• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV BENTUK KOMUNIKASI ABI DAN MURID DALAM

B. Bentuk Komunikasi Abi dan Murid dalam Menanamkan Nilai-

-Jakarta Selatan

Setelah melakukan observasi dan wawancara kepada para informan, penulis mendapatkan data mengenai bentuk komunikasi abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten–Jakarta Selatan.

Terdapat 2 (dua) bentuk komunikasi yang dilakukan abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten–Jakarta Selatan, yaitu:

1. Bentuk Komunikasi Antarpersonal

Komunikasi antarpersonal yang terjadi antara abi dan murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) merupakan kegiatan yang dijadikan metode penunjang dalam proses pembinaan murid. Proses komunikasi antarpesonal dijalankan para abi untuk menanamkan nilai-nilai akhlak murid sehingga murid tidak hanya sukses dalam segi intelektualitas ilmu umum dan agama tetapi juga sukses dalam segi perilaku sehari-hari yang berakhlak mulia.

Selanjutnya, setelah melakukan observasi di lapangan, ditemukan beberapa fenomena lapangan yang cukup menarik mengenai bentuk komunikasi antarpersonal yang dilakukan abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada murid, yaitu:

a. MemberikanUswatun Hasanah(Keteladanan)

Pada dasarnya, kebutuhan manusia akan figur teladan bersumber dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter manusia. Peniruan bersumber dari kondisi mental seseorang yang senantiasa merasa bahwa dirinya berada dalam perasaan yang sama dengan kelompok lain (empati) sehingga dalam peniruan ini, anak-anak cenderung meniru orang dewasa; kaum lemah cenderung meniru kaum kuat; serta bawahan cenderung meniru atasannya.13

Akhlak seseorang tercermin dari perilaku atau perbuatan yang dilakukannya. Jika seseorang melakukan perbuatan yang tidak baik maka bisa dibilang akhlaknya tidak baik, namun jika seseorang melakukan perbuatan yang baik, yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain maka bisa dibilang akhlaknya baik.

Di dalam keluarga, orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya. Anak-anak melihat dan memperhatikan bagaimana perilaku orang tuanya sehari-hari, baik dari cara berjalan, makan, minum maupun bertutur kata. Lambat laun anak akan mempraktekkan apa yang telah dilihat dan diperhatikannya tersebut. Maka jadilah perbuatan anak yang meniru orang tuanya itu menjadi akhlak bagi dirinya. Apabila perbuatan yang ditiru itu perbuatan yang baik, yang diajarkan menurut nilai-nilai agama maka anak tersebut mempunyai akhlak yang baik, sebaliknya apabila perbuatan yang ditiru itu perbuatan yang tidak baik, yang jauh bahkan menyimpang menurut

13

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,Terjemah. Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani, 1995, hal. 263.

nilai-nilai agama maka anak tersebut mempunyai akhlak yang tidak baik.

Bukan hanya di dalam keluarga. Di sekolah, seorang guru menjadi teladan bagi murid-muridnya. Di lingkungan masyarakat, seorang tokoh masyarakat juga menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya.

Begitu juga di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI). Dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada murid, para abi memberikan uswatun hasanah (keteladanan). Seperti yang diungkapkan oleh abi Muhammad Taufiq.

“Para abi memberikan teladan kepada para murid sebagaimana teladan menurut ajaran Rasulullah SAW. Dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid di asrama ini para abi memulai dengan dirinya sendiri, melakukan terlebih dahulu setelah itu murid melihat perbuatan para abi, maka murid mengikuti perbuatan dan tingkah laku abi tersebut.”14

Misalnya, untuk menjaga adab, para abi memberikan teladan supaya para murid saat berada di musholla untuk sholat atau pun zikir kepada Allah SWT harus duduk tahiyyat (duduk diantara dua sujud) bukan duduk silah. Ini bertujuan agar bersikap lebih sopan pada saat bertemu dengan Allah SWT. Tentunya para abi memulai dengan dirinya sendiri dengan duduk tahiyyat dan tidak pernah duduk silah saat berada di musholla. Sehingga para murid mengikuti perbuatan itu

14

Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Taufiq,Guru Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan,Jum’at, 8 April 2011, Di Ruang Kerja Abi, pkl. 20.30 WIB, Pejaten Jakarta Selatan.

dan berakhlak sesuai akhlak Rasulullah SAW yang ditanamkan oleh para abi.15

Selain itu, para abi juga memberi contoh yang baik-baik, misalnya memberi contoh bagaimana cara berpakaian, bagaimana melakukan sesuatu yang berhubungan dengan Fiqh, kemudian bagaimana melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari seperti memotong kuku atau memotong rambut dan sebagainya, yang pasti para abi memberi contoh terlebih dahulu kepada muridnya.

“Contoh real-nya, misalnya ada murid yang rambutnya sudah panjang, kemudian dilihat oleh abi dan disuruh potong rambut. Pada saat menyuruh murid itu memotong rambutnya yang sudah panjang, tentunya abi sudah memotong rambutnya terlebih dahulu karena abi 2 minggu sekali sudah cukuran atau potong rambut, jadi tetap rapih kapanpun dan di manapun.”16

b. Konsultasi Masalah Pribadi

Setiap orang mempunyai masalah masing-masing, dari masalah dengan keluarga, masalah dengan teman, masalah dengan atasan ataupun masalah dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki masalah dalam hidupnya memerlukan solusi atas masalah tersebut.

Namun, tidak semua orang percaya kepada orang lain untuk mengutarakan masalah yang dialaminya. Seseorang akan percaya

15

Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Selasa 5 April 2011.

16

Wawancara Pribadi dengan Noorfie Syahri Sya’bani, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan,Rabu, 6 April 2011, pkl. 20.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan

kepada teman yang dekat dengannya, atau seorang anak percaya kepada orang tuanya.

Di United Oslamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten – Jakarta Selatan ini para murid percaya kepada para abi karena para murid bukan hanya menganggap para abi sebagai guru tetapi juga sebagai kakak yang dapat diajak sharing sehingga para murid dapat berkonsultasi tentang masalah pribadinya kepada para abi.

Hubungan kedekatan antara para abi dengan murid di asrama ini diungkapkan oleh abi Murat Alver sebagai berikut:

“Hubungan para abi dan para murid di asrama UICCI ini sangat dekat. Hubungan abi di asrama ini bukan sebagai dosen di Universitas atau guru di sekolah. Lebih dari itu. Para abi selama 24 jam berada di asrama ini. Mereka memperhatikan murid-murid baik dari segi akhlak maupun ibadahnya dan jika murid memiliki suatu masalah, berarti itu juga masalah abi. Kalau murid senang, maka abi juga ikut senang.”17

Jadi, para abi sangat memperhatikan murid-muridnya. Para abi merasa bertanggung jawab dengan akhlak yang dimiliki oleh para murid. Dengan sekuat tenaga dan segenap pikiran, para abi berusaha agar murid-muridnya memiliki intelektualitas dan akhlak yang mulia.

Para abi juga memperhatikan para murid jika para murid mendapatkan atau memiliki masalah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Noorfie (salah seorang murid) sebagai berikut:

17

Wawancara Pribadi dengan Ust. Murat Alver,Ketua dan guru di asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Jum’at 8 April 2011, di Ruang Kantor Asrama UICCI, pkl. 06.00 WIB, Pejaten Jakarta Selatan.

“Jika murid memiliki masalah baik masalah dengan keluarga, sekolah ataupun temannya, maka abi mengajak bicara baik-baik, secara personal dan tatap muka (face to face) dengan murid itu dan mencari solusi yang terbaik.”18

Murid yang sedang ada masalah dapat terlihat oleh dari sikapnya sehari-hari yang berubah dan dari nilai-nilai pelajaran murid itu.

c. Memberikan Teguran dan Nasihat

“Tidak ada manusia yang sempurna”,sebuah ungkapan yang mempunyai arti bahwa sebenar-benar dan sebaik-baiknya perbuatan yang dilakukan manusia pasti dia pernah melakukan kesalahan atau kealfaan. Dan sebaik-baiknya manusia yang pernah melakukan kesalahan adalah manusia yang tidak mengulangi kesalahan tersebut dan sebaik-baiknya manusia yang melihat suatu kesalahan adalah manusia yang menasihati dan memberi teguran yang bermanfaat bagi orang lain.

Di asrama UICCI terdapat lebih dari 100 orang murid yang perlu dibina akhlaknya. Hal ini belum sebanding atau pun setara dengan jumlah abi atau guru yang membina di asrama ini yaitu hanya 6 orang abi. Bayangkan jika 6 orang abi harus membina dan mendidik 100 murid.

Sudah sewajarnya, jika ada beberapa murid yang kurang diperhatikan atau kurang terjamah oleh abi. Dan akibatnya murid itu melakukan pelanggaran tata tertib asrama. Misalnya, pada waktu

18

Wawancara Pribadi dengan Noorfie Syahri Sya’bani, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan,Rabu, 6 April 2011, pkl. 20.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan.

sholat tahajjud dan zikir pukul 04.00 WIB ada seorang murid yang tidur di meja belajar musholla, lantas abi yang melihat murid tersebut mendekati murid itu lalu menegur dan memberikan nasihat secara tatap muka (face to face) agar tidak tidur di meja belajar musholla tetapi melakukan sholat tahajjud dan zikir seperti murid lainnya.19 d. Memberikan Sanksi atau Hukuman

Dari awal masuk asrama, murid sudah diberi tahu tentang tata tertib yang ada di asrama ini dan harus dijalankan oleh semua murid asrama. Bagi murid yang melanggar tata tertib maka akan dikenakan sanksi atau hukuman.

Dalam menanamkan nilai-nilai akhlak para murid, para abi membuat tata tertib yang meliputi jadwal-jadwal kegiatan seperti jadwal pembersihan dapur asrama dab jadwal mencuci dan pembagian pakaian bersih serta penanggung jawabnya secara tertulis (verbal) dan diumumkan kepada para murid secara lisan (verbal) setelah sholat Isya. Ini bertujuan agar para murid lebih disiplin dan bertanggung jawab serta mandiri. Jadwal-jadwal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

19

Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Senin 4 April 2011, pkl. 04.15 WIB.

Tabel 420

Jadwal Pembersihan Dapur Asrama Minggu Ke 1&3

Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

53 14 23 19 44 9

31 16 21 37 27 40

28 11 17 12 7

1 10 5 3

Minggu Ke 2&4

Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

54 36 50 49 13 39

43 42 51 52 38 8

4 26 47 32 48 6

2 15 45 55

Catatan :

1. Yang berwarna tebal merupakan ketua kelompok

2. Setiap kelompok akan diambil 2 orang untuk pembersihan paginya, kecuali untuk hari Minggu siang

Tabel 521

Jadwal Mencuci dan Pembagian Pakaian Bersih

Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

57 56 59 109 61 62

63 65 67 68 69 70

84 72 73 94 75 76

20

Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Senin 4 April 2011, pkl. 18.30 WIB.

21

Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Senin 4 April 2011, pkl. 18.30 WIB.

78 79 80 81 82 83

85 87 64 89 66 91

92 93 95 77 102 98

99 100 101 103 104 105

106 107 108 110 97 58

Catatan: Nomor yang berwarna tebal merupakan PJ kelompok tersebut, wajib berkoordinasi dalam pembagian tugas serta tanggung jawab terhadap anggota kelompoknya.

Dari tabel di atas dapat dilihat jadwal pembersihan dapur asrama dan jadwal mencuci dan pembagian pakaian bersih. Maksud angka-angka tersebut adalah setiap murid asrama memiliki nomor masing-masing. Misalnya nomor 53, maka murid tersebut mempunyai loker tempat sendal dengan nomor 53, mempunyai loker tempat menaruh buku-buku dengan nomor 53, mempunyai loker tempat menaruh pakaian dengan nomor 53, sampai tempat tidur murid tersebut dengan nomor 53 dan seterusnya.

Para murid menanggapi positif dengan penanaman kebersihan di asrama ini.

“Penanaman kebersihan yang dilakukan oleh para abi

sangat baik. Kebersihan itu juga sangat diperlukan, apalagi di asrama ini ada 100 orang lebih, bagaimana caranya asrama dengan 100 orang bukannya jadi kotor, bukannya jadi kumuh tetapi menjadi bersih. Nah, caranya itu dengan program kebersihan yang setiap hari dilakukan walaupun hanya 15 menit tetapi itu sangat bermanfaat karena tiap murid diberi tempat pembersihan dan tiap

murid bertanggung jawab di setiap tempat pembersihannya.”22

22

Wawancara Pribadi dengan Noorfie Syahri Sya’bani, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan,Rabu, 6 April 2011, pkl. 20.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan.

“Namun, dalam konteks menjaga kebersihan ini tentu

masih terdapat beberapa perbaikan-perbaikan agar semua murid berpartisipasi dan semua tugas itu dapat berjalan dengan baik diantaranya yaitu dalam hal pembagian tugas, diharapkan ke depannya pembagian tugas kebersihan supaya merata karena ada pembagian tugas untuk tugas yang mudah dilakukan tetapi anggota yang melakukan tugas tersebut kelebihan, sedangkan untuk tugas yang susah dilakukan dan memerlukan tenaga lebih banyak tetapi anggota yang melakukan tugas tersebut kurang banyak. Ini

merupakan masukan untuk ketua pembersihan.”23

Tetapi bukan hanya membuat jadwal-jadwal kegiatan saja, para abi membuat sistem poin bagi yang melanggar tata tertib di asrama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh abi Muhammad Taufiq sebagai berikut:

“Sistem poin ini ide para abi yang dibicarakan dengan beberapa diskusi di sekolah tentang bagaimana peraturan yang diterapkan disekolah agar para murid di sekolah itu disiplin.”24

Akhirnya diadaptasikan sistem poin ke dalam asrama UICCI, namun sistem poin ini jug merupakan kesepakatan antara para abi dan para murid yang telah disosialisasikan kepada para murid. Sistem poin ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 625 Sistem Poin Asrama

No Pelanggaran Poin Denda

1 Tidak Memakai Take Saat Shalat 3 Poin 2 Ribu 2 Yang mempunyai pakaian yang tidak

ada nomornya

3 Poin 2 Ribu

23

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Islam,Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan,Kamis, 7 April 2011, pkl. 16.00 WIB Pejaten Jakarta Selatan.

24

Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Taufiq,Guru Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan,Jum’at, 8 April 2011, Di Ruang Kerja Abi, pkl. 20.30 WIB, Pejaten Jakarta Selatan.

25

Hasil Observasi di Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Minggu 3 April 2011, pkl. 20.00 WIB.

3 Yang tidak membereskan tempat tidur dan rak buku

3 Poin 2 Ribu

4 Yang terlambat imam muadzin 3 Poin 2 Ribu 5 Yang pembersihannya kurang 3 Poin 2 Ribu

6 Makan di tempat lain 3 Poin 2 Ribu

7 Yang tidak mengambil pakaian dari lemari pakaian bersih

3 Poin 2 Ribu

8 Yang tinggalkan barang ditempat lain 3 Poin 2 Ribu

9 Tidur di tempat lain 3 Poin 2 Ribu

10 Yang tidak ikut khatim 3 Poin 2 Ribu 11 Terlambat dari izin pada hari sekolah 3 Poin 2 Ribu 12 Rambut atau kuku panjang 3 Poin 2 Ribu 13 Tidak memarkir kendaraan dengan

benar

3 Poin 2 Ribu

14 Tidak mengisi surat izin dan kertas absen

3 Poin 2 Ribu

15 Mencharger HP bukan pada tempatnya 3 Poin 2 Ribu 16 Menggunakan laptop / komputer

menghadap ke arah yang salah

3 Poin 2 Ribu

17 Tidak melaksanakan tugas resepsonis dengan baik

5 Poin 2 Ribu

18 Tidak mengikuti peraturan apotik 5 Poin 2 Ribu 19 Tidak mengikuti peraturan

perpustakaan

5 Poin 2 Ribu

20 Keluar tanpa izin 5 Poin 2 Ribu

21 Yang tidak mengerjakan PR asrama 5 Poin 2 Ribu 22 Yang tidak ikut pembersihan dapur 5 Poin 2 Ribu 23 Yang membuang sampah tidak pada

tempatnya

24 Terlambat masuk ke pelajaran agama 5 Poin 2 Ribu 25 Tidur di tempat tidur orang lain 5 Poin 2 Ribu 26 Mendapat nilai kurang dari 70 ujian di

asrama

5 Poin 2 Ribu

27 Tidak mengikuti menjadi pemimpin khatim

5 Poin 2 Ribu

28 Terlambat pulang ke asrama 5 Poin 2 Ribu 29 Telat membawa berkas yang diminta

asrama misal rapot dll

5 Poin 2 Ribu

30 Menggunakan peralatan dapur khusus tanpa izin

5 Poin 2 Ribu

31 Yang tidak ikut pembersihan atau program asrama

5 Poin 2 Ribu

32 Tidak mengikuti ujian di asrama 5 Poin 2 Ribu 33 Tidak mengikuti kata-kata ketua 5 Poin 2 Ribu 34 Pakai komputer untuk tujuan lain 5 Poin 2 Ribu 35 Izin keluar saat proses belajar

berlangsung&tidak kembali

5 Poin 2 Ribu

36 Tidak masuk pelajaran tanpa ada keterangan

5 Poin 2 Ribu

37 Memakai sendal wc di luar wc 5 Poin 2 Ribu 38 Berisik di tempat tidur 5 Poin 2 Ribu

39 Memakai barang orang lain 15 Poin 5 Ribu 40 Yang tidak mengikuti tugas resepsonis 15 Poin 5 Ribu

41 Pulang tanpa izin 20 Poin 5 Ribu

42 Mengotori atau mencoret-coret fasilitas milik asrama

43 Bertengkar/berkelahi dengan teman di lingkungan asrama

50 Poin

44 Terlibat perkelahian di dalam atau di luar asrama

50 Poin

45 Diketahui berpacaran 50 Poin 46 Mengikuti organisasi yang tidak ada

hubungan dengan agama Islam

50 Poin

47 Mengambil atau mencuri milik asrama, abi atau teman

100 Poin

48 Membawa dan merokok di asrama atau di luar asrama

100 Poin

49 Membawa atau memperjualbelikan buku atau kaset terlarang

100 Poin

50 Membawa atau meminum obat terlarang

100 Poin

51 Mengkonsumsi obat atau minuman terlarang di dalam / di luar asrama

100 Poin

52 Memperjualbelikan obat terlarang 100 Poin

“Maksud sistem poin ini adalah setiap ajaran baru, masing-masing murid diberi 100 poin, setiap pelanggaran itu memiliki pengurangan poin tertentu, misalnya tidak memakai peci dalam sholat itu mendapat pengurangan 3 poin, alhasil 100 poin dikurangi 3 poin. Dan mendapat denda sebesar 2 ribu rupiah. Seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas. Setiap pelanggaran yang lebih berat, maka akan mendapat pengurangan poin yang banyak pula. Jika murid mendapat poin 100 atau lebih maka sesuai peraturan murid tersebut harusGet Outatau keluar dari asrama UICCI.”26

26

Wawancara Pribadi dengan Noorfie Syahri Sya’bani, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan,Rabu, 6 April 2011, pkl. 20.30 WIB Pejaten Jakarta Selatan.

“Namun, jika murid tidak melakukan pelanggaran selama 2 minggu atau murid mendapatkan nilai 100 saat ujian di asrama, maka akan mendapatkan tambahan poin sebanyak 10 poin.”27

Sistem poin ini bertujuan agar murid disiplin, menjaga sikap, memelihara akhlak dan tidak melanggar tata tertib serta tidak mempengaruhi murid lain untuk melakukan sesuatu yang tidak baik. Ini merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten–Jakarta Selatan ini. e. Pemanggilan Ke Kantor

Salah satu bentuk komunikasi antarpersonal yang dilakukan abi kepada murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak adalah dengan memanggil murid yang bersangkutan ke kantor.

Bentuk komunikasi para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid dengan pemanggilan ke kantor ada 2 macam, yaitu:

1) Komunikasi Diadik, yaitu komunikasi yang berlangsung antara 2 orang secara tatap muka (face to face). Misalnya, ada murid yang ketahuan pacaran atau pulang sekolah terlambat. Murid itu dipanggil ke kantor oleh abi, kemudian ditanya kenapa melakukan hal tersebut, lalu menasehati murid itu agar tidak melakukan hal itu lagi.

27

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ihsan Irjami, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan,Rabu, 6 April 2011, pkl. 21.00 WIB Pejaten Jakarta Selatan.

2) Komunikasi Triadik, yaitu komunikasi yang berlangsung antara 3 orang secara tatap muka (face to face). Misalnya, ada murid yang berantem atau bertengkar. Abi memanggil 2 orang yang berasangkutan, kemudian ditanya masalahnya apa, jangan sampai mengganggu orang lain dan abi mendamaikan keduanya serta menasihati agar satu sama lain jangan saling bertengkar.28

Dari semua bentuk komunikasi yang dilakukan abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten, Jakarta Selatan, menurut hasil wawancara kepada para abi dan para murid serta hasil observasi penulis sangat berhasil dan berpengaruh merubah akhlak para murid ke arah yang lebih baik, walaupun tidak 100%, namun kerja keras dan usaha para abi dapat diapresiasi karena mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Bentuk Komunikasi Kelompok

Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi semua informasi dalam hampir semua aspek kehidupan. Ia bisa merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok

28

Wawancara Pribadi dengan Ardi Suparmadi, Murid Kelas XII Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Selasa, 5 April 2011, pkl. 21.10 WIB Pejaten Jakarta Selatan.

belajar) dan bisa pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecah masalah).29

Komunikasi kelompok dibagi dua, yaitu kelompok kecil dan kelompok besar. Komunikasi kelompok yang dilakukan atau diterapkan para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) adalah komunikasi kelompok kecil (small group communication).

Hal ini berdasarkan dengan kerangka konseptual di atas bahwa kelompok kecil (small group communication) adalah kelompok komunikasi yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal atau dalam komunikasi kelompok komunikator dapat melakukan komunikasi antarpribadi dengan salah seorang anggota kelompok, seperti yang terjadi pada acara diskusi, kelompok belajar, ceramah, seminar dan lain-lain.30

Selanjutnya, berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, bentuk komunikasi yang dilakukan atau diterapkan para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) ada dua bentuk, yaitu:

a. Melalui Ceramah

Ceramah merupakan suatu kegiatan komunikasi seorang da’i

dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada komunikan

atau mad’u yang bertujuan agar mad’u dapat mengaplikasikan pesan

-pesan keagamaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 29

Syaiful Rohim, Teori Komunikasi (Perspektif, Ragam, & Aplikasi),(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 87.

30

Kegiatan ceramah di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan dikenal dengan sebutan sohbet. Kegiatan ini rutin dilakukan pada setiap hari Minggu setelah

melakukan sholat Isya’ berjamaah di asrama dan semua murid wajib

menghadiri kegiatan ceramah yang dilaksanakan di musholla asrama UICCI ini. Kegiatan ceramah disampaikan oleh abi-abi dengan topik yang berbeda-beda setiap Minggunya.

“Topik-topik ceramah terdiri dari aspek ibadah, tauhid dan

Dokumen terkait