• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada dasarnya akta dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu akta dibawah tangan dan akta autentik. Akta dibawah tangan lazim disebut dengan onder hands. Akta dibawah tangan merupakan akta yang dibuat oleh para pihak tanpa perantaraan seorang pejabat. Akta dibawah tangan ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis:46

1. Akta dibawah tangan dimana para pihak menandatangani perjanjian itu diatas materai (tanpa keterlibatan pejabat umum).

2. Akta dibawah tangan yang didaftar (waarmerken) oleh notaris/ pejabat yang berwenang.

3. Akte dibawah tangan dan dilegalisasi oleh notaris/pejabat yang berwenang. Dalam Pasal 15 ayat 2 huruf a dan b Undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan notaris, istilah yang digunakan untuk akta dibawah tangan yang disahkan, semnetara istilah akta dibawah tangan yang didaftar (waarmerken) adalah akta yang dibukukan. Akta dibawah tangan yang disahkan merupakan akta yang harus ditandatangani dan disahkan didepan notaris/pejabat yang berwenang. Makna dilakukan pengesahan terhadap akta dibawah tangan adalah :

46

Munardi Hamid,jenis-Jenis Akta,Pelita Ilmu, Jakarta, 2004, hal 25.

1. Notaris menjamin bahwa benar orang yang tercantum namanya dalam perjanjian adalah orang yang menandatangani perjanjian.

2. Notaris menjamin bahwa tanggal tanda tangan tersebut dilakukan pada tanggal yang disebutkan dalam perjanjian.

Akta dibawah tangan yang dibukukan (gewaarmeken) merupakan akta yang telah ditandatangani pada hari dan tanggal yang disebut dalam akta oleh para pihak, dan tandatangan tersebut bukan dihadapan notaris/pejabat yang berwenang. Makna akta dibawah tangan yang dibukukan adalah bahwa yang dijamin oleh notaris adalah akta tersebut memang benar telah ada pada hari dan tanggal dilakukan pendaftaran/pembukuan oleh notaris.

Pengertian akta outentik dapat dibaca dalam pengertian berikut dalam Black’s Law Dictionery, yang diartikan dengan akta autentik atauacte authentiqueadalah“ a deed executed with certain prescribed formalities, in the presence of notary, mayor, greffer, or functionary qualified to act in the place in which it is drawn up” (Henry Campbell Black, 1979: 24).

Artinya, akta yang dibuat dengan beberapa formalitas, di hadapan seorang notaris, walikota, panitera, atau pejabat yang memenuhi syarat sesuai dengan yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam defenisi ini, akta autentik dikonstruksikan dari segi bentuk akta dan pejabat yang membuatnya. Akta itu dibuat dalam bentuk tertulis, dan pejabat yang membuatnya adalah

2. Walikota; 3. Panitera; atau

4. Pejabat yang memnuhi syarat

Dalam Pasal 1868 KUH Perdata telah ditentukan pengertian akta autentik. Akta autentik adalah “sesuai akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang- undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat”.

Apabila kita kaji defenisi ini, maka ada tiga unsur akta autentik, yaitu 1. Dibuat dalam bentuk tertetentu;

2. Di hadapan pejabatn yang berwenang untuk itu; dan 3. Tempat dibuatnya akta.

Perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit antara PTPN 1 dan PT. BSL telah dimulai sejak bulan Maret 2006 hingga sekarang ini. Perjanjian kerjasama jual beli TBS tersebut dibuat dalam bentuk akta dibawah tangan dan masing-masing dalam jangka waktu satu tahun untuk satu kali perjanjian kerjasama. Perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit antara PTPN 1 dengan PT. BSL akan diperbaharui setiap satu tahun sekali. Perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit antara PTPN 1 dan PT. BSL yang baru saja berakhir adalah perjanjian yang dimulai pada tanggal 2 Februari 2011 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2011.

Di dalam perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit para pihak mengikatkan dirinya di dalam perjanjian tersebut menggunakan akta dibawah tangan, dimana para pihak menandatangani perjanjian itu di atas kertas bermaterai di dalam

rangkap dua, dimana kedua akta dibawah tangan tersebut memiliki kekuatan hukum yang sama. Perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit antara PTPN 1 dengan PT. BSL ditandatangani oleh pihak pertama diwakili oleh Direktur utama PTPN 1 Darwin Nasution, dan juga diwakili oleh Sukian Chairuddin selaku Direktur PT. BSL di atas kertas bermaterai 6.000. Akta dibawah tangan juga merupakan suatu tanda bukti yang menyatakan telah terjadi suatu peristiwa atau perbuatan hukum. Perbedaan akta dibawah tangan dengan akta autentik adalah bahwa akta dibawah tangan merupakan akta yang dibuat oleh para pihak tanpa melibatkan pejabat umum yang berwenang dalam membuat akta. Akta autentik yang dibuat oleh pejabat umum (notaris) lebih menjamin suatu pebuatan hukum telah terjadi oleh orang-orang yang namanya tercantum dalam akta autentik tersebut. Disamping itu akta autentik juga menjamin kepastian tanggal, tanda tangan didalam akta tersebut adalah sesuai dengan tanggal dibuatnya suatu perjanjian. Akta autentik merupakan alat bukti yang sempurna apabila terjadi perselisihan atau perkara di depan pengadilan.

Perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit antara PTPN I dengan PT. BSL yang dibuat dalam akta dibawah tangan mempunyai alasan dan pertimbangan karena kedua belah pihak telah saling mengenal, saling percaya, untuk membuat suatu perjanjian kerjasama dalam jual beli TBS kelapa sawit. Alasan lain perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit ini dibuat dalam akta di bawah tangan adalah untuk efektivitas dan efisiensi biaya. Pada prinsipnya baik akta autentik maupun akta dibawah tangan merupakan tanda bukti yang sah untuk menyatakan telah terjadi suatu perbuatan hukum antara para pihak didalam lapangan hukum perjanjian. Oleh karena

itu PTPN I dan PT. BSL sepakat membuat perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit dalam suatu akta dibawah tangan. Namun demikian tentu asda perbedaan antara akta dibawah tangan dan akta autentik dalam hal kekuatan pembuktiannya, khususnya apabila terjadi perkara di hadapan pengadilan. Akta autentik merupakan akta yang paling sempurna untuk dijadikan alat bukti bila terjadi perkara di pengadilan. Para pihak yang membuat perjanjian kerja sama jual beli TBS kelapa sawit dalam bentuk akta di bawah tangan, yaitu PTPN 1 dan PT BSL, harus konsekuen dalam menerima segala resiko yang harus ditanggung apabila terjadi perkara di pengadilan. Karena akta dibawah tangan yang dibuat oleh para pihak dalam perjanjian jual beli TBS kelapa sawit tersebut bukanlah alat bukti yang sempurna.

Kedua belah pihak yang terikat dalam perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit dibawah tangan yaitu PTPN 1 dan PT. BSL menyadari sepenuhnya dalam membuat bentuk perjanjian dengan menggunakan akta dibawah tangan dengan segala resiko yang harus ditanggung kedua belah pihak apabila terjadi perselisihan/perkara hingga ketingkat litigasi (pengadilan).

B. Prosedur Pelaksanaan Jual Beli TBS Kelapa Sawit antara PTPN I dan PT

Dokumen terkait