• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

B. Teori dan Bentuk Koalisi

B.2. Bentuk Koalisi

Pada prakteknya koalisi memiliki beberapa bentuk atau tipe yang dapat dibedakan secara kuantitas (jumlah) dari partai politik atau kursi di legislatif yang tergabung ke dalam koalisi tersebut. Untuk melihat tipe dan bentuk koalisi yang dilakukan oleh partai Golkar dan PPP di pilkada Kabupaten Demak tahun 2015, penulis merujuk pada pendapat Arend Lijphart dalam Pattern of Democracy, yang dikutip oleh Syamsuddin Haris, mengenai bentuk atau tipe koalisi, yaitu koalisi

besar atau gemuk, koalisi pas terbatas, dan koalisi kecil, berikut uraiannya:52

B. 2. a. Koalisi Besar atau Gemuk

Koalisi besar atau gemuk pada pembentukkannya mengikutsertakan hampir semua partai politik ke dalam koalisi. Sehingga di koalisi tersebut terdapat jumlah partai politik yang melebihi secara kuantitas dari yang diperlukan53 untuk mencapai dukungan mayoritas dari legislatif.54

52 Arend Lijphart, Pattern of Democracy: Government Forms and Performance in

Thirty-Six Countries, dalam Syamsuddin Haris, Masalah-Masalah Demokrasi dan Kebangsaan Era Reformasi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), h. 100.

53

Pada umumnya, koalisi besar atau gemuk melampaui perhitungan minimal dari jumlah kursi partai politik di parlemen atau legislatif dan melebihi atau melampaui perhitungan 50% + 1 kursi di legislatif. Biasanya mencapai angka 60%. Ini yang membuat koalisi tersebut disebut koalisi mayoritas.

54

Denny Indrayana, Negara Antara Ada dan Tiada: Reformasi Hukum Ketatanegaraan, (Jakarta: Kompas, 2008), h. 221.

28

Dengan begitu, apabila koalisi tersebut memenangkan pemilu atau pilkada maka pemerintahan yang berjalan akan mendapat dukungan mayoritas mutlak dari partai politik pendukung (koalisi) di legislatif.55 Namun tidak menutup kemungkinan tipe koalisi ini tentu kemudian menyebabkan adanya tawar-menawar kepentingan, negosiasi yang alot, dan sulit untuk diselaraskan pada proses pembahasan kebijakan, karena terlalu banyak partai politik yang tergabung dalam koalisi tersebut. Sehingga kemungkinan untuk tercapainya konsensus bersama perihal pembuatan kebijakan sukar terlaksana secara cepat.

B. 2. b. Koalisi Pas Terbatas

Koalisi pas terbatas dibentuk hanya untuk mencapai dukungan sederhana di parlemen atau legislatif tanpa mengikutsertakan partai politik yang tidak diperlukan untuk mencapai dukungan mayoritas dari legislatif.56 Artinya koalisi ini dibentuk untuk memenuhi syarat minimal pencalonan atau pengusungan kandidat dari jumlah kursi legislatif. Bukan mayoritas dukungan, dari legislatif.

Pada pilkada di kabupaten Demak tahun 2015 syarat jumlah kursi minimal untuk mengusung calon adalah 20% dari jumlah total 49 kursi legislatif (DPRD).57 Artinya jumlah minimal kusrsi legislatif, untuk dapat berkoalisi dan mengusung pasangan calon adalah sepuluh kursi. Dari syarat minimal pengusungan calon berdasarkan kursi legislatif kabupaten Demak, dapat ditelusuri berdasarkan informasi mengenai pasangan calon, partai pengusung dan jumlah perolehan kursi dari partai pengusung (dapat dilihat pada tabel II. B. 2. b. 1).

55 Haris, Masalah-Masalah Demokrasi dan Kebangsaan Era Reformasi, h. 100.

56 Arend Lijphart, Pattern of Democracy: Government Forms and Performance in

Thirty-Six Countries, edisi kedua, (New Heaven and London: Yale University Press, 2012), h. 80.

29

Tabel II. B. 2. b. 1.

Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah Kursi Legislatif Kabupaten Demak

No Pasangan Calon Partai Pengusung Jumlah Perolehan

Kursi

1 H. M. Natsir dan Joko Sutanto Partai Golkar dan PPP 14 (28% dari jumlah keseluruhan kursi) 2 H. Moh. Dachirin Said dan H.

Edi Sayudi

PKB dan Partai NasDem

12 (24% dari jumlah keseluruhan kursi) 3 Harwanto dan H. Maskuri Partai Gerindra, PAN,

dan Partai Demokrat

11 (22% dari jumlah keseluruhan kursi) Sumber: KPUD Kabupaten Demak

Dengan jumlah syarat minimal tersebut,58 maka partai Golkar dan PPP tentu dapat melakukan koalisi untuk mengusung pasangan H. M. Natsir dan Joko Sutanto dan dengan jumlah total perolehan kursi legislatif kursi 28%. Untuk dapat melihat persebaran jumlah kursi dari masing-masing partai politik yang terdapat di DPRD kabupaten Demak (maka dapat melihat tabel II. B. 2. b. 2).

Tabel II. B. 2. b. 2.

Partai Politik dan Perolehan Kursi Legislatif 2014-2019 di Kabupaten Demak

No Partai Politik Jumlah Kursi Legislatif

1 PAN 2 2 Partai Demokrat 2 3 Partai Gerindra 7 4 Partai Golkar 9 5 Partai NasDem 3 6 PDI-P 8 7 PKB 9 8 PKS 4 9 PPP 5 # Total 49 Kursi

Sumber: KPUD Kabupaten Demak

Dengan begitu, partai politik yang tergabung ke dalam koalisi dari masing-masing partai pengusung, jumlahnya terbatas hanya untuk mencapai kekuatan

58 Untuk dapat berkoalisi dan mengusung pasangan calon di pilkada kabupaten Demak tahun 2015, membutuhkan kurang lebih, minimal sepuluh (10) kursi.

30

politik yang disyaratkan secara minimal. Tanpa jaminan dukungan mayoritas mutlak di legislatif. Kecuali jika ada partai politik lain yang ikut bergabung ke dalam koalisi, pasca pemilihan dilakukan.59

Sehingga koalisi pas terbatas ini menjadi bentuk koalisi yang cukup ideal, dan dapat menjadi alternatif bagi partai politik, karena dukungan mayoritas sederhana di legislatif selain dapat mengusung calon tersendiri, juga tentu dapat membantu jalannya pemerintahan dan dapat menciptakan interaksi yang konstruktif antara kepala daerah (bupati dan wakil bupati atau walikota dan wakil walikota) dan legislatif (DPRD).

B. 2. c. Koalisi Kecil

Koalisi kecil merupakan koalisi yang tidak mendapatkan dukungan mayoritas dan mayoritas sederhana di legislatif, sehingga dapat menciptakan pemerintahan terbelah (ketika eksekutif dan legislatif dipimpin oleh kekuatan partai politik yang berbeda) dan membuat pemerintahan yang berjalan menjadi tidak efektif bahkan dapat terjadi pemakzulan terhadap presiden atau kepala pemerintahan di daerah.60

Kasus koalisi kecil sendiri secara umum jarang terjadi. Adapun kasus yang berkaitan dengan bentuk koalisi seperti ini adalah pada masa-masa awal pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, setidaknya sampai tahun 2016. Namun dalam segi presidensialisme-multipartai, jalannya pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla

59

Dalam hal ini pada dasarnya tidak menutup kemungkinan koalisi mayoritas mutlak dapat tergabung. Hanya saja konteks tipe koalisi pas terbatas, kondisi koalisi mayoritas mutlak dimungkinan pasca terpilihnya kepada daerah baru. Sehingga koalisi pendukung pemerintah di legislatif semakin kuat. Karena adanya tambahan kekuatan dukungan partai politik di legislatif.

60 Denny Indrayana, Negara Antara Ada dan Tiada: Reformasi Hukum Ketatanegaraan, (Jakarta: Kompas, 2008), h. 221.

31

tidak sampai terjadi deadlock, apalagi shutdown dan breakdown. Tidak sebagaimana yang pernah terjadi di Amerika Serikat pada masa presiden Obama, pada periode keduanya, dimana terjadi shutdown dan di beberapa negara Amerika Latin.61 Artinya pada bentuk koalisi kecil, eksekutif juga dapat menjalankan pemerintahannya dengan cukup baik.

Dokumen terkait