BAB III KEKUATAN PEMBUKTIAN DALAM BENTUK-BENTUK
B. Otentisitas Akta Notaris
Keotentikan Akta Notaris pada PT. Multi Megah Mandiri ini perlu dilakukan kekuatan pembuktian, sebab suatu akta dapat disebut sebagai akta otentik, bukan karena penetapan Undang-Undang, akan tetapi karena dibuat oleh – atau dihadapan seorang pejabat umum. Otentisitas dari akta notaris ini, bersumber dari Pasal 1 angka (1) dan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang : Jabatan Notaris, di mana notaris dijadikan sebagai pejabat umum, sehingga akta yang dibuat oleh notaris dalam kedudukannya tersebut memperoleh sifat akta otentik.
Dengan perkataan lain, akta yang dibuat oleh notaris mempunyai sifat otentik, bukan oleh karena Undang-Undang yang menetapkan tersebut, akan tetapi oleh karena, akta itu dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum, seperti yang dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa “akta otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta itu dibuatnya.
78Habib Adjie (a), Op.Cit., hal. 99.
Secara implisit, dalam Pasal 1868 KUHPerdata, menghendaki adanya suatu ketentuan Undang-Undang yang mengatur tentang pejabat umum itu dan bentuk dari aktanya. Undang-Undang Jabatan Notaris, merupakan penjabaran lebih lanjut dari pasal tersebut, di mana Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang : Jabatan Notaris, menunjuk notaris sebagai pejabat umum. Pekerjaan notaris untuk membuat akta otentik, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang : Jabatan Notaris, dapat dijalankan oleh pihak-pihak sebagai berikut, yaitu :
1. Pejabat Sementara Notaris;
2. Notaris Pengganti;
3. Notaris Pengganti Khusus.
Ada 2 (dua) macam akta notaris, yaitu :
1. Akta yang menguraikan secara otentik sesuatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh notaris di dalam menjalankan jabatannya sebagai notaris. Akta yang dibuat oleh (door een) notaris, dinamakan “Akta Relaas” (relaas acta) atau “Akta Pejabat”
(ambtelijke akten) atau “Akta Berita Acara” ;
2. Akta yang diterangkan atau diceritakan oleh pihak lain kepada notaris dalam menjalankan jabatannya dan untuk keperluan mana, pihak lain itu sengaja datang dihadapan notaris dan memberikan keterangan itu atau melakukan perbuatan itu dihadapan notaris, agar keterangan atau
120
perbuatan itu dikonstatir oleh notaris di dalam suatu akta otentik. Akta yang dibuat dihadapan (ten overstaan van een) notaris, dinamakan “Akta Partij”
(partij acta) atau “Akta Pihak” (partij akten).79
Menurut definisi dari Pasal 1868 KUHPerdata, maka akta otentik harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, yaitu : yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang : Jabatan Notaris. Di mana dalam pembuatan akta, notaris harus memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang : Jabatan Notaris. Syarat-syarat dalam pembuatan akta otentik itu telah ditentukan dalam Pasal 1868 KUHPerdata. Pelanggaran terhadap salah satu persyaratan atau lebih tersebut, membawa 2 (dua) akibat hukum terhadap akta yang dibuat, yaitu :
1. Aktanya tidak otentik dan hanya mempunyai kekuatan, seperti : akta yang dibuat di bawah tangan, apabila akta itu ditandatangani oleh para penghadap;
2. Aktanya tidak sah, jika Undang-Undang menentukan bahwa perbuatan hukum tersebut diharuskan dengan suatu akta otentik.
Jadi, Otentisitas akta, merupakan kewajiban hukum yang harus dipenuhi oleh notaris, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang : Jabatan Notaris. Cacatnya otentisitas akta ini, dapat mengakibatkan
79G. H. S. Lumban Tobing, Op.Cit., hal. 51.
perbuatan hukumnya ikut batal, sebab menurut Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang : Perseroan Terbatas, yang menyebutkan bahwa perubahan Anggaran Dasar yang dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia.
Kemudian, dalam pembuatan suatu Akta Notaris itu harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan maupun prosedur-prosedur yang berlaku, yaitu: menggunakan Bahasa Indonesia yang merupakan Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bahasa Indonesia yang dimaksud ini, diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, dikatakan bahwa Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian, juga dipertegas dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, yang dikatakan bahwa Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi negara.
BAB IV
TANGGUNG JAWAB NOTARIS ATAS BENTUK-BENTUK PEMBUATAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM
SUATU PERSEROAN TERBATAS
A. Tanggung Jawab Notaris Terhadap Pembuatan Akta 1. Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham
Tanggung jawab Notaris terhadap Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham pada umumnya adalah tanggung jawab yang meliputi seluruh isi dari Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, yang pada hakikatnya berisi kebenaran tentang adanya Rapat Umum Pemegang Saham, yang diadakan pada pada hari, tanggal, waktu, dan tempat yang telah disebutkan dalam Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, serta segala sesuatu yang telah dibicarakan dan diputuskan oleh para pemegang saham dan/atau seluruh para pihak yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham tersebut, yang semuanya itu telah dijelaskan oleh Notaris dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang dibuatnya itu.
Notaris dalam pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham ini, bertanggung jawab atas isi dan bentuknya, yang dimana di dalam akta itu harus bisa menggambarkan jalannya acara pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham, sebab Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham ini merupakan jenis akta yang dibuat oleh Notaris, yang berisi gambaran mengenai kejadian atau peristiwa yang disaksikan oleh Notaris. Kehadiran si Notaris yang bersangkutan pada forum Rapat Umum Pemegang Saham ini, mempunyai tugas untuk membuat Berita Acara
Rapat Umum Pemegang Saham, sebab kedudukannya sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, dan juga dikatakan bahwa Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham ini adalah akta yang dibuat oleh Notaris, yang merupakan akta otentik yang digunakan sebagai alat bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna.
Merujuk kepada pengertian Notaris dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan syarat suatu akta otentik yang terdapat pada Pasal 1868 KUHPerdata, maka ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, harus dilaksanakan oleh Notaris, mengatur secara rinci tentang jabatan umum yang dijabat oleh Notaris, sehingga Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham sebagai akta otentik yang dibuat oleh Notaris, yang dimana akta yang dibuat “oleh” Notaris, itu merupakan adanya suatu bentuk akta karena adanya suatu kejadian, pemeriksaan, keputusan, dan sebagainya, serta juga ada syarat-syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu : menyangkut kewenangan Notaris untuk maksud dan di tempat dimana akta itu dibuat, dan terdapat pula kata “Berwenang”, yang artinya : menyangkut jabatan dan jenis akta yang dibuatnya, hari dan tanggal pembuatan akta, dan tempat akta itu dibuat.
Dalam pertanggungjawabannya terhadap akta yang dibuatnya itu, Notaris sebagai pejabat umum, harus mampu menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi para pemegang saham sendiri ataupun kepada pihak ketiga dari perseroan terbatas tersebut. Karena kedudukan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham sebagai alat bukti tertulis yang terkuat dan terpenuh, sehingga apa yang
124
dinyatakan dalam Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham yang dibuat oleh Notaris tersebut harus diterima. Namun, Notaris harus bertanggung jawab dalam hal adanya pihak yang berkepentingan, yang dapat membuktikan hal yang sebaliknya secara memuaskan di hadapan persidangan pengadilan. Sebagaimama amanat dari ketentuan yang diatur pada Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, yang menyatakan dalam menjalankan jabatannya, Notaris berkewajiban untuk bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum.
Notaris sebagai pejabat umum dalam menjalankan jabatannya pada pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham ini, bertanggung jawab atas kekuatan pembuktian formal, yang dikatakan bahwa pada akta otentik perlu menjamin kebenaran terhadap tanggal, tanda tangan, komparan, dan tempat akta itu dibuat, serta juga bertanggung jawab atas kekuatan pembuktian materiil, yaitu bahwa apa yang diterangkan dalam akta itu adalah benar terjadi, sehingga para pihak yang menandatangani akta itu, terlihat pada kedudukan yang digambarkan dalam akta tersebut, maupun juga bertanggung jawab atas kekuatan pembuktian lahiriah, yaitu : adanya kemampuan dari akta otentik untuk membuktikan sendiri keabsahannya.
Kemampuan ini menurut Pasal 1875 KUHPerdata, tidak dapat diberikan kepada akta yang dibuat di bawah tangan; sebab akta yang dibuat di bawah tangan baru berlaku sah, yaitu : sebagai yang benar-benar berasal dari orang, terhadap siapa akta itu dipergunakan, apabila yang menandatanganinya itu mengakui kebenaran dari tanda tangannya itu atau apabila itu dengan cara yang sah, maka menurut hukum,
dapat dianggap sebagai yang telah diakui oleh yang bersangkutan, dan juga Notaris bertanggung jawab atas kekuatan pembuktian akta otentik yang merupakan alat bukti yang sempurna.
kekuatan pembuktian formal ini oleh akta otentik tersebut, dibuktikan bahwa Notaris yang bersangkutan telah menyatakan dalam tulisan ini, sebagaimana yang tercantum dalam akta itu dan selain dari itu, kebenaran dari apa yang diuraikan oleh Notaris dalam akta itu sebagai yang dilakukan dan disaksikannya di dalam menjalankan jabatannya. Dalam arti formal, sepanjang mengenai akta relaas, contohnya : pada Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, dikatakan bahwa akta itu membuktikan kebenaran dari apa yang disaksikan, yaitu: yang dilihat, didengar, dan juga dilakukan sendiri oleh Notaris sebagai pejabat umum dalam menjalankan jabatannya pada pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham.
Perubahan Anggaran Dasar yang dibuat berdasarkan risalah rapat yang dibuat secara notariil, disebut dengan “Berita Acara Rapat”, yang merupakan “relaas akta”, yaitu: akta yang dibuat “oleh” Notaris, yang dimana diatur pada (Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas), sebab adanya kehadiran Notaris dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang diselenggarakan dan risalah rapat tersebut dibuat “oleh” Notaris yang menyaksikan, melihat, dan mendengar segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat, sehingga bentuk akta yang dihasilkan merupakan akta dari golongan relaas akta, yaitu: akta yang dikenal sebagai Akta Berita Rapat Umum Pemegang Saham.
126
Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, yang merupakan contoh dari Akta relaas, dikatakan bahwa pada Akta relaas tidak menjadi soal, jika orang-orang yang hadir pada rapat itu telah meninggalkan rapat sebelum akta itu ditandatangani, maka Notaris cukup menerangkan segala sesuatu, kejadian, peristiwa yang terjadi pada rapat, yang kemudian dituangkan ke dalam akta, walaupun para pihak yang hadir itu telah meninggalkan rapat sebelum menandatangani akta itu, tetapi akta yang dituangkan oleh Notaris yang membuat akta tersebut, tetap merupakan akta otentik.
Jadi, Akta relaas merupakan akta yang dibuat oleh Notaris atas permintaan para pihak, agar Notaris mencatat segala sesuatu hal yang dibicarakan dalam rapat oleh para pihak, agar pihak lain yang berkaitan dengan tindakan hukum yang dilakukan oleh para pihak dan dituangkan ke dalam suatu Akta Otentik. Dalam Akta relaas tersebut, Notaris mencatat segala sesuatu hal yang dilihat dan didengar secara langsung oleh Notaris.
Berdasarkan hal tersebut di atas, apabila dikaitkan dengan pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham mengenai perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas, dengan mengingat di dalam Pasal 21 ayat (4) Oleh karena itu, maka peranan Notaris ini mutlak diperlukan, sebab Undang-Undang mensyaratkan bahwa untuk pendirian Perseroan Terbatas ini diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang diatur dalam Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, harus dibuat dengan akta Notaris.
Akta Notaris yang dikehendaki oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ini, tidak lain adalah akta otentik.
Setiap penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham, harus dibuatkan Berita Acara Rapat yang disetujui dan ditandatangani oleh senua peserta Rapat Umum Pemegang Saham, yang sebagaimana diatur pada Pasal 77 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Peraturan Terbatas. Dalam prakteknya, Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham yang dibuat di hadapan Notaris, sehingga penandatanganan oleh semua peserta Rapat Umum Pemegang Saham tidak menjadi mutlak, tetapi cukup hanya ditandatangani oleh ketua atau salah seorang peserta rapat dan Notaris yang bersangkutan. Namun demikian, Notaris yang bersangkutan itu hadir untuk menyaksikan dan mendengarkan secara langsung jalannya Rapat Umum Pemegang Saham, yang di dalam penyelenggaraannya rapat tersebut terdapat agenda rapat yang dituangkan ke isi dari seluruh berita acara tersebut adalah merupakan laporan dan pernyataan dari Notaris terhadap segala sesuatu yang disaksikan dan didengarnya secara langsung dalam Rapat Umum Pemegang Saham, yang diadakan pada hari, tanggal, waktu, dan tempat yang telah disebutkan dalam Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, dan juga Notaris yang hadir dalam rapat itu harus menerangkan bahwa para pihak yang hadir telah meninggalkan rapat sebelum menandatangani akta itu.
Tetapi dalam pertanggungjawabannya, Notaris hanya bertanggungjawab atas isi dari keterangan para penghadap yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang dituangkan dalam akta Notaris tersebut, yang dimana dalam ketentuan tersebut di atas, dikatakan bahwa Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham itu merupakan relaas akta akta, yang dimana dalam konsekuensinya itu dikatakan bahwa
128
dalam Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas itu, mengharuskan tanggung jawab dari Notaris yang bersangkutan, sebagaimana tanggung jawab Notaris terhadap akta yang berbentuk relaas akta tersebut.
Kedudukan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham sebagai alat bukti tertulis yang terkuat dan terpenuh, sehingga apa yang dinyatakan dalam Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham yang dibuat di hadapan Notaris tersebut harus diterima. Namun, Notaris harus bertanggung jawab dalam hal adanya pihak yang berkepentingan dapat membuktikan hal yang sebaliknya, yang secara memuaskan di hadapan persidangan pengadilan. kalau dilhat dari cara pembuatannya, maka akta otentik merupakan akta yang dibuat dalam bentuk yang diisyaratkan dan dibuat oleh pejabat-pejabat yang berwenang yang menurut atau berdasarkan pada Undang-Undang yang dibebani untuk menyatakan apa yang telah disaksikan atau dilakukannya.
Akta notaris (Notariel Acta) sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris itu, mempunyai sifat otentik, bahasa, bentuk, bagian, dan teknik pembuatan yang spesifik atau khusus, sehingga tidak perlu diragukan lagi kesempurnaan (keabsahannya), karena proses pembuatan maupun dalam kewenangan Notaris sebagai pejabat umum dalam menjalankan profesinya itu telah sesuai dengan yang diatur pada Pasal 1870 KUHPerdata, yang berkaitan erat dengan Pasal 1868 KUHPerdata. Bahwa disebut sebagai akta Notaris, karena akta tersebut sebagai akta otentik yang dibuat oleh Notaris yang memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Akta Notaris sudah pasti akta otentik.
Notaris dalam pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham ini sesuai dengan pernyataan yang terdapat pada Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, yang disebutkan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Notaris mempunyai tanggung jawab atas kebenaran dari isi Berita Acara Rapat yang dibuatnya, dan menjamin kepastian hukum, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi para pemegang saham ataupun kepada pihak ketiga demi kelanjutan pada perseroan terbatas tersebut tanpa berpihak kepada siapapun.
2. Akta Pernyataan Keputusan Rapat
Tanggung jawab Notaris terhadap Akta Pernyataan Keputusan Rapat bukan terhadap Notulen atau Risalah Rapat Umum Pemegang Saham yang dibuat secara di bawah tangan pada saat berlangsungnya Rapat Umum Pemegang Saham yang bersangkutan tanpa kehadiran Notaris, melainkan Notaris hanya bertanggungjawab sebatas kebenaran formil saja. Pertanggungjawaban secara formil yang dimaksudkan di sini hanya sebatas kebenaran dan kepastian tentang hari, tanggal, bulan, pukul (waktu) menghadap, waktu Akta Pernyataan Keputusan Rapat itu dibuat, para pihak yang menghadap, paraf dan tanda tangan para pihak atau penghadap, saksi dan Notaris, serta mencatat keterangan atau pernyataan para pihak atau penghadap, jika aspek formal dipermasalahkan oleh para pihak, maka harus dibuktikan dari
130
formalitas akta tersebut, yaitu : harus dapat membuktikan ketidakbenaran hari, tanggal, bulan, tahun, dan waktu menghadap, membuktikan ketidakbenaran apa yang dilihat, disaksikan, dan didengar oleh Notaris, dan ketidakbenaran tanda tangan para pihak, saksi ataupun ada prosedur perbuatan akta yang tidak dapat dilakukan.
Tanggung jawab terhadap kebenaran dari seluruh isi Akta Pernyataan Keputusan Rapat tersebut sepenuhnya adalah menjadi tanggung jawab penerima kuasa dari Rapat Umum Pemegang Saham, yang dalam hal ini adalah ketua atau pimpinan Rapat Umum Pemegang Saham (salah seorang anggota Direksi atau Direktur Utama Perseroan Terbatas), mengingat Akta Pernyataan Keputusan Rapat itu bukan risalah rapat murni, melainkan mendasarkan pada risalah rapat di bawah tangan, dimana harus bertanggung jawab atas kebenaran akta yang dibuatnya.
Sedangkan keabsahan tentang materi atau isi dari Akta Pernyataan Keputusan Rapat, beserta segala akibat hukum yang dimunculkannya, Notaris tidak dapat dituntut dan diminta pertanggungjawabannya, karena hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Dan pemberian pembuktian sebaliknya terhadap isi dari partij akta ini dapat digugat isinya, tanpa menuduh akan kepalsuannya, yaitu dengan jalan menyatakan bahwa keterangan dari para pihak yang bersangkutan ada dan diuraikan menurut yang sebenarnya dalam akta itu, akan tetapi keterangan itu adalah tidak benar. Artinya: terhadap keterangan yang diberikan itu diperkenankan untuk pembuktian sebaliknya terhadap para pihak.80
80G.H.S. Lumban Tobing, Op.Cit., hal 53.
Notaris hanya dapat membuat Akta Pernyataan Keputusan Rapat berdasarkan Notulen atau Risalah Rapat yang dibuat oleh Pimpinan Rapat, pada saat rapat berlangsung dan terhadap Akta Pernyataan Keputusan Rapat yang dibuat Notaris tersebut, maka Notaris hanya bertanggung jawab terbatas terhadap kebenaran tanggal, waktu, dan tempat dimana Akta Pernyataan Keputusan Rapat itu dibuat dan ditandatangani. Apabila akta yang dibuat oleh notaris telah memenuhi ketentuan-ketentuan tentang pembuatan akta, dimana syarat formalitas telah terpenuhi, dan isinya tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, serta dapat memenuhi rasa keadilan para pihak atau mereka yang memperoleh hak daripadanya, maka notaris tidak dapat diminta pertanggungjawabannya terhadap akta yang telah dibuatnya. Notaris hanya bertanggung jawab terhadap bentuk akta yang dibuatnya. Apabila pengadilan ternyata membatalkan suatu akta notaris, yang disebabkan karena ketidaksesuaian bentuk akta yang dibuat oleh notaris, maka notaris dapat diminta pertanggungjawabannya.
Terhadap segala sesuatu yang mungkin dipermasalahkan oleh para pihak terhadap keseluruhan dari isi keputusan yang termuat dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat ini, yang mungkin menjadi penyebab perselisihan bagi para pihak yang berkepentingan, bukan menjadi tanggung jawab Notaris, tetapi menjadi tanggung jawab para pihak yang membuat dan menandatangani Notulen atau Risalah Rapat Umum Pemegang Saham tersebut.
132
Akta Pernyataan Keputusan Rapat ini memuat keterangan penghadap (orang yang bertindak selaku kuasa Rapat Umum Pemegang Saham) kepada Notaris untuk menuangkan atau menyatakan putusan Rapat Umum Pemegang Saham tersebut ke dalam Akta Notaris. Pembatalan Akta Pernyataan Keputusan Rapat termasuk juga pembatalan terhadap risalah rapat yang dibuat di bawah tangan, yang hanya dapat dilakukan melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham, bukan Penghadap yang memberikan keterangan dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat tersebut dan hanya terhadap perubahan anggaran dasar atau perubahan data perseroan yang belum berlaku efektif.
Perubahan Anggaran Dasar yang dibuat di bawah tangan, yang kemudian dinyatakan dalam akta Notaris, disebut dengan “Pernyataan Keputusan Rapat”, yang merupakan “partij akta”, yaitu: akta yang dibuat “di hadapan” Notaris (Pasal 21 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).
Dalam Pasal 21 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ini, dikatakan bahwa “perubahan Anggaran Dasar yang tidak dimuat dalam berita acara rapat yang dibuat Notaris harus dinyatakan dalam akta Notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. Tetapi dalam pertanggungjawabannya, Notaris hanya bertanggungjawab atas isi dari keterangan para penghadap yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang dituangkan dalam akta Notaris tersebut.
Perubahan Anggaran Dasar pada perseroan PT Multi Megah Mandiri, yang dilakukan melalui bentuk yang dikenal dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham ini yang secara umum dilakukan dengan prosedur yang dimulai dengan pemanggilan rapat semua pemegang saham dari suatu perseroan.
Notaris yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang akan diselenggarakan tersebut, berdasarkan permintaan dari Direksi atau Komisaris perseroan. Dengan
Notaris yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang akan diselenggarakan tersebut, berdasarkan permintaan dari Direksi atau Komisaris perseroan. Dengan