• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI BPM AL-FIRDAUS KISMOYOSO NGEMPLAK BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI BPM AL-FIRDAUS KISMOYOSO NGEMPLAK BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

i

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :

Erna Fitrianingsih

B 12073

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali ”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Retno Wulandari, S.ST selaku Ketua Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Arista Apriani, S.ST.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Ibu Dyah Widya S.,Amd.Keb, selaku Pimpinan BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali yang telah berkenan memberikan ijin pada penulis dalam mengadakan penelitian.

5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

6. Semua teman tingkat III Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang sudah membantu dan mendukung untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

(5)

v

Surakarta, Juni 2015

(6)

vi

Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015

Erna Fitrianingsih B 12.073

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI BPS AL-FIRDAUS KISMOYOSO NGEMPLAK BOYOLALI

TAHUN 2015

xiii + 59 halaman + 17 lampiran + 8 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang : Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator

untuk melihat derajat kesehatan suatu negara. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) angka kematian ibu tahun 2012 adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu-ibu pekerja, sebanyak 16 % dari ibu yang menyusui (Depkes RI, 2006). Adanya kesibukan keluarga dan pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu untuk melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya Bendungan ASI. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 31 Oktober 2014 dengan mengadakan wawancara tidak terstruktur kepada 10 ibu nifas didapatkan hasil 2 ibu nifas bisa menjawab 3 pertanyaan dengan benar, 3 ibu nifas bisa menjawab 2 pertanyaan dengan benar dan 5 ibu nifas tidak bisa menjawab semua pertanyaan tentang bendungan ASI yang diberikan.

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan

ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali pada tingkat baik, cukup dan kurang.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif,

dilakukan di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali pada bulan April - Mei 2015. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 ibu nifas, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Alat pengumpul data adalah kuesioner, untuk analisis data menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dengan bantuan program SPSS.

Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM

Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali diperoleh hasil pengetahuan baik sebanyak 5 responden (14%), pengetahuan cukup sebanyak 23 responden (66%) dan pengetahuan kurang sebanyak 7 responden (20%).

Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM

Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 23 responden (66%). Faktor-faktor pendorong dang penghambat tingkat pengetahuan ibu nifas adalah umur, pendidikan dan pekerjaan.

Kata kunci : Pengetahuan, Ibu Nifas, Bendungan ASI.

(7)

vii

2. Jangan menilai orang dari masa lalunya karena kita semua sudah tidak hidup di sana, semua orang bisa berubah biarkan mereka membuktikannya (Mario Teguh)

3. “Sesungguhnya setelah ada kesulitan ada kemudahan”. (Q.S.Al-Insyirah : 6) 4. Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu.

Orang-orang yang masih terus belajar akan menjadi pemilik masa depan. 5. Melihat keatas untuk bermimpi, melihat kebawah untuk bersyukur serta

beribadahlah kamu akan kamu akan mati besuk dan bekerjalah seakan-akan kamu hidup untuk selamanya.

PERSEMBAHAN

Dengan segala rendah hati, karya tulis ini penulis persembahkan:

1. Bapak, ibu, adik dan keluarga besarku tercinta yang memberiku kasih sayang, mendukung dan mendoakanku.

2. Keluarga kos ragil, bapak kos (Bp.Samsi), ibu kos (Bu.Nuning Widyastuti), mbak Irna wati, Priyanti Ningsih, Kristiani Utami, Erni Novitasari, Uswatun Khasanah yang menjadi keluarga ke-2 terimakasih kalian selalu ada di waktu susah maupun senang. Terimakasih untuk dukungan, bantuan, nasihat, waktu dan ilmu serta kesediaan dalam mendengarkan keluh kesahku.

3. Sahabat-sahabatku Dheny Ermawati, Hesty Handayani, Ike Nurjannah, Peni Wijayanti, Nusaibah, Dinda Novitasari, Paryanti, Heni Eka, Sri Handayani, Ningtyas dan semua sahabat-sahabatku yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

4. Untuk seseorang yang spesial yang menemani, memberikan kasih sayang, motivasi, perhatian dan doanya.

(8)
(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

CURICULUM VITAE ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 7

1. Pengetahuan ... 7

2. Nifas ... 14

3. Laktasi ... 19

4. Bendungan Air Susu Ibu ... 22

B. Kerangka Teori ... 34

C. Kerangka Konsep ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 36

(10)

x

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 37

D. Variable penelitian ... 38

E. Definisi Operasional ... 38

F. Instrumen Penelitian ... 39

G. Teknik Pengumpulan Data ... 43

H. Metode Pengolahan Dan Analisis Data ... 44

I. Etika Penelitian ... 47

J. Jadwal Penelitian ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 50

B. Hasil Penelitian ... 50 C. Pembahasan ... 53 D. Keterbatasan ... 57 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan … ... 58 B. Saran………. . ... 58 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

xi

Tabel 2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusio ... 16

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 39

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner ... 40

Tabel 4.1 Karateristik responden berdasarkan umur ... 51

Tabel 4.2 Karateristik responden berdasarkan pendidikan ... 51

Tabel 4.3 Karateristik responden berdasarkan pekerjaan ... 52

Table 4.4 Mean dan Std. Deviation ... 52

Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di BPM Al- Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali ... 53

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar. 2.1. Kerangka Teori ... 34 Gambar. 2.2. Kerangka Konsep ... 35

(13)

xiii

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 7. Surat Balasan Penggunaan Lahan

Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 9. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 10. Kuesioner Penelitian

Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner

Lampiran 12. Data Tabulasi Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 13. Data Hasil Uji Validitas

Lampiran 14. Data Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 15. Data Tabulasi Hasil Penelitian Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan suatu negara. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 AKI diharapkan turun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012).

Penyebab kematian ibu saat kehamilan sebesar 23,89 %, persalinan sebesar 26,99 % dan nifas sebesar 40,12 %. Penyebab kematian ibu paling banyak terjadi pada saat nifas, yaitu karena perdarahan persalinan, eklamsia, infeksi, mastitis dan postpartum blues. Berdasarkan survei kejadian kematian ibu paling banyak terjadi pada masa nifas, oleh karena itu masa nifas memerlukan pemantauan yang ketat sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu (Dinkes Jateng, 2009).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan (Marmi, 2014).

Terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu-ibu pekerja, sebanyak 16 % dari ibu yang menyusui (Depkes RI, 2006). Adanya

(15)

kesibukan keluarga dan pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu untuk melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya Bendungan ASI.

Bendungan air susu ibu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi bila ibu memiliki kelainan puting susu misalnya puting susu datar, terbenam, dan cekung. Kejadian ini biasanya disebabkan karena air susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menjadi sumbatan. Gejala yang sering muncul pada saat terjadi bendungan ASI antara lain payudara bengkak, payudara terasa panas dan keras, payudara terasa nyeri saat ditekan, payudara berwarna kemerahan, dan suhu tubuh ibu sampai 38oC. Apabila kejadian ini berkelanjut, dapat mengakibatkan terjadinya mastitis dan abses payudara. Bendungan ASI tersebut dapat dicegah dengan cara perawatan payudara yang dapat dilakukan oleh ibu. Selain perawatan payudara dapat mencegah terjadinya bendungan ASI juga dapat memperlancar proses laktasi (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 31 Oktober 2014 didapatkan data pada bulan Januari–September 2014 di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali terdapat 315 ibu nifas dan peneliti mengadakan wawancara tidak terstruktur kepada 10 ibu nifas dengan mengajukan 3 pertanyaan tentang pengertian, penyebab, penatalaksanaan

(16)

3

bendungan ASI. Dari 10 ibu nifas didapatkan hasil 2 ibu nifas bisa menjawab 3 pertanyaan dengan benar, 3 ibu nifas bisa menjawab 2 pertanyaan dengan benar dan 5 ibu nifas tidak bisa menjawab semua pertanyaan tentang bendungan ASI yang diberikan.

Berdasarkan latar belakang di atas dimana kejadian bendungan ASI merupakan masalah penting yang perlu diatasi dan dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali Tahun 2015”.

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI di BPM AL-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM AL-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM AL-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali pada tingkat baik.

(17)

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM AL-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali pada tingkat cukup.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM AL-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolalipada tingkat kurang.

d. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM AL-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pustaka untuk menambah wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan bendungan ASI.

2. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan peneliti dalam melakukan suatu penelitian terutama tentang Bendungan ASI.

3. Bagi institusi pendidikan

Dapat menjadi bahan bacaan dan referensi tambahan bagi mahasiswa kebidanan tentang bendungan ASI.

4. Bagi masyarakat / Ibu nifas

Sebagai informasi yang berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang bendungan ASI.

(18)

5

E. Keaslian Penelitian

Penelitian serupa tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI antara lain:

1. Anik Nur Hastuti (2013), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013 menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Hasil gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI yang masuk dalam kriteria baik 8 responden (23,5 %), cukup 20 responden (58,8 %) dan kurang 6 responden (17,67 %).

2. Sutarni dan Herdini Widyaning Pertiwi (2014), Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali dengan judul Hubungan antara Post Natal Breast Care dengan Terjadinya Bendungan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Wuryantoro Wonogiri menggunakan metode analitik dengan metode cross sectional. Hasil penelitian bahwa post natal breast care di BPS wilayah Kerja Puskesmas Wuryantoro Wonogiri termasuk baik sebesar 43,3 %, kategori cukup 33,3 % dan kategori kurang 23,3 %. Sebagian besar responden 66,7 % tidak mengalami Bendungan ASI dan 33, 3 % mengalami Bendungan ASI. Dengan demikian ada hubungan antara Post Natal Breast Care dengan Terjadinya Bendungan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Wuryantoro Wonogiri.

(19)

Dari penelitian yang lalu dan penelitian sekarang di dapat perbedaan anatara lain lokasi, waktu penelitian, jumlah sampel, hasil penelitian, teknik pengambilan sampel. Sedangkan kesamaan antara lain sama-sama meneliti tentang Bendungan ASI untuk ibu nifas dan menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2011). b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011) tingkat pengetahuan ada enam tingkat yaitu :

1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mempelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

(21)

2) Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3) Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4) Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman

(22)

9

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Mubarak (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memeliki tingkat pendidikan rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. 2) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3) Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori prubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama

(23)

dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. 4) Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

6) Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkunggan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat

(24)

11

mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai siakp selalu menjaga kebersihan lingkungan.

7) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), untuk memperoleh pengetahuan ada 2 macam cara, yaitu :

1) Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah a) Cara coba salah (trial and error)

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) dan eror (gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-coba).

b) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

(25)

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama dalam penemuan pengetahuan. Prinsip inilah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.

d) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan.

e) Cara akal sehat (comman sense)

Akal sehat atau (comman sense) kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan

(26)

13

berkembang, orang tua jaman dahulu menggunakan cara hukuman fisik agar anaknya menuruti keinginan orang tuanya. Ternyata cara ini berkembang menjadi teori, bahwa hukuman adalah metode bagi pendidikan anak.

f) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para nabi. Kebenaran ini harus di terima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

g) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran ini secara intitutif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran tanpa melalui proses penalaran atau berfikir.

h) Melalui jalan pikiran

Dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara manusia ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh kebenaran pengetahuannya.

i) Induksi

Induksi adalah proses penariakan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan umum. Kemudian disimpulkan kedalam konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.

(27)

j) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang khusus. Di dalam proses berfikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.

2) Cara Modern atau Cara Ilmiah

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penlitian ilmiah.

2. Nifas (Puerperium)

a. Pengertian

Masa nifas (Puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).

(28)

15

b. Tahapan masa Nifas

Menurut Marmi (2014), tahapan masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan yaitu :

1) Puerperium Dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium Intermedial

Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih 6-8 minggu.

3) Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

c. Perubahan Sistem Reproduksi Pada Masa Nifas

Menurut Marmi (2014), Dalam masa nifas alat-alat genetalia interna maupun ekterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genetalia ini disebut involusi.

a) Involusi Uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke keadaan sebelum hamil dengan berat hanya 60 gram.

(29)

Tabel 2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusi Involusi

uteri

Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Diameter Uterus Plasenta

Lahir

Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm 7 hari Pertengahan pusat

dan simpisis

500 gram 7,5 cm 14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

Sumber: Marmi (2014) b) Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus, luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut karena disebabkan luka ini sembuh dengan cara dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka.

c) Perubahan ligamen

Ligamen-ligamen dan diagfragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun”setelah

(30)

17

melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor.

d) Perubahan pada Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menyangga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat luka kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim dan setelah 8 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

e) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, diantaranya :

(1) Lochea Rubra

Lochea ini muncul pada hari ke-1 sampai hari ke-3 masa setelah melahirkan. Cairan yang keluar berwarna merah kehitaman karena berisi darah dari perobekan atau luka pada plasenta dan serabut dari deciduas dan chorion.

(31)

(2) Lochea Sangulenta

Lochea ini berwarna putih bercampur merah karena mengandung sisa darah dan bercampur lendir. Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 setelah melahirkan.

(3) Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan atau laserasi plasenta. Muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-14 setelah melahirkan.

(4) Lochea Alba

Lochea ini berwarna putih, mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 minggu sampai 6 minggu setelah melahirkan.

f) Perubahan Vulva, Vagina dan Perineum

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu setelah melahirkan.

Setelah melahirkan perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang

(32)

19

bergerak maju. Perenium akan kembali sebagian besar tonusnya pada hari ke-5 setelah melahirkan.

3. Laktasi

a. Pengertian Laktasi

Menurut Marmi (2014), laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi, disekresi, dan pengeluaran ASI sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.

b. Fisiologi Laktasi

Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveoli dan ductus lactiferus didalam payudara, serta merangsang produksi kolostrum. Penurunan produksi hormon akan terjadi dengan cepat setelah plasenta dilahirkan. Hormon hipofise anterior yaitu prolaktin yang terjadi dihambat oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi dalam darah, kini dilepaskan. Prolaktin akan mengaktifkan sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Setelah pelepasan ASI, akan memberikan rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap) sehingga merangsang produksi oksitosin yang mempengaruhi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveoli mammae sehingga alveoli tersebut berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang sudah disekresikan oleh kelenjar mammae. Pada saat bayi menghisap, ASI didalam sinus tertekan keluar ke mulut bayi. Gerakan tersebut

(33)

dinamakan let down reflect atau pelepasan. Pelepasan akan dipacu tanpa rangsangan hisapan, tapi dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya (Sulistyawati, 2009).

c. Masalah dalam Laktasi

Menurut Nugroho dkk (2014), masalah yang sering terjadi dalam pemberian ASI antara lain :

1) Puting susu terbenam

Puting payudara terbenam (retracted nipple), sehingga tidak mungkin bayi dapat menghisap dengan baik. Keadaan ini dapat dicegah bila ibu melakukan kontrol teratur selama kehamilan sehingga bidan atau dokter dapat memberi perawatan dengan cara mengurut ujung puting susu dan sedikit menarik-nariknya dengan jari-jari tangan atau dengan pompa khusus. 2) Puting Susu Lecet

Rangsangan mulut bayi terhadap puting susu dapat berakibat puting susu lecet sehingga terasa perih. Puting susu lecet dapat dikurangi dengan cara membersihkan puting susu dengan air hangat setiap kali selesai menyusui. Bila terjadi lecet pada sekitar puting susu jangan diberi sabun, salep, minyak, atau segala jenis krim. Pengobatan terbaik untuk puting susu lecet adalah dengan membuatnya senantiasa kering dan sebanyak mungkin membiarkan payudara terkena udara bebas.

(34)

21

3) Payudara Bengkak

Dalam keadaan normal payudara akan terasa kencang bila tiba saatnya bayi minum, karena kelenjar payudara telah penuh terisi dengan ASI. Namun apabila payudara telah kencang dan untuk beberapa waktu tidak dihisap oleh bayi atau dipompa, maka payudara mengalami pembengkakan yang menekan saluran ASI sehingga terasa sangat tegang dan sakit.

4) Mastitis

Mastitis (radang pada payudara) adalah infeksi jaringan payudara yang disebabkan oleh bakteri. Gejala pada mastitis adalah payudara menjadi merah, bengkak, terkadang diikuti rasa nyeri dan panas serta suhu tubuh yang meningkat. Mastitis terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan yang diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI dihisap atau dikeluarkan, dapat juga karena penggunaan bra yang ketat, serta penegluaran ASI yang kurang baik.

(35)

4. Bendungan Air Susu Ibu

a. Pengertian

Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Bendungan ASI adalah kejadian di mana pengeluaran air susu terhalang duktus laktoferi yang menyempit karena pembesaran vena dan pembuluh limfe (Sulistyawati, 2009).

b. Etiologi

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), bendungan air susu ibu disebabkan oleh :

1) Pengosongan mammae yang tidak sempurna

Selama masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI yang berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.

2) Hisapan bayi tidak aktif

Pada masa laktasi, jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.

(36)

23

3) Posisi menyusui yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.

4) Puting susu yang terbenam

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu, karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola. Akibatnya bayi tidak mau menyusu dan terjadi bendungan ASI. 5) Puting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI. c. Patofisiologi

Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol. Sekresi lacteal terjadi pada 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Jadi bendungan ASI terjadi 3-5 hari pertama setelah melahirkan. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu “caked breast”, sering menimbulkan rasa nyeri pada payudara dan kadang menimbulkan kenaikan suhu badan. Keadaan tersebut menggambarkan adanya aliran darah vena normal yang berlebihan

(37)

dan mengembangkan limfatik pada payudara yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya laktasi (Suherni dkk, 2009).

d. Tanda dan Gejala

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), ibu yang mengalami bendungan ASI ditandainya dengan payudara bengkak panas serta keras pada perabaan, puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu, pengeluaran susu kadang terhalang oleh ductuli laktiferi menyempit, payudara terasa nyeri bila ditekan, payudara berwarna kemerahan, dan suhu tubuh sampai 38 oC.

e. Pencegahan

Menurut Marmi (2014), perawatan payudara dapat mencegah terjadinya bendungan ASI yaitu sebagai berikut :

1) Massase Payudara untuk Pemeliharaan Payudara

Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar. Perawatan payudara dapat dilakukan dengan pengurutan. Pengurutan sebaiknya dilakukan setelah melahirkan sebanyak 2 kali sehari. Langkah-langkah perawatan payudara antara lain : a) Cuci tangan sebelum massase payudara.

b) Mengompres kedua puting susu dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi minyak kelapa / baby oil.

c) Tuangkan minyak kelapa / baby oil ke kedua telapak tangan secukupnya.

(38)

25

d) Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.

e) Selanjutnya buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara. Lakukan gerakan seperti ini pada payudara kanan.

f) Gerakan selanjutnnya letakkan kedua telapak tangan diantara dua payudara. Urutlah dari tengah payudara keatas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduannya secara perlahan lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali.

g) Lalu posisi tangan paralel, sangga payudara dengan satu tangan sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan menggunakan sisi jari kelingking dari arah pangkal kearah puting susu. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali secara bergantian payudara kanan dan payudara kiri.

h) Semua gerakan itu dapat melancarkan reflek pengeluaran ASI, selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI dan mencegah bendungan pada payudara.

(39)

2) Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah menjaga kebersihan dan menjaga kelancaran aliran ASI. Langkah-langkah pijat oksitosin :

a) Mencuci tangan

b) Menstimulir puting susu : menarik puting susu dengan pelan-pelan memutar puting susu dengan perlahan dengan jari-jari.

c) Mengurut atau mengusap ringan payudara dengan ringan menggunakan ujung jari.

d) Ibu duduk bersandar ke depan, melipat lengan diatas meja di depannya dan meletakkan kepalanya diatas lengannya. Payudara tergantung lepas, tanpa baju, handuk dibentangkan diatas pangkuan pasien. Bidan menggosok kedua sisi tulang belakang dengan menggunakan ibu jari. Bidan menekan dengan kuat, membentuk gerakan lingkaran kecil dengan kedua ibu jari dengan menggosok kearah bawah kedua sisi tulang belakang, pada saat yang sama dari leher kearah tulang belikat selama 2-3 menit.

3) Posisi menyusui yang di ubah-ubah

Menurut Nugroho dkk (2014), ada beberapa macam posisi menyusui pada bayi sebagai berikut :

(40)

27

a) Posisi Duduk

Langkah-langkah menyusui yang benar dengan posisi duduk adalah:

(1) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu, areola dan sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai disinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

(2) Ibu duduk menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar kursi, bayi dipegang dengan satu tangan kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan dan ditahan dengan telapak tangan ibu. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang dan satunya didepan, perut bayi menempel badan ibu kepala bayi menghadap payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

(3) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang dibawah.

(4) Bayi diberikan rangsangan dengan cara : menyentuh pipi dengan puting susu atau dengan menyentuh sisi mulut bayi.

(5) Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi diletakkan ke payudara ibu dengan puting susu

(41)

berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola. Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

(6) Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri kemudian kanan sampai bayi kenyang.

(7) Setelah selesai menyusui mulut bayi dan kedua pipi dibersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan air hangat.

(8) Sebelum ditidurkan bayi disendawakan terlebih dahulu supaya udara yang terhisap bisa keluar.

b) Posisi berbaring

Pada posisi berbaring miring, ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi paling nyaman bagi ibu yang menjalani penyembuhan dari pelahiran melalui pembedahan.

Langkah-langkah untuk menyusui dengan posisi berbaring adalah sebagai berikut:

(1) Bayi harus mencari puting dan areola ibu dengan mulut terbuka lebar.

(2) Agar dapat menganga lebar, hidung bayi harus sejajar dengan puting susu ibu.

(42)

29

(3) Ibu menyangga kepala dan leher bayi dengan lembut, dengan meletakkan tangannya pada tulang oksipital bayi, dan membuat kepala bayi bergerak ke belakang dengan posisi seperti mencium bunga.

(4) Saat rahang bawah membuka, ibu menggerakkan bayi mendekati payudara dengan perlahan, menggarahkan bibir bawah bayi ke lingkar luar areola.

(5) Setelah bayi mulai menghisap usahakan agar mulutnya tidak hanya menghisap puting susu ibu, melainkan harus menghisap seluruh areola.

(6) Setelah selesai menyusui mulut bayi dan kedua pipi dibersihkan dengan kapas air hangat.

(7) Sebelum ditidurkan, bayi disendawakan terlebih dahulu agar udara yang terhisap bisa keluar.

4) Menggunakan bra yang menyangga, bukan yang menekan Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), ibu menyusui sebaiknya menggunakan BH yang sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya menyangga payudara dari bawah suspension bukan menekan dari depan.

5) Melakukan pengosongan payudara

Menurut Marmi (2014), pengosongan payudara perlu dilakukan agar payudara tidak terasa penuh untuk mengurangi bendungan ASI serta memperlancar produksi ASI. Pengosongan

(43)

payudara atau pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a) Pengeluaran ASI dengan tangan (1) Cuci tangan sampai bersih

(2) Pegang cangkir yang bersih untuk menampung ASI (3) Condongkan badan ke depan dan sangga payudara

dengan tangan

(4) Letakkan ibu jari pada batas areola mammae bagian atas dan jari telunjuk pada batas areola bawah sehingga berhadapan

(5) Tekan kedua jari ini kedalam kearah dinding dada tanpa menggeser letak kedua jari tadi

(6) Pijat daerah diantara kedua jari tadi kearah depan sehingga akan memeras dan emngeluarkan ASI yang berada didalam sinus lactiferus

(7) Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali (8) Setelah pancaran ASI berkurang pindahkan posisi ibu

jari dan jari telunjuk tadi dengan cara diputar pada sisi lain dari batas areola dengan kedua jari selalu berhadapan

(9) Lakukan hal yang sama pada setiap sehingga ASI akan terperah dari semua bagian.

(44)

31

karena tidak akan mengeluarkan ASI dan menyebabkan rasa sakit.

(11) Peras setiap 3-4 jam sekali secara teratur agar produksi ASI tetap terjaga

(12) Pilih waktu dimana payudara dalam keadaan penuh b) Pengeluaran ASI dengan pompa

Pengeluaran ASI dengan pompa jika payudara terbendung, payudara terasa nyeri, dan ASI benar-benar penuh. Ada dua macam bentuk pompa :

(1) Pompa manual atau tangan

Pompa manual atau tangan sering dipergunakan karena murah, mudah dibersihkan dan umumnya mudah digunakan. Ada beberapa tipe pompa manual yaitu:

(a) Tipe silinder

Pompa tipe ini efektif dan mudah dipakai, kekuatan tekanan isapan mudah dikontrol. Baik kedua silinder maupun gerakan memompa berada dalam garis lurus. Terbuat dari plastik dengan tempat penampungan ASI dibagian bawah silinder.

(b) Tipe silinder berkerucut

(45)

bersudut kebawah. ASI akan ditampung dibotol yang ditempelkan dipompa.

(c) Tipe kerucut gelas atau plastik dan bola karet atau tipe terompet

Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena menyakitkan dan dapat menyebabkan kerusakan putting susu serta jaringan payudara. Kekuatan tekanan isap sukar diatur, skar dibersihkan dan disterilkan secara efektif.

(2) Pompa elektrik

Beberapa macam pompa listrik sudah ada dibeberapa kota besar. Karena umumnya harganya sangat mahal sehingga penggunaannya terbatas di rumah sakit-rumah sakit besar.

f. Penatalaksanaan

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), bila payudara ibu terjadi bendungan ASI dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Menyusui bayi secara on demand / tanpa di jadwal sesuai

kebutuhan bayi

2) Mengeluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek

3) Mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI

(46)

33

4) Mengompres payudara dengan air hangat dan dingin secara bergantian

5) Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting susu berikan kompres hangat sebelum menyusui

6) Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengurutan payudara atau perawatan payudara

7) Bila perlu memberikan parasetamol 500 mg per oral tiap 4 jam 8) Menurut Sulistyawati (2009), selain penatalaksanaan di atas ada

penatalaksanaan lain jika ibu mengalami bendungan ASI antara lain menyangga payudara dengan BH yang menyokong dan memberikan analgetik atau kodein 60 mg per oral.

(47)

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo (2011), Mubarak (2012), Notoatmodjo (2012), Sulistyawati (2009), Marmi (2014), Nugroho dkk (2014),

Rukiyah dan Yulianti (2010) Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan 2. Tingkatan Pengetahuan 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 4. Cara memperoleh pengetahuan 1. Pengertian Bendungan ASI 2. Etiologi Bendungan ASI 3. Patofisiologi Bendungan ASI 4. Tanda dan Gejala

Bendungan ASI 5. Pencegahan

Bendungan ASI 6. Penatalaksanaan Bendungan ASI

Nifas Laktasi Bendungan ASI

1. Pengertian Nifas 2. Tahapan Masa Nifas 3. Perubahan Sistem Reproduksi Pada Masa Nifas 1. Pengertian Laktasi 2. Fisiologi Laktasi 3. Masalah dalam Laktasi

(48)

35

C. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur 4. Minat 5. Pengalaman 6. Kebudayaan lingkungan sekitar 7. Informasi 8. Baik Cukup Kurang

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini akan menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam masyarakat. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan angka-angka, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran, maupun dari nilai suatu data yag diperoleh dengan jalan mengubah data kualitatif kedalam data kuantitatif, misalnya skor dari hasil tes, atau hasil perhitungan (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini akan mendiskripsikan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian adalah tempat yang akan dilakukan oleh

penelitian dan sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan di BPM Al-Firdaus

Kismoyoso Ngemplak Boyolali.

(50)

37

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Desember 2014 - Juni 2015.

C. Populasi , Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang ada di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali. Jumlah populasi ibu nifas bulan Januari – September 2014 adalah 35 ibu nifas.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Jika populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih (Arikunto, 2013). Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 35 ibu nifas.

(51)

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2010). Penelitian ini menggunakan “accidental sampling”. Menurut Notoatmodjo (2012), accidental sampling dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mengidentifikasikan variable secara operasional berdasarkan karateristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2010).

(52)

39

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali

Variabel Definisi Operasional Skala Ukur Kategori Alat Ukur Tingkat pengetahuan ibu Nifas tentang Bendungan ASI

Segala sesuatu yang diketahui ibu nifas tentang bendungan ASI antara lain :

1. Pengertian 2. Penyebab

3. Tanda dan gejala 4. Pencegahan 5. Penatalaksanaan

Ordinal a. Baik, bila nilai responden (x) > mean + 1 SD b. Cukup, bila nilai mean – 1 SD x mean + 1 SD c. Kurang, bila nilai responden (x) < mean – 1 SD (Riwidikdo,2013) Kuesione r F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu memberikan suatu serangkaian pertanyaan yang telah ditulis dan responden tinggal memilih jawaban benar atau salah (Notoatmodjo, 2012).

Instrumen ini ada 35 soal, dengan menggunakan Skala Guttman. Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Di mana permasalahan soal tersebut mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI. Skala Guttman ini umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian pertanyaan dengan kriteria positif (favorable) yaitu bila menjawab benar nilainya 1 jika menjawab salah nilainya 0 dan kriteria negatif

(53)

unfavorable bila menjawab salah nilainya 1 dan jika menjawab benar nilainya 0. Pengisian kuisioner tersebut dengan memberi tanda cetang ( ) pada jawaban yang dianggap benar (Hidayat, 2010).

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali

Variabel Sub variabel Pernyataan Jumlah

soal Favorable Unfavorable Tingkat pengetahuan ibu Nifas tentang Bendungan ASI 1. Pengertian Bendungan ASI 1, 2, 3* 4,5 5 2. Penyebab Bendungan ASI 6,9*,10,12 7,8,11 7 3. Tanda dan gejala

Bendungan ASI 13,14,15, 17*,19 16,18 7 4. Pencegahan Bendungan ASI 20,21,22, 23, 28,29 24,25,26,2 7 10 5. Penatalaksanaan Bendungan ASI 30,31,35 32,33,34 6 Jumlah 21 14 35

Keterangan: * (pernyataan yang tidak valid)

Sebelum kuesioner diberikan pada responden, kuesioner diuji kevaliditas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Uji coba dilakukan untuk mendapat instrumen yang benar-benar valid dan reliabel. Instrumen penelitian sebelumnya diuji validitas dan realibilitas kemudian data diolah dan dianalisa dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution). Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan pada tanggal 09 Maret sampai 12 April 2015 di BPM Ririn Yunianti Amd.keb Ngemplak Boyolali dengan jumlah 30 reponden.

(54)

41

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid sejauh mana mampu mengukur instrumen ini (Notoatmodjo, 2012). Menurut Riwidikdo (2012), untuk melakukan uji validitas minimal dilakukan terhadap 30 responden.

Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product moment dengan bantuan program komputer SPSS for Windows, dikatakan valid jika nilai rxy hitung > rxy tabel atau bila nilai p-value < dari 0,05 (Riwidikdo, 2013).

Menurut Riwidikdo (2013), rumus product moment adalah :

Keterangan :

r : Korelasi antara masing – masing butir pernyataan N : Jumlah responden

x : Skor pertanyaan y : Skor total pertanyaan

xy : Skor pernyataan dikalikan skor total

Dari uji coba validitas yang telah dilakukan dari 35 pernyataan didapatkan 32 pernyataan valid dan terdapat 3 pernyataan yang tidak valid yaitu nomor 3, 9, 17 dan pernyatan yang tidak valid tersebut

(55)

dihilangkan karena sudah ada yang mewakili indikator pernyataan dalam kuesioner.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat atau instrumen pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012). Kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha ( ) minimal 0,7 (Riwidikdo, 2013).

Untuk menguji realibilitas instrument peneliti menggunakan Alpa Chronbach dengan bantuan program computer SPSS for Windows. Rumus Alpha Chonbach adalah sebagai berikut:

Keterangan :

r : Reliabilitas Instrument

k : Banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal

: Jumlah varian butir

t2 : Varians total

Dengan menggunakan Alfa Cronbach, kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai alfa > 0,7 (Riwikdikdo,2012). Sedangkan hasil dari uji realibilitas yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai alfa Cronbach sebesar 0,967 dengan demikian kuesioner dapat dikatakan reliabel.

(56)

43

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data akan dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket pada ibu nifas yang menjadi pasien di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali, kemudian menjelaskan tentang cara mengisinya. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sampai selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Menurut Riwidikdo (2013), cara memperoleh data dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek atau objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari jawaban pertanyaan ibu nifas tentang tanda Bendungan ASI yang disediakan melalui kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak dengan berbagai cara metode baik secara komersial maupun non komersial. Dalam penelitian ini data sekunder berupa data jumlah ibu nifas yang berkunjung ke BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali.

(57)

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Menurut Notoatmodjo (2012), proses pengolahan data adalah :

a. Editing (Memeriksa Data)

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahalu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. c. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing

Data, yakni jawaban–jawaban dari masing–masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan– kemungkinan adanya kesalahan–kesalahan kode,

(58)

45

ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis univariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata–rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Riwidikdo (2013), untuk membuat 3 katagori yaitu baik, cukup dan kurang maka menggunakan parameter :

a. Baik, apabila nilai responden yang diperoleh: (x) > Mean + 1 SD

(x) > 24,3 + (1 x 6,5) (x) > 30,8

Jadi tingkat pengetahuan responden baik bila nilai (x) > 30,8 b. Cukup, apabila nilai responden yang diperoleh:

Mean – 1 SD < x < Mean + 1 SD 24,3 – (1 x 6,5) < x < 24,3 + (1 x 6,5) 17,8 < x < 30,8

Jadi tingkat pengetahuan responden cukup bila nilai (x) 17,8 < (x) < 30,8

(59)

c. Kurang, apabila nilai responden yang diperoleh: (x) < Mean – 1 SD

(x) < 24,3 – (1 x 6,5) (x) < 17,8

Jadi tingkat pengetahuan responden kurang bila nilai (x) < 17,8

Menurut Riwidikdo (2013) instrument dikatakan reliabel bila nilai Alpha Chonbach > r kriteria (0,7).

Menurut Riwidikdo (2013), rumus mean yaitu : X = n xx = 35 853 = 24,3 Keterangan:

X : Mean atau nilai rata-rata n : Jumlah responden

∑xi : Jumlah nilai yang diperoleh tiap responden

Menurut Riwidikdo (2013), simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai data terhadap rata-ratanya.

Rumus : SD = 1 ) ( 2 2 1 ) ( 2 n n x xi = 1 35 35 727609 22245 1 72 = 34 8 , 20788 22245 20

(60)

47 = 34 2 , 1456 = 42,8 = 6,5 Keterangan : SD : simpangan baku x : Nilai responden n : Jumlah responden

Menurut Riwidikdo (2013), rumus untuk mengetahui skor prosentase tiap responden adalah sebagai berikut:

Skor Prosentase = diperoleh seharusnya yang maksimal skor Total responden diperoleh yang Skor x 100% I. Etika Penelitian

1. Prinsip – prinsip Petunjuk Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Menurut Hidayat (2010), prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami antara lain :

a. Prinsip Manfaat

Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian yang dilakukan memiliki harapan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.

(61)

b. Prinsip menghormati manusia

Manusia memiliki hak dan makhluk yang mulia yang harus dihormati, karena manusia memiliki hak dalam menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian. c. Prinsip keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak.

2. Masalah etika penelitian

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian (Hidayat, 2010). Menurut Hidayat (2010), masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

a. Informed consent

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

b. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama.

(62)

49

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah–masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

J. Jadwal Penelitian

Jadwal kegiatan adalah uraian langkah–langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2012). Jadwal penelitian ini terlampir.

(63)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali yang merupakan salah satu BPM yang berada di Kabupaten Boyolali. Lokasi BPM Al-Firdaus terletak di Desa Tambas RT. 03 RW. VIII Kismoyoso, Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali dipimpin oleh seorang bidan, jenis pelayanan yang diberikan antara lain kesehatan ibu dan anak yang meliputi pemeriksaan ANC, pelayanan KB, pemeriksaan balita sakit, pijat bayi serta pertolongan persalinan dan pengobatan umum. BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali memiliki 4 ruang, yaitu ruang persalinan, ruang periksa dan ruang nifas, jumlah tenaga kesehatan 2 orang. BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali terletak di Kecamatan Ngemplak.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2015 di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali. Responden dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang tercatat di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali yang berjumlah 35 responden

(64)

1. Analisis Deskriptif

a. Karakteristik responden berdasarkan umur

Karateristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

No. Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. 2. 3. 20 – 25 tahun 26 – 30 tahun 31 – 35 tahun 10 18 7 29 51 20 Total 35 100%

Sumber: Data primer

Berdasarkan tabel 4. 1 di atas, kelompok umur responden 20 – 25 tahun sebanyak 10 responden (29%), 26 – 30 tahun sebanyak 18 responden (51%) dan 31 – 35 tahun sebanyak 7 responden (20%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa umur responden terbanyak adalah 26 – 30 tahun yaitu sebanyak 18 responden (51%).

b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Karateristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

No. Responden Frekuensi Prosentase(%)

1. 2. 3. 4. SD SMP SMA Perguruan Tinggi 3 10 17 5 9 29 49 14 Total 35 100%

Sumber: Data primer

Berdasarkan tabel 4.2 di atas kelompok responden berpendidikan SD sebanyak 3 responden (9%), SMP sebanyak 10 responden (29%), SMA sebanyak 17 responden (49%) dan Perguruan

(65)

disimpulkan bahwa pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 17 responden (49%).

c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Karateristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

No. Responden Frekuensi Prosentase(%)

1. 2. 3. 4. IRT PNS Swasta Buruh 12 5 15 3 34 14 43 9 Total 35 100%

Sumber: Data primer

Berdasarkan tabel 4.3 di atas kelompok responden bekerja sebagai IRT sebanyak 12 responden (34%), PNS sebanyak 5 responden (14%), swasta sebanyak 15 responden (43%) dan buruh sebanyak 3 responden (9%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan responden yang paling banyak adalah swata yaitu sebanyak 15 responden (43%).

2. Analisis Data Hasil Penelitian

a. Tabel 4.4 Mean dan Std. Deviation

Variabel Mean Std. Deviation

Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI

24,3 6,5

Berdasarkan nilai Mean dan Std. Deviation, tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso

(66)

53

Ngemplak Boyolali dikategorikan menjadi 3 tingkat dan dapat dilihat pada tabel 4. 5 di bawah ini:

b. Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali

No. Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%) 1. 2. 3. Baik Cukup Kurang 5 23 7 14 66 20 Total 35 100%

Sumber: Data primer

Berdasarkan tabel di atas tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali pada kategori pengetahuan baik sebanyak 5 responden (14%), pengetahuan cukup sebanyak 23 responden (66%) dan pengetahuan kurang sebanyak 7 responden (20%). Jadi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali yang paling banyak dikategorikan dalam pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 23 responden (66%).

C. Pembahasan

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).

Gambar

Tabel 2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusi  Involusi
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel  3.1 Definisi Operasional Variabel  Tingkat  Pengetahuan  Ibu Nifas  Tentang    Bendungan ASI di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali  Variabel Definisi  Operasional  Skala Ukur  Kategori  Alat  Ukur  Tingkat  pengetahuan  ibu  Nifas  tentang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIA tahun pelajaran 2015 – 2016 yang berjumlah 37 orang anak terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan

Keberadaan ekosistem lamun di Kepulauan Seribu terutama di Pulau Pramuka, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKpS) mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan biota

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, jumlah pemesanan yang optimal dari oksigen adalah 2019 botol untuk sekali pesan dan pemesanan dilakukan pada saat

 Kabel berfungsi untuk menyambungkan bahangian-bahagian utama ke subutama dan subutama ke litar akhir dan litar akhir alat-alat kawalan, alat tambah dan alat mudahalih. 

AIDS adalah penyakit hilangnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV merupakan anggota dari famili Retroviridae,

Pengguna jasa Terminal Petikemas Semarang pada merasa puas pada faktor Kepastian Jadwal Pelayanan. Sedangkan yang masuk dalam kategori cukup puas terdapat pada

Apabila remaja tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan fisik yang terjadi pada dirinya, seperti yang telah dipaparkan di atas, remaja akan mengalami tingkat emosi

interactive model of Miles and Huberman in the form of data reduction, data presentation and verification. To check data validity with increasing persistence /