• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Tinjauan Umum Terhadap Novel, Keluarga, Kazoku dan

2.2. Pengertian Keluarga dan Kazoku

2.2.3. Bentuk-Bentuk Kazoku

Sebagai kelompok sosial yang ada didalam setiap masyarakat bentuk beragam, begitu juga dengan halnya kazoku, yang pembagianya ditentukan oleh beberapa factor. Factor pertama yaitu factor hubungan antar individu dalam kazoku, factor kedua adalah ada tidak wewenang didalam kazoku, factor ketiga ditentukan oleh besar kecilnya kelompok dalam komunitas. Untuk membagi kazoku ini tidaklah mudah,karena terdapat perbedaan batasan, ruang lingkup dan istilah yang digunakan untuk menyebutnya berbeda pada setiap masyarakat. 2.2.1. Daikazoku

Daikazoku merupakan suatu keluarga besar. Pada awalnya daikazoku ini terdapat pada masyarakat a yang belum agraris yang hidup dengan matapecaharian pertania, karena untuk mengolah lahan pertanian yang begitu luas , maka diperlukan suatu struktur keluarga yang banyak, sehingga melibatkan semua anggota keluarga yang tinggal didalamnya. Oleh karena

itu, jumlah anggota keluarga yang banyak tetap dipertahankan, dan mengenai pembagian harta kazoku,bagian dari salah satu anggota keluarga kazoku tersebut tidak berhak menerima pembagian harta kekayan kazoku,bagian dari salah satu anggota dari kazoku tersebut berhak menerima pembagian harta kekayan kazoku berupa lahan pertanian. Karena mereka sudah menjadi bagian dari kazoku. Daikazoku merupakan keluarga besar, yang keanggotaanya tidak hanya suami, istri, anak-anak saja, tetapi juga terdiri dari oaring-orang yang dekat dengan mereka, seperti orangtua dan saudara kandung sampai dengan kemenakan (HAsibuan, 2001:7). Menurut James Danandjaja (1997:337-338) mada banyak cara yang dapat menimbulkan percabangan dalam dozoku, yaitu:

1. Berlakunya adat perwarisan primogenitur ( hak waris bagi anak sulung laki-laki ). 2. Bagi seorang anak perempuan yang akan menikah dengan adat menetap setelah kawin

yang disebut dengan uxorilokal (laki-laki masuk ke dalam keluarga istri), dimana suami menjadi anggota keluarganya.

3. Seorang anak lebih muda dari keluarga cabang masuk kerumah keluarga utama untuk berdiam disana.

4. Seorang anggota keluarga sedarah dierbolehkan untuk mendirikan keluarga cabang setelah beberapa tahun sebagai pembantu rumah tangga.

5. Seorang anggota keluarga sedarah yang migrasi kedaerah tempat tinggal keluarga dozoku boleh mendirikan rumah tangga sebagai cabang keluarga luas.

Jadi , walaupun inti dari keluarga luas dozoku masih tetap keluarga sedarah, namun tidak ada larangan untuk memasukan keluarga-kelurga bukan sedarah sebagai anggota satu keluarga luas.

Shokazoku adalah keluarga kecil, keanggotanya terdiri dari suami istri dan anak- anaknya yang belum menikah. Kazoku seperti ini dibentuk dengan terjadinya perkawinan. Pasangan suami istri yang baru akan menjadi unit keluarga kazoku yang berdiri sendiri,dan terpisah dari orangtuanya. Proses ini akan terus berlangsung dari generasi kegenerasi. Kazoku seperti ini banyak dijumpai dalam masyarakat manapun,terutama dinegara maju. Industrialisasi telah menyebabkan sebagian dari masyarakat menjadi orang upahan yang mejalan industry. Mereka tidak lagi menjadi bagian masyarakat tani, melainkan berkembang untuk mengarah menjadi bagian dari kazoku kecil. Kecenderungan ini menyebabkan sulitnya mempertahankan daikazoku atau keluarga besar (Hasibuan,2001:8).

2.2.3 Kaku Kazoku

Kaku kazoku disebut juga keluarga batih atau keluarga inti, keanggotaan dari kazoku ini hanya terdiri dari suami dan istri atau beserta anak-anaknya yang belum menikah bentuk keluarga umum ini banyak ditemui dimasyarakat perkotaan. Kiyomi dalam Hasibuan (2001:13) mengatakan mengenai definisi dari kaku kazoku dalah: didalam anggota kazoku, terdapat hubungan saling keterkaitan yang kuat dan mudah dibentuk oleh unit fungsional kazoku, yaitu hubungan antara suami dan istri serta orang tua dan anak. Yang termasuk dalam dua jenis hubungan ini adalah orang tua (suami istri) anak, dan ini disebut kaku kazoku (nuclear family) atau kazokuteki tan I (basic family).

Biasanya kaku kazoku ini terdapat pada daerah-daerahyang sudah maju atau masyarakat perkotaan, dimana tidak memakai bentuk keluarga besar, tetapi dengan menggunakan bentuk kaku kazoku yang berpusat pada keluarga inti. Pada kaku kazoku ini biasanya hubungan dalam keluarga terasa lebih erat, karena bila dilihat dari bentuknya yang belum menikah sehingga hanya terdiri adri suami istri da anak-anaknya yang belum menikah sehingga proses sosialsasi dalam keluarga akan terasa lebih mendalam.

Menurut keluarga Jepang sendiri, industrialisasi turut mempengaruhi perubahan sistem keluarga Jepang, seperti yang dikemukan oleh R.P Dore (1959:111-115) industrialisasi yang telah berlangsun semenjak zaman Meiji telah mempengaruhi sistem keluarga Jepang khususnya didaerah perkotaan dan mengakibatkan perubahan-perubahan sebagai berikut:

1. Perubahan dalam demografi dan jumlah keluarga cabang.

Pada saat jumlah kematian seimbang dengan jumlah kelahiran, maka memberikan kemungkinan sebuah keluarga untuk mengadopsi anak laki-laki dari keluarga lain sebagai pewaris keluarga. Apabila ini terus berlangsung maka pembentukan keluarga cabang akan mengalami penurunan. Namun pada saat angka kematian lebih rendah maka pembentukan keluarga cabang akan mengalami peningkatan. 2. Pekerjaan turun temurun

Perubahan dalam usaha keluarga pada mulanya selalu mewariskan secara turun temurun akan mempengaruhi hubungan antar keluarga cabang dengan keluarga induk. Pada saat keluarga masih menjadi unit utama dalam masyarakat, yaitu masih memiliki fungsi produktifitas yang baik, pekerjaan diturunkan dari generasi dibawah dapat mempererat ikatan hubungan antar ayah da anak laki-lakinya sehingga usaha keluarga ini akan tetap terjaga akan menjadi warisan turun temurun untuk generasi berikutnya.

3. Perubahan dalam sumber pendapatan

Pada masa sebelum perang dunia II, sebagaian masyarakat Jepang merupakan masyarakat agraris yang memiliki mata pencaharian bertani. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang diwariskan turun temurun dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Disini terlihat bahwa keluarga pada masa sebelum perang dunia II

memiliki fungsi ekonomis sebagai unit produksi utama dalam masyarakat Jepang pada masa itu.

4. Kebiasaan menghabiskan waktu diluar keluarga semakin meningkat.

Meningkatkan partisipasi individu dalam kelompok-kelompok diluar kelompok keluarga mengakibatkan melemahnya ikatan keluarga. Sebagian besar waktu yang dilalui oleh anggota keluarga menyebabkan melemahnya ikatan keluarga. Hubungan yang berlaku dalam perkumpulan dan organisasi diluar ikatan keluarga ini, umumnya berdasarkan senioritaskan dan berdasarkan usia.

5. Kedudukan wanita dalam masyarakat industri

Semenjak masuknya industrialisasi ke Jepang, kedudukan wanita dalam masyrakat Jepangmengalami banyak perubahan. Kaum wanita mendapat mulai mendapatkan kesempatan untuk turut berpartisipasi dalam dunia kerja diluar aktifitasnya dalam keluarga. Kesempatan kerja yang kini didapat oleh wanita Jepang mengakibatkan timbulnya kebebasan memilihdalam diri wanita Jepang yang mulai menunda-nunda untuk menikah dengan alasan ingin berkonsentrasi dulu dalam dunia kerja yang mereka tekuni.

Dokumen terkait