• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : PERTANGGUNGJAWABAN PT METRO BATAVIA

C. Bentuk dan Pelaksanaan Pertanggungjawaban PT Metro

Pengangkutan barang yang disebut juga sebagai bagasi adalah suatu bentuk pelayanan perusahaan penerbangan. Hampir semua penumpang membawa barang atau bagasinya masing-masing baik itu barang keperluan sehari-hari maupun barang yang akan dijual kembali. Barang-barang tersebut bermacam-macam jenisnya baik itu pakaian, alat elektronik, perhiasan, furnitur, dan lain-lain. Semuanya bernilai ekonomis. Barang atau bagasi ini dibedakan menjadi dua, yaitu bagasi kabin dan bagasi tercatat. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya apa itu bagasi kabin dan bagasi tercatat.

Di dalam pelayanan bagasi ini pada penerbangan tentu saja sering terjadi sesuatu diluar yang diinginkan maskapai maupun penumpang, yaitu misalnya terjadi kerusakan pada bagasi penumpang, kehilangan bagasi penumpang, ataupun bagasi tersebut nyasar atau musnah. Kerugian yang terjadi pada penumpang tersebut dalam perspektif hukum merupakan salah satu bentuk pelanggaran hukum. dan itu adalah merupakan tanggung jawab pengangkut. Dan sudah diatur dalam undang-undang yang berlaku saat ini. Penumpang berhak menuntut ganti rugi atas kerugian yang di dapatnya.

Batavia Air sebagai pengangkut juga tetap bertanggung jawab bukan hanya terhadap penumpang tetapi juga terhadap bagasi penumpang. Namun Batavia Air memiliki batasan dalam tanggung jawabnya terhadap bagasi penumpang, yaitu :

1. Kami tidak bertanggung jawab atas kerugian atau kerusakan benda-benda yang berada di dalam bagasi Anda, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yang tidak disebabkan kelalaian atau disengaja oleh pihak kami.

2. Barang-barang berharga atau pecah belah Penumpang sangat disarankan untuk tidak men-check-in barang-barang tertentu seperti uang, perhiasan, logam mulia, perak, perangkat elektronik, komputer, kamera, peralatan video, surat yang berharga, surat-surat berharga atau barang-barang berharga lainnya, paspor dan dokumen-dokumen identifikasi lainnya, judul perbuatan, artefak, manuskrip dan sejenisnya sebagai bagasi. Jika mereka memasukkannya ke dalam bagasi berarti penumpang setuju dan harus menanggung resiko sendiri. 3. Apabila terdapat kerusakan di dalam pemeriksaan atau scan bagasi

Anda, maka kami tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut kecuali hal tersebut karena kesalahan atau kelalaian kami.

4. Pemberitahuan mengenai pembatasan dan kewajiban bagasi

Kehilangan, keterlambatan atau kerusakan pada bagasi bersifat terbatas kecuali dinyatakan terlebih dahulu adanya nilai yang lebih tinggi dan biaya tambahan dibayar maka aturan berikut akan berlaku :

a. Untuk setiap kerusakan yang terjadi, kewajiban kami akan dikurangi karena kelalaian dari pihak Anda yang menyebabkan kontribusi kerusakan tersebut dan ini sesuai dengan hukum yang berlaku.

b. Kami tidak akan bertanggung jawab atas kerusakan bagasi tercatat dan tidak tercatat kecuali kerusakan tersebut disebabkan oleh kelalaian dari kami dan Bagasi tersebut di luar kendali dan pengawasan kami.

c. Kecuali dalam tindakan atau kelalaian yang dilakukan dengan sengaja atau sembrono yang menyebabkan kerusakan dan mengakibatkan kehilangan, kewajiban kami dalam kasus bagasi tercatat dan tidak tercatat hanya terbatas pada nilai yang mana ditentukan dalam biaya yang ada. Apabila berat dari bagasi tidak tercantum di Tag Identifikasi Bagasi maka diasumsikan bahwa berat total dari bagasi yang telah diperiksa tidak melebihi berat bagasi gratis yang berlaku pada kelas yang bersangkutan. Tetapi apabila nilai yang lebih tinggi telah dinyatakan untuk bagasi tercatat secara tertulis maka kewajiban kami hanya terbatas pada nilai yang diumumkan.

5. Kami tidak akan bertanggung jawab atas kerusakan yang timbul dari kepatuhan kami terhadap hukum yang berlaku atau peraturan pemerintah dan peraturan atau dari kegagalan Anda untuk mematuhi peraturan yang sama.

6. Kecuali di mana ketentuan khusus lainnya dibuat dalam Syarat dan Ketentuan, kami hanya bertanggung jawab memberikan kompensasi untuk kerugian yang terbukti dan biaya yang terjadi sesuai dengan hukum yang berlaku.

7. Kami tidak bertanggung jawab atas semua kerusakan yang disebabkan oleh bagasi Anda. Anda bertanggung jawab atas segala kerusakan properti orang lain, termasuk properti kami yang disebabkan oleh Bagasi Anda ke orang lain atau properti.

8. Kami tidak memiliki kewajiban terhadap kerusakan barang yang terdapat pada bagasi tercatat dan bagasi tidak tercatat karena barang yang rapuh atau mudah rusak, barang yang memiliki nilai khusus, seperti uang, perhiasan, logam mulia, komputer, perangkat elektronik pribadi, surat berharga, atau barang-barang berharga lainnya, dokumen bisnis, paspor dan dokumen-dokumen identifikasi lainnya.

9. Batavia Air akan membayar Rp 20.000 (dua puluh ribu rupiah) per kg untuk kompensasi bagasi hilang. Jika penumpang tidak ingin menerima kompensasi dalam bentuk uang dan meminta tiket. Ini harus sesuai dengan persetujuan CEO.

10.Kami akan bertanggung jawab untuk mendapatkan tas untuk penumpang dalam 72 jam apabila terjadi kesalahan dalam pengiriman bagasi anda Intepretasi Judul setiap artikel adalah untuk memudahkan saja, dan tidak akan digunakan untuk menafsirkan tulisan. Perubahan dan pengabaian tidak satupun dari agen resmi kami, karyawan atau perwakilan yang berwenang untuk menambah atau mengubah Syarat dan Ketentuan maskapai ini atau mengabaikan ketentuannya.78

78

Dalah pelaksanaannya sehari-hari orang yang lebih mengetahui dan bertanggung jawab terhadap penumpang adalah pekerja lapangannya, yaitu orang yang berkerja di bandara bertugas pada bagian bagasi yang disebut dengan portir yang bekerja untuk mengangkati barang ke dan dari pesawat. Lost and Found adalah unit Batavia yang bertanggung jawab terhadap bagasi penumpang.

Apabila terjadi kerusakan atau kehilangan mereka yang bertanggung jawab dan mengurusnya.

Menurut Pak Muhamad Hadly sebagai Chif di Lost and Fond yang sudah bekerja 9 tahun pada Batavia yang saya wawancarai di bandara, mengatakan bahwa pelaksanaan pertanggungjawaban pada bagasi penumpang itu dimulai pada pelayanan, misalnya apabila penumpang datang dari kota lain ke kota Medan membawa bagasi, maka penumpang itu harus menemukan bagasinya sendiri terlebih dahulu. Setelah keluar dari pintu keluar kemudian di cek label yang ia pegang dengan yang ada pada bagasinya, apabila sudah sesuai maka label dicopot dan bisa diperbolehkan ke luar dari bandara. Apabila bagasinya tidak ada, maka penumpang memberitahu kami dengan cara melapor di bagian Lost and Found bila barangya hilang atau rusak.79

Batavia Air pernah mengalami hal-hal seperti bagasi rusak maupun bagasi hilang. Menurut Pak Hadly kerusakan dan kehilangan itu pernah terjadi. Di bandara itu semua tergantung pekerja lapanganya dan itu semua menjadi tanggung jawab Airlines. Apabila ada penumpang yang komplain barangnya rusak, maka pihak maskapai menginformasikan kepadanya apabila barang yang rusak tersebut

79

Hasil wawancara dengan Chif Lost and Fond Batavia Air Pak Muhamad Hadly tanggal 28 Juli 2012.

koper dilihat juga kerusakanya bagaimana apakah itu patah atau lepas tali/rodanya atau koyak, dilayani dengan cara perbaikan (tanggung jawab perbaikan yang diberikan). Diberitahukan juga kepada penumpang perbaikan itu mau dilakukan sekarang atau bisa juga kembali lagi dengan membawa barang ini dalam keadaan kosong dan kemudian baru diperbaiki disertai bukti laporannya. Apabila barang atau bagasi tersebut tidak dapat diperbaiki sama sekali, maka dilakukan penggantian, contoh koper yang pecah tidak dapat diperbaiki lagi, maka diganti dengan koper baru yang sama dengan menyertakan bukti laporan juga. Bukti laporan tersebut berisi (tanggal terbang, nama, rute, nomor tiket, nama agen, nomor bagasi, jumlah masing-masing berat, jenis barang, kerusakan, dan alamat pelapor). Apabila setelah selesai kemudian dikonfirmasi kepada penumpang bahwa barangya telah selesai diperbaiki atau sudah diganti dengan yang baru. Bila ia berada di sekitar Medan maka koper tersebut diambil sendiri ke bandara dan bila di luar Medan maka koper tersebut dikirim ke alamat rumahnya.80

Pada bagian bagasi hilang, prosedurnya terlebih dahulu membuat laporan kepada penumpang apa yang hilang, bentuk, ukuran, jenisnya, warna, isi barang, dan berat barang. Kemudian pihak maskapai mencatat dan kemudian diberitahukan kepada penumpang bahwa pencarian akan dilakukan selama 14 hari. Proses ini pertama 10 hari dan ditambah menjadi 14 hari. Sesuai dengan Pasal 5 ayat 2 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Angkutan Udara. Selama masa tunggu 14 hari tersebut penumpang diberikan kompensasi uang sebesar Rp. 200.000,00 (dua

80

ratus ribu rupiah). Sebelum dikeluarkannya Peraturan Menteri tersebut pada masa tunggu tidak ada diberikan uang kompensasi. Apabila dalam jangka waktu tersebut barang tidak diketemukan, maka dilakukan proses penggantian. Dimana penggantian tersebut dilakukan berupa uang yang dihitung per kilo. Dalam peraturan yang baru tersebut menyebutkan 1 kilonya dihitung Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) maksimal. Sesuai dengan Pasal 5 ayat 1 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Angkutan Udara. Namun tidak diberikan secara langsung ganti rugi tersebut, tapi dari perusahaan yang menjalankan dan memperincikan terlebih dahulu. Karena penumpang harus mengkonfirmasikan terlebih dahulu kepada maskapai barang yang hilang berupa apa. Sebelum dikeluarkannya peraturan yang baru ini, besar ganti kerugian itu minimal sebesar Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah). Apabila dicontohkan ia membawa makanan atau sayur-sayuran di dalam kotak yang seberat 10 kg, tidak mungkin diganti Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per kilonya. Maka pihak maskapai harus merincikan dahulu barang itu seperti apa jenisnya. Setelah penupang setuju dengan penggantian ganti rugi tersebut dengan uang yang telah ditentukan, maka pihak maskapai akan mentransfer uangnya ke rekening penumpang tersebut itu apabila penumpang berada diluar kota Medan, dan untuk masih di sekitar Medan diwajibkan untuk mengambil sendiri ke bagian Lost and Fond Batavia Air.81

Apabila barang-barang berharga yang ada di dalam koper, maka pihak maskapai tetap menghitungnya per kilo. Karena isi dari bagasi tersebut tidak

81

menjadi tanggung jawab Airlines. Setelah penumpang setuju dengan penggantian yang diberikan oleh maskapai sebagai ganti ruginya maka pihak maskapai meminta nomor rekening untuk mentransfer uang ganti rugi tersebut yang dilakukan dari pusat (Batavia Jakarta).

Namun menurut Pak Hadly kadang penumpang ini ada yang berlebihan, misalnya barangnya hilang (dirugikan) dalam proses pencarian selama 14 hari tersebut penumpang ini memberitahu apa sebenarnya tidak ada dalam bagasinya tersebut diada-adakanya dalam laporannya. Namun pihak maskapai tidak mau menjelek-jelekan penumpang dan tetap sabar dalam menghadapi penumpang. Saat ini pihak maskapai sudah mengalami kemajuan setelah dikeluarkannya peraturan yang baru ini karena barang tesebut harus diperiksa sedetail mungkin.82

Contoh kasus yang terjadi pada penumpang yang bernama Lasdin Lubis yang kehilangan bagasinya. Ia diberikan bukti laporan oleh staf Batavia agar mengkonfirmasi barang apa yang hilang. Di dalam bukti laporan tersebut ia terbang tanggal 2 Agustus 2012 dengan nomor penerbangan BPN-CGK-MES YG 593, nomor bagasi 411654-412734-410977, berat bagasi 3 kg, jenis barang kardus coklat dan isi barang makanan dan pakaian, laporannya bagasi tinggal di Batam. Setelah barang ini di temukan maka di konfirmasi kepada Pak Lasdin Lubis yang tinggal di Jalan Gaperta. Karena masih di sekitar kota Medan, maka pihak maskapai mewajibkan agar barang tersebut diambil sendiri ke bandara di bagian Lost and Fond Batavia. Bukti laporan kehilangan barangnya saya lampirkan di skripsi ini.

82

Namun apabila barang yang hilang tersebut berupa makanan dan tidak dapat ditemukan dalam waktu yang ditentukan, maka pihak maskapai memberi

ganti rugi dengan cara menggantinya dengan makanan juga yang hilang. Contoh Bolu Meranti yang hilang, maka diganti dengan Bolu Meranti juga.

Karena peraturan yang baru ini masih belum begitu jelas dalam hal ganti kerugian ini, namun setiap Airlines tetap mengikuti peraturan yang baru ini.83

Untuk bagasi kabin, apabila terjadi kehilangan bukan menjadi tanggung jawab Airlines, tetapi tanggung jawab sendiri. Pihak Lost and Fond hanya memberikan tanggung jawab cek pesawat, dimana penumpang yang sudah turun minta bantuan Lost and Fond untuk mencari barangnya yang hilang di kabin. Pihak Lost and Fond akan bertanya “anda duduk di seat berapa, di bagian mana, dan lain-lain.” Apabila barang itu ada maka diberikan, bila tidak ada maka staf akan bilang kepada penumpang bahwa “penumpang yang lain sudah turun semua, tidak ada lagi yang di dalam, ini bukan tanggung jawab maskapai” karena itu tanggung jawab penumpang sendiri, pihak maskapai hanya memberikan sarana. Namun apabila penumpang mampu menjelaskan bahwa kehilangan tersebut oleh ulah staf, maka diberikan ganti kerugian.84

Saya bertanya kepada Pak Hadly “apakah penumpang puas dengan pertanggungjawaban dari pihak Batavia Air?” beliau menjawab “awalnya tidak, namun setelah dikeluarkannya peraturan yang baru ini, maka mau gak mau harus diterima, karena tidak mungkin pihak maskapai melebih-lebihkan. Contoh, penumpang meminta Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per kilo,

83

Ibid.

84

tidak mungkin pihak maskapai mengabulkanya. Namun penah terjadi ketika penumpang tidak terima dengan ganti rugi tersebut dan tetap ngotot kepada batavia, pemimpin Batavia Medan tidak sanggup lagi untuk meladeninya maka dari pusat memberikan tambahan Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah). Pernah juga ada penumpang yang tetap tidak terima diberikan segitu maka kasus dikirim ke Jakarta untuk diselesaikan disana dan kadang juga bisa sampai ke pengadilan. Hal itu terjadi karena penumpang kurang puas. Hanya Batavia Air yang pusat yang hanya bisa menentukan kasus seperti ini mau dibawa bagaimana penyelesaianya. Kalau penumpang membawa ke pengadilan, Batavia harus menghadapinya. Pokoknya seperti apa Pusat memberitahukan, seperti itu dilakukan di setiap cabangnya termasuk di Medan ini.” Intinya penumpang tetap merasa kurang puas terhadap ganti rugi pada kehilangan bagasi ini, walaupun sudah dikeluarkan peraturan yang baru ini. Mereka menganggap pemerintah kurang tanggap terhadap perlindungan hukum terhadap penumpang yang mengalami kehilangan bagasi ini.85

Menurut beliau, kalau masalah pelayanan ini, setiap Airlines mempunyai trik masing-masing. Misalnya barang penumpang ketinggalan di Jakarta, sampai di Medan barang itu tidak ada, staf akan memberitahu pihak Jakarta barang penumpang tersebut belum sampai ke Medan atau ketinggalan disana. Barang itu harus ditunggu sampai Medan atau penumpang itu mengambil sendiri ke Pusat. Kalau untuk diluar daerah, pelayanan batavia yaitu barang tersebut dikirim melalui transport. Contoh misalnya penumpang tersebut tinggal di Siantar atau

85

Aceh, pihak maskapai menelepon penumpang bahwa barangnya dikirim melalui transport.

Menurut beliau pihak maskapai untuk meminimalisirkan kerusakan atau kehilangan barang, itu semua tergantung dari para pekerjanya. Pekerja ini ada yang memiliki niat jahat dan itu bukan saja pekerja atau porter dari maskapai saja melainkan pekerja-pekerja bandara termasuk di bagian X-Ray dan lain-lain. Karena kejahatan itu bisa terjadi dimana saja dan oleh sapa saja. Apabila sering terjadi seperti itu, karena kelalaian dan tidak disiplinnya pekerjanya. Kalau teliti dan serius dalam bekerja tidak mungkin terjadi hal-hal seperti itu. Apabila pekerja yang terus saja lalai dan tidak disiplin dalam melakukan tugasnya, ganjaran yang diberikan yaitu surat peringatan dari pemimpin, tapi apabila sudah keterlaluan akan pecat atau dikeluarkan. Contoh, pernah terjadi seorang pekerja di bagian porter mengambil barang atau mencuri barang penumpang dengan cara merobek

koper penumpang, setelah diselidiki oleh Pemimpain Batavia dan ketahuan maka pihak Batavia memecat pekerjanya tersebut dan kemudian melaporkannya ke Polisi. Karena Batavia sendiri tidak mau namanya tercemar makanya langkah itu yang dilakukannya.86

86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dan penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Bahwa dalam hukum positif di Indonesia, sudah terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur dan memberikan perlindungan hukum terhadap penumpang angkutan udara niaga berjadwal, peraturan tersebut antara lain Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, Ordonasi Pengangkutan Udara 1939, Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan, Peraturan Menteri Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara, dan Undang- undang Nomor 8 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Kosumen. Dimana semuanya telah dibuat untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen atau penumpang. Khususnya peraturan yang membahas kerusakan dan kehilangan bagasi yaitu Perauran Menteri Nomor 77 Tahun 2011. Dalam Undang-undang Penerbangan sudah tertera prosedur penyelesaian sengketa antara pengangkut dan penumpang yaitu dengan cara nonlitigasi (dalam hal ini negosiasi) dan litigasi (mengajukan gugatan ke pengadilan).

2. Perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada konsumen, memiliki prinsip terhadap tanggung jawabnya, yaitu tanggung jawab mutlak (strict liability) yaitu yang berlaku apabila penumpang mengalami kerugian apabila terjadi kecelakaan yang berakibat kematian atau luka- luka dan tanggung jawab terhadap barang bagasi.

3. Batavia Air selaku maskapai penerbangan niaga berjadwal sampai saat ini setelah dikeluarkannya peraturan Menteri Perhubungan yang baru ini jadi lebih konsisten dalam menjalankan tugasnya apabila terjadi kerugian terhadap penumpang. Dan mereka tetap menggunkan peraturan tersebut sebagai pedoman dalam menghadapi permasalahan terhadap penumpang. Walaupun sampai saat ini penumpang masih merasa kurang puas dan masih merasa dirugikan terhadap ganti rugi yang diberikan pengangkut, meskipun pengangkut sudah mengikuti peraturan yang berlaku. Karena menurut mereka tidak sesuai ganti rugi yang di dapat dengan kerugian yang terjadi kepada mereka khususnya tehadap kehilangan bagasi ini.

B. Saran

Untuk memberikan perlindungan hukum bagi pengguna jasa transportasi khususnya angkutan udara, maka diharapkan pemerintah perlu meningkatkan pemberdayaan konsumen atau penumpang dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen. Walaupun sudah dikeluarkan peraturan yang membahas tentang ganti rugi terhadap bagasi penumpang, saya rasa itu masih terlalu rendah bagi penumpang dan banyak penumpang masih merasa

kurang puas. Dan diharapkan agar pemerintah lebih memperhatikan setiap maskapai penerbangan niaga berjadwal, apakah pengangkut tersebut sudah mengikuti peraturan yang baru yang dikeluarkan Menteri Perhubungan.

Sehubungan dengan berbagai persoalan kurangnya pelayanan dan kompensasi terhadap ganti rugi sebagai implikasi klausula baku, yang ada tertulis dalam tiket penumpang, maka dapat disarankan alternatif lain agar calon penumpang dapat lebih memahami dan mengerti setelah membaca klausula baku yang ditawarkan maskapai. Dengan harapan adanya pemahaman terhadap hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

E. Suherman, Wilayah Udara dan Wilayah Dirgantara, Bandung: Penerbit Alumni. 1984

Hadisuprapto, Hartono, Pengangkutan Dengan Pesawat Udara, Yogyakarta: UII Press. 1987

Kamaluddin,Rustian, Ekonomi Transportasi : Karakteristik, Teori dan Kebijakan, Jakarta : Ghalia Indonesia. 2003

K. Martono, Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum Angkasa, Bandung: Alumni. 1987

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung, Citra Aditya Bhakti. 2008

Nasution, AZ. Pengantar Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Daya Widya. 1999

Ningrum, Lestari, Usaha Perjalanan Wisata Dalam Perspektif Hukum Bisnis, Bandung: Citra Aditya Bakti.

Purwosutjipto, HMN, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia 3: Hukum Pengangkutan, Jakarta: Djambatan.

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. 2004

Siahaan, N.H.T., Hukum Konsumen, Jakarta: Panta Rei. 2005

Sidabolok, Janus, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti. 2006

Susanto, Happy, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta: Visimedia. 2008

Tri Siwi Kristiyanti, Celina, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika. 2008

Wagiman, Refleksi dan Implementasi Hukum Udara: Studi Kasus Pesawat Adam Air, Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis Vol.25. 2006

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Edisis 1, Jakarta: Sinar Grafika. 2002

Wiradipradja,E.Saefullah, Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Penumpang Menurut Hukum Udara Indonesia, Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis Vol.25. 2006

Makalah

Seminar Akademi Angkutan Udara Niaga Trisakti, Jakarta, 1938.

Setiawan, Makalah Produsen atau Konsumen; Siapa Dilindungi Hukum, Jakarta. 2001.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan Menteri Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara

Ordonasi Pengangkutan Udara 1939 Tentang Pengangkutan Udara

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW)

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (WvK)

Konvensi Warsawa 1929 Websites