• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGAWASAN ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN

3.3. Pengawasan Terhadap Peraturan Daerah

3.3.1 Bentuk-Bentuk Pengawasan

Adapun yang menjadi bentuk-bentuk dari pengawasannya, adalah: • Rapat dengar pendapat

Rapat dengar pendapat yang dilakukan Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah-Sumatera Utara biasanya dilakukan dengan berbagai jajaran dinas yang terkait dengan persoalan trafficking atau perdagangan perempuan dan anak. Pada saat rapat dengar pendapat, dilakukan diskusi atau dialog antar stakeholders

atau para pemangku kepentingan.

Di setiap tahunnya, kegiatan ini dilaksanakan. Seperti pada tahun 2005, diskusi dan dialog antar stakeholders dan konferensi Pers tentang trafiking yang diprakarsai oleh Kantor Perwakilan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Medan disini dilakukan pembahasan koordinasi penanganan secara hukum kasus trafiking yang mengikutsertakan Pemprovsu dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Dengar pendapat Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu dengan Komisi E DPRD Provinsi Sumatera Utara di Gedung DPRD Provinsi Sumatera Utara antara lain membahas pencegahan, penanganan korban trafiking dan operasional shelter/Women Crisis Center sebagai sarana rehabilitasi korban.

Tidak hanya membahas penanganan korban trafiking dengan jajaran Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara juga melakukan pertemuan dengan Kepala Kepolisisan Daerah Sumatera Utara (Kapolda-Sumut) berserta jajarannya di

Kantor Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam rangka upaya pencegahan dan penanganan korban trafiking perempuan dan anak.

Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya, buruh migran atau tenaga kerja Indonesia rentan menjadi korban trafiking. Oleh karena itu, rapat dengar pendapat juga dilakukan Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara dengan pihak imigrasi, BP2TKI di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam rangka Koordinasi dan menerima masukan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengiriman dan perlindungan TKW ke Luar Negeri asal Sumatera Utara dan permasalahan trafiking yang berkaitan dengan Tenaga Kerja Migran Perempuan serta upaya dan Mekanisme kerja dalam rangka penanganannya.

Tidak sampai disitu saja, selanjutnya ada pertemuan koordinasi masalah trafiking dan TKI Sumatera Utara antara instansi Pemprovsu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara dan juga Pemko Tanjung Balai, membicarakan Koordinasi Penertiban Tangkahan Sepanjang Alur Sungai di Pelabuhan Teluk Nibung.

Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya dari Ristiawati, anggota DPRD-SU dari fraksi Demokrat, pendataan kependudukan masih tidak berjalan dengan baik. Memalsukan identitas banyak dilakukan terutama untuk perdagangan orang ke luar negeri. RT/RW, Kelurahan dan Kecamatan dapat terlibat pemalsuan KTP atau Akte Kelahiran. Oleh karena itu diadakan pertemuan koordinasi antara Gugus Tugas RAP-P3A Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten / Kota guna membangun kesepahaman dan kesatuan persepsi untuk Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak, penertiban dokumen

kependudukan palsu dan sinergitas upaya pencegahan dan penanganan trafiking (penguatan jaringan).

Kalau dilihat berdasarkan teori George C. Edwards III (1980), melalui empat variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan, dapat di analisa sebagai berikut:

 Komunikasi: melalui variabel ini dapat diketahui, bahwa dalam rapat dengar pendapat diperlukan sistem komunikasi yang baik, sehingga mampu menyampaikan berbagai informasi dengan jelas. Hal ini diperlukan agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan mampu diterima dengan jelas dari narasumber kepada kelompok sasaran. Pada akhirnya maksud-maksud dari diadakannya rapat dengar pendapat tersebut mampu terlaksana.

 Sumberdaya: walaupun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten dalam rapat dengar pendapat, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya yang mampu melaksanakan kebijakan yang telah disampaikan tadi, maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya dibutuhkan dalam pengefektivan implementasi kebijakan. Sebab, tanpa sumberdaya, tidak akan ada pelaksana yang mampu merealisasikan kebijakan yang telah dibuat. Sehingga kebijakan-kebijakan tersebut pada akhirnya hanya akan menjadi dokumen saja tanpa adanya perealisasiannya.

 Disposisi: merupakan watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, serta sifat demokratis. Disposisi dibutuhkan dalam implementasi kebijakan, sebab apabila

implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan mampu menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka implementor tersebut tidak akan mampu menangkap dengan baik maksud dari pembuat kebijakan, sehingga kebijakan tersebut akan timpang pelaksanaannya. Komitmen serta kejujuran merupakan hal-hal yang penting untuk dimiliki implementor, karena apabila kedua hal ini tidak dimiliki oleh implementor, maka penyampaian serta pelaksanaan kebijakan kepada masyarakat yang membutuhkan akan berlangsung relative lama atau bahkan tidak terealisasi sama sekali. Oleh sebab itu, walaupun rapat dengar pendapat telah dilakukan, anggota legislatif juga harus menentukan implementor yang dirasa memiliki rasa disposisi yang berkualitas.

 Struktur Birokrasi: Struktur birokrasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Setelah rapat dengar pendapat dilakukan, pelaksanaan suatu kebijakan tetap harus melalui proses birokrasi. Namun, diharapkan proses ataupun struktur birokrasi tersebut tidak berlangsung lama, sehingga keefektivan tetap terjaga dalam pelaksanaan kebijakan dan kasus yang marak terjadi pun dapat diatasi sesegera mungkin.

• Kunjungan Kerja

Kunjungan kerja yang dilakukan Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah-Sumatera Utara merupakan wujud langsung pengawasan terhadap kebijakan yang akan direalisasikan didalam masyarakat. Peraturan Daerah No.6 tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan Dan Anak, misalnya. Anggota legislatif perempuan menjadikan kunjungan kerja sebagai suatu bentuk implementasi kebijakan secara langsung. Karena perlu disadari, bahwa dalam penanganan masalah human trafficking (perdagangan orang) tidak dapat dilimpahkan sepenuhnya menjadi tugas lembaga keamanan Negara atau Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Polri hanya bertugas untuk membantu, namun pelaksanaannya tetap harus dilakukan oleh anggota legislatif yang membidangi hal tersebut.

Berikut ini merupakan kunjungan kerja yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam pencegahan dan penanggulangan human trafficking di tahun 2006 dan 2007:

1. Rapat pertemuan Gugus Tugas Rencana Aksi Provinsi P3A tentang penetapan pelaksanaan acara Pengukuhan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Gugus Tugas RAP P3A.

Tahun 2006

2. Dengar pendapat Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu dengan Komisi E DPRD Provsu di Gedung DPRD Provsu antara lain membahas pencegahan, penanganan korban trafiking dan operasional shelter/Women Crisis Center sebagai sarana rehabilitasi korban.

3. Tanggal 1 Februari 2006 dilakukan pengukuhan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Gugus Tugas RAP P3A, Launching Pusat Pelayanan Terpadu pemberdayaan perempuan dan anak, Seminar Implementasi Peraturan Gubsu No. 24 Tahun 2005 tentang RAP P3A.

4. DPRD Provsu, Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, Poldasu, PKPA dan Pusaka Indonesia, melakukan kunjungan kerja dalam rangka koordinasi dan kerjasama penanganan korban trafiking – kekerasan terhadap perempuan dan anak asal Provinsi Sumatera Utara di Malaysia pada tanggal 6 s/d 10 Februari 2006, antara lain :

• Pertemuan dengan KBRI dan Interpol / SLO Polri. • Kunjungan ke panampungan KBRI.

• Kunjungan ke Penjara Kajang.

• Pertemuan dengan IPAMSU (Ikatan Pelajar Malaysia asal Sumatera Utara).

• Pembuatan Berita Acara pemeriksaan BAP An. Nurlela (TKW asal Sumut) di Penjara Kajang.

5. Menerima kunjungan kerja Tim PANSUS RUU Tindak Pidana Perdagangan Orang DPR RI dalam rangka menerima masukan untuk pengkayaan materi untuk penyempurnaan RUU Tindak Pidana Trafiking.

6. Melakukan pertemuan dan dialog langsung dengan 14 (empat belas) orang korban trafiking Malaysia di DIC PKPA oleh Tim PANSUS RUU Trafiking DPR RI dan Pemprovsu.

7. Kunjungan kerja Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan Tim PANSUS RUU Trafiking DPR RI ke Pemko Tanjungbalai dan meninjau Pelabuhan

Teluk Nibung dalam rangka monitoring, koordinasi tentang permasalahan trafiking yang disinyalir melalui jalur Teluk Nibung.

8. Kunjungan kerja Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan Komisi E DPRD Provsu ke Pemko Tanjungbalai dan meninjau Pelabuhan Teluk Nibung dalam rangka upaya pencegahan trafiking terhadap buruh migran perempuan.

9. Pertemuan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan Komisi E DPRD Provsu dan Kapoldasu berserta jajarannya di Kantor Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam rangka upaya pencegahan dan penanganan korban trafiking perempuan dan anak.

10. Dialog interaktif oleh Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, Poldasu dan LSM lewat media massa (Radio dan Televisi) tentang permasalahan trafiking.

11. Workshop Penghapusan Perdagangan Anak antara Indonesia dan Malaysia. diselenggarakan di Malaysia (Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu sebagai peserta aktif).

12. Kunjungan kerja Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Komisi E DPRD Provsu ke Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, ke Meneg Pemberdayaan perempuan RI dan PT. Persero Jamsostek Pusat di Jakarta dalam rangka Koordinasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengiriman dan perlindungan TKW ke Luar Negeri asal Sumatera Utara dan permasalahan trafiking yang berkaitan dengan Tenaga Kerja Migran Perempuan.

13. Dengar pendapat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Poldasu, Imigrasi, BP2TKI dan PT. Jamsostek dengan Komisi E DPRD Provsu di Gedung DPRD Provsu dalam rangka Koordinasi dan menerima masukan tentang hal- hal yang berkaitan dengan pengiriman dan perlindungan TKW ke Luar Negeri asal Sumatera Utara dan permasalahan trafiking yang berkaitan dengan Tenaga Kerja Migran Perempuan serta upaya dan Mekanisme kerja dalam rangka penangananya.

14. Sosialisasi tentang trafiking dan penanganannya pada Pengajian Akbar Majelis Taklim dan Perwiritan Akbar di berbagai Mesjid di Kota Medan, serta pada pertemuan Perkumpulan Masyarakat Karo di Medan.

15. Pertemuan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan Komisi A DPRD Provinsi Jawa Barat dalam rangka koordinsi dan menerima masukan tentang permasalahan yang berkaitan dengan trafiking serta mengenai upaya dan mekanisme kerja Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam penanggulangannya.

16. Kunjungan kerja Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Komisi E DPRD Provsu ke Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, ke Meneg Pemberdayaan perempuan RI dan PT. Persero Jamsostek Pusat di Jakarta dalam rangka Koordinasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengiriman dan perlindungan TKW ke Luar Negeri asal Sumatera Utara dan permasalahan trafiking yang berkaitan dengan Tenaga Kerja Migran Perempuan.

17. Diskusi Public melalui Radio 95.1 Prapanca FM Trijaya Medan tentang Mengurai Benang Kusut Trafiking dengan Narasumber Dit Reskirim

Poldasu, Direktur Eksekutif PKPA dan Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu.

18. Penyusunan modul trafiking kerjasama Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan LSM Pusaka Indonesia.

19. Penanganan kasus Buruh Migran perempuan yang menjadi korban trafiking di Malaysia, proses pemulangan ke Indonesia, BAP dan proses re-integrasi korban ke daerah asal. ( koordinasi dan kerjasama Gugus Tugas RAP P3A). 20. Pertemuan Koordinasi Masalah Trafiking dan TKI/TKW Sumatera Utara

antara instansi Pemprovsu, DPRD Provsu, Pemko Tanjung Balai, membicarakan:

• Koordinasi Penertiban Tangkahan Sepanjang Alur Sungai di Pelabuhan Teluk Nibung.

• Pembahasan Penyiapan BLK – LN.

• Pembahasan Akurasi Informasi Mengenai Perlakuan Tidak Manusiawi Terhadap TKI di Malaysia

21. Kampanye Anti Perdagangan Manusia (Trafficking in Person) dalam rangka untuk memperluas upaya Sosialisasi Penghapusan Kejahatan Perdagangan Manusia di Sumatera Utara, dan dimeriahkan dengan kegiatan lomba melukis tingkat SD usia 7 – 12 tahun, lomba mewarnai tingkat TK usia di bawah 7 tahun, lomba membuat puisi dengan tema “Hapuskan Perdagangan Perempuan dan Anak” tingkat SMP dan SMU, lomba menulis surat untuk Presiden tentang “ Menolak Perdagangan Perempuan dan Anak ” tingkat SD, SMP dan SMU, lomba membuat Slogan dengan tema “ Anti Perdagangan Manusia ” dan Gelar 1000 Tandatangan Dukungan Perang Melawan

Perdagangan Manusia. [Kerjasama Yayasan Pusaka Indonesia, Smart Organizer, Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu].

22. Konferensi Regional se Sumatera Utara – Penghapusan perdagangan (Trafiking) perempuan dan anak di Hotel Emerald Garden Medan pada tanggal 26 – 27 April 2006 diikuti 122 orang peserta dari seluruh Provinsi se- Indonesia bagian barat dan Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara (kerjasama Biro PP Setdaprovsu, Pusaka Indonesia, Dinas Sosial, Kepolisian Daerah SU) dan dihadiri Deputi Menteri Bidang Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, yang menghasilkan terbentuknya “Poros Sumatera”.

23. Pembuatan bahan informasi (brosur, poster, leaflet, stiker, dan lain-lain) Perda No. 6 Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak, apa itu trafiking, pornographi, dll.

24. Rapat Koordinasi Kelompok Kerja HAM Bidang Ekososbud di Provinsi Sumatera Utara (Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu sebagai Anggota Panitia Pelaksana Rencana Aksi Nasional Hak Azasi Manusia [RAN HAM] di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004 - 2009). Penyelenggara Kanwil Dep. Hukum dan HAM kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Cq. Biro Hukum Setdaprovsu.

25. Lokakarya Penyusunan Pedoman Advokasi Perlindungan Tenaga Kerja Perempuan dan Anak. Penyelenggara Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI kerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara.

26. Penyampaian Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 24 Tahun 2005 kepada Tim Pengarah, Tim Pelaksana Gugus Tugas Rencana Aksi Provinsi Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak (RAP. P3A). 27. Lokakarya Validasi Hasil Kajian Kekerasan Terhadap Anak di Provinsi

Sumatera Utara, kerjasama dengan LSM Perserikatan Perlindungan Anak Indonesia (PPAI).

28. Penyampaian Laporan kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI tentang Implementasi Keppres No. 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak di Provinsi Sumatera Utara dan Proposal Pendirian Women Crisis Center (Shelter).

29. Panitia Penyelenggara Daerah ‘Lokakarya CEDAW “Pelaksanaan UU No. 7 Tahun 1984: Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia Untuk Mewujudkan Masyarakat Yang Adil dan Sejahtera”. Di Hotel Novotel Soechi Medan, kerjasama KPP RI – UNIFEM SEAP-Biro PP Setdaprovsu.

30. Diskusi dan dialog antar stakeholders dan konferensi pers tentang trafiking yang diprakarsai oleh Kantor Perwakilan Kedutaan Besar AS di Medan.

31. Dialog interaktif tentang bahaya pornographi dan pornoaksi dengan melibatkan peserta dari tokoh-tokoh agama/ masyarakat, media massa, LSM, mahasiswa, pelajar, dan organisasi kepemudaan KNPI (kerjasama Biro PP Setdaprovsu dan Bainfokom Provsu) di Medan.

32. Dialog interaktif tentang bahaya pornografi dan pornoaksi, dengan peserta dari organisasi perempuan, organisasi keagamaan Kab/ Kota (kerjasama Biro PP Setdaprovsu dan LSM Salimah) di Medan.

33. Dialog interaktif melalui TVRI Stasiun Medan, Radio KISS FM, RRI Pro 2 FM tentang upaya Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak di Sumatera Utara (kerjasama Biro PP Setdaprovsu, TVRI Medan, Radio KISS FM, RRI Pro 2 FM, Poldasu, PKPA dan Pusaka Indonesia). 34. Diskusi publik melalui Radio Prapanca Trijaya FM tentang “mengurai

benang kusut trafiking” (kerjasama Biro PP Setdaprovsu, Polda SU, PKPA dan Radio Prapanca Trijaya FM).

35. Pengukuhan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Gugus Tugas RAP-P3A (kerjasama Biro PP Setdaprovsu, Pusaka Indonesia dan TVRi Medan).

36. Dialog interaktif melalui TVRI Stasiun Medan tentang kedatangan sdri. Nurlela (TKI yang terancam hukuman mati, yang akhirnya vonis bebas) dengan judul Nurlela Pulang Kampung. (kerjasama KBRI di Malaysia, Kapoldasu, Nurlela dan Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu).

37. Dialog interaktif melalui TVRI Stasiun Medan tentang “kronologis kasus dan kondisi Nurlela pasca pembebasan hukuman” (kerjasama Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, TVRI Medan dan Nurlela).

38. Dialog interaktif melalui TVRI Stasiun Medan tentang “kasus trafiking eksploitasi tenaga kerja illegal” (kerjasama Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, TVRI Medan, dan PKPA).

39. Dialog interaktif melalui TVRI Stasiun Medan tentang “pengiriman dan penempatan calon tenaga kerja ke luar negeri” (kerjasama Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, TVRI Medan dan BP2TKI SU).

40. Dialog interaktif melalui TVRI Stasiun Medan tentang “Rencana Aksi Provinsi Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak” (kerjasama Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, dan TVRI Medan). 41. Dialog interaktif melalui TVRI Stasiun Medan tentang “peran dan fungsi

Gugus Tugas RAP-P3A” (kerjasama Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, dan TVRI Medan).

42. Dialog interaktif melalui TVRI Stasiun Medan tentang “Peran Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam menangani masalah trafiking” (kerjasama Biro PP Setdaprovsu, TVRI Medan dan Polda SU).

43. Dialog interaktif melalui TVRI Stasiun Medan tentang “Perda No. 6/2004 tentang Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak” (kerjasama Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, TVRI Medan dan Pusaka Indonesia).

44. Dialog Pagi melalui Radio RRI Pro 2 FM “mengupas tentang trafiking” (kerjasama Biro PP dan RRI Pro 2 FM).

45. Dialog interaktif melalui Radio MIX 90.8 FM Medan seputar peran Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam pencegahan dan penanganan perdagangan (trafiking) perempuan dan anak. (kerjasama Biro PP Setdaprovsu dan Radio Mix).

46. KIE melalui media cetak, dengan judul tulisan “adakah rasa aman bagi anak?” termuat pada mingguan Media Fakta. (kerjasama Biro PP Setdaprovsu dan Media Fakta).

47. KIE melalui media cetak, dengan judul tulisan “trafiking merupakan ancaman global yang harus segera ditangani” termuat pada mingguan Media Fakta. (kerjasama Biro PP Setdaprovsu dan Media Fakta).

48. KIE melalui media cetak, dengan judul liputan “berantas sindikat dengan sindikat” termuat pada harian Sumut Pos. (kerjasama Biro PP Setdaprovsu dan Sumut Pos).

49. KIE melalui media cetak, dengan judul liputan “Sumut lahan sindikat trafiking anak” termuat pada harian Sumut Pos. (kerjasama Biro PP Setdaprovsu dan Sumut Pos).

50. KIE melalui media cetak, dengan judul liputan “sisi lain plaza yang menjadi asal trafiking anak - kenalan di plaza Kota Medan hingga melayani nafsu di Kota Dumai” termuat pada harian Sumut Pos. (kerjasama Biro PP Setdaprovsu dan Sumut Pos).

51. Pencetakan leaflet, brosur, stiker, kalender tentang trafiking, peraturan Gubsu No.24/2005 tentang RAP-P3A dan Gugus Tugas RAP-P3A.

52. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis (Juklak dan Juknis) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004 (dikoordinir oleh Biro PP Setdaprovsu, beranggotakan dari Dinas Sosial Provsu, Biro Hukum Setdaprovsu, KPAID Provsu, LSM PKPA, Pusaka Indonesia dan PPAI.

53. Bantuan untuk penyuluhan atau penyadaran tentang ‘Bahaya Trafiking” di 10 (sepuluh) tempat di Kota Tanjung Balai kepada LBH Apik, hal ini dilakukan karena Tanjungbalai adalah daerah transit dan transaksi bisnis trafiking.

54. Fasilitasi bantuan untuk Kampanye melawan Perdagangan Perempuan dan Anak melalui pendidikan masyarakat (community education) kerjasama dengan KKSP, dimana target sasaran program kampanye ini adalah kelompok anak, organisasi remaja, sekolah (SLTA), mahasiswa, PKK dan Perwiritan pada 8 (delapan) Kab/ Kota di Provinsi Sumatera Utara, yaitu: Kab. Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, Asahan, Kota Medan, Binjai, Tebing Tinggi, dan Tanjung Balai,

55. Pelatihan Pengembangan Ekonomi Perempuan Keluarga Miskin kepada Organisasi Sosial Kemasyarakatan (kerjasama dengan Pusaka Indonesia) dalam rangka Fasilitasi pelaksanaan Rencana Aksi Provinsi Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak (RAP P3A).

56. Melakukan Rapat-Rapat Koordinasi Gugus Tugas Rencana Aksi Provinsi Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak secara berkala selama tahun 2006.

57. Kampanye Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di lingkungan Pariwisata pada Daerah Tujuan Wisata Sumut, yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

58. Pelatihan penanganan kekerasan-trafiking terhadap perempuan dan anak tentang pelayanan kepada Petugas Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Di Kab/Kota Sumatera Utara, kerjasama Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu dan Dinas Kesehatan Provsu.

59. Menindaklanjuti Pertanyaan Tertulis Tim Setwapres dalam Rangka Kunjungan Ke Provinsi Sumatera Utara untuk Memantau Pelaksanaan

Program Bidang Kesra, yang didalamnya termasuk permasalahan kekerasan terhadap Perempuan dan Anak serta trafiking.

60. Pelatihan Data Base Trafiking bagi anggota Gugus Tugas RAP P3A Provinsi Sumatera Utara (kerjasama dengan Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu dengan ICMC).

61. Memfasilitasi kepulangan 12 orang TKW yang mengalami kekerasan selama bekerja di Malaysia ke tempat tinggalnya di Kota Medan, Kab Deli Serdang dan Pulau Jawa, kerjasama Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, BP2TKI Provsu, Dinas Sosial dan Partai Demokrat. (Kepulangan/ keberangkatan dari Kuala Lumpur ke Medan difasilitasi oleh Pihak KBRI). 62. Sosialisasi KKG, PUG dan Trafiking kepada Toga dan Toma, Organisasi

Perempuan, Organisasi Keagamaan, Aparat Pemerintah, Kelompok Tani, anggota Koperasi Perempuan di Kab/ Kota.

63. Memberikan bantuan berupa pemeriksaan medis HIV/AIDS dan PMS di R.S. Dr. Pirngadi Medan secara gratis kepada korban trafiking yang pernah dipekerjakan untuk tujuan komersil di Malaysia, atas rujukan Tim Gugus Tugas RAP-P3A, berdasarkan pengaduan PKPA.

64. Memberikan bantuan berupa perawatan di R.S. Jiwa kepada korban trafiking, secara cuma-cuma, dengan dasar yang bersangkutan adalah orang miskin, terlantar dan korban trafiking, sesuai rujukan Tim Gugus Tugas RAP-P3A, berdasarkan permohonan LSM Cahaya Perempuan.

65. Training/Pembekalan Penanganan Trafiking bagi Anggota Gugus Tugas Trafiking dan Penegak Hukum di Provinsi Sumatera Utara. (kerjasama Biro

Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, Kabupaten/Kota, Kejatisu, Poldasu dengan Kedubes Amerika Serikat Jakarta dan Konsulat AS di Medan).

66. Pelatihan tentang cara/ sistem penanganan, pendampingan dan reintegrasi korban kekerasan trafiking di Provinsi Sumatera Utara (kerjasama Biro PP Setdaprovsu, LSM PKPA, Rifka Annisah dan Save The Children).

67. Pengisian Kuisioner Bagi Penyelenggara Program Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersil Anak (PESKA) dan Penghapusan Perdagangan Orang (Trafiking) Di Indonesia, yang dihimpun oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI.

1. Pembinaan tentang trafiking, upaya perlindungan perempuan dan peningkatan kualitas hidup perempuan ke 25 kab/ kota se Sumatera Utara (telah dilakukan pada 10 kab/ Kota).

Tahun 2007

2. Melakukan sosialisasi dan dialog interaktif pencegahan dan penanggulangan trafiking secara tidak langsung ke masyarakat melalui berbagai media, antara lain media televisi, radio, dan media cetak, serta perkumpulan-perkumpulan masyarakat seperti pengajian/perwiridan, pesekutuan Do’a dan pertemuan organisasi-organisasi perempuan.

3. Melakukan sosialisasi pencegahan dan penanggulangan trafiking ke dan melalui peran tokoh masyarakat/ tokoh agama, pimpinan organisasi kemasyarakatan/ organisasi perempuan (difasilitasi dan dimotivasi oleh Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu).

4. Mengikuti Pelatihan Kewaspadaan Trafiking di Jakarta yang diprakarsai oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI.

5. Mengikuti rapat Koordinasi tentang Peningkatan Perlindungan dan Pemberdayaan Anak Bermasalah Hukum (ABH), di Jakarta yang diprakarsai oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI.

6. Mengikuti Pertemuan Forum Anak Nasional di Bogor, yang diprakarsai oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI.

7. Mengikuti Rapat Kerja Perlindungan Korban Perdagangan Manusia, di Batam yang diprakarsai oleh Departemen Luar Negeri RI untuk bahan laporan Pemerintah RI pada pertemuan PBB di Wina.

Dokumen terkait