• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2. Tinjauan pustaka

2. Interaksi sosial

2.3 Bentuk-bentuk interaksi sosial

Mubarak (2009) mengelompokkan bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa :

2.3.1 Proses-proses yang asosiatif

Proses asosiatif merupakan proses interaksi sosial dimana setiap individu memiliki hubungan yang baik dan adanya kerjasama

timbal balik dan menghasilkan pencapaian tujuan- tujuan bersama. Proses asosiatif terbagi menjadi 3 bagian yaitu kerja sama, akomodasi, dan asimilasi (Mubarak, 2009).

a. Kerja sama (cooperation)

Sunaryo (2004) berpendapat kerja sama adalah suatu usaha bersama antarorang perorang atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pengetahuan yang cukup dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Kerja sama dibedakan menjadi kerja sama spontan (spontaneous cooperation) adalah kerja sama yang serta-merta, kerja sama langsung (indirected cooperation) merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa, kerja sama kontak (contractual cooperation) merupakan kerja sama atas dasar tertentu, dan kerja sama tradisional (tradisional cooperation) bentuk kerja sama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial. Bentuk kerja sama bila di lihat dari pelaksanaan kerja sama dapat berupa kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih (bergaining), kooptasi (coopotation) merupakan proses peneriman unsur-unsur baru

dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan, koalisi (coalition) merupakan kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama dan Joint-vennture merupakan kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu.

b. Akomodasi (accomodation).

Akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi dengan ada kaitannya dalam norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Akomodasi yang menunjuk pada suatu proses yaitu menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan untuk mencapai kestabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu mengurangi pertentangan sebagai akibat perbedaan paham, mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu, memungkinkan terjadinya kerja sama

antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah.Bentuk-bentuk akomodasi, antara lain :

a. koersi (coercion): suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (langsung), maupun psikologis (tidak langsung).

b. Kompromi (compromise): suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.

c. Arbitrasi (arbitration):cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri.

d. Mediasi (mediation):hampir menyerupai arbitration, diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Tugas pihak ketiga tersebut adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanyalah sebagai penasihat belaka, dia tidak berwenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan tersebut.

e. Konsiliasi (conciliation): suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. Conciliation bersifat lebih lunak daripadacoerciondan membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang bersangkutan untuk mengadakan asimilasi. f. Toleransi (toleration), juga sering disebut sebagai

tolerant-participation: suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang toleration timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan, ini disebabkan karena adanya watak orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari suatu perselisihan.

g. Stalemate, merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini disebabkan oleh karena kedua belah pihak sudah tidak ada kemungkinan lagi baik untuk maju maupun untuk mundur.

h. Adjudication: penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan. Hasil-hasil proses akomodasi dapat diuraikan dalam beberapa hal yaitu akomodasi dan integrasi masyarakat, telah berbuat banyak untuk menghindari masyarakat dari benih-benih pertentangan laten yang akan

melahirkan pertentangan baru, menekan oposisi (suatu persaingan dilaksanakan demi keuntungan suatu kelompok tertentu demi kerugian pihak lain), koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda, perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan yang berubah, perubahan-perubahan dalam kedudukan, akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi. c. Asimilasi (assimilation).

Asimilasi merupakan proses sosial dalam tingkat lanjut, ditandai dengan adanya berbagai usaha mengurangi setiap perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan bersama. Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah toleransi, kesempatan-kesempatan yang seimbang dibidang ekonomi, sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya, sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat, persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan, perkawinan campuran (amalgamation) dan adanya musuh bersama di luar. Faktor-faktor umum yang dapat menjadi pengahalang terjadinya asimilasi adalah terisolir kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat, takut terhadap kekuatan

suatu kebudayaan yang dihadapi, perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya, perbedaan warna kulit atau ciri-ciri fisik, perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok atau kebudayaan kelompok bersangkutan, golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa dan perbedaan kepentingan yang kemudian ditambahkan dengan pertentangan-pertentangan pribadi.

2.3.2 Proses- proses yang disosiatif

Mubarak (2009) menyatakan proses-proses disosiatif sering disebut sebagaioppositional processes, persis halnya dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Proses-proses yang disosiatif dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :

a. Persaingan (competition)

Persaingan merupakan suatu proses sosial yang ditandai dengan adanya individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Ada beberapa bentuk persaingan, di antaranya:

a. Persaingan ekonomi: timbul karena terbatasnya persediaan apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen.

b. Persaingan kebudayaan: menyangkut persaingan kebudayaan, keagamaan, lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan, dan sebagainya.

c. Persaingan kedudukan dan peranan: di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat keinginan-keingian untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan yang terpandang.

d. Persaingan ras: perbedaan ras baik karena perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut dan sebagainya, hanya merupakan suatu perlambang kesadaran dan sikap atas perbedaan-perbedaan dalam kebudayaan.

Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi yaitu menyalurkan keinginan-keinginan atau kelompok yang bersifat kompetitif, sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan, serta nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing, alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial, alat untuk menyaring para warga golongan karya (fungsional) yang akhirnya akan menghasilkan pembagian kerja yang efektif.

b. Kontravensi (contravention).

Kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk-bentuk kontravensi ada empat, yaitu:

a. bentuk umum: meliputi perbuatan-perbuatan, seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.

b. Bentuk sederhana: seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat-surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian terhadap pihak lain.

c. Bentuk intensif, mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain, mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat.

d. Bentuk taksis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain seperti kampanye partai-partai politik dalam pemilihan umum.

c. Pertentangan atau pertikaian (conflict).

Pertentangan merupakan suatu bentuk proses sosial ditandai dengan adanya individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Penyebab terjadinya pertentangan adalah

adanya perbedaan kebudayaan, kepentingan, dan perubahan sosial. Pertentangan mempunyai bentuk-bentuk khusus yaitu pertentangan pribadi, pertentangan rasial (para pihak akan menyadari adanya perbedaan-perbedaan antara mereka yang sering sekali menimbulkan pertentangan), pertentangan antara kelas-kelas sosial, pertentangan politik, pertentangan yang bersifat internasional.

Dokumen terkait