• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL

2. Bentuk-Bentuk Komunikasi

Roudhonah dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi membagi bentuk komunikasi menjadi 3 bagian :5

a. Komunikasi Personal(Personal Communication)

1) Komunikasi intrapersonal(Intrapersonal Communication) 2) Komunikasi antarpersonal(Interpersonal Communication) b. Komunikasi Kelompok(Group Communication)

1) Komunikasi Kelompok Kecil(Small Group Communication) a) Ceramah(Lecture)

b) Diskusi Panel(Panel Discussion) c) Simposium(Symposium)

d) Forum e) Seminar

f) Sumbangsaran(Brainstorming) g) Dan lain-lain

2) Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication / Public Speaking)

c. Komunikasi Massa(Mass Communication). Komunikasi melalui: 1) Pers 2) Radio 3) Televisi 4) Film 5) Dan lain-lain. 5

Maka, dibawah ini akan dijelaskan tentang bentuk-bentuk komunikasi yang berkenaan dengan masalah yang penulis teliti, yaitu komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok .

a. Komunikasi Antarpersonal(Interpersonal Communication)

Komunikasi antarpersonal disebut juga komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face), bisa juga melalui sebuah medium telepon.6

Komunikasi antarpersonal sebenarnya merupakan suatu proses sosial di mana orang-orang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh De Vito, yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam bukunya Komunikasi Antarpribadi bahwa:

“Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman

pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang

langsung”7

Effendy, yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam bukunya Komunikasi Antarpribadimengemukakan bahwa:

“Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara

komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Arusbalik bersifat langsung.”8

6

Roudhonah,Imu Komunikasi,hal. 106. 7

Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991, hal. 12.

8

Dari beberapa definisi mengenai komunikasi antarpribadi, penulis memahami bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang dilakukan antara komunikator kepada komunikan dan terdapatfeedbackatau umpan balik secara langsung.

Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

1) Komunikasi diadik, ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara.

2) Komunikasi triadik, ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.9 Komunikasi antarpribadi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:10 a) Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi secara spontan dan

sambil lalu.

b) Komunikasi antarpribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

c) Komunikasi antarpribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas.

d) Komunikasi antarpribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

9

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 32.

10

e) Komunikasi antarpribadi seringkali berlangsung berbalas- balasan.

f) Komunikasi antarpribadi menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan.

g) Komunikasi antarpribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil.

h) Komunikasi antarpribadi menggunakan lambang-lambang bermakna.

b. Komunikasi Kelompok(Group Communication)

Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hampir semua aspek kehidupan. Ia bisa merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bisa pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota.11

11

Sasa Djuarsa Sandjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), hal. 33.

Onong Uchjana Effendy, yang dikutip oleh Roudhonah dalam bukunyaIlmu Komunikasimengartikan komunikasi kelompok adalah:

“Komunikasi antara seseorang dengan sejumlah orang

yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok”12

Sementara itu, Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya, Human Communication, A Revisian of Approaching Speech/Communication, yang dikutip juga oleh Roudhonah, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai:

“Interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna

memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik

pribadi anggota lainnya dengan akurat”13

Komunikasi kelompok dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk, yaitu:

a) Komunikasi Kelompok Kecil(Small Group Communication) Kelompok kecil, kadang-kadang disebut Micro Group. Kelompok kecil adalah kelompok komunikasi yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal atau dalam komunikasi kelompok komunikator dapat melakukan komunikasi antarpribadi dengan salah seorang anggota kelompok, seperti yang terjadi pada acara diskusi, kelompok belajar, seminar dan lain-lain.14

12

Roudhonah,Imu Komunikasi,hal. 124. 13

Roudhonah,Imu Komunikasi,hal. 124. 14

b) Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication / Public Speaking)

Kelompok besar, kadang-kadang disebut Macro Group. Yaitu yang terjadi dengan sekumpulan orang yang sangat banyak dan komunikasi antarpribadi (kontak pribadi) jauh lebih kurang (susah) untuk dilaksanakan, karena terlalu banyaknya orang yang berkumpul, seperti halnya yang terjadi pada acara tabligh akbar, kampanye, dan lain-lain.15

3. Sifat Komunikasi

Roudhonah dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi membagi sifat komunikasi menjadi 3 bagian :16

a. Tatap Muka(Face to Face)

Dikatakan komunikasi tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan komunikan saling berhadapan sambil saling melihat. Dalam situasi komunikasi seperti ini komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si komunikasn secara langsung. Karena itu, komunikasi tatap muka sering kali disebut juga komunikasi langsung (direct communication). Komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga, tangapan/respons komunikan itu tersalurkan langsung kepada komunikator.

Oleh sebab itu pula sering dikatakan bahwa dalam komunikasi tatap muka arus balik atau umpan balik (feedback) terjadi secara

15

Roudhonah,Ilmu Komunikasi,hal. 128. 16

langsung. Arus balik atau umpan balik adalah tanggapan komunikan yang tersalurkan kepada komunikator. Dengan lain perkataan, komunikator mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.17

b. Bermedia(mediated)

Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya, dan atau banyak jumlahnya.

Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tak langsung (indirect communication), dan sebagai konsekuensinya arus balik pun tidak terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia berkomunikasi. Oleh sebab itu, dalam melancarkan komunikasi dengan menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan persiapannya sehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil.18

c. Verbal(Verbal)

Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan lambang bahasa, ini mencakup komunikasi dengan bahasa lisan maupun bahasa tulisan.

Lambang verbal adalah semua lambang yang digunakan untuk menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkan kata-kata (bahasa). Komunikasi verbal ini dapat dialngsungkan dengan kata-kata,

17

Onong Uchjana Effendy,Dinamika Komunikasi,hal. 7. 18

seperti: ceramah, berbicara, diskusi dan lain-lain. Bisa juga dilangsungkan dengan menggunakan tulisan, surat, buku, majalah, koran dan lain-lain.19

d. Non-Verbal(non-Verbal)

Pengertian komunikasi non verbal, yaitu “Non” berarti tidak,

Verbalbermakna kata-kata (words), sehingga komunikasi non verbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa kata-kata. Dapat juga diartikan komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan gejala yang menyangkut: gerak-gerik (gestures), sikap (postures), ekspresi wajah (facial expressions), pakaian yang bersifat simbolik, isyarat dan lain gejala yang sama, yang tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan.20

B. Nilai-Nilai Akhlak 1. Pengertian Nilai

Kata Nilai (value) berasal dari bahasa latin “valere”yang berarti berguna, berdaya, berlaku. Dalam hal ini mengandung beberapa pengertian, bahwa nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang membuat sesuatu itu disukai, diinginkan, dimanfaatkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan. Nilai juga merupakan apa yang dihargai, dinilai tinggi, atau dihargai sebagai kebaikan.21

19

Roudhonah,Ilmu Komunikasi,hal. 92. 20

Roudhonah,Ilmu Komunikasi, hal. 94. 21

Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan,(Jakarta: Golo Riwu, 2000), hal. 721.

Andreas A. Danandjaja dalam bukubudaya organisasi karangan Taliziduhu Ndraha berpendapat bahwa nilai adalah pengertian-pengertian (conceptions) yang dihayati seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar.22

Sebuah nilai dapat dikategorikan sebagai:23 a. Nilai Subjektif

Sesuatu yang oleh seseorang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya pada suatu waktu dan oleh karena itu (seseorang tadi) berkepentingan atasnya (sesuatu itu), disebut bernilai atau mengandung nilai bagi orang yang bersangkutan. Oleh karena itu dicari, diburu dan dikejar dengan menggunakan berbagai cara dan alat.

b. Nilai Objektif

Nilai yang didasarkan pada standar dan kriteria tertentu, yang objektif, yang disepakati bersama atau ditetapkan oleh lembaga berwenang.

2. Pengertian Akhlak

Dari segi kebahasaan, kata akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari kosa kata bahasa Arab (akhlaq) yang merupakan bentuk jamak dari kata (khuluq) yang berartias-sajiyyah (perangai),at-tabi’ah(watak),al- ‘adah(kebiasaan atau kelaziman), danad-din(keteraturan).

22

Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hal. 18.

23

Sementara itu Kamus al-Munjid menyebutkan bahwa kata (akhlak) dalam bahasa Arab berarti tabiat, budi pekerti, perangai, adat atau kebiasaan. Jadi, secara kebahasaan kata akhlak mengacu kepada sifat-sifat manusia secara universal, perangai, watak, kebiasaan dan keteraturan, baik sifat yang terpuji maupun sifat yang tercela. Dengan demikian, pengertian akhlak mengacu kepada sifat manusia secara umum tanpa mengenal perbedaan di antara laki-laki dan perempuan; sifat manusia yang baik maupun sifat manusia yang buruk. Oleh sebab itu, akhlak terbagi dua, al-akhlaq al-hasanah (akhlak yang baik) dan al- akhlaq alqabihah (akhlak yang buruk) atau al-akhlaq al-mazmumah (akhlak tercela).24

Akhlak (etika) sering disebut sebagai ihsan (berasal dari kata Arab hasan, yang berarti baik). Definisi ihsan dinyatakan sendiri oleh Nabi dalam hadits berikut: “Ihsan adalah engkau beribadat kepada Tuhanmu seolah-olah engkau melihat-Nya sendiri, kalaupun engkau tidak melihat-Nya, maka pasti Ia melihatmu”.25

Dr. M. Abdullah Dirroz, yang dikutip oleh H.A Mustofa dalam bukunya Akhlak Tasawuf, mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:

“Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang

mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa

24

Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI,Tafsir Al-Qur’an Tematik (Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009), hal. 1-4.

25

Adiwarman A. Karim,BANK ISLAM Analisis Fiqih dan Keuangan,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 13.

kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalamhal akhlak yang jahat)”.26

Selanjutnya KH. Abdullah Salim juga mengemukakan bahwa:

“Akhlak adalah merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sabar, kasih sayang, atau sebaliknya, pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga memutuskan hubungan silaturrahmi.”27

Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa akhlak adalah sifat, tabi’at, perangai yang tumbuh dan menyatudi dalam diri seseorang yang melahirkan kekuatan dan kehendak yang mantap sehingga seseorang tersebut dapat memilih mana yang benar dan salah, mana yanghaqdan yangbathil.

3. Tujuan Akhlak

Tujuan akhlak adalah hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna, dan membedakannya dari makhluk- makhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan manusia berakhlak baik, bertindak-tanduk yang baik terhadap manusia, terhadap sesama makhluk, dan terhadap Tuhan.

Yang hendak dikendalikan oleh akhlak adalah tindakan lahir. Akan tetapi oleh karena tindakan lahir itu tidak dapat terjadi bila tidak didahului oleh gerak batin atau tindakan hati, maka tindakan batin dan gerak-gerik hati termasuk lapangan yang diatur oleh akhlak. Tidak akan terjadi perkelahian kalau tidak didahului oleh tindakan batin atau gerak-

26

H.A. mustofa, Akhlak Tasawuf,(Bandung : CV Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke-2, hal. 14.

27

KH. Abdullah Salim, Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan Masyarakat), (Jakarta : Media Dakwah, 1985), Cet. Ke-1, hal. 5.

gerik hati, yakni benci membenci atau hasad. Oleh karena itu maka setiap insan diwajibkan dapat menguasai batinnya atau mengendalikan hawa nafsunya karena tindakan batin merupakan motor dari segala tindakan lahir.28

4. Macam-macam Akhlak

Adapun penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

a. Akhlak Kepada Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan selain Allah. Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik terhadap Allah, diantaranya adalah karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan, Allah telah memberikan perlengkapan panca indera, hati nurani dan naluri kepada manusia dan Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan lain sebagainya.

Akhlak terhadap Allah SWT merupakan cerminan hubungan baik antara manusia dengan Allah SWT, pada dasarnya mengambil sikap mematuhi perintah-Nya. Dengan kata lain sikap tersebut adalah sikap takwa, taat dan berbakti kepada Allah dan meninggalkan larangan-Nya.29

28

Anwar Masy’ari,Akhlak Al-Qur’an,(Surabaya: Bina Ilmu, 1990), hal. 4. 29

Muhammad Ardani,Akhlak Tasawuf : Nilai-Nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf,(Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), hal. 49.

b. Akhlak Kepada Rasulullah

Seperti halnya akhlak kepada Allah SWT harus beriman kepada–Nya, maka akhlak manusia kepada Nabi Muhammad SAW ialah beriman kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu percaya beliau adalah Nabi dan Rasul (utusan) Allah SWT kepada seluruh umat manusia.

Diantara perilaku atau macam-macam akhlak yang harus dilakukan oleh setiap muslim dan muslimah terhadap Rasulullah SAW, ialah sebagai berikut:

1) Ikhlas beriman kepada Nabi Muhammad SAW.

2) Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW. 3) Taat kepada Rasulullah SAW

4) Cinta kepada Rasulullah SAW

5) Menghidupkan sunnah Rasulullah SAW

6) Menghormati pewaris Nabi Muhammad SAW30 c. Akhlak Kepada Orang Tua

Sebagai anak diwajibkan untuk patuh dan menurut terhadap perintah orang tua dan tidak durhaka kepada mereka. Dalam hal ini terutama kepada ibu, karena jasa seorang ibu kepada anaknya tidak bisa dihitung dan tidak bisa ditimbang dengan ukuran.

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Lukman ayat 14:





































30

Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Adapun berakhlak kepada orang tua adalah sebagai berikut:

1) Bersikap baik kepada orang tua meskipun kurang menyenangkan hatinya.

2) Berkata halus dan mulia baik bahasanya. Berkata kepada orang tua dengan lemah lembut, sopan, agar hati keduanya bahagia. 3) Merendahkan diri terhadap orang tua.

4) Berbuat baik kepada orang tua yang sudah meninggal, dengan cara: mendoakan keduanya, menepati janji orang tua, dan bersilaturrami kepada orang yang mempunyai hubungan dengan orang tua.31

d. Akhlak Kepada Sesama Manusia

Manusia selain sebagai makhluk individu adalah juga makhluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup sendirian, tetapi membutuhkan orang lain atau masyarakat manusia untuk hidup. Manusia agar dapat hidup tentram, serasi dan selamat bersama orang lain dalam masyarakat, membutuhkan etika pergaulan yang mengatur hubungan dengan orang lain. Diantara etika pergaulan atau akhlak kepada sesama manusia ialah: bermuka manis dan berkata lemah lembut, susila dalam tingkah laku dan menghindarkan kecurigaan, berbicara yang halus dan enak didengar, ramah tamah, dan memperlihatkan keakraban, pandai membawa diri dan menyesuaikan dengan adab masyarakat luas, merendah diri meski berpangkat tinggi, berbicara yang bermanfaat atau jika tidak

31

demikian lebih baik diam, sederhana dan wajar dalam tingkah laku dan bukan dibuat-buat.32

e. Akhlak Kepada Diri Sendiri

Selaku individu, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala kelengkapan jasmaniah dan rohaniah. Manusia diciptakan dengan dilengkapi rohani seperti akal pikiran, hati nurani, naluri, perasaan dan kecakapan batiniah atau bakat.

Seorang muslim beriman dan percaya, bahwa yang dapat membersihkan jiwa dan menyelamatkan ialah iman yang baik dan amal shaleh, sedangkan yang mengotori dan merusaknya ialah dampak negatif dari kekafiran dan perbuatan dosa maksiat.

Dalam rangka inilah seorang muslim dalam hidup dan kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan santun dalam menjaga jiwanya agar selalu bersih, dapat terhindar dari perbuatan dosa, maksiat, sebab jiwa adalah yang harus dijaga dan dipelihara kebersihan serta pembinanannya, kemudian menyelamatkan dari hal- hal yang dapat mengotori atau merusaknya dari aqidah atau kepercayaan yang menyesatkan.33

5. Pembagian Akhlak

Menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh M. Said Imam, akhlak dibagi menjadi dua bagian yaitu akhlak terpuji (akhlak mahmudah atau akhlak karimah) dan akhlak tercela (akhlak madzmumah). Menurutnya akhlak mahmudah (akhlak terpuji) adalah suatu badan atau organism

32

Muhammad Ardani,Akhlak Tasawuf,hal. 84. 33

yang melekat pada diri seorang manusia yang dapat menimbulkan perbuatan baik, sedangkan akhlak madzmumah (akhlak tercela) adalah suatu sifat yang melekat pada diri manusia yang dapat menimbulkan perbuatan jelek.34

Humaidi Tatapangsara juga membagi akhlak menjadi dua bagian yakni akhlak mahmudah yaitu akhlak yang baik, yang berupa semua akhlak yang baik yang harus dianut atau dimiliki setiap orang. Sedangkan akhlak madzmumah yaitu akhlak yang buruk yang harus dihindari dan dijauhi semua orang.35

a. Akhlak Mahmudah (akhlak terpuji)

akhlak mahmudah atau sifat terpuji diantaranya: Al-Amanah (dapat dipercaya), Al-Afwu (pemaaf), Al-Haya (malu), Ar-Rahmah (belas kasih), Ash-Shobro (sabar), Istiqomah (teguh pendirian), Al-Ishlah (damai), dsb.36

b. Akhlak Madzmumah (akhlak tercela)

Akhlak madzmumah atau akhlak tercela adalah segala perbuatan yang buruk dan tercela. Sedangkan sifat tercela diantaranya: Al- Ghadhab (marah), Takabbur (sombong), Al-Bukhlu (kikir), Al- Hasad(dengki),Su’udzon(buruk sangka), dll.37

34

M. Said Imam Ghazali, Tentang Falsafah Akhlak, (Bandung: Al-Ma’raf, 1987), hal. 25.

35

Humaidi Tatapangsara,Akhlak Yang Mulia,(Surabaya: Bina Utama, 1980), hal. 147.

36

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf,(Jakarta: Raja Grafindopersada, 2000), hal. 197.

37

Mahyuddin,Kuliah Akhlak Tasawuf,(Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hal. 26- 27.

6. Manfaat Akhlak

Akhlak yang baik dan mulia mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi yang terhormat dan tinggi. Oleh karena itu. Allah SWT dalam firman-Nya Q.S. Al-Qalam ayat 14 memuji akhlak Rasulullah SAW :











Artinya :“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Allah pun menyatakan dalam kalimat-Nya, agar umat Islam membina kehidupannya dengan mencontoh kehidupan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21:





































Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Oleh karena itu setiap tingkah laku dan perbuatan sehari-hari harus selalu mencontoh Rasulullah SAW, dan harus yakin bahwa setiap tingkah lakunya itu selalu mencerminkan akhlak yang baik dan terpuji.

Di lapangan usaha-usaha pembinaan dan pembentukan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan berbagai metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi- pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah SWT dan Rasul- Nya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama makhluk Tuhan

dan seterusnya. Keadaan sebaliknya juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dibina akhlaknya atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya.38

C. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak

Islam adalah agama yang menjadi sumber pendidikan kemanusiaan. Ia mendidik manusia berkarakter dan berakhlak yang sumbernya dari aqidah. Sebagaimana aqidah itulah yang membina manusia beribadah kepada Allah sebagai kewajiban hidupnya. Agama Islam membicarakan masalah mendasar untuk kehidupan manusia yaitu akhlak.

Penanaman dan penerapan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari- hari, terutama bagi para pendidik amat penting, sebab penampilan, perkataan, akhlak, dan apa saja yang terdapat padanya, dilihat, didengar dan diketahui oleh para anak didik, akan mereka serap dan tiru, dan lebih jauh akan mempengaruhi pembentukan dan pembinaan akhlak mereka. Oleh karena itu, seyogyanya setiap pendidik menyadari bahwa peranan dan pengaruhnya terhadap anak didiknya amat penting. Jika pengaruh yang terjadi adalah tidak baik, maka kerusakan yang terjadi tidak hanya pada anak didik itu saja, akan tetapi mempengaruhi anak cucu dan keturunannya serta anak didiknya bila kelak ia menjadi pendidik.39

Ini akan menjadi suatu masalah akhlak yang harus dipikirkan oleh para pendidik bagaimana memberikan pendidikan dan pengajaran nilai-nilai

38

Abudin Nata,Akhlak Tasawuf,hal. 154-155. 39

Zakiah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995), hal. 72.

akhlak yang efektif dan efisien kepada anak didiknya. Karena jika seseorang tidak ditanamkan nilai-nilai akhlak yang baik di dalam dirinya, maka ia dapat merugikan orang lain dengan perbuatan buruk yang dilakukannya.

Hal tersebut diperkuat oleh Zakiah Darajat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agamayang mengatakan bahwa:

“Masalah pokok yang menonjol dewasa ini, adalah kaburnya nilai- nilai dan norma-norma agama yang mengatur kehidupan masyarakat. Mereka dihadapkan pada berbagai kontradiksi dan beraneka ragam moral yang menyebabkan mereka menjadi bingung untuk memilih mana perbuatan yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Hal ini Nampak jelas pada mereka yang sedang berada pada usia remaja, terutama

Dokumen terkait