• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-Bentuk Gangguan Mental dan Gejalanya

Dalam dokumen 9 BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANG (Halaman 44-54)

Secara universal manusia itu memiliki fitrah sebagai sosok individu yang baik. Akan tetapi pada kenyataannya banyak orang menjadi korban penyakit psikis (jiwa/ mental) atau mengalami gangguan mental.

Secara umum gangguan mental itu digolongkan menjadi dua bentuk, yakni gangguan mental yang sifatnya ringan dan gangguan mental yang sifatnya berat. Orang yang menderita gangguan mental yang sifatnya ringan disebut neurosis, dan orang yang menderita gangguan metal yang sifatnya berat disebut psychosis atau Psychose. Orang yang menderita gangguan mental pada ujungnya akan mengalami penyakit mental yang sesungguhnya (mental disorder).

Zakiyah Daradjat memetakkan gangguan mental itu dua dalam bentuk, yaitu; pertama, yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada anggota tubuh, misal otak, sentral saraf, atau hilangnya berbagai kelenjar, saraf-saraf atau anggota fisik lainnya untuk menjalankan tugasnya. Kerusakan ini disebabkan oleh keracunan, akibat minuman keras, obat-obat perangsang, obat-obat penenang atau narkotik, akibat kecelakaan, akibat penyakit kotor, dan lain sebagainya. Kedua, disebabkan oleh gangguan-gangguan jiwa yang telah berlarut –larut sehingga sampai pada puncaknya,

83

Suardiman, Menuju Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1986), hlm. 6.

sebelumnya tanpa ada solusi (penyelesaian) secara wajar. Atau diakibatkan oleh hilangnya keseimbangan mental secara menyeluruh, akibat dari suasana lingkungan yang sangat menekan (tidak bersahabat), ketegangan batin, dan sebagainya.84

Orang yang mengalami gangguan mental yang sifatnya neurotik (psychoneurosis), juga akan membentuk kepribadian yang neurotik pula, dimana fungsi kepribadiannya menghindari pengendalian yang sadar. Dalam beberapa hal berwujud perasaan takut, dalam hal ini kontrol pikirannya hilang dan juga terdapat pola tingkah laku yang tidak normal atau tingkah laku yang tak terkendalikan.85

Zakiyah Daradjat mengungkapkan bahwa seorang yang diserang penyakit mental/ jiwa, kepribadian pada diri individu tersebut disadari atau tidak pasti terganggu, dan selanjutnya akan menyebabkan beberapa faktor kesulitan-kesulitan atas diri individu tersebut, seperti kesulitan menyesuaikan diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami problemnya. Individu yang menderita gangguan mental sering kali merasa dirinya itu normal, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain.86

Adapun yang dimaksud dengan gangguan mental ringan (psikoneurosa/ neurosis) adalah sekelompok reaksi psikis ditandai secara khas oleh unsur kecemasan, yang tidak sadar diekspresikan dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence of mechanism).

Psychoneurosis ialah bentuk gangguan/ kekacauan atau penyakit

fungsional pada sistem saraf, mencakup pula disintegrative sebagian dari kepribadian, khususnya terdapat berkurangnya atau tidak adanya kontak antar pribadi dengan sekitarnya. Relasinya dengan dunia luar sedikit sekali, walaupun orang yang bersangkutan masih memiliki insight (wawasan/ tilikan yang baik). Para penderita ini tidak mengalami disorganisasi kepribadian yang sangat serius, kaitannya dengan realitas

84

Ibid.

85

M. Dimyati Mahmud, op. cit., hlm. 235.

86

ekstern atau dunia luar. Faktor pencetus penyakit ini biasanya penderita memiliki sejarah hidup ataupun pengalaman hidup yang penuh dengan kesulitan, tekanan-tekanan batin, dan peristiwa-peristiwa traumatis yang begitu berat. Atau diakibatkan oleh faktor-faktor yang tidak pernah menguntungkan selama bersosialisasi, berinteraksi, tidak pernah mendapatkan kasih sayang masa kecilnya, dan tekanan-tekanan psikososial yang lain yang tidak pernah memihak serta mengalami kesulitan dalam mengatasi setiap problemnya. Proses pengkodisian yang buruk terhadap mental nya tersebut, pada akhirnya menumbuhkan berbagai macam symptom mental yang patologis, atau menimbulkan berbagai macam bentuk gangguan mental.87

Gangguan mental tersebut (neurosis) pada umumnya berbentuk, ketidakmampuan mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya, ditunjukkan dengan tingkah lakunya yang abnormal dan aneh-aneh, penderita bisanya tidak memahami dirinya sendiri, bahkan membenci diri sendiri.88

Sementara faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya

psychoneurosis atau lebih dikenal dengan neurosis, ialah faktor-faktor

psikologis, dan kultural, yang menyebabkan timbulnya banyak stres, dan ketegangan-ketegangan kuat yang kronis pada seseorang sehingga pribadinya mengalami frustasi dan konflik-konflik emosional, dan pada ujungnya menyebabkan terjadinya kelemahan mental (mental

breakdown).89

Gangguan mental juga bisa disebabkan oleh adanya kerusakan pada anggota tubuh, misalnya kerusakan pada otak, sentral saraf, atau hilangnya berbagai kelenjar, saraf-saraf atau anggota fisik lainnya untuk menjalankan fungsinya/ perannya. Faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan-kerusakan tersebut, sebagaimana penemuan para dokter ahli

87

Kartini Kartono dan Jenny Andari, op cit., hlm. 94-95.

88

Ibid.

89

saraf dan hasil uji klinis, hal ini dimungkinkan karena keracunan akibat minuman kera, obat-obatan.

Adapun faktor-faktor lain timbulnya psychoneurosis ialah: 1) Ketakutan yang terus menerus dan sering tidak rasional 2) Ketidakimbangan pribadi

3) Konflik-konflik internal yang serius, terutama sudah dimulai sejak masa kanak-kanak

4) Lemahnya pertahanan diri (difence of mechanism) secara fisik maupun mental

5) Adanya tekanan-tekanan sosial dan kebudayaan yang kuat yang tidak mampu diatasinya

6) Kecemasan, tekanan batin, kesusahan yang berkepanjangan. 7) Dan lain-lain.90

Akibat dari disfungsi saraf itu yang dapat mengganggu kestabilan mental, pada ujunganya akan membentuk suatu gejala gangguan mental serius (akut), disebut dengan istilah “neurasthenia”.

Neurasthenia adalah bentuk psikoneurosa yang ditandai adanya

kondisi syaraf-syaraf yang sangat lemah, tanpa energi hidup, selalu terus menerus merasa capek, lelah, tidak bergairah, energi tubuh menurun, lemah yang hebat, disertai keluhan-keluhan pada fungsi psikis, kecemasan, dan dibarengi perasaan-perasaan nyeri dan sakit pada sebagian tubuh sehingga penderita menjadi malas dan segan melakukan aktivitas atau segan melakukan sesuatu (kehilangan semangat atau gairah hidup). Dan juga timbul perasaan cemas yang tidak bisa dibendung , yang disebut dengan neurosa kecemasan (anxiety neurosis). Misalnya; takut mati, takut kalau jadi gila, dan ketakutan-ketakutan lain yang tidak rasional, dan tidak bisa dimasukkan dalam kategori phobia. Dengan gejala emosi tidak setabil, suka marah-marah, sering dihinggapi perasaan depresi, sering dalam keadaan excited (gelisah sekali), sering berfantasi, dihinggapi ilusi,

90

Clifford R. Anderson. MD, Petunjuk Modern Pada Kesehatan, terj. Indonesia Publising House, (Bandung, 1979), hlm. 330.

delusi, dan rasa dikejar-kejar, sering merasa mual-mual dan muntah, badannya merasa sangat letih, sesak nafas, banyak berkeringat, bergemetaran, tekanan detak jantung yang begitu cepat dan sering menderita diare, dan lain sebagainya.91

Adapun sebab-sebab neurasthenia anatara lain:

1) Risau disebabkan oleh kekurangan kesibukan (menganggur).

2) Banyaknya ketegangan-ketegangan emosi akibat konflik-konflik, kesusahan dan frustasi.

3) Adanya perasaan inferior sebagai akibat dari kegagalan di masa lampau, yang disusul dengan tingkahlakuyang agresif.

4) Faktor herediter akan tetapi kemungkinannya sangat kecil sekali.92 5) Dan lain-lain

Sedangkan gejala yang ditunjukkan ialah:

1) Rasa sangat lelah selalu ada, terasa sangat lesu, sekalipun tidak ada gejala sakit pada jasmani.

2) Kondisi syarafnya; lemah, disertai perasaan-perasaan rendah dri dan selalu takut akan membuat kegagalan

3) Penderita selalu diganggu oleh perasaan sakit dan nyeri yang berpindah-pindah pada setiap bagian badannya; khususnya pada bagian punggung, dan kepala yang disertai oleh rasa pusing.

4) Reaksinya cepat tetapi selalu bersifat ragu-ragu karena ada ketegangan saraf.

5) Biasanya diikuti oleh gerakan motorik pada inteleknya lemah. Seperti cepat merasa suntuk, malas berfikir, dan lambat dalam mengambil keputusan.

6) Sering mengalami depresi emosional yang biasanya disertai dengan menangis atau suka menangis.

7) Nafsu makan menurun bahkan sampai kehilangan nafsu makan, seks, menderita insomnia dan muncul gangguan-gangguan pada pencernaan.

91

Kartini Kartono dan Jenny Andari, op cit., hlm. 107.

92

8) Merasa ada kerusakan pada sebagian panca indranya, seperti pandangan kabur,

9) Cenderung egois dan introvert. Kehilangan kemampuan dalam berkonsentrasi, mudah dipengaruhi, cepat bingung, semangat sensitif dan sikapnya selalu antagonistik (selalu bertentangan) dan cenderung negatif.

Kapasitas neurotic yang dialami oleh masing-masing individu yang berbeda-beda. Gangguan mental ini (yang sifatnya neurotic), akan melahirkan bermacam-macam gangguan mental yang bersifat neurotic pula. Seperti, hysteria, disasosiasi kepribadian, Phobia, obsesi compulsive,

hypochondria, dan lain-lain.

Dari keterangan di atas dapat kita diketahui bahwa kondisi kesehatan mental bisa dirasakan atau diamati melalui gejala-gejala tersebut. Dengan demikian kita dapat mengenal sejauh mana kondisi kesehatan mental kita, apakah masih dalam kewajaran atau tidak. Sehingga kita selalu dapat mengantisipasi atau menjaga kondisi kesehatan mental kita. Jangan meremehkan kesehatan mental walaupun gangguannya masih dalam taraf yang ringan (neurosis), apabila tidak diperhatikan dan diantisipasi sedini mungkin, pada akhirnya akan menyebabkan gangguan mental yang lebih parah, yang disebut dengan “psychosis”.

Psikosis (psikosa fungsional) atau psikotik merupakan satu bentuk gangguan mental yang parah, dimana penderita mengalami disorientasi pikiran, gangguan-gangguan emosional, disorientasi waktu dan ruang, serta pribadi, dan biasanya disertai halusinasi93 dan delusi-delusi (ilusi).94

93

Halusinasi ialah suatu pengamatan atau persepsi yang salah alam arti rangsang (obyek) tidak ada tetapi orang yang mengalaminya merasa mengamati dan diyakini kebenarannya. Seperti merasa mendengar suara tetapi tidak ada rangsang suara, melihat orang yang akan mengejar dan ingin membunuhnya padahal pada kenyataannya tidak ada apa, dan lain sebagainya. lih M. Dimyati Mahmud, hlm. 2565

94

Delusi adalah suatu keyakinan yang dipegang teguh meskipun itu bertentangan dengan hal yang senyatanya, seperti penderita yakin merasa dirinya seorang presiden, raja, Tuhan (dalam istilah psikologis disebut dengan delusion of grandeur, yakni delusi kebesaran). Istilah delusi itu tergantung pada apa yang diyakini oleh penderita. Lih M. Dimyati Mahmud, hlm. 256

Psikosis merupakan penyakit mental secara fungsional yang berat dan non-organis sifatnya, yang ditandai oleh disintegratif atau ke pecahan kepribadian dan maladjustment sosial yang berat, dimana penderita tidak mampu mengadakan relasi sosial dengan daerah sekitarnya, sering terputus sama sekali realitas hidup dan menjadi incompetence secara sosial, serta terdapat pula gangguan pada karakter dan fungsi intelektualnya.

Psikotik yaitu seseorang yang kepribadiannya benar-benar terganggu sehingga sama sekali tidak realistik. Psikotik (psychosis) disebut juga dengan istilah “gila”, yakni kepribadian atau mentalitas seseorang dalam lingkungannya benar-benar tidak sesuai atau tidak wajar, tidak beres ada semacam kelainan dengan kondisi sosial budaya di lingkungannya. Orang yang berkepribadian psikotik sama sekali tidak memiliki pertimbangan moral, dia bertingkahlakusesuai apa yang ada dalam pikiran bawah sadarnya, yakni bertindak dan bertingkahlakutanpa ada kontrol dan pertimbangan akal sehat.95

Gangguan ini bisa diamati melalui gejala-gejala yang sering muncul dalam diri individu diantaranya:

1) Penderita menjadi sangat tidak bertanggung jawab terhadap dirinya 2) Reaksi terhadap stimulus internal dan eksternal selalu keliru dan

merugikan

3) Penderita pada umumnya dihinggapi gangguan afektif yang serius 4) Berusaha menutup diri secara total dari realitas hidup dan tidak mampu

menilai realitas dunia sekitar.

5) Fungsi-fungsi kejiwaan berupa inteligensi, kemauan dan perasaannya menjadi kalut atau kacau.

6) Penderita sering sekali menderita ketakutan hebat

7) Penderita sering dihinggapi depresi, delusi, halusinasi dan ilusi optis.

95

8) Penderita tidak memiliki insight sama sekali, mengalami regresi psikis, dan menderita stupor (tidak bisa merasakan sesuatupun, keadaannya seperti terbius)

9) Perilakunya cenderung agresif yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain, seperti sering marah-marah, menyerang, mengamuk, mengalami penurunan daya ingat, daya pikir yang parah dan serta kegiatan hariannya seperti; mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar/ kecil dan lain sebagainya tidak lagi diperhatikan.

10)Kehilangan kontrol diri (moral/etika) yakni sering melakukan tingkahlakuamoral, dan sering melakukan upaya-upaya bunuh diri. Gejala psikosis bisa dilihat juga melalui symptom umumnya, diantaranya yaitu.

1) Ada kepecahan/ disintegrasi pribadi, dan kekalutan mental yang progresif, terdapat juga disorientasi terhadap lingkungan, sehingga reaksinya terdapat stimulus ekstern dan konflik batin sendiri selalu salah, dan berbentuk gangguan afektif yang sangat parah (gangguan perasaan, mood dan emosional)

2) Hubungan dengan dunia realitas jadi terputus, tidak ada insight atau wawasan. Biasanya pasien tidak menyadari symptom-symptom dan gangguannya, respon terhadap lingkungan sekitar tidak tetap keliru, kegila-gilaan, atau maniacal, dan eksentrik, dan penderita suka tertawa-tawa, mengikik sendiri terus menerus.

3) Ada maladjustment disertai disorganisasi dari fungsi pengenalan, kewajiban, inteligensi, perasaan dan kemauan.

4) Sering mengalami di bayang-bayangi oleh macam-macam halusinasi, ilusi dan delusi, selalu merasa takut dan bingung khususnya kekacauan emosional yang kronis.

5) Sering mengalami stupor, banyak berdiam diri, sulit dinasehati, keras kepala, bahkan sering kurang ajar, sering mengancam, dan tingkah lakunya agresif.

Dengan demikian gangguan mental yang parah (psikosis) bisa diketahui atau diamati secara langsung melalui tingkahlakuatau perilaku yang abnormal dan irasional. Dalam pandangan umum perilakunya itu dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain (lingkungan sekitar). Gejala-gejala tersebut merupakan gejala-gejala awal atau gejala yang paling mendasar. Dari gejala-gejala tersebut bisa diketahui berbagai macam gangguan/ penyakit kejiwaan atau mental, seperti schizophrenia (catatonic,

hebephrenic, dan paranoid), manic depresi, paranoia, dan lain sebagainya.

Adapun sebab atau faktor pencetus terjadinya psikosis yaitu sangat komplek, tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja. Seperti halnya penderita neurosis, penderita psikosis, semua berakar pada sebab-sebab yang murni psikologis, ada dua bentuk jenis penderita psikosis. Pertama, psychosis

fungsional, yaitu fungsi kepribadian penderita tidak dapat berfungsi

sebagaimana. Kedua, psychosis organic yaitu penderita menderita psikosis diakibatkan oleh perubahan dan kerusakan jasmani.96

Secara umum faktor pencetus penderita psychosis fungsional, yaitu, diantaranya:

1) Stres, cemas dan depresi yang berlarut-larut, dan tidak mampu untuk mengendalikannya atau mengatasinya.

2) Konflik batin yang tidak bisa di tekan (represi)

3) Faktor keturunan, akan tetapi ini sangat kecil sekali kemungkinannya. 4) Kehilangan sesuatu yang dicintainya; seperti orang tua, istri, suami, pacar,

pekerjaan, jabatan, dan lain sebagainya.

5) Tekanan sosial budaya, yakni apabila tidak mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan atau adanya persaingan hidup yang begitu ketat dalam lingkungannya.

6) Lemah iman, yakni apabila seseorang tidak memiliki pondasi keimanan yang kuat terhadap Tuhan, ketika seseorang dihadapkan pada persoalan hidup yang berat dia akan cenderung mengalami kekalutan mental, seperti frustasi, putus asa, konflik batin yang meluap-luap, dan lain sebagainya

96

yang pada puncaknya bisa menyebabkan kegilaan atau kepribadian-kepribadian yang aneh.

Sementara itu faktor pencetus psychosis organic, diantaranya: 1) Cacat otak yang dibawa sejak lahir

2) Infeksi pada otak

3) Intoksikasi (keracunan) 4) Luka pada kepala

5) Gangguan-gangguan sirkulasi 6) Serangan penyakit yang tiba-tiba

7) Perubahan-perubahan jasmaniah sebagai akibat pertumbuhan dan ketuaan 8) Tumor dan kanker, serta

9) Sebab-sebab jasmaniah yang tidak dikenali.97

Masing-masing sebab baik psychosis fungsional maupun psychosis

organik tersebut dapat mengubah tingkahlakusedemikian hebatnya sehingga

menjadi tidak rasional dan juga menghalangi penyesuaian yang efektif. Disamping kedua bentuk gangguan mental tersebut di atas (psychosis dan neurosis) ada bentuk gangguan mental lain yang disebut psychopath.

Psychopath adalah bentuk kekalutan mental yang ditandai dengan tidak

adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi. Penderita biasanya tidak pernah bertanggung jawab secara moral, adaptasi sosial tidak normal, dan selalu bersitegang dengan norma-norma sosial dan hukum, karena sepanjang hidupnya ia hidup dalam lingkungan sosial yang abnormal dan immoral yang diciptakan oleh imajinasi sendiri.98 Secara sederhana gangguan mental yang disebut dengan psikopat ialah suatu kepribadian yang anti sosial (dissocial). Para penderita psikopat ini biasanya diakibatakan oleh kondisi lingkungan yang tidak pernah berpihak atau memperhatikan penderita dan atau penderita merasa tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan dihargai dari lingkungannya.

97

Ibid., 258

98

Dari perasaan-perasaan tersebut mengakibatkan perasaan skeptis terhadap lingkungan sosialnya, karena dia merasa aktualisasi yang dilakukan tidak pernah mendapatkan perhatian dan penghargaan. Sehingga muncullah pikiran-pikiran negatif yang selalu dipendam. Perasaan semacam inilah yang mendorong terjadinya kekalutan mental, sehingga penderita biasanya cenderung bersikap dan berperilaku apatis (kehilangan perasaan sosial) terhadap lingkungannya. Biasanya jiwanya diliputi rasa benci, iri, dendam, curiga, penolakan, rasa dikejar-kejar dan dituduh. Sehingga psikologisnya menjadi gelisah, tegang, penuh ketakutan, lalu pikiran dan perasaannya (emosionalnya) menjadi kacau balau dan disertai pikiran yang kegila-gilaan. Kondisi psikologis semacam ini kemudian membentuk kepribadian terbelah

(split personality), yakni dirinya mengalami disitegrasi dan disorganisasi

kepribadian tanpa memiliki rasa sosial dan rasa kemanusiaan (human) yang wajar. 99 Ciri yang paling pokok gangguan psychopath yaitu pribadinya selalu ingin berbuat yang aneh-aneh diluar norma-susila sosial di lingkungannya.

Psychopath ini merupakan gangguan mental yang paling berat, karena

kontrol dirinya sudah tidak berfungsi lagi, yakni antara akal (pikiran) dan perasaan, antara id, ego, dan super ego, dan antara yang disadari dan tidak disadari sudah tidak memiliki peran lagi pada dirinya, serta perilakunya bisa mengancam ketenangan pada lingkungan. Dan manusia semacam ini bisa disebut dengan istilah manusia yang tidak berakal dan tidak mempunyai hati, atau disebut juga jasad yang hidup dengan jiwa yang mati.

Masih banyak macam-macam bentuk gangguan mental yang tidak dapat penulis tulis semua disini. Yang jelas bentuk gangguan mental itu tergantung sejauh mana kondisi penyakit dan faktor yang menyertainya serta bentuk gejala yang dialami oleh seseorang. Baik psychoneurosis, psychosis, maupun psychopath, semuanya adalah bentuk-bentuk kelainan mental (jiwa), sebagai bentuk cerminan dari kondisi mental yang tidak sehat (terganggu).

99

Dalam dokumen 9 BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANG (Halaman 44-54)

Dokumen terkait