sama dari leher kearah tulang belikat selama 2-3 menit.

3) Posisi menyusui yang di ubah-ubah

Menurut Nugroho dkk (2014), ada beberapa macam posisi menyusui pada bayi sebagai berikut :

27

a) Posisi Duduk

Langkah-langkah menyusui yang benar dengan posisi duduk adalah:

(1) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu, areola dan sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai disinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

(2) Ibu duduk menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar kursi, bayi dipegang dengan satu tangan kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan dan ditahan dengan telapak tangan ibu. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang dan satunya didepan, perut bayi menempel badan ibu kepala bayi menghadap payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

(3) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang dibawah.

(4) Bayi diberikan rangsangan dengan cara : menyentuh pipi dengan puting susu atau dengan menyentuh sisi mulut bayi.

(5) Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi diletakkan ke payudara ibu dengan puting susu

berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola. Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

(6) Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri kemudian kanan sampai bayi kenyang.

(7) Setelah selesai menyusui mulut bayi dan kedua pipi dibersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan air hangat.

(8) Sebelum ditidurkan bayi disendawakan terlebih dahulu supaya udara yang terhisap bisa keluar.

b) Posisi berbaring

Pada posisi berbaring miring, ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi paling nyaman bagi ibu yang menjalani penyembuhan dari pelahiran melalui pembedahan.

Langkah-langkah untuk menyusui dengan posisi berbaring adalah sebagai berikut:

(1) Bayi harus mencari puting dan areola ibu dengan mulut terbuka lebar.

(2) Agar dapat menganga lebar, hidung bayi harus sejajar dengan puting susu ibu.

29

(3) Ibu menyangga kepala dan leher bayi dengan lembut, dengan meletakkan tangannya pada tulang oksipital bayi, dan membuat kepala bayi bergerak ke belakang dengan posisi seperti mencium bunga.

(4) Saat rahang bawah membuka, ibu menggerakkan bayi mendekati payudara dengan perlahan, menggarahkan bibir bawah bayi ke lingkar luar areola.

(5) Setelah bayi mulai menghisap usahakan agar mulutnya tidak hanya menghisap puting susu ibu, melainkan harus menghisap seluruh areola.

(6) Setelah selesai menyusui mulut bayi dan kedua pipi dibersihkan dengan kapas air hangat.

(7) Sebelum ditidurkan, bayi disendawakan terlebih dahulu agar udara yang terhisap bisa keluar.

4) Menggunakan bra yang menyangga, bukan yang menekan Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), ibu menyusui sebaiknya menggunakan BH yang sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya menyangga payudara dari bawah suspension bukan menekan dari depan.

5) Melakukan pengosongan payudara

Menurut Marmi (2014), pengosongan payudara perlu dilakukan agar payudara tidak terasa penuh untuk mengurangi bendungan ASI serta memperlancar produksi ASI. Pengosongan

payudara atau pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a) Pengeluaran ASI dengan tangan (1) Cuci tangan sampai bersih

(2) Pegang cangkir yang bersih untuk menampung ASI (3) Condongkan badan ke depan dan sangga payudara

dengan tangan

(4) Letakkan ibu jari pada batas areola mammae bagian atas dan jari telunjuk pada batas areola bawah sehingga berhadapan

(5) Tekan kedua jari ini kedalam kearah dinding dada tanpa menggeser letak kedua jari tadi

(6) Pijat daerah diantara kedua jari tadi kearah depan sehingga akan memeras dan emngeluarkan ASI yang berada didalam sinus lactiferus

(7) Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali (8) Setelah pancaran ASI berkurang pindahkan posisi ibu

jari dan jari telunjuk tadi dengan cara diputar pada sisi lain dari batas areola dengan kedua jari selalu berhadapan

(9) Lakukan hal yang sama pada setiap sehingga ASI akan terperah dari semua bagian.

31

karena tidak akan mengeluarkan ASI dan menyebabkan rasa sakit.

(11) Peras setiap 3-4 jam sekali secara teratur agar produksi ASI tetap terjaga

(12) Pilih waktu dimana payudara dalam keadaan penuh b) Pengeluaran ASI dengan pompa

Pengeluaran ASI dengan pompa jika payudara terbendung, payudara terasa nyeri, dan ASI benar-benar penuh. Ada dua macam bentuk pompa :

(1) Pompa manual atau tangan

Pompa manual atau tangan sering dipergunakan karena murah, mudah dibersihkan dan umumnya mudah digunakan. Ada beberapa tipe pompa manual yaitu:

(a) Tipe silinder

Pompa tipe ini efektif dan mudah dipakai, kekuatan tekanan isapan mudah dikontrol. Baik kedua silinder maupun gerakan memompa berada dalam garis lurus. Terbuat dari plastik dengan tempat penampungan ASI dibagian bawah silinder.

(b) Tipe silinder berkerucut

bersudut kebawah. ASI akan ditampung dibotol yang ditempelkan dipompa.

(c) Tipe kerucut gelas atau plastik dan bola karet atau tipe terompet

Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena menyakitkan dan dapat menyebabkan kerusakan putting susu serta jaringan payudara. Kekuatan tekanan isap sukar diatur, skar dibersihkan dan disterilkan secara efektif.

(2) Pompa elektrik

Beberapa macam pompa listrik sudah ada dibeberapa kota besar. Karena umumnya harganya sangat mahal sehingga penggunaannya terbatas di rumah sakit-rumah sakit besar.

f. Penatalaksanaan

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), bila payudara ibu terjadi bendungan ASI dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Menyusui bayi secara on demand / tanpa di jadwal sesuai

kebutuhan bayi

2) Mengeluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek

3) Mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI

33

4) Mengompres payudara dengan air hangat dan dingin secara bergantian

5) Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting susu berikan kompres hangat sebelum menyusui

6) Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengurutan payudara atau perawatan payudara

7) Bila perlu memberikan parasetamol 500 mg per oral tiap 4 jam 8) Menurut Sulistyawati (2009), selain penatalaksanaan di atas ada

penatalaksanaan lain jika ibu mengalami bendungan ASI antara lain menyangga payudara dengan BH yang menyokong dan memberikan analgetik atau kodein 60 mg per oral.

Dokumen terkait