B. Keterampilan belajar
3. Bentuk bentuk keterampilan belajar
Keterampilan belajar yang mesti dikuasai oleh siswa meliputi berbagai bentuk kegiatan. menurut Irsyad Das dan Elfi bentuk-bentuk keterampilan belajar tersebut meliputi:
a. Keterampilan dasar membaca. b. Keterampilan menulis.
c. Keterampilan berhitung.
d. Keterampilan membuat catatan.
e. Keterampila bertanya dan menjawab pertanyaan (baik lisan maupun tulisan).
f. Keterampilan mengerjakan tugas.
g. Keterampilan membuat laporan, dan menyuun makalah.
h. Keterampilan, menyiapkan dan mengikuti ujian, serta menindak lanjuti hasil pengerjaan tugas dan ulangan atau ujian.57
Adapun menurut Prayitno bentuk-bentuk keterampilan belajar sebagaimana yang diungkapkan dalam AUM PTSDL meliputi:
a. Keterampilan pokok atau dasar, yang meliputi: keterampilan membaca dan menulis.
56
Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup ( Life Skill Education),( Bandung: Alfabeta, 2006), h 8
b. Keterampilan akademik, yang meliputi: keterampilan mengikuti mengelola pelajaran, keterampilan mencatat bacaan, keterampilan memakai perpustakaan dan keterampilan menempuh ujian.
c. Keterampilan pendukung, meliputi: keterampilan melakukan konsentrasi, keterampilan menghapal pelajaran, keterampilan mengelola waktu studi dan keterampilan mengatur diri.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan belajar yaitu keterampilan membaca, menulis, mengikuti kuliah, mencatat bacaan, memakai perpustakaan dan menempuh ujian, membuat catatan, bertanya dan menjawab pertanyaan (baik lisan maupun tulisan), mengerjakan tugas, melakukan konsentrasi, menghafal pelajaran, mengelola waktu studi dan keterampilan mengatur diri. Masing-masing bentuk keterampilan di atas dapat di uraikan sebagai berikut:
a. Keterampilan membaca.
Merupakan merupakan aktifitas yang banyak dilakukan selama belajar. Aktifitas membaca pada dasarnya identik dengan kesuksesan siswa dalam belajar, dengan membaca siswa dapat mengetahui banyak hal yang memperkaya wawasan dan pengetahuanya, hal inilah yang membuat siswa bertambah cerdas, sehingga sukses dalam belajar. Oleh karena itu disarankan agar siswa membaca beragam buku, dan tidak terbatas pada membaca buku pelajaran saja, untuk melakukan kegiatan ini siswa membutuhkan keterampilan dalam membaca.
Sebelum menjelaskan tekhnik yang dilakukan dalam membaca terlebih dahulu dijelaskan bentuk-bentuk kecepatan membaca yang sering digunakan dalam aktifitas membaca. Masing- masing ragam kecepatan membaca ini biasanya dipergunakan sesuai dengan jenis bahan bacaan yang dimiliki seseorang. Untuk lebih jelasnya ragam kecepatan membaca, diuraikan berdasarkan pendapat Bobbi de Porter dan Mike Hernacki bahwa “pada dasarnya ada empat macam kecepatan membaca, yaitu biasa (regular), melihat dengan cepat (skiming), melihat sekilas (scanning), dan kecepatan tinggi (warp speed)”.58
Masing-masing kecepatan membaca tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut:
1. Biasa (regular)
Membaca regular, yaitu cara membaca yang relatif lambat baris demi baris seperti biasa yang biasa dilakukan dalam membaca bacaan ringan atau santai.
2. Melihat dengan cepat (skiming)
Membaca cepat biasanya dilakukan seseorang ketika sedang mencari sesuatu yang khusus dalam sebuah teks. Misalnya seseorang yang sedang membaca kamus, atau buku telepon biasanya menggunakan ragam kecepatan membaca dengan cara cepat atau skiming.
3. Melihat sekilas (scanning)
Membaca dengan melihat sekilas digunakan untuk melihat isi buku atau melihat sekilas topik-topik tertentu. Hal ini biasanya dilakukan seseorang ketika membaca Koran.
4. Kecepatan tinggi (warp speed)
Tekhnik membaca dengan kecepatan tinggi atau warp speed, merupakan cara membaca cepat yang dapat menghantarkan seseorang dalam pemahaman tinggi pula.59
58
Bobby DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning (membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan), Terjemahan Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa,2003),h.266
Oleh karena itu kecepatan membaca ini sangat dibutuhkan oleh siswa agar dapat memahami bahan bacaannya dengan cepat. Untuk menguasai tekhnik membaca cepat ini maka siswa diharapkan untuk dapat menggunakan visi peripheral, menggerakkan mata dengan cepat menuju bagian bawah halaman buku, dan membalikkan halaman dengan cepat.
Sebagaimana diuraikan di atas dari beragam cara membaca, cara membaca cepat merupakan cara membaca yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan cara membaca seperti ini maka siswa akan lebih cepat menyelesaikan bahan bacaannya dan lebih mudah memahami bacaannya. Untuk menguasai keterampilan membaca warp speed terdapat beberapa tekhnik yang musti dikuasai oleh siswa yaitu “meningkatnya penglihatan peripheral, tekhnik membalik halaman, dan hyperscan untuk meningkatkan kecepatan membaca”.60
Untuk menguasainya siswa diharapkan untuk
mempraktekkan tekhnik ini selama satu menit hingga lima menit setiap hari, cobalah pola-pola yang berbeda sampai menemukan pola yang cocok bagi siswa.
Adapun tekhnik untuk memperoleh keterampilan membaca menurut Sjahranudin mencakup beberapa hal yaitu:
60 Ibid, h. 270-276
1) Siapkan alat tulis, jam dan keperlua lainnya pada posisi yang mudah dijangkau.
2) Letakkan buku di atas meja, lampu di sebelah kiri buku (karena anda membaca tulisan dari kiri ke kanan), gunakan cahaya 25-60 watt dan jangan menggunakan neon (cahaya dissfuse).
3) Duduklah di kursi dengan ketinggian optimum (posisi buku sejajar dengan diafragma antara rongga dada dan perut).
4) Kepala diusahakan tegak lurus, jarak pandang antara mata dengan tulisan 30 cm.
5) Mata bergerak dari kiri ke kanan sesuai dengan urutan huruf/kalimat yang sedang dibaca (jadi bukan kepala yang bergerak).
6) Sesekali berdiri menghirup udara yang segar dan memberikan kesempatan mata untuk melihat yang jauh dan hijau/segar.
7) Sebelum buku ditutup, jangan lupa selipkan batas membaca kemudian simpanlah pada tempat semula.61
Uraian di atas memberikan gambaran beberapa hal yang harus di kuasai oleh siswa, agar memiliki keterampilan dalam membaca yang efektif dan efisien.
Adapun menurut Bobbi dePorter dan Mike Hernacki, agar siswa memiliki keterampilan dalam membaca adalah:
1. Jadilah pembaca yang aktif
2. Baca gagasannya bukan kata-katanya 3. Libatkan seluruh indra
4. Ciptakan minat
5. Buatkan peta pikiran bacaan tersebut.62
Berdasarkan uraian di atas maka hal yang dapat dilakukan siswa adalah menjadi pembaca aktif, membaca
61 Sjaranudin, lima langkah membaca buku yang efektif, tersedia
http://www.p2kp.org/warta.aspmid, 10 Juni 2011
62 Bobbi de Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning (membiasakan belajar nyaman
gagasan, melibatkan seluruh indra, menciptakan minat, membuat peta fikiran bacaan tersebut.
Pada umumnya siswa telah mahir membaca pada tingkat sekolah dasar. Namun kemahiran membaca dalam tingkatan ini lebih banyak diartikan sebagai mampu membaca kalimat, dengan membaca kata demi kata. Padahal pada tingkat sekolah menengah keterampilan membaca siswa hendaknya sampai pada tingkat memahami bacaan, sehingga siswa memperoleh banyak pengetahuan dari bacaannya.
Walaupun terlihat mudah dalam membaca maka seseorang hendaknya memiliki tekhnik tertentu sehingga membaca dapat bermanfaat baginya.
Adapun penyebab ketidakmampuan siswa dalam membaca menurut Irsyad Das dan Elfi, disebabkan karena beberapa hal yaitu:
a) Kurang merasakan manfaat membaca
b) Kesulitan memahami susunan dan maksud bacaan c) Lambat membaca, dan daya serap rendah.63
Agar dapat membaca secara cermat dan lengkap, maka siswa diharapkan dapat memperhatikan secara cermat dan menyeluruh segenap bagian dari bahan bacaan yang
63 Irsyad Das dan Elfi, Op.cit, h.38
dibacanya. Irsyad Das dan Elfi menjelaskan bagian yang terdapat dalam bahan bacaan mencakup:
1. Gagasan sentral setiap paragraf
2. Uraian lebih rinci beserta contoh-contoh yang menjelaskan gagasan sentral
3. Istilah dan ungkapan
4. Gambar, table, grafik, dan diagram pendukung 5. Etalase halaman
6. Catatan kaki, dan sebagainya.64
Menurut Agus Nggermanto, cara mengatasi masalah membaca adalah dengan membaca cepat. Pertama, melompat kebelakang dan regresi dapat dihilangkan dengan hanya mempertimbangkan kata-kata yang perlu. Kedua, waktu untuk setiap fiksasi dapat dikurangi mendekati ¼ detik. Ketiga, ukuran fiksasi dapat diperluas.
Langkah penerapan membaca cepat adalah sebagai berikut:
a. Bacalah hanya kata-kata yang penting, yaitu judul dan sub judul.
b. Renungkan apa yang diperoleh dari langkah pertama. c. Bacalah kembali hanya kata-kata yang perlu.
64 Ibid, h.40
d. Renungkan kembali apa yang telah kita peroleh sampai tahap ini.
e. Bacalah bagian yang menurut kita perlu dan menarik.65
Dari kutipan di atas dapat dijabarkan bahwa langkah- langkah yang kita dapat kita lakukan dalam membaca cepat adalah membaca hal yang penting saja seperti judul dan sub judul, Karena hal ini akan dapat menghemat waktu kita dalam membaca.
Kemudian langkah selanjutnya yang kita lakukan adalah merenungkan hal apa yang kita peroleh dari judul dan sub judul yang kit abaca di awal tadi. Setelah itu kembali kita baca hal-hal yang penting dari buku yang kita baca, jadi tidak diharuskan untuk membaca buku tersebut sampai habis, karena kita sudah bisa mendapatkan inti dari buku yang kita baca dan akan lebih menggunakan waktu yang efektif.
Selanjutnya kita renungkan kembali apa yang kita peroleh dari bacaan tersebut, dan kembai baca hal yang menurut kita menarik.
b. Keterampilan menulis.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Beberapa mata pelajaran bahkan menuntut siswa untuk mampu menulis. Misalnya dalam mata
pelajaran bahasa maka siswa diminta untuk menuliskan kalimat, cerita, prosa maupun puisi. Selain itu dalam mata pelajaran lainnya seperti mata pelajaran geografi, tidak jarang siswa diminta untuk menguraikan pemahamannya tentang kondisi geografis suatu daerah, kebudayaan daerah ataupun keragaman budaya daerah tersebut. Kondisi-kondisi ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan menulis yang memadai.
Namun diantara siswa ada yang tidak dapat menuliskan idenya di atas kertas, meskipun secara teoritis ide tersebut telah dikuasainya secara lisan, namun tidak dapat menyatakannya dalam tulisan. Adapun tekhnik menulis sebagaimana yang diuraikan oleh Irsyad Das dan Elfi adalah:
Cara menulis dengan mudah kita awali dengan “tulis, tulislah!”. Agar terampil dalam menulis atau mengarang sebenarnya, yaitu ”melakukan menulis itu sendiri atau pelaksanaan menulis merupakan suatu hal yang lebih penting” artinya “pengetahuan tentang menulis hanya bersifat mendukung, tak akan banyak berarti, seandainya kita tidak mau langsung melatihnya”.66
Dengan demikian kemampuan untuk menulis diawali dengan diri sendiri atau melatih keberanian untuk menulis, apapun yang ada dalam pikiran. Tanpa memulai menulis maka tidak mungkin akan diperoleh keterampilan dalam menulis. Selanjutnya diikuti dengan keyakinan bahwa dengan menulis bisa mengungkapkan
66 Op. cit, h.58
pikiran dan perasaan dalam berbagai gaya (sentimental dan pribadi) dan tujuan.
Agar dapat menulis dengan baik maka seseorang harus memiliki gagasan yang bagus oleh karena itu seseorang yang ingin memulai menulis hendaknya dapat menemukan sumber-sumber gagasan tersebut. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memunculkan gagasan-gagasan adalah dengan cara seperti dibawah ini:
1) Membaca, membaca apa saja yang penting kita harus membaca meskipun banyak pekerjaan lain yang harus dilaksanakan, kita harus menyediakan waktu untuk memberi. Bacalah kitab suci, buku-buku, kamus, majalah, Koran. Baca juga terbitan berkata dalam berbagai disiplin ilmu. Dengan membaca kita dapat mengetahui pendekatan, cara-cara baru dalam memecahkan dalam sesuatu masalah,
memahami suatu konsep-konsep, menambah
perbendaharaan kata.
2) Berdiskusi, bisakah berdiskusi membicarakan berbagai topic persoalan. Caranya, minta pendapat orang-orang yang punya wawasan luas diantara teman-teman, guru, orang dewasa lainnya tentang berbagai masalah actual yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Pendapat kita sendiri bisa dijadikan langsung. Pendapat-pendapat yang berbeda itu punya argument dan analisisnya sendiri.67
Berdasarkan pendapat di atas membaca dan berdiskusi, merupakan pengalaman yang berkesan yang bisa memunculkan gagasan yang baik untuk menulis. Oleh karena itu seseorang yang ingin memiliki kemampuan menulis yang baik hendaknya
67 Op.cit, h.59-60
menyukai kegiatan membaca, berdiskusi agar dapat menulis dengan baik.
Menurut Bobbi dePorter dan Mike Hernacki, langkah- langkah yang dapat kita lakukan dalam melatih keterampilan menulis adalah:
a. Pilihlah suatu topic
b. Gunakan timer untuk jangka waktu tertentu
c. Mulailah menulis secara kontiniu walaupun anda tidak tahu apa yang anda tulis.
d. Saat timer berjalan, hindari: a) Pengumpulan gagasan b) Memeriksa tata bahasa c) Pengulangan kembali
d) Mencoret atau menghapus sesuatu
e. Teruskan hingga waktu habis dan itulah saatnya berhenti.68
Lebih lanjut Bobbi dePorter dan Mike Hernacki menjelaskan tahap-tahap proses penulisan yang lengkap, adalah:
a) Tahap persiapan.
Mengelompokkan dan menulis cepat adalah dua teknik yang digunakan pada tahap proses penulisan. Pada tahap ini, hanya membangun suatu pondasi untuk
68 Op.cit, h.187
topik yang berdasarkan pada pengetahuan, gagasan dan pengalaman.
b) Draf kasar.
Pada tahap ini Gagasan-gagasan dieksplorasi dan dikembangkan.
c) Berbagi.
Pada tahap ini kita minta Seorang rekan untuk membaca draft tersebut dan memberikan umpan balik. Sehingga kita bisa melihat bagian mana yang tidak jelas. d) Memperbaiki.
Pada tahap ini dari umpan balik yang telah diberikan oleh rekan yang membaca draft, kemudian perbaiki tulisan tersebut dan bagikan lagi.
e) Penyuntingan.
Setelah diperbaiki kembali, maka lakukan Perbaikan semua kesalahan, tata bahasa dan tanda baca.
f) Penulisan kembali.
Kemudian masukkan isi yang baru dan perubahan penyuntingan
g) Evaluasi
Pada tahap ini periksalah apakah tugas ini sudah selesai.69
69 Op.cit, h.195
c. Keterampilan mengikuti pelajaran.
Mengikuti pelajaran di kelas merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Mengikuti pelajaran di ruang kelas memiliki banyak manfaat bagi siswa. Hasbullah Thabrani mengemukakan bahwa “kehadiran di kelas dan mencatat amat banyak manfaatnya”.70
Karena ada yang harus disadari oleh para siswa bahwa dengan ketidak hadiran lalu meminjam catatan teman, masih ada satu hal yang tidak didapatkannya yaitu penjelasan guru yang mungkin akan sangat membantu untuk mendapatkan pemahaman yang benar.
Masalah yang sering muncul berkaitan dengan keterampilan mengikuti pelajaran secara umum banyak sekali. Menurut Prayitno dkk, bahwa secara khusus masalah yang sering muncul antara lain: Mengalami kesulitan dalam mempersiapkan kondisi fisik, tidak mempersiapkan bahan dan peralatan belajar di sekolah, tidak hadir dalam belajar atau sering absen atau bolos, memilih tempat duduk yang tidak strategis, tidak mau bertanya, tidak mengemukakan pendapat, dan catatan tidak lengkap. Semua kesulitan di atas akanmengakibatkan penguasaan yang rendah terhadap materi pelajaran, yang akhirnya bermuara pada kegagalan dalam belajar.71
Berdasarkan uraian di atas maka siswa yang ingin sukses dalam belajar hendaknya memiliki keterampilan dalam mengikuti pelajaran di kelas. keterampilan tersebut diantaranya adalah mempersiapkan kondisi fisik sebelum mengikuti pelajaran,
70
Op.cit, h.70
mempersiapkan bahan da peralatan belajar di sekolah, hadir dalam belajar, memilih tempat duduk yang strategis, mau bertanya, mengemukakan pendapat, dan memiliki catatan yang lengkap. d. Keterampilan mencatat bacaan.
Mencatat adalah “tindakan kita dalam menyiasati keseluruhan proses belajar agar catatan kita memenuhi sasaran yang sebenarnya”.72
Dalam belajar apapun, mencatat merupakan kegiatan yang penting. Catatan tidak ubahnya buku yang masih dalam bentuk tulisan tangan. Untuk menghasilkan catatan yang baik seseorang perlu menguasai kiat dan tekhnik mencatat. Kiat mencatat menurut Bobbi de Poter dan Hernacki dalam Irsyad Das dan Elfi, adalah:
a) Menjajaki informasi awal b) Mendengarkan secara aktif c) Memperhatikan secara aktif d) Menambah gambar dan kode.73
Berdasarkan uraian di atas dalam mencatat seseorang diharapkan dapat menjajaki informasi awal. Dalam kegiatan ini yang dilakukan adalah mengingat kembali keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru berkaitan dengan materi pelajaran. Mendengarkan secara aktif adalah mendengarkan dan memahami
72
Irsyad Das dan Elfi, op.cit. h.25
apa yang diterangkan oleh guru dan kemudian mencatat inti sarinya. Memperhatikan secara aktif adalah memperhatikan guru ketika sedang menerangkan pelajaran dan jika perlu mencatat pelajaran dengan menggunakan kode-kode agar dapat memudahkan memahami catatan yang sudah ada.
Adapun hal-hal yang perlu dipehatikan siswa yang berkaitan dengan mencatat yang baik menurut The Liang Gie yaitu:
1) Menuliskan kalimat topic yang utuh dengan tulisan tangan yang sejelas mungkin.
2) Defenisi suatu pengertian harus dicatat selengkapnya, demikian pula dengan istilah tekhnis, rumus teoritis. 3) Contoh-contoh dapat dipersingkat dan dicatat seperlunya
saja.
4) Setiap pergantian topic harus dicatat mulai baris yang baru.
5) Ketika guru menerangkan terlalu cepat, sehingga ada butiran-butiran gagasan yang terlewat, beberapa baris kosong untuk kelak diisi, dengan cara bertanya pada guru pada kesempatan bertanya, atau jika sempat pada akhir pelajaran dapat mencocokkan dengan catatan teman.74
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dipahami bahwa dengan pengetahuan tekhnik mencatat yang baik, siswa dapat membuat catatan yang dapat membantunya dalam belajar. Dengan melihat kembali catatannya, seseorang akan dapat mengingat jauh lebih banyak data tersebut dan dapat pula menghafalnya.
Bentuk catatan yang dibuat siswa ini beragam pula bentuknya. Irsyad Das dan Elfi mengemukakan bahwa “pada
umumnya catatan yang dibuat berbentuk out line. Format tersusun secara berurutan ke bawah serta fenomenanya”.75
Cara ini ada kelebihan dan kelemahannya. Adapun kelebihannya yaitu: “a) bahan tersusun secara berurutan dan tampak sistematis, b) kalimat atau penjelasan dapat ditulis panjang lebar”.76
Sedangkan kelemahannya yaitu:
a) Kesulitan memasukkan materi-materi sejenis pada nomornya karena tidak ada lagi ruang
b) Tidak dapat dilihat secara sekaligus
c) Sulit melihat kaitan-kaitan antara bahasa atau sub bahasa dan
d) Membosankan, dan sering ada hal-hal yang terlewatkan.77
Adapun tekhnik mencatat yang dikemukakan oleh Bobbi dePorter adalah model menacatat seperti ini disebut “catatan: tulisan” caranya adalah sebagai berikut:
1) Buatlah garis vertical, kira-kira sebagian dari tepi kanan lembaran buku catatan. Sisi kiri (2/3 h) adalah untuk menulis materi yamg kita catat, sisi kanan (1/3 h) adalah untuk memnyusun hal-hal yang berkembang di bawah sadar kita selama kegiatan mencatat.
2) Pada sisi kiri, tulislah point penting yang disampaikan oleh guru, pembicara, ataupun pengarang buku yang dibaca, istilah, diagram, bagan. Inilah materi yang kita catat. Pada sisi ini kita harus membatasi dari hanya mencatat hal-hal yang disampaikan.
3) Pada sisi kanan, buatlah pikiran, perasaan, reaksi, pertanyaan, kepedulian kita tentang materi yang dicatat pada sisi kiri. Di sisi ini kita boleh menulis apa saja yang
75 Irsyad Das dan Elfi, op.cit. h.26
76 Ibid, h.27
muncul dari pikiran dan perasaan kita, tak perlu disensor.78
Model mencatat tulisan susun di atas merupakan salah satu nentuk cara mencatat yang dapat dipraktekkan oleh siswa. Pada dasarnya model mencatat ini dilakukan dengan membagi ruang pada helai tulisan menjadi tiga bagian. Dimana 2/3 bagian digunakan siswa untuk menncatat materi inti yang memang diharuskan untuk dicatatnya, sedangkan 1/3 bagian lainnya dipergunakan untuk memuat informasi yang dapat mendukung materi yang ditulis tersebut. Informasi tersebut dapat berupa penjelasan guru, maupun analisa siswa tersebut terhadap materi yang dicatatnya.
Kelebihan cara mencatat seperti ini adalah catatan yang dibuat siswa dapat memuat informasi yang lebih banyak, sehingga membantu siswa untuk mengingat catatannya dan juga memahami catatan yang dibuatnya. Dengan adanya tambahan catatan berupa penjelasan guru maupun analisa penulis yang di tempatkan di sisi kiri tulisan akan sangat membantu siswa memahami catatannya. e. Keterampilan menempuh ujian.
Ujian merupakan suatu persyaratan yang harus ditempuh oleh seorang pelajar. Dalam seri latihan keterampilan belajar dinyatakan bahwa dalam keterampilan belajar yang harus dikuasai oleh siswa
78 Bobbi de porter dan Mike Hernacki, Quantum learning (membiasakan belajar nyaman
adalah “membaca semua pertanyaan dan menandai, soal-soal yang mudah dijawab, menjawab dengan strategi khusus dengan jelas, dan baca lagi sebelum diserahkan.”79
Dari keterampilan di atas dapat dipahami bahwa dalam menempuh ujian siswa hendaknya dituntut untuk dapat membaca pertanyaan dengan teliti dan mendahulukan menjawab pertanyaan yang mudah. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak banyak kehilangan waktu dalam menyelesaikan ujian.
Selain pendapat di atas, agar siswa dapat mengikuti dan menyelesaikan ujian dengan baik ada beberapa tekhnik yang mesti dikuasai oleh seorang siswa yaitu:
1) Cek ulang semua perlengkapan. Pastikan membawa pensil, pulpen, dan perlengkapan lainnya dengan cukup lengkap.
2) Jawablah semua pertanyaan, jangan biarkan ada jawaban yang kosong.
3) Kerjakan soal yang mudah dulu, karena menggunakan waktu dengan baik adalah rahasia dari peserta ujian dengan baik.
4) Yakinkan diri menjawab pada tempat yang benar, sehingga tidak harus menghafal jawaban lain karena ada jawaban yang berada pada tempat yang salah.80
Adapun menurut Hasbullah Tabrani, ada beberapa teknik sebelum mengikuti ujian, yaitu:
1) Jangan paksakan diri untuk belajar sampai larut malam 2) Jagan membiarkan perut kosong sebelum mengikuti ujian
79 Prayitno, op.cit.,h.7
80 Persiapan dan Strategi Ujian, http:/www.geocities.com/aa-obot/psmu-2.htm, 14
3) Sebelum meninggalkan rumah periksalah segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk ujian
4) Usahakanlah tiba ditempat ujian setengah atau seperempat jam sebelum ujian berlangsung
5) Jangan gugup dalam menghadapi ujian.81
Menurut Richard The Liang Gie berpendapat ada tiga persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan ujian, yakni: 1) persiapan fisik, 2) persiapan emosional, 3) persiapan pengulangan.82
Berdasakan uraian di atas dapat dipahami bahwa sebelum ujian siswa perlu melakukan berbagai persiapan. Persiapan fisik yang dilakukan oleh siswa adalah mengusahakan terciptanya kondisi yang baik pada diri siswa sewaktu masuk ataupun dalam menempuh ujian. Adapun bentuk persiapan emosional mengacu pada kondisi siswa yang tenang, dan bersikap positi menghadapi